BUDIDAYA IKAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2023
iii
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DI
BALAI BENIH IKAN LAUT (BBIL) PULAU TIDUNG,
KEPULAUAN SERIBU - JAKARTA
BUDIDAYA IKAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2023
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Teknik Pemijahan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
Nama : Isyah Fitara Syifa
NIT : 21.3.04.134
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Disetujui Oleh:
iii
KATA PEGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
laporan Praktik Kerja Lapang yang berjudul “ Teknik Pemijahan Ikan Kakap Putih “ ini dapat
diselesaikan sesuai dengan target dan waktu yang direncanakan. Proses persiapan pelaksanaan,
dan penyusunan laporan ini telah melibatkan konstribusi pemikiran dan sarannya banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :
1. DH Guntur Prabowo A.Pi., M.M selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan
Karawang.
2. Bapak Khaerudin HS, S.Pi, M.Si. selaku koordinator Politeknik Kelautan dan
Perikanan Karawang Kampus Tegal.
3. Bapak Dr. Nurhaidin, A.Pi., S.Pi., M.P. selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan , memotivasi, mengkoreksi kegiatan ini sejak perencanaan hingga
selesainya laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I dimaksud.
4. Bapak Aripudin, S. St. Pi., M. Tr. Pi . selaku pembimbing II atas kesediaan waktu
yang telah diberikan untuk mengkoreksi dan revisi terhadap sejumlah informasi.
5. Bapak Chrisoetanto P.Pattirane., S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya
Ikan.
6. Orang tua serta rekan yang telah support untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I ini masih jauh dari
kesempurnaanya sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan praktik kerja lapang (PKL) l ini. Akhirnya penulis berharap semoga
memberikan informasi dan manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 2023
iv
DAFTAR ISI
v
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 15
4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan.................................................................................. 15
4.2 Seleksi Induk .............................................................................................................. 15
4.3 Pemberian Pakan ........................................................................................................ 16
4.4 Pemijahan Induk ......................................................................................................... 17
4.5 Panen Telur ................................................................................................................. 17
4.6 Seleksi Perhitungan Telur .......................................................................................... 18
4.7 Kualitas Air ................................................................................................................ 19
5. PENUTUP ..................................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 21
5.2 Saran ........................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi BBIL ............................................................................................. 5
Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)............................................................................. 8
Gambar 3. Peta Lokasi .................................................................................................................. 11
Gambar 4. Kolam Pemeliharaan Induk ......................................................................................... 15
Gambar 5. Pembersihan Kolam .................................................................................................... 15
Gambar 6. Sampling Induk Kakap Putih ...................................................................................... 16
Gambar 7. Pakan Induk................................................................................................................. 16
Gambar 8. Pemberian Pakan ......................................................................................................... 16
Gambar 9. Pemasangan egg collector ........................................................................................... 17
Gambar 10. Pemanenan Telur....................................................................................................... 18
Gambar 11. Pengambilan Sampel Telur ....................................................................................... 19
Gambar 12. Menghitung Telur ..................................................................................................... 19
Gambar 13. Refraktometer............................................................................................................ 20
Gambar 14. Alat Kualitas Air ....................................................................................................... 20
vii
DAFTAR TABEL
Table 1. Sarana dan Prasarana BBIL .............................................................................................. 7
Table 2. Persyaratan Kualitas Air ................................................................................................. 10
Table 3. Alat.................................................................................................................................. 11
Table 4. Bahan .............................................................................................................................. 12
Table 5. Data Jumlah Telur ........................................................................................................... 18
Table 6. Kualitas Air ..................................................................................................................... 19
viii
ix
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya laut merupakan salah satu teknik pemanfaatan kawasan pantai dan laut untuk
memproduksi berbagai komoditas perikanan secara berkelanjutan, bahkan menjadi harapan
pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Budidaya ikan kakap putih menjadi usaha yang
cukup menjanjikan, karena pertumbuhan yang relatif cepat, mudah dipelihara, dan mempunyai
toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Melihat potensi perikanan budidaya serta
pentingnya ikan sebagai sumber pangan yang memiliki kandungan protein tinggi, maka Ditjen
Perikanan Budidaya menetapkan target produksi dari 19,5 juta ton pada tahun 2015 menjadi 31,3
juta ton pada tahun 2019, atau meningkat sebesar 15,07 persen per tahun (DJPB, 2017).
Ikan kakap putih merupakan jenis ikan laut yang tinggi peminatnya serta memiliki nilai
ekonomis yang tinggi sehingga potensial menjadi kegiatan budidaya komersil. Keunggulan dari
ikan kakap putih antara lain pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dipelihara dan memiliki
tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan (Irmawati et al., 2019).
Permasalahan yang sering dihadapi adalah produksi benih ikan kakap putih untuk
budidaya belum mampu mensuplai secara kontinyu. Oleh karena itu, beberapa pembudidaya
masih mengandalkan benih ikan kakap putih dari luar negeri. Keberhasilan kegiatan budidaya
ikan kakap putih ditentukan oleh pengelolaan induk. Sebagai langakah untuk menjamin
kesinambungan ketersediaan benih maka diperlukannya kesiapan induk yang matang gonad.
Pengadaan induk yang berkualitas tinggi bertujuan untuk mendapatkan telur dan benih yang
berkualitas dengan kuantitas yang memadai (Adnan et al., 2022).
Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung mempunyai peran penting terhadap pengembangan
teknologi pembenihan dan penyebaran informasi budidaya kakap putih (L. calcarifer) dan sejauh
ini BBIL Pulau Tidung telah menghasilkan benih yang berkualitas. Praktik kerja lapang
dilakukan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan induk kakap putih (Lates calcarifer).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada taruna/i dalam memperoleh
pengalaman praktik dilapangan dan keterampilan di budidaya ikan laut.
1
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah menambah pengetahuan
tentang teknik pemijahan ikan kakap putih serta keterampilan dalam manajemen pemberian
pakan pada induk ikan kakap putih di Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung, Kepulauan Seribu
Jakarta.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktek kerja lapangan ini yaitu untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, penguasaan teknik pemijahan ikan, dan informasi ilmiah sehingga dapat dijadikan
acuan dalam menjalankan kegiatan pemeliharaan induk dan pemijahan ikan kakap putih (Lates
calcarifer).
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang (PKL)
Kegiatan praktik umum dilaksanakan di Balai Benih Ikan Laut, Pulau Tidung. Pulau
Tidung merupakan salah satu bagian daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi
DKI Jakarta. Secara geografis Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak pada 1060 190
300 – 1060 440 500 Bujur Timur dan 50 100 000 – 50 570 000 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, sebelah timur
dengan Laut Jawa/Selat Sunda. Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dibagi
kedalam dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pulau Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan. Terdapat beberapa daerah yang potensial untuk pengembangan budidaya ikan laut di
Kepulauan Seribu, salah satunya yaitu Pulau Tidung. (Maulana, 2009).
Pulau Tidung memiliki luas wilayah sekitar 50,13 Ha. Pulau Tidung merupakan salah
satu pulau berpenghuni diantara kepulauan seribu yang memiliki banyak sumber daya alam,
diantaranya yaitu terumbu karang, mangrove, tanaman pesisir, ( tanaman sukun dan kelapa), ikan
dan biota lainya. Pulau Tidung dilengkapi oleh fasilitas pendidikan dan kesehatan yang
memadai. Pulau Tidung berbagi menjadi dua pulau, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung
Kecil yang dihubungkan dengan jembatan cinta. Pemanfaatan wilayah Pulau Tidung Besar
digunakan untuk pariwisata bahari, seperti snorkeling dan diving. Pemanfaatan wilayah Pulau
Tidung Kecil digunakan untuk kegiatan konservasi laut yang meliputi transplantasi dan
perawatan terumbu karang, budidaya ikan nemo, pelestarian penyu, pembibitan dan penanaman
mangrove serta tanaman pesisir seperti tanaman sukun dan kelapa.
Kondisi air di Pulau Tidung mempunyai kadar salinitas yang tinggi atau air asin sehingga
dapat mendukung kegiatan budidaya ikan laut yang ada. Di Pulau Tidung juga terdapat sumber
air tawar, baik dari sumur maupun Reserve Osmosis (RO) yang berfungsi sebagai penyedia air
tawar untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan perawatan ikan di Pulau Tidung. Balai
Benih Ikan Laut terletak di Pulau Tidung Besar. Bagian Belakang dan depan BBIL Pulau Tidung
berhadapan langsung dengan laut yang merupakan inlet dan outlet untuk mencukupi kebutuhan
air dalam kegiatan budidaya ikan laut. Dengan begitu lokasi Balai Benih Ikan Laut di Pulau
Tidung sangat mendukung kegiatan budidaya benih ikan laut.
3
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lokasi Praktik Kerja Lapang
Pulau Tidung merupakan salah satu pulau berpenduduk yang memiliki potensi dalam
budidaya ikan laut. Balai Benih Ikan Laut (BBIL) Pulau Tidung pada awalnya didirikan pada
tahun 2007 dan berada dibawah satuan kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Budidaya Laut yang
berlokasi di Ciganjur, Jakarta Selatan. Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung berdiri atas dasar
fungsi utamanya, yakni menyediakan benih ikan laut bagi para petani keramba di wilayah
Kepulauan Seribu. Pada awal berdirinya Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung hanya terdiri dari
satu divisi saja, yaitu divisi pendederan. Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung sempat tidak
memproduksi benih ikan laut selama beberapa tahun.
Memasuki tahun 2015, BBIL Pulau Tidung berada dibawah naungan Pusat Budidaya dan
Konservasi Laut yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Dinas Ketahanan
Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Adapun keberadaan Pusat Budidaya dan
Konservasi Laut yang dibentuk pada tahun 2015, dalam melaksanakan tugas pokoknya mengacu
pada Peraturan Gubernur Nomor 318 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Pusat Budidaya dan Konservasi Laut.
Pusat Budidaya dan Konservasi Laut dibutuhkan keberadaanya karena diharapkan
mampu sebagai unit yang berfungsi sebagai penyedia benih ikan laut dan distribusinya dalam
rangka mendukung program peningkatan produksi ikan yang berasal dari pengembangan
perikanan budidaya laut dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA), pada tahun 2017
Kepada Satuan Pelaksana Budidaya Laut ditentapkan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan,
Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta untuk mengelola teknis dan operasional Balai
Benih Ikan Laut Pulau Tidung dan sebagai penanggung jawab produksi dan distribusi benih ikan
laut.
Setelah menjadi bagian dari Unit Pelakasana Teknis Dinas Ketahana Pangan, Kelautan
dan Pertanian yaitu Pusat Budidaya dan Konservasi Laut, Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung
memiliki kegiatan pembenihan yang lengkap dari pemeliharaan induk hingga pendistribusian
benih ikan laut.
4
2.1.2 Struktur Organisasi
Pelaksanaan kegiatan di Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung dibagi menjadi beberapa
divisi Serta struktur organisasi didalamnya. Adapun struktur organisasi Balai Benih Ikan Laut,
Pusat Budidaya dan Konservasi Laut Pulau Tidung, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor
57 Tahun 2022 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Budidaya dan Konservasi
Laut.
Divisi Larva dan Devisi Larva Divisi Divisi Laboratuarium Juru Mudi Kapal
Divisi Induk
Pakan Alami Rearing Pendederan dan Kesling Pemda
5
▪ Divisi Induk
Divisi Induk bertanggung jawab dalam melaksanakan, memantau, dan mengendalikan
seluruh kegiatan pemeliharaan induk di BBIL Pulau Tidung.
▪ Divisi Larva dan Pakan Alami
Divisi Larva dan Pakan Alami bertanggung jawab dalam melaksanakan, memantau, dan
mengendalikan seluruh kegiatan pemeliharaan larva dan pakan alami di BBIL, Pulau Tidung.
▪ Divisi Larva Rearing
Divisi Larva Rearing bertanggung jawab dalam melaksanakan, memantau, dan
mengendalikan seluruh kegiatan pemeliharan larva rearing atau benih ukuran 2-5 cm.
▪ Divisi Pendederan
Divisi Pendederan bertanggung jawab dalam melaksanakan, memantau, dan mengendalikan
seluruh kegiatanpemeliharaan benih dengan ukuran diatas 5 cm sebelum didistribusikan ke KJA
pokdakan di wilayah Kepulauan Seribu.
▪ Divisi Laboratorium dan kesehatan lingkungan
Divisi laboratorium dan Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab dalam melaksanakan,
memantau, dan mengendalikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan hama penyakit baik pada
ikan maupun kualitas air di lingkungan BBIL Pulau Tidung.
▪ Juru Mudi Kapal Pemda
Juru Mudi Kapal Pemda bertanggung jawab terhadap pemanfaatan dan perawatan kapal pemda
untuk kegiatan Pusat Budidaya dan Konservasi Laut.
6
2.1.3 Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana pada Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung disajikan pada
Tabel 1.
Table 1. Sarana dan Prasarana BBIL
7
7. Bak Rotifera 6 Bak Untuk kultur pakan
alami rotifera
8
2.3 Morfologi Ikan Kakap Putih
Ciri-ciri morfologis ikan kakap putih adalah memiliki badan memanjang, gepeng, batang
sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung cembung di depan sirip punggung.
Mulut lebar, gigi halus, dan bagian bawah preoperkulum berduri kuat, operculum mempunyai
duri kecil, cuping bergerigi di atas pangkal guratsisi (linea lateralis) dan kakap putih memiliki
ekor berbentuk meruncing ke arah ujung. Untuk mempertahan populasinya ikan jantan yang
telah berbobot 2 – 2,5 kg dapat berubah kelamin menjadi betina (hemaprodit protandri) dan
hanya sekitar 50% dari populasinya tetap berkelamin jantan (Sunyoto dan Mustahal, 2002).
Kakap Putih memiliki sirip punggung berjari-jari keras 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah,
sirip dada pendek dan membulat, sirip punggung dan sirip dubur memiliki lapisan bersisik. Sirip
dubur bulat, berjari keras 3 dan berjari lemah 7-8, sirip ekor bulat, dan sisik bertipe sisir besar.
Kakap putih yang berumur 1-3 bulan berwarna terang, sedangkan kakap putih yang melewati
umur 3 bulan akan berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna gelap. Badan atau sirip
tidak terdapat corak bintik-bintik (Grieser et al., 2006).
9
Parameter fisika dan kimia pada perairan budidaya ikan kakap putih diantarnya suhu air,
kecerahan, pH, salinitas dan DO (Abduh & Fatahudin, 2012).
Table 2. Persyaratan Kualitas Air
Parameter Persyaratan
Suhu 26-32oC
pH 7,0-8,5 ppm
Oksigen terlarut 4 mg/l
Salinitas 15-28 g/l
Kecerahan air 30-40 cm
Sumber : (SNI 6145.4:2014)
10
3. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang akan dilaksanakan 21 Agustus – 30 september
2023 di Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Provinsi Dki Jakarta.
11
Table 4. Bahan
12
3.3.3 Manajemen Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya dan berperan
penting dalam meningkatkan produksinya. Pakan merupakan salah satu komponen penting
dalam kegiatan budidaya ikan dan pakan merupakan unsur penting dalam menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Pemberian pakan induk dilakukan secara adlibitum yaitu
teknik pemberian pakan sampai sekenyangnya ikan, pemberian pakan dilakukan pada pagi hari.
Apabila pemberian pakan respon ikan lambat berarti proses pemberian pakan harus dihentikan
karena hal tersebut menandakan ikan sudah kenyang. Pemberian multivitamin pada induk ikan
kakap putih dapat mempercepat pertumbuhan (Abduh, M. 2016).
3.3.4 Pemijahan
Metode pemijahan pada ikan kakap putih (L. calcarifer) dibagi atas 3 yaitu, pemijahan
alami (natural spawning), pemijahan striping (artificial fertilization) dan penyuntikan (induced
spawning). Induk yang sudah matang gonad dalam bak resirkulasi dengan kepadatan 1-3 ekor
m3. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 1:1. Pemijahan terjadi pada malam hari antara
pukul 21.00 - 00.00 WIB. Selama pemijahan berlangsung, air dibiarkan mengalir sepanjang
malam melewati saluran outlet menuju bak pemanenan telur yang telah ditempatkan wadah
penampungan telur (egg collector) yang sebelumnya telah dipasangkan pada sore hari karena
pemijahan terjadi pada malam hari (Prajayanti et al., 2023).
13
3.4 Analisis Data
Data yang diambil yaitu menggunakan metode sebagai berikut:
▪ Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil mengikuti kegiatan secara langsung pemeliharaan induk
dan pemijahan ikan kakap putih serta wawancara langsung dengan pembimbing lapangan dan
staff yang menangani langsung kegiatan pemeliharaan induk dan pemijahan ikan kakap putih
(Lates Calcarifer) di BBIL Pulau Tidung.
▪ Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data kegiatan
pemijahan ikan kakap putih melalui studi pustaka, data dilapangan dan literatur yang
mendukung.
14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Pemeliharaan induk kakap putih di BBIL Pulau Tidung, menggunakan wadah berupa
bak beton berukuran 3 x 2 x 1 m. Bak induk dilengkapi dengan 4 titik aerasi, saluran pemasukan
(inlet) yang terletak dipermukaan bak, saluran pembuangan (outlet) yang terletak didasar bak
yang dilengkapi dengan pipa penyaring dan pada bagian depan bak ketinggian 90 cm, terdapat
satu lubang yang dapat terhubung dengan bak penampung telur. Persiapan wadah dilakukan
dengan cara membersihkan bak pemeliharaan dari lumut yang menempel pada dinding dan dasar
bak menggunakan sikat. Bagian dasar dinding wadah disiram menggunakan kaporit dengan dosis
200 gr/ ton dan dilarutkan dengan air sebanyak 30 liter sebagai bentuk desinfeksi yang
mempercepat proses pembunuhan bakteri (Kusumanti et al., 2022). Kaporit dipilih sebagai
disinfektan karena klor pada kaporit terutama HOCI umumnya sangat efektif untuk membunuh
patogen dan bakteri (Adnan et al., 2022). Proses selanjutnya bak kemudian disikat kembali
sampai bersih dan dilakukan pembilasan kembali dengan air bersih kemudian diisi air laut.
Pembersihan kolam dilakukan setiap 14 hari sekali. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya
hama dan penyakit.
15
Gambar 6. Sampling Induk Kakap Putih
(Dokumentasi Pribadi, 2023)
16
4.4 Pemijahan Induk
Pemijahan ikan kakap putih di BBIL Pulau Tidung dilakukan secara alami. Pemijahan
dilakukan dengan memanipulasi lingkungan yaitu penurunan air dan sirkulasi. Pergantian air
dilakukan setelah pemberian pakan dipagi hari sebanyak 70 – 80 % dari volume awal sistem ini
dinamakan flow through. Kelebihan dari sistem ini dapat mengurangi kadar pemupukan amonia
dan menjaga kualitas air agar tetap terjaga sehingga membuat kadar oksigen terlarut tetap stabil
(Kusumanti et al., 2022). Perbandingan pemijahan ikan kakap putih di BBIL yaitu 2 :1
pemijahan terjadi pada malam hari pukul 21.00 – 00.00 WIB. Selama berlangsung pemijahan, air
terus mengalir ke saluran outlet menuju bak pemanenan telur yang telah diwadahi jaring
penampungan telur yang dipasangkan pada sore hari.
17
Gambar 10. Pemanenan Telur
(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Pemijahah ikan kakap putih berlangsung selama 2 hari, pada tanggal 26 september 2023
telur yang dibuahin sebanyak 88.000 butir dan telur yang tidak terbuahi mencapai 80 %. Nilai
FR 20 %, nilai HR 69 %. Pada tanggal 27 september 2023 telur yang dibuahi 168.000 butir, nilai
HR 48%. Dari hasil pemijahan ikan kakap putih di BBIL bahwa FR dan HR yang dihasilkan
sangat rendah dikarenakan induk ikan kakap putih yang stres akibat pemindahan induk yang
berdekatan dengan waktu pemijahan.
18
Gambar 11. Pengambilan Sampel Telur Gambar 12. Menghitung Telur
(Dokumentasi Pribadi, 2023) (Dokumentasi Pribadi, 2023)
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan dan kualitas air yang ada
di kolam induk pmeliharaan ikan kakap putih tergolong normal dan baik untuk pemijahan sesuai
dengan SNI 6145.4:2014.
19
Gambar 13. Refraktometer
20
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pemeliharaan induk kakap putih di BBIL Pulau Tidung dilakukan mulai dari persiapan
wadah yaitu pembersihan kolam bak beton dengan cara penyikatan dan penggunaan
kaporit, seleksi induk dan pemberian pakan induk dengan tambahan vitamin c dan natur e
untuk kesehatan ikan kakap putih.
2. Pemijahan ikan kakap putih dilakukan secara alami dengan metode manipulasi
lingkungan dengan cara flow through.
3. Kondisi lingkungan induk kakap putih tergolong baik serta terhindar dari hama dan
penyakit.
4. Hasil pemijahan ikan kakap putih di BBIL Pulau Tidung berlangsung selama 2 hari yaitu
pada tanggal 26 september 2023 nilai FR 20% dan HR 69%, sedangkan tanggal 27
september 2023 nilai HR 48%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat PKL di BBIL Pulau Tidung penulis
memberikan saran berupa selain menggunakan teknik pemijahan alami alangkah baiknya apabila
mulai dilakukan pemijahan secara semi alami dan sebaiknya diperhatikan kembali dalam
pemindahan induk sebelum waktu pemijahan agar ikan tidak stres dan menghasilkan banyak
telur yang berkualitas.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., & Fatahudin, F. (2012). Pembenihan ALAMI IKAN KAKAP PUTIH ( Lates
calcarifer ) DI KERAMBA JARING APUNG. Balai Budidaya Laut Batam, 10,
85–89.
Adnan, N., Hidayat Amrullah, S., & Hamka, H. (2022). Teknik pemeliharaan induk ikan kakap
putih (Lates calcarifer) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar,
Sulawesi Selatan. Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, 2(3), 69–75.
https://doi.org/10.24252/filogeni.v2i3.29495
Astuti, E. P., Vitasari, A., & Wulan, P. D. (2023). KAJIAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN KAKAP
ssPUTIH ( Lates calcarifer ) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (
BPBAP ) SITUBONDO , KABUPATEN SITUBONDO , JAWA. 6, 269–280.
Grieser, J., Gommes, R., & Bernardi, M. (2006). New LocClim - the Local Climate Estimator of
FAO. Geophysical Research Abstracts, 8(1), 08305.
Irmawati, Alimuddin, & Tassakka, A. C. M. A. . (2019). BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (
Lates calcarifer TIM PENELITIAN TERAPAN RISTEK-DIKTI 2019. December.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.36149.22243
Kusumanti, I., Iskandar, A., Sesaria, S., & Muslim, A. B. (2022). Studi Kelayakan Usaha
Pembenihan Ikan Kakap Putih Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (Bpbap)
Situbondo, Jawa Timur. Ziraa’Ah Majalah Ilmiah Pertanian, 47(2), 195.
https://doi.org/10.31602/zmip.v47i2.6270
Mahyuddin, K. (2011). Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya.
Mashuri et al. (2012). I. 1.1. 1–11.
Prajayanti, V. T. F., Prama, E. A., Arif, G. N., & Pietoyo, A. (2023). PENGARUH PASANG
SURUT PADA PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)
SECARA ALAMI. Marlin, 4(1), 57.
https://doi.org/10.15578/marlin.v4.i1.2023.57-64
Pranggono, H., Mardiana, T. Y., & Afifah, N. (2019). PENGARUH PEMBERIAN SAPONIN
DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP MORTALITAS IKAN KAKAP PUTIH (
Lates calcalifer ) yang tinggi untuk dibudidaya , ikan kakap buas dan berbahaya
sebagai hama predator pada budidaya khususnya budidaya udang di tambak
selain ikan payus. 18(1).
22
saidr. (2007). Pembenihan kakap putih. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–
952., 7(Mi), 5–24.
Saleky, D., & Amir, A. (2023). Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer,
Bloch, 1790) Berdasarkan Karakter DNA Mitokondria di Perairan Pesisir
Kabupaten Merauke. Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi, 11(1), 172.
https://doi.org/10.33394/bioscientist.v11i1.7049
SNI 6145.4;2014. (2014). Standar Nasional Indonesia Ikan kakap putih ( Lates calcarifer , Bloch
1790 ) Bagian 4 : Produksi benih. Ilmiah, 4(Produksi Benih Ikan Kakap Putih),
12.
(Sunyoto dan Mustahal. (2002). Pemeliharaan Induk Kakap Putih. Jurnal Agribisnis Terpadu,
9(2), 249–260. https://doi.org/10.22236/solma.v9i2.5398
Winarno, B., & Triono, E. (2011). Peningkatan produksi telur dan benih kakap putih (. 19–21.
Windarto, S., Hastuti, S., Subandiyono, S., Nugroho, R. A., & Sarjito, S. (2019). PERFORMA
PERTUMBUHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer Bloch, 1790) YANG
DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA).
Sains Akuakultur Tropis, 3(1), 56–60. https://doi.org/10.14710/sat.v3i1.4195
23
LAMPIRAN
Pagi Sore
Tanggal Kolam Suhu pH Salinitas Suhu pH Salinitas
23/08/2023 B2. Induk Kakap 29,3 8,16 31 29,1 7,79 30
24/08/2023 B2. Induk Kakap 29,2 8,07 30 28,9 7,99 31
25/08/2023 B2. Induk Kakap 29,1 7,83 30 29,1 8,12 31
26/08/2023 B2. Induk Kakap 28,8 7,89 30 28,7 7,78 32
28/08/2023 B2. Induk Kakap 28,3 8,20 33 29,0 7,04 33
29/08/2023 B2. Induk Kakap 28,0 8,20 33 28,6 8,06 30
30/08/2023 B2. Induk Kakap 28,7 7,88 30 28,6 8,13 32
31/08/2023 B2. Induk Kakap 28,5 8,06 30 29,4 7,93 30
09/01/2023 B2. Induk Kakap 28,5 7,95 30 29,3 8,07 31
09/04/2023 B2. Induk Kakap 28,5 8,06 31 28,4 7,98 32
09/05/2023 B2. Induk Kakap 28,1 7,87 31
09/06/2023 B2. Induk Kakap 28,2 7,89 29 29,2 8,04 30
09/07/2023 B2. Induk Kakap 28,6 8,0 32 29,0 8,07 32
09/08/2023 B2. Induk Kakap 28,6 8,13 30 29,2 7,92 32
09/09/2023 B2. Induk Kakap 28,7 7,93 32 29,3 7,95 30
09/11/2023 B2. Induk Kakap 28,3 7,92 32 29,2 8,06 32
09/12/2023 B2. Induk Kakap 28,5 7,99 30 2,97 7,91 30
13/9/2023 B2. Induk Kakap 28,6 7,98 30 29,3 8,09 30
14/9/2023 B2. Induk Kakap 28,5 7,94 30 29,6 7,97 30
15/9/2023 B2. Induk Kakap 28,0 8,0 33 29,2 8,11 32
16/9/2023 B2. Induk Kakap 28,2 8,05 31
18/9/2023 B2. Induk Kakap 28,7 8,0 31
19/9/2023 B2. Induk Kakap 28,6 7,68 32
20/9/2023 B2. Induk Kakap 29,0 7,68 31
21/9/2023 B2. Induk Kakap 28,5 8,0 32
22/9/2023 B2. Induk Kakap 28,5 7,56 34 28,4 8,07 31
23/9/2023 B2. Induk Kakap 28,8 7,65 33 29,1 7,82 33
25/9/2023 B2. Induk Kakap 28,6 7,79 31 29,5 7,79 31
26/9/2023 B2. Induk Kakap 29,1 7,91 31 29,9 8,84 33
27/9/2023 B2. Induk Kakap
29/9/2023 B2. Induk Kakap
30/9/2023 B2. Induk Kakap
24