Dosen Pembimbing:
Atiek Pietoyo, S.ST., M.P
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
1
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
Dosen Pembimbing:
Atiek Pietoyo, S.ST., M.P
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
2
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
Dosen Pembimbing:
Atiek Pietoyo, S.ST., M.P
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui oleh,
Ketua Program Studi Budidaya Ikan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Laporan Praktik Kerja lapang (PKL) II ini bisa
diselesaikan. Adapun judul laporan PKL II ini adalah “Teknik Pembenihan Lobster
Air Tawar (Cherax quadricarinatus) di Lataz Farm Karawang, Jawa Barat. PKL II
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti perkuliahan di
program studi budidaya ikan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan dan penyusuan laporan PKL II, terutama kepada :
1. Bapak Atiek Pietoyo, S.ST.,M.P selaku Dosen Pembimbing I
2. Ibu Rani Rehulina Tarigan, S.Pi.,M.P selaku Dosen Pembimbing II
3. Bapak Ega Aditya Prama, S.Pi., M.Si selaku Ketua program Studi Budidaya
Ikan.
4. Bapak Arpan Nasri Siregar, S.PI., M.S.T.Pi selaku Direktur Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pangandaran.
5. Pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, dalam penyusunan
laporan PKL II ini.
Demikian laporan yang dapat penulis sampaikan dan penulis juga
menyadari dalam penyusunan laporan ini memliki banyak kekurangan, untuk itu
maka penulis harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
v
DAFTAR ISI
vi
3.3.3 Pemijahan ............................................................................................. 12
vii
5.2 Saran ............................................................................................................ 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 27
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Kegunaan .................................................................................. 10
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan .............................................................................. 11
Tabel 3. Spesifikasi perbedaan jantan dan betina ................................................. 19
Tabel 4. Fekunditas ............................................................................................... 21
Tabel 5. Fertilitation Rate (FR) ............................................................................. 22
Tabel 6. Hatching Rate (HR) ................................................................................ 22
Tabel 7. Survival Rate (SR) .................................................................................. 23
Tabel 8. Parameter kualitas air .............................................................................. 23
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditas budidaya perikanan yang berprospek cerah untuk
diusahakan adalah lobster air tawar. Meskipun demikian, hingga kini belum banyak
orang yang menggeluti usaha budidaya lobster air tawar. Salah satu penyebabnya
adalah belum banyak yang mengetahui keberadaan lobster air tawar dan
kebanyakan orang hanya mengetahui tentang keberadaan lobster air laut yang
ditangkap oleh nelayan.
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang
air tawar yang berasal dari Queensland Australia. Lobster air tawar sebagai
komoditas perikanan semakin popular dikalangan pembudidaya dan konsumen.
Pada awalnya lobster air tawar dibudidayakan sebagaiikan hias karena bentuknya
yang unik dan warnanya menarik. Namun saat sekarang ini budidaya lobster sudah
mengarah ke konsumsi (Mahendra dan Widyanti, 2018).
Lobster air tawar sudah banyak dikembangkan dalam skala akuarium atau kolam
sebagai komoditi ikan hias dan ikan konsumsi karena lobster ini tidak mudah stress
dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan
kebutuhan oksigen terpenuhi, lobster ini dapat tumbuh dan berkembang cepat,
sehingga sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Lobster air tawar sudah
banyak dikembangkan dalam skala akuarium atau kolam sebagai komoditi ikan hias
dan ikan konsumsi (Iskandar, 2003).
Lobster air tawar mempunyai prospek yang cukup cerah dalam sektor perikanan.
Selain mudah dibudidayakan, hewan ini tidak mudah terserang penyakit, bersifat
omnivor, pertumbuhan cepat dan memiliki daya bertelur tinggi. Bila dilihat dari
aspek teknis budidaya dan potensi pasar, lobster air tawar layak dikembangkan
secara luas di masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan tetap
terjaga kelestariannya. Keberhasilan budidaya lobster air tawar sangat dipengaruhi
oleh ketersedian benih yang berkualitas (Iskandar, 2003).
Kelebihan Lobster air tawar antara lain persentase dagingnya tinggi, tidak mudah
terserang penyakit, memijah 3-5 kali dalam satu tahun dengan fekunditas tinggi dan
dapat bertahan dengan kadar DO rendah ( Mahendra dan Widyanti, 2018). Selain
1
itu teknik budidaya yang tidak sulit dan harga tinggi yang hamper menyamai
Lobster air laut serta dapat dikemas tanpa menggunakan air hingga sampai ditempat
tujuan dalam kondisi tetap segar (Mahendra dan Widyanti, 2018). Dilihat dari
makanan kebiasaan, Lobster air tawar tergolong omnivore yaitu pemakan segala,
baik tumbuhan maupun hewan. Sedangkan dilihat dari kebiasaan makan (feeding
habit), Lobster air tawar termasuk bottom feeder yaitu pemakan di dasar. Selain
bottom feeder lobster juga pasif dalam mecari makan, dan lebih banyak dilakukan
pada malam hari atau dikenal dengan sebutan hewan nocturnal (Mahendra dan
Widyanti, 2018).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam (keturunan, sex,
umur) dan faktor luar (pakan) Mahendra dan Widyanti, 2018). Pertumbuhan akan
terjadi apabila masih terdapat kelebihan energi setelah kebutuhan untuk
pemeliharaan tubuh dan aktivitas terpenuhi (Kadis Lengka, 2013. Moulting atau
ganti kulit merupakan proses alamiah yang terjadi pada lobster air tawar. Sebagai
hewan dengan kerangka luar, lobster air tawar perlu mengganti kerangka apabila
badannya tumbuh membesar. Lukito dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa
frekuensi moulting pada lobster air tawar selalu beriringan dengan pertambahan
umur dan tingkat laju pertumbuhan, semakin baik pertumbuhannya maka proses
moulting akan sering terjadi. Oleh karena itu berdasarkan hal dan referensi tersebut
maka penulis memilih tempat pelaksanaan praktek lapang di Lataz Farm Karawang
dengan komoditas Lobster Air Tawar.
1.2 Tujuan
Tujuan dari PKL II ini Agar taruna dapat memahami teknik pembenihan lobster air
tawar (Cherax quadricarinatus).
2
BAB II
TINJAUAN II PUSTAKA
3
Lobster (Cherax quadricarinatus) atau fresh water crayfish merupakan salah
satu genus yang termasuk kedalam kelompok udang tawar (Crustacean), yang
secara alami memiliki ukuran tubuh besar dan seluruh siklus hidupnya di
lingkungan air tawar. Lobster air tawar memiliki beberapa nama internasional, yaitu
crawfish dan crawdad. Berdasarkan penyebaran di dunia, terdapat 3 famili lobster
air tawar yaitu family Astacidae, Cambaridae, Parastacidae. Tubuh lobster air
tawar dilapisi oleh kutikula yang mengandung zat kapur.
Tubuh lobster air tawar terbungkus oleh cangkang yang berfungsi untuk
menjaga organ - organ yang ada didalam tubuhnya dari serangan hewan pemangsa
maupun kelompoknya. Ukuran panjang tubuh lobster air tawar dapat mencapai 7,5
cm. Ukuran terbesar lobster air tawar yaitu 40 cm dengan berat mencapai 3,5 kg
pada spesies C. quadricarinatus (lobster air tawar capit merah) ( Edo Mandala,
2021). Morfologi lobster air tawar dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
4
4. Lima ruas badan (abdomen), agak memipih dengan lebar rata-rata hampir
sama dengan lebar kepala.
5. Empat pasang kaki renang (plepod), yang berperan dalam melakukan gerak
renang.
6. Empat pasang kaki untuk berjalan (walking legs); Anatomi lobster air tawar
dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
Lobster air tawar adalah jenis udang yang hidup di perairan darat (tawar).
Meskipun secara umum hampir sama dengan jenis udang air tawar lainnya, tetapi
lobster air tawar memiliki karakteristik yang bersifat khusus. Mulis (2012),
karakteristik lobster air tawar adalah sebagai berikut:
1. Lobster air tawar beraktivitas pada malam hari. Sementara pada siang hari,
lobster air tawar bersembunyi di balik bebatuan atau naungan lain.
2. Lobster air tawar merupakan pemakan oportunitis, terutama sisa - sisa
tumbuhan (serasah) dan mikroba yang ditemukan di dasar kolam. Jika sudah
dewasa, lobster air tawar akan memakan segala jenis makanan (omnivore),
terutama tumbuh - tumbuhan dan binatang air, baik yang masih dalam
keadaan segar maupun yang telah membusuk.
3. Selama hidupnya, lobster air tawar sering berganti kulit (moulting), terutama
pada fase juvenile (burayak).
4. Lobster air tawar mempunyai sifat kanibal. Hal ini terutama terjadi pada saat
kepadatan tinggi, kondisi lapar, dan tidak ada/kurang tempat
persembunyian.
5
5. Ada kecenderungan, lobster air tawar berjalan dengan merambat atau
memanjat, bukan dengan berenang.
6. Lobster air tawar dapat hidup selama kurang lebih 80 jam tanpa air pada suhu
udara 12° C dan lembap.
Menurut (Iskandar, 2003) Lobster air tawar termasuk kelompok udang air
tawar yang siklus hidupnya hanya di air tawar. Lobster air tawar memiliki habitat
asli di Australia yang kemudian menyebar ke berbagai belahan bumi. Lobster ini
diikelompokkan ke dalam tiga famili berdasarkan daerah penyebarannya, yaitu
Famili Astacidae dan Cambridae yang tersebar di belahan bumi utara serta
Parastacidae yang tersebar di belahan bumi selatan, udang jenis ini banyak
ditemukan disungai air deras serta danau di pantai utara dan daerah timur laut
Queensland.
Pada masa pertumbuhannya, lobster air tawar akan mengalami molting terjadi
seiring perkembangan ukuran tubuhnya, sehingga molting adalah salah satu acuan
dari pertumbuhan badan serta berat pada lobster air tawar itu sendiri. Sejak masih
kecil hingga dewasa. Namun semakin dewasa, pergantian cangkang akan semakin
berkurang. Molting adalah saat yang paling rawan bagi lobster. Saat itu tubuhnya
tidak terlindungi oleh apapun sehingga sangat lemah dan mudah dimangsa oleh
lobster lain.
Setiawan (2006) menjelaskan bahwa proses molting terdiri dari 4 tahap, yaitu
proecdysis, ecdysis, metecdysis, dan intermoult. Saat molting terjadi, kulit kepala
akan merekah dan pecah karena terdorong oleh pertumbuhan daging baru.
Selanjutnya daging baru akan dilapisi kulit baru yang sangat lunak dan akan
mengeras dalam waktu 24 - 48 jam. Habitat asli lobster air tawar adalah danau,
rawa-rawa dan daerah sungai yang banyak terdapat tempat pelindung. Lobster air
tawar cenderung bersembunyi dicelah - celah dan rongga-rongga seperti bebatuan,
potongan-potongan pohon, dan diantara akar tanaman rawa - rawa (Kurniawan,
2017).
Menyatakan bahwa Cherax jenis capit merah akan mengalami pertumbuhan
terbaik pada suhu air 24° C - 29° C, oksigen terlarut > 1 ppm dan pH 6,5 - 9. Lobster
yang sudah dewasa menunjukkan toleransi terhadap kadar oksigen terlarut sampai
6
1 ppm, tetapi untuk lobster yang masih muda lebih rentan terhadap kadar oksigen
terlarut yang rendah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa lobster air tawar capit merah
juga toleran terhadap konsentrasi ammonia terionisasi sampai 1,0 ppm dan nitrit
sampai 0,5 ppm dalam jangka waktu yang pendek
Lobster air tawar termasuk jenis binatang omnivora (sumber nabati dan
hewani). Pada habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari makan pada malam
hari (nocturnal). Pakan lobster air tawar biasanya berupa biji - bijian, umbi - umbian
dan bangkai hewan. Cara memakan pakan menggunakan tahapan kerja antenna
panjang untuk mendeteksi bahan makanan terlebih dahulu. Jika bahan pakan
tersebut sesuai dengan keinginannya. Lobster akan menangkapnya menggunakan
capit, selanjutnya menyerahkan pada kaki jalan pertama sebagai tangan pemegang
pakan yang akan dikonsumsi. Lobster air tawar memiliki gigi - gigi halus yang
terletak di permukaan mulut. Sehingga cara makannya sedikit demi sedikit
(Wiyanto, 2006).
2.1.5 Makanan dan Kebiasaan Makan
7
(2012), menyatakan bahwa frekuensi ganti kulit pada lobster berkurang sejalan
dengan bertambahnya umur. Frekuensi ganti kulit pada juvenile terjadi 1 kali setiap
10 hari, pada pra-dewasa antar 4 - 5 kali/tahun dan pada lobster dewasa 1 - 2
kali/tahun. Selama proses molting, lobster akan cenderung tidak aktif dan akan
sering berdiam diri dalam tempat persembunyiannya. Kalaupun bergerak mereka
akan tampak lamban dan kulitnya tampak keruh. Kehilangan warna pada masa
molting juga merupakan hal yang normal terjadi, ada baiknya pada kondisi
demikian mereka jangan dipindahkan, atau dibawa ke tempat lain. Setelah molting
terjadi, kulit lobster akan lembut dan perlu beberapa waktu untuk menjadi keras
kembali. Setelah itu mereka kembali aktif dan makan lebih banyak (Raharjo, 2013).
Lukito dan Prayugo (2007), menjelaskan bahwa secara ringkas, proses molting
setidaknya melalui 4 tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap proecdysis, merupakan tahap dimana sel - sel epidermis lobster air tawar
memisahkan diri dari kutikel tua dan mulai menyiapkan diri untuk membentuk
kerangka luar baru. Pengumpulan ion kalsium dalam lambung yang berasal
dari jaringan kulit lama maupun perairan, akan mengakibatkan terbentuknya
kerikil kapur berwarna putih yang disebut dengan grastolith
2. Tahap ecdysis, adalah tahap dimana lobster melepaskan diri dari kerangka
lama. Pada fase ini, terjadi penyerapan air dan ion - ion kalsium dalam tubuh
lobster maupun perairan akan diangkut dalam untuk memenuhi jaringan kulit
3. Tahap metecdysis, merupakan tahap di mana lobster air tawar melakukan
pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel barunya sebagai bahan
kerangka luar.
4. Tahap intermoult, adalah tahap dimana lobster air tawar mulai mengubah
“kebijaksanaan” metabolisnya, dari keperluan pertumbuhan ke keperluan
untuk pemenuhan cadangan energi (recharge), yang 12 disimpan dalam
hepatopancreas. Selain itu, pada fase intermoult juga terjadi pertumbuhan
jaringan somatik.
2.1.7 Siklus Hidup
Lobster air tawar selama hidupnya mengalami beberapa tahapan, yaitu telur,
calon anakan lobster, juvenile,lobster dewasa. Pada fase telur, akan menempel pada
kaki renang (pleopod) induk betina.
8
Selama fase pengeraman warna telur akan berubah-ubah dimulai dari warna
abu-abu, kuning, orange, orange dengan bintik-bintik mata, abu-abu, menetas
menjadi juvenile dan lepas dari induk, proses perubahan ini berlangsung kurang
lebih 35 - 45 hari. Setelah dipisahkan dari induk, juvenil akan melakukan molting
berkali-kali hingga berusia 3 bulan, setelah itu frekuensi molting akan berkurang
hingga dewasa secara bertahap.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
11. Selter Untuk tempat berlindung lobster
12. Tandon Untuk penyimpanan air
13. Seser Untuk mengambil lobster pada saat panen
14. Bak beton Untuk wadah pemeliharaan
15. Selang Untuk Pengisian air
16. Sterofom Untuk media panen, distribusi dan
pemilahan induk betina juga jantan
No Bahan Kegunaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang II yaitu Teknik Pembenihan Lobster Air Tawar
(Cherax quadricarinatus) yang dilakukan mencakup beberapa proses, sebagai
berikut:
3.3.1 Persiapan Wadah
11
3.3.3 Pemijahan
Kegiatan pemijahan dilakukan di akuarium pemijahan. Sebelum
digunakan akuarium pemijahan dibersihkan dahulu dengan cara digosok
dengan spons lalu dibilas dengan air, setelah itu dasar akuarium ditata roaster
atau paralon dengan pola berjajar atau memanjang. Selanjutnya selang aerasi
ditata merata ke masing - masing akuarium.
kepadatan. Kepadatan yang ideal adalah 10 ekor/m2 untuk calon induk berat
adalah 1 - 2 ekor/m2. Perbedaan jenis kelamin induk lobster dan betina dapat
dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.
12
3.3.4 Pengeraman dan Penetasan Telur
Pengeraman telur lobster air tawar dilakukan secara individu pada akuarium
pengeraman dan penetasan. Lobster yang sudah bertelur dipisahkan dari tempat
pemijahan dengan hati-hati dengan cara dipindahkan beserta shelternya agar tidak
berontak yang dapat mengakibatkan kerontokan telur. Waktu pengeraman antara
35 - 45 hari tergantung suhu air. Makin hangat suhu, maka telur akan semakin cepat
menetas. Suhu optimal menurut Sukmajaya dan Suharjo (2003) adalah suhu 26 -
o
30 C.
13
3.3.6 Mortalitas Benih
Menurut Setiawan (2006) , kematian benih juga dipicu oleh kegagalan dalam
pergantian kulit. Kematian benih lobster akibat serangan hama atau penyakit sangat
jarang terjadi. Dalam 1 (satu) kelompok anakan biasanya angka kematian kira- kira
10% karena tidak mampu beradaptasi.
3.3.7 Pemberian Pakan
Menurut Sukmajaya dan Suharjo (2003), menyatakan bahwa jenis pakan yang
cocok untuk benih lobster air tawar adalah pelet udang komersial dengan dosis 3 %
karena memiliki protein yang tinggi. Menurut Setiawan (2006), setelah menetas
anakan lobster tidak cocok diberi pakan dari jenis sayuran atau mbi- umbian. Benih
lobster setelah berumur 1 minggu diberi cacing sutra segar dan daphnia beku yang
mengandung sumber protein dan lemak hewani untuk memacu pertumbuhan.
3.3.8 Pengelolaan dan Pengaturan Kualitas Air
14
Pengeraman
Persiapan dan
Seleksi induk Pemijahan
wadah penetasan
telur
15
3.6.1 Fekunditas
Fekunditas dapat diketahui dengan melakukan sampling telur menggunakan
rumus sebagai berikut.
𝐺𝑤
f = Fs x 𝐺𝑠
Keterangan :
f = Fekunditas
Fs = Jumlah telur samping
Gw = Berat gonad
Gs = Berat telur sampling
3.5.2 FR (Fertilization Rate)
Daya fertilisasi telur yang dilakukan untuk mengetahui besarnya daya
fertilisasi seperti :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎 ℎ𝑖
FR = 𝐽𝑢 𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
x 100%
Keterangan :
FR = Fertilization Rate (Tingkat pembuahan)
3.6.3 Hatching Rate (HR)
Derajat penetasan telur lobster air tawar dihitung berdasarkan jumlah telur
yang menetas dibandingkan dengan jumlah telur yang ditetaskan, kemudian dikali
seratus persen. Perhitungan dilakukan setelah hari ketiga telur menetas dengan
menggunakan rumus menurut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠
HR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎 ℎ𝑖
x 100%
Keterangan:
HR = Hatching Rate (Daya tetas)
3.6.4 Survival Rate (SR)
Tingkat kelangsungan hidup burayak lobster air tawar dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑁𝑡
SR = x 100%
𝑁𝑜
Keterangan :
SR = Survival rate
Nt = Jumlah larva hidup
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah Budidaya
17
4.1.2 Wadah Pengeraman Dan Penetasan Telur
Wadah pengeraman induk dibuat sama persis seperti kolam lainnya. Kolam
berbentuk persegi, ukuran kolam 3x3m dengan di atas kolam terdapat atap yang di
lapisi jaring. Jaring berguna untuk melindungi lobster dari hama yang menyerang.
(Iskandar 2006) dikarenakan hama dapat menyeang kapan saja apabila biosucurity
tersebut tidak dilakukan.
Selter yang digunakan terdapat dua jenis yaitu selter besar untuk indukan
yang mengeraminya dengan ukuran paralon sebesar 3 inci dan terdapat juga selter
dengan ukuran lubang yang kecil-kecil dimana nantinyan akan digunakan oleh
burayak yang sudah turun dari pengeraman induk betina. Menurut Lukito dan
Prayugo (2007) selter digunakan dalam wadah pemeliharaan guna, melindungi diri
pada lobster air tawar. Wadah pengeraman indukan yang bertelur dapat dilihat pada
Gambar 7. Kolam Pengeraman dan Penetasan Telur Lobster Air Tawar (Cherax
quadricarinatus)
Kepadatan yang ideal adalah 10 ekor/m2 untuk calon induk berat rata-rata 15 gram.
Dan pada kegiatan dilapangan memang benar bobot indukan lobster yang akan di
pijahkan harus mencapai 15,1 gram/ekornya.
Indukan yang digunakan untuk pemijahan merupakan indukan yang unggul
dalam artian sehat tidak cacat, tidak yang habis molting dan badannya masih
18
lembek, juga harus sudah matang gonad. Hal yang di lakukan dalam menyeleksi
indukan itu di mulai pemanenan lobster ukuran 4 inci karena memang ukuran
tersebut merupakan ukuran yang siap pijah dalam lobster air tawar. Setelah itu
dilakukan pemisahan antara indukan jantan dan betina dengan dua wadah
(sterofom) yang berbeda beriku spesifikasi perbedaan induk jantan dan betina
lobster air tawar (Cherax quadricarinatus).
Tabel 3. Spesifikasi perbedaan jantan dan betina
No Betina Jantan
1 Memiliki capitan yang dominan Memiliki capitan yang lebih terang
gelap atau ke abu abuan atau kemerahan
2 Gerakan agak lambat dan jinak Gerakan lincah dan lebih gesit
3 Memiliki cangkang yang lebar Memiliki cangkang yang ramping
dan bulat
Sumber : Ernawati, Crisbiantoro (2012)
Teknik seleksi indukan dapat di lihat pada Gambar 8. Seleksi Indukan Lobster Air
Tawar (Cherax quadricarinatus).
19
terjadi di sore hari dengan kondisi kolam yang gelap dikarenakan kondisi kolam
pemijahan yang diamati merupakan kolam semi indor dimana kolam tersebut tidak
sepenuhnya mendapatkan cahaya matahari sehingga, memudahkan lobster untuk
memijah. Proses pemijahan lobster air tawar dapat dilihat pada Gambar 9.
Pengeraman terjadi setelah proses pembuahan sudah menjadi telur dan telur
sudah melekat pada kaki renang induk betina. Setelahnya berbentuk telur maka
indukan betina dipisahkan dikolam pengeraman dikarenakan pengeraman dan
penetasan telur dilakukan di kolam yang berbeda dari kolam pemijahan agar telur
yang di erami tidak di makan oleh indukan jantan ataupun indukan lainnya yang
sedang memijah dengan ketinggian air sekitar 3-5 cm . Proses pengeraman lobster
air tawar (Cherax quadricarinatus) dapat dilihat pada Gambar 10. Pengeraman
Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus).
20
Gambar 11. Pengeraman Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus).
Pengeraman tersebut dilakukan oleh indukan betina yang menjaga telur
dibagian ekornya, menurut Ernawati, Crisbiantoro (2012) Pengeraman lobster air
tawar (Cherax quadricarinatus) dilakukan secara individu dan berlangsung selama
35-45 hari. Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan dalam proses
pengamatan, telur menetas pada hari ke 40 dengan menetasnya sebagian telur dan
menetas kembali pada hari ke 45 sisa telur yang sebelumnya menetas. Setelahnya
menetas atau di sebut turunnya burayak, indukan di biarkan selama satu hari. untuk
memastikan bahwa telur benar-benar sudah menetas semua . lalu indukan di
pisahkan dari kolam burayak tersebut agar burayak tidak di kanibali (Iskandar
2006).
Pembenihan sebanyak satu kali dengan jumlah pemanenan seperti pada
tabel perhitungan Fekunditas, Fertilitation rate (FR) dan Hatching rate (HR)
sebagai berikut :
Tabel 4. Fekunditas
21
Tabel 5. Fertilitation Rate (FR)
22
Gambar 10. Benih Burayak Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Benih tersebut diberi pakan sebanyak satu kali dalam sehari tepatnya pada
sore atau malam hari dengan menggunakan pakan pellet fengli. Dari Pembenihan
lobster air tawar secara alami yang dilakukan di Lataz Farm mendapatkan hasil SR
sebanyak :
Tabel 7. Survival Rate (SR)
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pengelolaan induk lobster air tawar (Cherax quardicarinatus) yaitu induk
lobster air tawar (Cherax quardicarinatus) dipelihara dalam kolam beton berbentuk
persegi dengan ketinggian air 5 cm dan diberi pakan 1 kali dalam sehari dengan
protein tinggi. Teknik pembenihan secara alami Lobster Air Tawar (Cherax
quadricarinatus) Di Lataz Farm, Kota Karawang meliputi seleksi induk, persiapan
wadah, pengeraman dan penetasan telur, pemeliharaan burayak, perhitungan
mortalitas, pemberian pakan dan pemeliharaan benih. Dengan menghasilakan data
Fekunditas sebanyak 3398 butir dari tiga indukan betina, FR sebanyak 97,59%, HR
sebanyak 82%, dan SR sebanyak 95,19%.
5.2 Saran
Pada proses pembenihan perlu dilakukan persiapan kolam, air yang
memiliki kandungan kualitas air yang baik juga indukan yang unggul guna
menghindari kegagalan dalam proses pembenihan. Meningkatkan jumlah produksi
setiap tahunnya agar resiko keuntungan dalam usaha ini lebih besar yaitu dengan
menambah jumlah kolam pemijahan agar burayak yang dihasilkan lebih banyak.
24
DAFTAR PUSTAKA
Buwono. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Lobster ir Tawar.
Kanisius. Yogjakarta
Edo Mandala Putra (2021) Pengaruh Pemberian Pakan Dengan Penambahan Asam
Amino Cair Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax
quadricarinatus) – SKRIPSI
Ernawati1, Chrisbiyantoro (2014) Teknik Pembenihan Lobster Air Tawar Red
Claw (Cherax quadricarinatus) DIi Unit Pembenihan Budidaya Air
Tawar (UPBAT) Punten Kota Batu Jawa Timur – Jurnal
Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kedis Lengka, Magdalena Kolopita, Siti Asma (2013) Teknik Budidaya Lobster
(Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT) Tatelu
Lengka, K. Magdalena K, Siti A. 2013. Teknik budidaya lobster (Cherax
quadricarinatus) air tawar di balai budidaya air tawar (BBAT) Tatelu.
J. Budidaya Perairan Jan 2013 Vol. 1 (1) : 15 - 21
Lukito, A., & Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Mahendra, Reny Nurlina Widyanti2 (2018) Pertumbuhan dan Sintasan Benih
Lobter Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Yang Di Beri Pakan
Silase Limbah Viseral Ikan
Mulis. 2012. Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus), di
Akuarium dengan Kepadatan Berbeda dalam Sistem Terkontrol.
Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri
Gorontalo.
Raharjo, D.. 2013. Pemberian Ekstrak Bayam (Amaranthus tricolor) Melalui
Metode Injeksi Sebagai Stimulasi Molting dan Pertumbuhan Lobster
Air Tawar (Cherax quadricarinatus). Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.
Rizki Sarma Henri Saragih (2020) Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Lobster Air
Tawar (Cherax quadricarinatus) (Studi Kasus: Wampu Crayfish, Di
25
Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat -
Skripsi
Setiawan. 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air
Tawar. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sukmajaya, Y dan Suharjo, 2003. Mengenal lebih Dekat Lobster Air Tawar,
Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka Utama.
Sukabumi.
Wiyanto, R. H., & Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar Pembenihan dan
Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 80hlm.
Wiyanto, RH dan Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar Pembenihan dan
Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Bahan
Ember Sterofom
Pakan Refraktometer
27
Selter Alat pengecekan pH
28
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
29
30
Lampiran 3. Data Kualitas Air
31
Parameter Kualitas Air
pH Suhu
Waktu
Pagi Sore Pagi Sore
25/11/2023 7,4 7,4 27,5 28.00
26/11/2023 7,4 7,4 27,02 28.07
27/10/2023 7,6 7,6 27,8 27.09
28/10/2023 7,6 7,6 27,5 27.00
29/10/2023 7,6 7,6 27,5 27.00
30/10/2023 7,6 7,6 27,5 28.00
31/10/2023 7,6 7,6 27,3 28.09
01/11/2023 7,6 7,6 27,6 28.00
02/11/2023 7,6 7,6 27,4 28.03
03/11/2023 7,6 7,6 27,7 29.41
04/11/2023 7,6 7,6 27,05 28.09
05/11/2023 7,6 7,6 27,09 27.00
06/11/2023 8,4 8,4 27,07 28.06
07/11/2023 8,4 8,4 27.39 28.05
32