Anda di halaman 1dari 27

IDENTIFIKASI JENIS MANGROVE DI DESA BARUGAIA

KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN SELAYAR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) I


PROGRAM TEKNIK KELAUTAN

Oleh:

AMANDA PUTRI
NIT.21.7.05.379

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE
2023
IDENTIFIKASI JENIS MANGROVE DI DESA BARUGAIA
KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN SELAYAR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) I


PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN

Oleh:

AMANDA PUTRI
NIT.21.7.05.379

Laporan PKL Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mempertanggung Jawabkan Kegiatan Praktik Kerja Lapang Pada
Program Studi Teknik Kelautan Politeknik Kelautan Dan Perikanan Bone

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Jenis Mangrove Di Desa Barugaia Kecamatan


Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama : Amanda putri

NIT : 21.7.05.379

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Roin Najih, S.St.Pi, M.Si Ir. Agus Surachmat, M.Si


NIP. 19840718 200801 1 007 NIP. 19590814 198803 1 002

Diketahui Oleh:
Direktur Politeknik Kelautan Dan Perikanan Bone

Dra. Ani Leilani, M.Si


NIP.19641217 199003 2 003

KATA PENGANTAR

iii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya laporan kerja praktek lapangan yang berjudul “Kondisi ekosistem
mangrove di desa barugaia kecamatan bontomanai kabupaten kepulauan
selayar” ini dapat di selesaikan susuai dengan target mutu dan waktu yang di
rencanakan.
Proses persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan ini telah
melibatkan konstribusi pemikiran dan saran banyak pihak, atas dedikasi tersebut
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Ani leilani, M.Si selaku direktur politeknik kelautan dan perikanan
bone;
2. Bapak Moh. Roin Najih, S.St.Pi, M.Si selaku pembimbing I
3. Bapak Ir. Agus Surachmat, M.Si selaku pembimbing II
4. Bapak Mirzan gazali, S. Pi., dan Andi cakra gunar, S. Pi, selaku pendamping
lapangan dalam PKL I, yang telah mendampingi dalam proses pengambilan
data.
5. Pemerintah Desa Barugaia, Kec.Bontomanai, Kab.Kepulauan Selayar atas
dukungan dalam proses kelancaran PKL I.
6. Ayah, ibu, keluarga serta teman-teman dan seluruh civitas akademika
politeknik kelautan dan perikanan bone atas dukungan serta doanya.
7. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan penyusunan laporan ini.
Atas segala kekurangan dan kehilafan, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna tulisan selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat dan diterima sebagai bahan pengusulan untuk
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

Bontomanai, 10 mei 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman pengesahan .......................................................iii


Kata pengantar .................................................................iv
Daftar isi .............................................................................v
Daftar tabel ........................................................................vi
Daftar gambar ...................................................................vii
Daftar lampiran ................................................................viii

I. Pendahuluan ..............................................................1
1.1 Latar belakang ....................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................2

II. Metode praktek ..........................................................3


2.1 Waktu dan tempat ...............................................................3
2.2 Prosedur kerja .....................................................................3
2.2.1 alat dan bahan ...........................................................3
2.2.2 langkah kerja..............................................................4
2.3 Metode pengambilan data...................................................5
2.4 Analisis data .............................................................5

III. Hasil dan pembahasan ..............................................9


3.1 Keadaan umum lokasi praktik .............................................9
3.2 Jenis jenis mangrove ........................................................10
3.3 Kondisi mangrove...............................................................15

IV. Kesimpulan dan saran .............................................16


4.1 Kesimpulan .......................................................................16
4.2 Saran .................................................................................16

Daftar pustaka ..................................................................17


Lampiran ...........................................................................18

v
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Alat dan bahan…………………………………………………………3.
Tabel 2 Penentuan status kondisi mangrove................................................7
Tabel 3 Komposisi jenis mangrove.........................................................10
Tabel 4. Suhu ……………..……………………………………………………..15

Tabel 5 Salinitas………................................................................................16
Tabel 6 Ph.....................................................................................................16
Tabel 7 Pengamatan substrat.......................................................................17

vi
DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Petak Plot Transek Mangrove......................................................................4
2. Posisi Lingkar Batang Pohon Mangrove.....................................................5
3. Peta titik stasiun pengamatan.......................................................................9
4. Sonneratia ovata...........................................................................................11
5. Excoenaria agallocha....................................................................................12
6. Lumnitzera recemosa...................................................................................12
7. Rhizophora muchronata................................................................................13
8. Cariops decendra………………………………………………………………...13

1
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Alat Dan Bahan.................................................................................18
2. Proses pengambilan data dilapangan……………………………………..19

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia salah satu negara yang memiliki mangrove yang cukup luas,
total luasan mangrove yang dimiliki mencapai 24 % dari total luas mangrove
yang ada di dunia. Namun besarnya jumlah persentasi ini berbanding lurus
dengan laju deforestasi yang terjadi. Diperkirakan kondisi hutan mangrove
mengalami rusak berat mencapai 42 %, dalam kondisi rusak sebesar 29%,
dalam kondisi baik kurang dari 23%, dan yang memiliki kondisi sangat baik
hanya 6 % saja (Umayah et.al , 2016).
Mangrove adalah jenis tumbuhan atau komunitas tanaman yang banyak
dijumpai di pantai-pantai landai berlumpur dan muara sungai atau antara laut dan
daratan yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut (Ulqodry, 2010). Ekosistem
mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting
terhadap kelangsungan hidup manusia, serta peran dan fungsinya dalam
menjaga keseimbangan ekologis di kawasan pesisir (Kartikasari dan Bangun,
2015). Dewasa ini ironinya kondisi hutan mangrove yang ada di dunia mulai
terancam keberadaannya. Laju deforestasi yang kian meningkat mengakibatkan
luasan mangrove di dunia semakin berkurang (Hartati, 2016).
Desa barugaia adalah salah satu desa yang ada di kecamatan bontomanai
yang memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas mencapai 700 meter.
Mangrove yang ada di Desa Barugaia dilindungi oleh para pemuda yang ada di
desa itu yang di berinama Komunitas Pemuda Kampung Penyu. Hutan mangrove
memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakat salah satunya yaitu pembuatan
sampan oleh masyarakat. Penebangan pohon mangrove yang dijadikan sebagai
bahan pembuatan sampan tidak semata mata ditebang secara liar, akan tetapi
atas izin dari pemerintah setempat.

1
I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Kerja Praktik Lapang (PKL) 1 yang dilaksanakan di Desa
Barugaia Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi jenis mangrove yang ada di desa barugaia kecamatan


bontomanai kabupaten kepulauan selayar
2. Mengetahui kondisi lingkungan jenis suhu, Ph, salinitas mangrove di
desa barugaia kecamatan bontomanai kabupaten kepulauan selayar

2
II. METODE PRAKTIK

2.1 Waktu Dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dalam praktik kerja lapang (PKL I) akan
dilaksanakan pada tanggal 8 mei 2023 sampai 8 juni 2023 yang bertempat di
Desa Barugaia Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi
Sulawesi-Selatan

2.2. Prosedur kerja


2.2.1 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data
mangrove terdapat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Alat dan bahan

No. Alat/Bahan Kegunaan

1. Rol meter Mengukur panjang tali rafia yang akan


digunakan pada transek

2. Alat tulis Mencatat jenis-jenis mangrove dan


data hasil pengamatan

3. Kamera Untuk mendukumentasi proses


pengambilan data

4. Refraktometer Mengukur salinitas

5. Termometer Mengukur suhu

6. pH meter Mengukur tingkat keasaman

7. Tali Rafia Membuat plot garis

8. GPS (Global Positioning Menentukan titik kordinat


System)

9. Leptop Untuk mengolah data

10. Meteran Jahit Mengukur diameter batang pohon


Gambar dapat dilihat pada lampiran 1

3
2.2.2 Langkah kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data
1. Menarik meteran kearah laut dengan posisi awal yang telah diber tanda
(patok atau cat pada pohon)
2. Menentukan titik kordinat dengan menggunakan GPS
3. Menentukan plot (Supriyadi R,2014)
a. 10x10 m untuk pengamatan fase pohon dilakukan pengukuran
diameter batang pohon mangrove (diameter <4 cm atau keliling
batang <16 cm). Pengukuran pada seluruh pohon yang berada di
setiap plot.
b. 5x5 untuk pengamatan fase pancang dengan tegakan tinggi 1,5 m
berdiamter >10 cm.
c. 1x1 untuk pengamatan fase semai dengan diameter >2 cm

Gambar 2. Petak Plot transek Mangrove


Sumber : HIMITEKA FKIP IPB

4
4. Identifikasi jenis mangrove dengan melihat daun,buah,akar,dan batang
5. Mengukur diameter pohon setinggi dada
6. Setiap data yang telah terkumpul dan teridentifikasi dicatat dalam tabel
pengamatan

Gambar 3. Posisi pegukuran lingkar batang pohon mangrove


Sumber : Panduan monitoring status ekosistem mangrove 2014 CRITC
COREMAP CTI LIP

2.3 Metode pengambilan data


Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi mangrove
adalah dengan menggunakan Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line
Transect Plot). Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Transect Line Plot)
adalah metode pencuplikan contoh populasi suatu ekosistem dengan
pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah
ekosistem tersebut. Metode pengukuran ini merupakan salah satu metode
pengukuran yang paling mudah dilakukan, namun memiliki tingkat akurasi dan
ketelitian yang akurat.

2.4 Analisis data

2.4.1 Kerapatan

a. Kerapatan mutlak

5
n
D=
A
Ket:
D : Kerapatan jenis tertentu (Batang/Ha)
n : Jumlah total tegakan dari jenis tertentu
A : Luas total area plot

n
b. Kerapatan relatif RD= x 100 %
∑n
Ket:
RD : Kerapatan relatif jenis tertentu
n : Jumlah total tegakan dari jenis tertentu
∑ n : Luas total tegakan seluruh jenis

2.4.2 Frekuensi

a. Frekuensi
p
F=
∑p

Ket:
F : Frekuensi jenis tertentu
P : Jumlah plot dimana ditemukan jenis tertentu
∑ p: Jumlah total plot

b. Frekuensi relatif
F
RF= x 100 %
∑f
Ket:
RF : Nilai frekuensi relatif
F : Frekuensi jenis tertentu
∑ f : Jumlah frekuensi seluruh jenis

2.4.3 Penutupan
a. Penutupan jenis
∑ Ba
Ci=
A

2
π DB H
BA=
4

Ket:
π : Konstanta (3.14)
Ci : Penutupan jenis
∑ Ba: Luas penutupan jenis (Basal area)
A : Luas plot
DBH : Diameter poho jenis i

6
DHB : CBH/ π (dalam cm) DBH dalam lingkaran pohon setinggi dada
b. Penutupan relatif jenis

( RCI = ∑cc x 100 %)


Ket:
RCI :Penutupan relatif
C : Luas area penutupan jenis tertentu
∑ c : Luas total area seluruh jenis

2.4.4 Indeks nilai penting

INP=RDi+ RFi+ RCi

Hasil analisis menghasilkan nilai kerapatan dalam satuan pohon/ha dan


presentase tutupan dalam satuan persen (%). Hasil tersebut dapat digunakan
untuk menggambarkan status kondisi hutan mangrove yang dikategorikan
menjadi tiga, yaitu jarang, sedang dan padat berdasarkan standar Pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004
dalam tabel :

Tabel 2. Penentuan status kondisi mangrove


Kriteria Kerapatan (pohon/ha)
Baik Padat ≥1500
Sedang 1000-1500
Rusak Jarang <1000
Sumber : Panduan Monitoring Status Ekosistem Mangrove

7
IV.1.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah untuk
diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta penyebaran organisme
air banyak dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya suhu permukaan
perairan berkisar antara 280 -310. Dalam proses pertumbuhan mangrove,
faktor suhu merupakan faktor penting dalam menunnjang
pertumbuhannya. Suhu yang baik untuk pertumbuhan mangrove tidak
kurang dari 200C (Ulqodry, 2010). Suhu berperan penting dalam proses
fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi. Pertumbuhan mangrove yang
baik memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 200. Umumnya -
5ssuhu air aut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim,
lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam
satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air (Wantasen, 2013).
IV.1.2 Salinitas
Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting
dalam proses pertumbuhan, daya tahan, dan zonasi dari spesies
mangrove. Pada umumnya pohon mangrove tumbuh subur di daerah
estuaria dengan salinitas 10 ppt-30 ppt. Salinitas yang tinggi akan
berdampak pada tajuk mangrove semakin jauh dari tepian perairan
secara umum menjadi kerdil. Selain itu, salinitas yang 11 tinggi akan
mengakibatkan berkurangnya komposisi spesies yang dimiliki. Salinitas
mempengaruhi penzonasian mangrove melaui perbedaan sistem
perakaran setiap spesiesnya (Wantasen, 2013).
IV.1.3 pH
Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi pada suatu perairan.
Misanya pada proses nitrifikasi akan berakhir pada kondisi perairan yang
memiliki tingkat pH yang rendah. Apabila nilai pH suatu perairan turun
maka yang terjadi adalah akan adanya penurunan nilai oksigen 12
terlarut. Rentang toleransi pH yang baik untuk peairan sekitar 6,0-9,0 dan
pH yang optimal sekitar 7,0-8,5 (Wantasen, 2013).

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 keadaan umum lokasi


Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebuah kabupaten yang terletak di
provinsi Sulawesi Selatan dan merupakan daerah dibawah naungan wilayah
administratif Kabupaten Kepulauan selayar, Sulawesi Selatan dngan luas
sebesar 1.357,03 km dan memiliki penduduk sebanyak 137.071 jiwa, dengan
kepadatan 101 jiwa/km.

Gambar 3. Peta titik stasiun pengamatan

Adapun kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar antara lain


Kecamatan Benteng,Kecamatan Bontoharu, Kecamatan Bontomanai,
Kecamatan Bontomatene, Kecamatan Bontosikuyu dan Kecamatan Buki.
Kecamatan Kecamatan itu sebagian berada dipulau Selayar dan sebagian lagi
terletak pada pulau-pulau kecil disekitarnya.

Desa Barugaia merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan


Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar, Luas desa sekitar 281 m² dan
jumblah penduduk sebanyak 1454 jiwa. Luas Pengambilan data ekosistem
mangrove di Dusun Tulang yaitu kurang lebih 700 m. Data ini di dapatkan
berdasarkan wawancara oleh pemerintah setempat.

9
3.1.1 Komposisi jenis
Hasil pengamatan terhadap jenis-jenis mangrove yang terdapat pada
pantai Desa Barugaia, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar,
ditemukan 5 spesies mangrove, Pada stasiun 1 ditemukan 4 spesies yaitu S.
ovata, L. racemosa, E. agallocha, C. decandra, Stasiun 2 ditemukan 3 spesies
yaitu, L. racemosa, E. agallocha, C. decandra, dan stasiun 3 ditemukan 3
spesies yaitu, R. mucronata, E. agallocha, L. racemosa. Berdasarkan identifikasi
vegetasi mangrove mengacu pada buku “ Panduan Mangrove Estuari Perancak”
dengan mengamati bentuk akar, buah, dan daun, maka diperoleh 5 spesies
yaitu family Sonneratiaceae (S. ovate), Combretaceae (L. racemosa),
Euphorbiaceae ( E. agallocha), dan famili Rhizophoraceae (R. mucronata dan
C. decandra). Proses pengamatan identifikasi mangrove dapat dilhat pada
lampiran 2.

Tabel 2. Komposisi jenis mangrove

Stasiun
No. Famili Spesies Nama Umum
1 2 3
1. Sonneratiaceae S. ovate Bakau + - -
Api-Api
2 Combretaceae L. racemosa + + +
Jambu
3 Euphorbiaceae E. agallocha Buta-Buta + + +
Rhizophoracea
4 R. mucronata Bakau Kurap - - +
e
C. decandra Bido-Bido + + -
ve

10
3.2 Jenis mangrove yang ada dilokasi
1. Sonneratia ovata

Gambar 4. Sonneratia ovata

Tumbuh di tepi daratan hutan mangrove yang airnya kurang asin, pohon
berukuran kecil atau sedang, dengan cabang muda berbenuk segi empat serta
akar navas ertikal. Buahnya seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian
dasarnya terbungkus kelopak bungan. gagang/tangkai bungam lurus, atau
kadang-kadang tidak ada. Pucuk bunga berbentuk bulat telur lebar dan ditutupi
oleh tonjolan kecil. daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung membundar.

11
2. Excoearia agallocha

Gambar 5 . Excoearia agallocha

Daunnya halus, tipis, berbentuk elips-bulat memanjang, ujungnya runcing.


meiliki bunga, Memiliki daun mahkota halus, hijau kekuningan, memiliki tabung
memanjang. Buah tipis, berpasangan dan berpengait di ujungnya. Biji berlunas
dan halus.

3. Lumnitzera racemosa

Gambar 6. Lumnitzera racemosa

Tumbuh pada substrak yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air.
Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona
pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Pohon perdu,
memiliki bentuk buah yang khas warna hijau, bunga putih, daun ujung membulat
agak tebal berseling atau spiral dengan hanya satu dalam tempat di
cabang/batang.

12
4. Rhizohora mucronata

Gambar 7 . Rhizophora mucronata

Pohon berakar tunjang, percabangan bunga tunggal, atau ganda, daun


elips besar warna agak kegelapan.. Rangkai bunga berstruktur tandan, mahkota
berjumlah 4 berwarna utih dan berbulu. Buah silindris ramping dengan kotiledon
kuning. Daun tungga, spiral, jorong, melebar, sampai lanset melebar pangkal dan
ujung melancip, berwarna hijau ketuaan. Kulit kayu abu-abu gelap, kasar
memiliki mulut kulit kayu.

5. Cariops decandra

Gambar 8 . Cariops decandra

Mangrove dengan nama lokal Kenyongnyong, memiliki pohon berakar benir/


lutu, buah silinder kecil mengarah ke atas dengan hipokotil. Pohon tinggi
mencapai 50 m, akar lutut dan benir kecil berasal dari bentukan seperti akar
tunjang. Daun tunggal, berseling, menjorong sampai bundar telur sumsang,
pangkallanci, ujung memundar.

13
3.3 Kondisi mangrove
3.3.1 Kondisi lingkungan
Parameter lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan
mangrove pada habitatnya. Faktor lingkungan tersebut meliputi jenis suhu, pH
dan salinitas air.

A. SUHU
Berdasarkan pengukuran suhu perairan dilingkungan hutan mangrove
dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini
Tabel 4. Suhu
NO Stasiun Suhu
1 1 24.00
2 2 24.67
3 3 27.67
Jumlah 75
Rata-Rata 25

Dari data tabel 4 diatas di dapat rata rata suhu perairan di lokasi yaitu
25°C. Hal ini sesuai dengan pendapat Ulqodry, 2010 bahwa rentang suhu yang
baik untuk pertumbuhan mangrove tidak kurang dari 25°C.

B. SALINITAS
Berdasarkan pengukuran salinitas dilingkungan hutan mangrove dapat
dilihat pada tabel 4 dibawah ini
Tabel 5. Salinitas
NO Stasiun Salinitas
1 1 8.00
2 2 8.67
3 3 15.33
Jumlah 16
Rata-Rata 5,3

Dari data tabel 5 diatas di dapat rata rata salinitas di lokasi yaitu 5,3. hal
ini sesuai dengan pendapat wantasen, 2013 bahwa salinitas yang baik bagi
pertumbuhan mangrove pada zona air payau hingga air tawar adalah 0 – 10 ppt
(Bengen, 2001).

14
c. Ph
Berdasarkan pengukuran Ph dilingkungan hutan mangrove dapat dilihat
pada tabel 6 dibawah ini
Tabel 6. Ph
NO Stasiun Ph
1 1 6.00
2 2 6.00
3 3 8.00
Jumlah 20,00
Rata-Rata 6,6

Dari data tabel 6 diatas didapat rata rata Ph dilokasi 4.00. hal ini sesuai
dengan pendapat rentang toleransi Ph yang baik untuk peairan sekitar 6,0-9,0
dan pH yang optimal sekitar 7,0-8,5 (Wantasen, 2013).

15
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ditemukan 5 spesies


mangrove yang ada di Desa Barugaia, Kecamatan Bontomanai,
Kepulauan Selayar, yaitu mangrove jenis sonneratia ovata, excoenaria
agallocha, lumnitzera racemosa, rhizophora mucronata, dan cariops
decendra.
2. Rata rata suhu perairan di lokasi yaitu 25°C karna rentang suhu yang
baik untuk pertumbuhan mangrove tidak kurang dari 25°C, rata rata
salinitas di lokasi yaitu 5,3. salinitas yang baik bagi pertumbuhan
mangrove pada zona air payau hingga air tawar adalah 0 – 10 ppt, dan
didapat rata rata Ph dilokasi 6.6, Ph yang baik untuk peairan sekitar 6,0-
9,0 dan pH yang optimal sekitar 7,0-8,5.

B. Saran
Melihat kondisi mangrove di Desa Barugaia ini cukup
memprihatinkan karna kurangnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat
mengenai pentingnya mangrove maka sebaiknya dalam praktik kerja lapang
ini masyarakat di ikut sertakan agar masyarakat lebih mengetahui akan
fungsi mangrove dan juga menjaga kebersihan di sekitar mangrove dan
tetap menjaga kelestarian mangrove supaya mangrove bisa dikembangkan
tidak hanya sebagai pencegah abrasi namun juga bisa menjadi eduwisata
mangrove.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rawena, G. O., Wuisang, C. E., & Siregar, F. O. (2020). Pengaruh Aktivitas


Masyarakat terhadap Ekosistem Mangrove di Kecamatan
Mananggu. Spasial, 7(3), 343-351.

Masruroh, L., & Insafitri, I. (2020). Pengaruh jenis substrat terhadap kerapatan vegetasi
Avicennia marina di Kabupaten Gresik. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan dan
Perikanan, 1(2), 151-159.
Badu, M. M., Soselisa, F., & Sahupala, A. (2022). ANALISIS FAKTOR EKOLOGIS
VEGETASI MANGROVE DI NEGERI ETI TELUK PIRU KABUPATEN
SBB. JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL, 6(1), 44-56.
Wantasen, A. S. (2013). Kondisi kualitas perairan dan substrat dasar sebagai faktor
pendukung aktivitas pertumbuhan mangrove di pantai pesisir Desa Basaan I,
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(4), 204-209.
Ulqodry, T. Z., Bengen, D. G., & Kaswadji, R. F. (2010). Karakteristik perairan mangrove
Tanjung Api-api Sumatera Selatan berdasarkan sebaran parameter lingkungan
perairan dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA). Maspari
Journal: Marine Science Research, 1(1), 16-21.
William, S. J. N. (2018). Distribusi Dan Karakteristik Kualitas Perairan Ekosistem
Mangrove Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken.
Supradi, R. (2014). Valuasi ekonomi sumber daya mangrove di Bojongselewe Desa
Karangjaladri Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Jawa Barat (Doctoral
dissertation).
Bange,D.G.2000. Teknik pengambilan contoh anlisis data boifisik sumberdaya pesisir.
Halaman.86. Pusat kajian sumbrdaya pesisir dan lautan. IPB. Bogor.
Dharmawan, I. W. E., Pramudji, E., & Nontji, A. (2014). Panduan monitoring status
ekosistem mangrove. CRITC COREMAP II LIPI. Jakarta, 13-21.
Hartati, La Harudu. 2016. Identifikasi Jenis-Jenis Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
Akibat Aktivitas Manusia Di Kelurahan Lowu-lowu Kecamatan Lea-lea Kota
Baubau. Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi. Vol 1 (01) : hal 30-45
Umayah Sari, Haris Gunawan, dan Mayta I. D. 2016. Tingkat Kerusakan Ekosistem
Mangrove Di Desa Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan
Meranti. Jurnal Riau Biologia. Vol 1(04) : hal 24-30

17
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Alat dan bahan

18
Lampiran 2
Proses pengambilan data dilapangan

19

Anda mungkin juga menyukai