OLEH :
NAMA : ABDI RANGGA KUSUMA
NIT : 20.3.12.082
PRODI : UBDI B
vi
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) I
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis
niloticus) DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN
(POKDAKAN) SERBA USAHA, KELURAHAN BATIPUH
PANJANG, KECAMATAN KOTO TANGAH, KOTA PADANG
OLEH :
vii
PERNYATAAN MENGENAI PKL 1 DAN SUMBER INFORMASI
20.3.12.082
viii
LEMBAR PENGESAHAN
NIT : 20.3.12.082
Untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPR Padang pada tanggal 1
Maret 2022 sampai dengan 30 Maret 2022.
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
ix
Program studi : Usaha Budidaya Ikan
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing,
Tanggal Seminar
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
lagi maha penyayang serta berkat rahmat dan karunia-nya juga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) I.
Penulis menyadari bahwa proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis
berharap semoga laporan ini memberikan informasi dan manfaat bagi semua
pihak.
xi
Penulis
DAFTAR ISI
xii
4.2.2 Kegiatan Pembuatan dan Perbaikan Alat Tangkap…………… 18
IV.3..........................................................................Permesinan Kapal
.......................................................................................................12
IV.3.1 kegiatan perbengkelan............................................................ 12
IV.3.2 Penjualan................................................................................. 13
IV.3.3 Permesinan di atas kapal......................................................... 13
IV.3.4 Tahap menghidupkan dan mematikan mesin induk................ 16
IV.3.5 Persiapan Pelaksanaan Perawatan dan Perbaikan…………… 25
IV.4Budidaya Udang Vaname………………………………………... 28
IV.5Pengolahan………………………………………………………... 32
IV.5.1 Keadaan Umum...................................................................... 32
IV.5.2 Sarana dan Prasarana.............................................................. 33
IV.5.3 Garis Besar Pengolahan.......................................................... 34
BAB V PENUTUP..................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 37
5.2 Saran................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 38
LAMPIRAN............................................................................................... 39
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4. Alat yang sering digunakan di bengkel......................................... 21
Tabel 5. Jenis mesin dan daya mesin (PK)…………………………….…. 22
Tabel 6. Pendingin mesin yang digunakan ……………………………… 22
Tabel 7. Bahan bakar yang digunakan…………………………………… 23
Tabel 8.Alat dan Kegunaan …………………………………………….... 35
Tabel 9.Bahan dan Kegunaan …………………………………………… 35
xiv
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
makanan kita, memperbaiki kesehatan, jasmani, dan
rohani. Protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh, serta mengembangkan daya pikir dan
meningkatkan kecerdasan (Mudjiman, 1996).
Ikan nila merah merupakan salah jenis ikan nila
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan
komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia.
Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas ikan
nila di antaranya memiliki resistensi yang relative tinggi
terhadap kualitas air dan penyakit, memiliki toleransi yang
luas terhadap komoditi lingkungan, memiliki kemampuan
yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi
dari bahan organik (limbah domestik dan pertanian),
memiliki kemampuan tubuh yang baik dan mudah tumbuh
dalam system budidaya intensif (Sucipto, 2007).
Awalnya konsep pengembangan budidaya ikan nila
semata-mata hanya terfokus pada cara agar ikan nila bisa
diterima di masyarakat di negara-negara berkembang
dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkat
ekonomi rendah. Namun, kendala utama dalam
pengembangan budi daya ikan nila di Indonesia adalah
kurangnya ketersediaan benih di tingkat pembenihan (Amri
dan Khairuman, 2008). Berdasarkan pada hal-hal di atas,
maka judul yang penulis ambil dalam Kerja Praktik Akhir
(KPA) ini yaitu “Teknik Pembenihan Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus)” .
1.2 Tujuan
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sistematika
Ikan nila merah adalah hasil persilangan antara ikan-ikan yang termasuk
dalam keluarga (faimilia) Cichlidae dari keturunan Oreochromis mosambicus dan
O. Honorum berwarna merah yang berasal dan Singapura dan Oreochromis
niloticus berwarna merah yang berasal dari Jepang.
Klasifikasi ikan Nila Merah yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah
yang telah dirumuskan oleh Dr. Trewavas (Suyanto, 2003) : Filum : Chordata,
Subfilum : Vertebrata, Kelas : Osteichtyes, Subkelas : Acanthoptherigii, Ordo :
Percomorphi, Subordo : Percoidea, Famili : Cichlidae, Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis sp.
2.1.2 Ekogeografi
Seperti ikan air tawar pada umumnya ikan nila hidup di tempat-tempat
yang airnya tidak begitu dalam dengan arus yang tidak deras (Djarijah, 1995 ;
Shipton et al. 2008), dan dengan campur tangan manusia ikan nila telah menyebar
keseluruh dunia dari benua Afrika, Amerika, Asia, sampai Australia (Amri dan
Khairuman, 2003).
Ikan nila banyak dibudidayakan diberbagai daerah, karena kemampuan
adaptasi bagus diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air
laut. Ikan ini juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora,
mampu mencerna makanan secara efisien, pertumbuhan cepat dan tahan terhadap
hama penyakit (Suyanto, 1995).
2.1.3 Kebiasaan makan
12
menempel pada benda-benda di habitat hidupnya (Mudjiman, 2004).
Dewasa ini ikan nila merah bisa diberi pakan tambahan berupa pellet
(Amri dan Khairuman, 2008). Sedangkan menurut Arie (1999), pellet yang
13
diberikan sebagai pakan tambahan untuk ikan nila merah harus mengandung protein yang tinggi, minimal
25% pellet yang diberikan dapat berupa tepung maupun butiran.
2.1.4 Sistem reproduksi
Secara alami ikan ini dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis,
frekwensi pemijahan terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alam ikan nila bisa
memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti rata-rata tiap bulan sekali ikan nila akan
berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa bisa mencapai 4-5 bulan
dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika induk
ikan nila berumur 1,5 - 2 tahun. Dengan bobot diatas 500 gram/ekor.
Ciri – ciri pada induk jantan dapat terlihat jelas mempunyai satu lubang
genital yang berupa tonjolan yang agak meruncing yang berfungsi sebagai saluran
sperma dan saluran kemih, dan dibagian depannya terdapat anus. Pada induk
betina mempunyai tiga saluran yaitu : anus, lubang untuk mengeluarkan telur dan
lubang kemih (Rukmana,1997).
2.2 Pembenihan Ikan Nila Merah
14
untuk mematangkan gonad induk ikan nila maka dilakukan proses pemisahan
induk selama 1-2 minggu dan diberi pakan berupa pellet komersial 3 % dari berat
badan yang dibagi menjadi 3 kali pemberian (Suyanto, 2003).
Induk yang akan dipijahkan terlebih dahulu dilakukan penyeleksian, hal
ini bertujuan untuk meningkatkan produksi benih (Sudrajat, 2003). Ikan nila
betina yang matang gonad pada bagian perut antara sirip dada dan sirip perut
berbentuk cembung, bagian kiri dan kanan perut berisi serta genital papilenya
memerah (Djarijah, 1995). Nila jantan yang matang gonad bila distriping perutnya
akan keluar cairan kental berwarna merah (Rukmana, 1997).
2.2.3 Pemijahan
15
dedak, bungkil kedelai, atau bungkil kacang. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per
hari dari bobot induk (Suyanto, 2010).
2.2.4 Manajemen Benih
Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8 mm, pengeraman
terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh induknya
selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10 mm.
Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada
pada tubuhnya selama 4 - 5 hari, mulai hari ke 5 setelah menetas larva yang sudah
keluar dari mulut induk betina mulai mencari makan karena persediaan
makanannya berupa kuning telur sudah habis, makanan yang diberikan berupa
pellet halus dengan kandungan protein 25 % diberikan tiga kali sehari, pagi, siang,
dan sore hari dengan dosis 3-5 % dari perkiraan berat total larva.
Bak perawatan larva dibuat dari semen atau fiber glas dengan kepadatan
perawatan yang sama yaitu 10.000 butir atau 10.000 ekor per bak atau 5000 ekor/
m2 (Djarijah, 1995). Suhu yang baik untuk pemeliharaan benih Ikan Nila adalah
28 – 30 ºC. Sedangkan oksigen terlarut sebesar 6 - 8 ppm (Suyanto, 2010). Untuk
mempertahankan kualitas air agar tetap baik, tidak keruh dan berbau maka
dilakukan pemasukan air baru sekitar 10-30 % setiap tiga hari sekali (Amri et al.,
2002).
2.2.5 Analisa Teknis Pembenihan
2.3 Pakan dan Nutrisinya
(Cahyono, 2000).
Kisaran pH yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 5-9. Nilai pH 7,0-
8,5 adalah nilai pH yang ideal (Boyd,1979).
17
2.6 Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang benih ikan nila adalah belut, ular, burung,
ikan gabus dan ikan lele sedangkan penyakit yang biasa menyerang terutama
penyakit parasitik seperti Ichthyophthirius multifilis yang mengakibatkan bintik
putih dipermukaan tubuh ikan dan mengakibatkan kematian masal. Pencegahan
penyakit ini dilakukan dengan menambahkan garam dapur di kolam media
pendederan sebanyak 200 gr/ m3 (Aulia, 2009).
2.7 Panen dan Penanganan Pasca Panen
Menurut Fatimah (2010), pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu Panen total dan panen seleksi. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan
(penangkapan) dibuat seluas 1 m² di depan pintu pengeluaran sehingga
memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat
keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus.
Sedangkan panen sebagian atau panen selektif dilakukan tanpa
pengeringan kolam, ikan yang akan di panen dipilih dengan ukuran tertentu.
Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi
umpan. Ikan nila yang tidak terpilih sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan
larutan malachite green 0,5 – 1,0 ppm selama 1 jam sebelum dikembalikan ke
kolam (karena biasanya terluka akibat jaring).
Penangkapan larva saat panen dilakukan dengan cara larva ditangkap
dengan sekup net besar atau waring. Setelah ditangkap larva dimasukkan kedalam
ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam tersebut. Saat itu
juga larva harus ditebar dikolam pendederan (Arie, 2000).
Pemanenan dan penanganan benih memerlukan kecermatan khusus pada
benih yang masih kecil, pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari (Suyanto,
2000). Wadah untuk menampung larva atau benih nila yang baru menetas berupa
dua buah bak fiber glass berbentuk silinder dengan volume 500 liter. Selain itu,
bisa juga digunakan satu buah bak fiber glass berukuran 2 x 2 x 0,5 m. Untuk
memudahkan penangkapan larva, wadah tersebut dilengkapi dengan dua buah
hapa (terbuat dari trilin) berukuran 1 x 0,5 x 0,5 m.
18
Benih dari corong penetasan yang baru menetas akan dibawa aliran air
sehingga akan terapung didalam hapa. Di bagian tengah wadah penampungan
dipasang pipa paralon yang berfungsi mengalirkan air ke wadah penyaring air
(filter), dari tempat penampung larva, larva bisa dipindahkan ke kolam
pendederan (Khairuman dan Amri, 2003). Ikan yang telah dipanen harus tetap
dipertahankan mutu hingga sampai ke pasaran. Penanganan pasca panen yang
baik dan benar meliputi pembersihan dan pemberokan, sortasi dan grading,
pengolahan ikan, pengangkutan dan pemasaran (Cahyono, 2007).
2.8 Analisa Usaha
Laporan laba rugi dapat dilihat dari keuntungan atau kerugian yang
dialami oleh perusahaan pada kurun waktu pertahun, perperiode, perproduksi,
atau waktu lainnya. (Soeharto, 1997).
Payback Period adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan
untuk mengembalikan investasi. Indikator yang dinyatakan dalam ukuran waktu
yang diperlukan oleh proyek itu, sehingga mampu mengembalikan modal
investasi (Riyanto, 1995).
19
I. METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik akhir dilaksanakan pada Maret 2022 di Kelompok Pembudidaya
Ikan(POKDAKAN) Serba Usah,Kelurahan Batipuh Panjang,Kecamatan Koto Tanggah,Kota
Padang
b. Prosedur Kerja
Pengeringan kolam dilakukan dengan membuka pintu air sampai kolam kering setelah
kolam kering, kolam kemudian dibersihkan menggunakan sorok untuk membuang sisa – sisa
kotoran, setelah itu dilakukan sterilisasi kolam menggunakan kaporit 60 % yang dilarutkan dengan
air, dengan takaran kaporit ¼ ember, kemudian kaporit ditebar merata ke seluruh kolam berfungsi
untuk membunuh benih – benih dan pathogen – pathogen yang tersisa, setelah proses sterilisasi
selesai selanjutnya kolam diisi air kembali.
b. Prosedur Kerja
Penyeleksian induk yang sudah matang gonad dilakukan dengan melihat kelamin induk,
induk jantan yang telah matang gonad akan mengeluarkan cairan sperma bila distriping perutnya,
sedangkan induk betina yang matang gonad perutnya akan berbentuk cembung dan genital
papilenya memerah, induk yang sudah diseleksi selanjutnya ditebar di kolam pemberokkan, induk
yang sedang diberokkan diberi pakan berupa pellet berprotein 30 % dengan dosis 0,5 % dari total
biomassa ikan, pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore, selama pemberokkan
induk.
20
3.2.3 Pemijahan
a. Alat dan Bahan
Alat : Jaring, Hapa, Ember, Seser
Bahan : Pakan pellet, induk jantan dan induk betina
b. Prosedur Kerja
Mempersiapkan induk yang akan dipijahkan dari kolam pemberokkan, setelah induk siap,
induk kemudian ditebar di kolam pemijahan, dengan perbandingaan 30 jantan : 90 betina untuk
pemijahan sistem ketek dan 150 jantan
: 450 betina untuk pemijahan kolam besar, selama pemijahan induk diberi pakan 2 kali sehari pagi
dan sore menggunakan pakan pellet dengan protein 30 %, setelah larva mulai terlihat ditepi kolam,
dilakukan pemanenan larva menggunakan seser, setelah 25 hari pemijahan pada sistem ketek dan
45 hari pada sistem kolam besar selanjutnya dilakukan pemanenan dan pemindahan induk.
b. Prosedur Kerja
Larva hasil pemanenan ditebar dalam bak penampungan yang terbuat dari fiber, setelah
jumlah larva telah sesuai dengan jumlah yang diinginkan larva kemudian dipindah ke kolam
jantanisasi dengan kepadatan larva 100.000 –
150.000 per kolam, pemberian pakan larva menggunakan pakan pellet halus protein 32 % yang
sudah dicampur alfa methyl testosteron, pemberian pakan disesuaikan dengan umur larva, untuk
larva umur 1 -5 hari diberi pakan dengan dosis 500 gr/hari, benih umur 5 – 8 hari 800 gr/hari, umur
8 – 18 hari 1000 gr/hari, dan umur 18 – 23 hari 1000 gr/hari pakan kasar dan tidak diberi hormone.
3.2.5 Panen
a. Alat dan Bahan
Alat : Besi, Hapa, Seser, Ember, Tabung Oksigen Bahan :
Plastik packing, karet gelang.
21
b. Prosedur Kerja
Pemanenan benih dilakukan saat benih berumur 21 – 23 hari, pemanenan benih
dilakukan menggunakan hapa seukuran kolam yang kedua sisinya di ikat dengan besi, dan
kemudian digunakan untuk menjaring benih, benih yang terjaring kemudian dipindahkan ke bak
penampungan yang sudah diberi hapa utuk memudahkan proses pengambilan benih, saat
pemindahan benih, benih disaring menggunakan jaring untuk memisahkan ukuran benih, benih
kemudian dikemas menggunakan plastik yang sudah diisi air dengan perbandingan 30 % air dan
70
% oksigen, dengan jumlah air ± 20 liter, pengisian benih dilakukan dengan memerhatikan jumlah
benih yaitu maksimal 4.000 ekor per plastik, plastik yang sudah diisi benih kemudian disusun di
mobil pengangkutan untuk selanjutnya dikirim.
HR = x 100 %
SR = x 100 %
22
3.4 Analisa Usaha
3.4.1 Laba/Rugi (Khairuman et al., 2002)
Laba/rugi = TR - TC
3.4.3 Rumus R/C Ratio (Umar, 2005 ; Hasri et al., 2006 ; Soekartawi, 2001)
R/C =
()
P/P = () ()
X 1 tahun
23
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk sumber air yang digunakan berasal dari air umbul atau air tanah
yang berada di sekitar lokasi yang kemudian disalurkan melalui saluran – saluran
irigasi dan masuk ke kolam melalui pintu – pintu air yang berada di setiap kolam.
4.1.3 Pemberian Pakan
Suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertukaran zat
atau metabolisme makhluk hidup. Suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen
terlarut dalam air, pertumbuhan dan nafsu makan organisme yang dibudidayakan.
Suhu air yang baik untuk pertumbuhan ikan nila berkisar 250C - 300C (Cahyono,
2000). Gambar hasil pengukuran suhu kolam induk dapat dilihat pada gambar 1
dan lampiran 1.
35
Pagi
30 Sian
25 g
Suhu ( °C )
20 Sore
15
10
0
1 2 3 4 5
Pengukuran Ke -
o
29 C. Perubahan suhu yang cukup ekstrim sangat mempengaruhi proses
metabolisme dalam tubuh ikan (Brown, 1957). Hasil pengukuran suhu pada kolam
pemeliharaan sependapat dengan Mahyudin (2010), bahwa nila tumbuh baik di
daerah dengan suhu 25 – 310C.
4.1.4.2 pH
6
.
7.
2 Pagi
7 Sian
6. g
8 Sore
pH
6.
6
6.
4
6.
2
6 12345
5.
8 Pengukuran Ke -
5.
6
5.
4
6
Pagi
5 Sian
g
4
DO ( Mg/L)
Sore
3
0
1 2 3 4 5 17
Pengukuran Ke -
Gambar 3. Grafik nilai DO pada kolam pemeliharaan induk
18
Berdasarkan Gambar 3 dan Lampiran 1 nilai DO berkisar 4-5 mg/l,
kondisi ini baik untuk pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyd (2004)
bahwa konsentrasi oksigen terlarut bukan merupakan faktor pembatas utama
untuk Ikan Nila, karena mereka dapat mentolerir tingkat serendah 3-4 mg / l.
4.2 Pemijahan
19
oksigen untuk aerasi, selama proses pemindahan induk dilakukan juga pemanenan
larva menggunakan seser yang kemudian ditebar di bak penampungan larva.
Induk yang sudah diangkut kemudian di pindahkan ke kolam pemijahan lain,
induk yang digunakan akan terus dipijahkan sampai 4 kali proses pemijahan,
setelah itu induk baru akan di istirahatkan selama minimal 1 bulan.
21
menggunakan serok, induk di pindahkan ke hapa penampungan sementara yang di
ikat di kolam terdekat dari kolam yang dipanen, selama proses pemindahan induk
jantan dilakukan pula penangkapan larva menggunakan seser dan ditampung
menggunakan ember.
Setelah induk jantan selesai dipindahkan, dilakukan pemilihan terhadap
induk betina, induk betina yang terlihat masih mengerami telur di dalam mulutnya
kemudian ditangkap dan dibuka mulutnya untuk mengeluarkan telur atau larva
yang masih dierami, telur atau larva yang dikeluarkan dari mulut induk kemudian
ditampung di ember penampungan, semua induk betina yang sudah dipastikan
kosong selanjutnya dipindahkan ke hapa penampungan, setelah semua induk
selesai dipindahkan dilakukan penangkapan larva kembali ke seluruh kolam, larva
– larva yang sudah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam bak penampungan,
sedangkan telur – telur yang tidak sempat menetas dan telah terkumpul dibuang.
Kolam yang sudah kosong kemudian dikeringkan dan dibersihkan, setelah
bersih selanjutnya dilakukan sterilisasi menggunakan kaporit, kolam yang sudah
steril kemudian di isi air kembali, setelah tinggi air sudah mencapai 1,5 m induk
yang berada di hapa penampungan sementara dimasukkan kembali ke dalam
kolam untuk dipijahkan.
22
4.3 Manajemen Benih
Larva ikan nila yang baru dipanen dari kolam pemijahan di tampung
dalam bak penampungan yang terbuat dari fiber dengan volume 0,9 m 3 ( panjang
3 m, lebar 1 m dan tinggi 0,3 m ) larva di tebar dalam bak penampungan sampai
terkumpul sesuai jumlah larva yang diinginkan, larva yang sudah terkumpul
kemudian dipindahkan ke kolam jantanisasi benih atau biasa disebut kolam SR
(Sex Reversal), kolam SR merupakan kolam yang digunakan untuk melakukan
maskulinisasi benih, kolam SR memiliki volume 44,85 m3 ( panjang 13 m, lebar
2,3 m, dan tinggi air 1,5 m ) dengan konstruksi dinding dan dasar kolam dari
beton. proses pemindahan larva dari bak penampungan ke kolam SR
menggunakan ember berisi air, larva yang diangkut kemudian ditebar secara
perlahan pada kolam SR, jumlah kepadatan larva yang ditebar pada satu kolam SR
berjumlah 100.000 – 150.000 ekor.
Pemberian pakan larva menggunakan pakan yang sudah dicampur dengan
campuran hormon alfa methyl testosteron, pemberian pakan disesuaikan dengan
umur larva, larva yang berumur 1 – 5 hari diberikan pakan halus dengan dosis
pakan 500 gram/hari, untuk larva yang berumur 5 – 8 hari dosis dinaikkan
menjadi 800 gram, dan untuk larva berumur 8 – 18 hari dan sudah menjadi benih
diberikan dosis pakan 1000 gram/hari, untuk benih yang sudah berumur lebih dari
18 hari diberikan pakan kasar yang sudah tidak dicampur hormone dengan dosis
pakan 1000 gram/hari. Tabel pemberian dosis pakan larva dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Pemberian dosis pakan larva
1. 1–5 500
2. 5–8 800
3. 8 – 18 1000
4. 18 – 23 1000*
*pakan kasar tidak dicampur hormon
Sumber : PT Aquafarm Nusantara, 2015
23
4.4 Hama dan Penyakit
24
insangnya rusak sehingga sulit bernafas, dan matanya rusak dan agak menonjol.
Penanganan yang dilakukan dengan cara mengontrol kualitas air kolam, menjaga
kebersihan kolam, dan mengangkat bangkai ikan yang mati.
4.5 Pemanenan dan Pengemasan Benih
25
26