Oleh :
KARLOS SALAMALA
NIT. 21.1.03.025
Judul :Pengoperasian Alat Tangkap Long Line Di KM.l Hasil Laut 21 Milik
PT.Indo Numfor Pasifik
Nama :Karlos Salamala
NIT :20.1.03.025
Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) II ini Disusun Sebagai salah satu
syarat untuk Lanjut Ke Semester VI Pada Program Studi Teknik
Penangkapan Ikan,Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Penangkapan Ikan
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat, karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja lapang (PKL) II, dengan judul “Pengoperasian Alat Tangkap
Long Line Di Km.Hasil Laut 21 Milik PT. Indo Numfor Pasifik”
Sorong,agustus 2023
Karlos Salamala
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGATAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHAAN.......................................................................13
4.1 Kegiatann Usaha Perikanan Di Pelabuhan Biak...........................................13
V. PENUTUP........................................................................................................27
5.1 Simpulan.......................................................................................................27
5.2 Saran.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 13 GPS..................................................................................................... 23
Gambar 14 RDF....................................................................................................23
Gambar 15 VHF...................................................................................................24
Gambar 18 Spik....................................................................................................27
Gambar 19 Catur..................................................................................................28
Gambar 20 Ganco................................................................................................29
Gambar 21 Pisau...................................................................................................30
Gambar 22 Kili-kili..............................................................................................31
Gambar 23 Ikan T una Sirip Kuning (Thunnus albacore)............................................ 32
ii
Gambar 24 Ikan Marlin (Makaira nigricans)................................................................ 26
Gambar 25 Ikan Hiu (Selachimorpha)........................................................................... 26
DAFTAR TABEL
Halaman
I. PENDAHULUAN
ii
diperkirakan 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial 0,3 juta km2,
perairan nusantara 2,8 juta km2 (Nasution, 1994).
Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah perairan 6.315.222
km2 dan panjang garis pantai 99.093 km (Badan Informasi Geospasial, 2018).
Serta diakui dunia memiliki 17.500 pulau, lautan dangkal seluas 24 juta hektar
dan teluk yang luasnya 4,1 juta hektar (Siombo, 2010, ). Luasnya wilayah perairan
dan garis pantai yang sangat panjang, membuat Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar dalam sumber daya laut. Salah satu potensi tersebut adalah sektor
perikanan. Potensi sumber daya perikanan tangkap Indonesia pada tahun 2017
mencapai 12 juta ton (Kusuma, 2017).
Sumber daya pangan terbesar di Indonesia sendiri terdapat pada sector
perikanan. Potensi sumber daya ikan di Indonesia meliputi pelagis kecil, pelagis
besar, udang paneid dan krustasea lainnya, penyu laut, rumput laut dan mamalia
laut (BPS Indonesia, 2018). Sektor perikanan ini sendiri memiliki peluang yang
besar untuk dapat berkembang. Selain itu, terdapat banyak spesies ikan dengan
harga yang bervariasi yang dapat juga dikomsumsi oleh masyarakat yang tentunya
dapat memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Namun, yang terjadi di
Indonesia tingkat komsumsi ikan masih tergolong rendah (Perdana et al,2018).
Long line atau rawai tuna merupakan alat tangkap yang berupa serangkaian
pancing berumpan dan di pasang bersama secara passif di suatu perairan, dengan
posisi rangkaian pancing memotong arus. Pada prinsipnya long line merupakan
rangkaian tali utama yang diberi tali cabang, sekiama dan wire liader untuk tali
ii
pancing dan pada pancing diberi umpan segar serta di oprasikan secara passif
dalam perairan (Fauzi,dkk.,1989).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengenal lebih jauh bagaimana
pengoperasian alat tangkap long line sehingga penulis mengambil judul
"Pengoperasian Alat Tangkap long line pada Kapal PT. Indo Numfor Pasifik"
sebagai topik pembahasan dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) II.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) II di KM.Hasil Laut 21 yaitu.
1.Untuk mengetahui pengoperasian alat tangkap long line
2.Mengetahui bagian-bagian alat tangkap long line
1.3 Manfaat
2
II.TINJAUAN PUSTAKA
3
ukuran (nomor) tertentu yang diikatkan pada setiap ujung tali-tali cabang. Setiap
cabang hanya memiliki satu mata pancing (hooks) yang digunakan untuk
menangkap ikan (Prasetya dkk., 2016).
Upaya penangkapan yang optimal, disebut juga sebagai "upaya optimum,"
merujuk pada usaha yang dilakukan dalam satu trip penangkapan untuk mencapai
hasil tangkapan yang maksimal tanpa mengancam keberlanjutan sumber daya
ikan. Pendugaan tingkat upaya optimum penting karena membantu menghindari
pemborosan waktu, tenaga, dan biaya dalam operasi penangkapan, serta
memastikan bahwa usaha penangkapan selalu menghasilkan hasil yang optimal
tanpa merusak sumber daya ikan (Boesono dkk., 2011).
Menurut Fauzi (1989), rawai tuna terdiri dari sejumlah tali-temali yang
diatur secara teratur dan memanjang. Mereka melintang di perairan dalam
keadaan tertentu, dengan sejumlah tali cabang dan mata pancing yang
menggantung pasif untuk menangkap berbagai jenis ikan tuna. Dalam
pengoperasian mereka, setiap mata pancing dihubungkan dengan kawat (wire) dan
tali sekitar 20-25 meter yang dikenal sebagai tali cabang (branch line). Setiap tali
cabang diikatkan pada tali utama (main line) dengan jarak sekitar 50-60 meter.
Tali utama ini, yang telah dilengkapi dengan tali cabang sebanyak 5-8 buah,
disebut satu "basket." Panjang tali dan jumlah mata pancing yang digunakan
bervariasi tergantung pada jumlah tali cabang dalam setiap basket dan ukuran tali
utama yang digunakan, sehingga panjang total tali bisa mencapai sekitar 50-60
km.
Variasi ukuran tali utama dan jumlah tali cabang dalam setiap basket ini
terkait erat dengan kedalaman pancing atau disesuaikan dengan spesies ikan yang
ingin ditangkap. Semua ini juga bergantung pada kapasitas mesin penggulung
(Simorangkir, 1982).
Alat tangkap tuna long line pada umumnya terdiri dari pelampung, bendera,
tali pelampung, tali utama (main line), tali cabang (branch line), pancing, dan
wire leader. Tali pelampung menghubungkan pelampung satu dengan yang
lainnya, sementara tali utama memiliki beberapa tali cabang yang terpasang di
sepanjangnya. Satu rangkaian peralatan ini disebut "basket long line." Jumlah
mata pancing dalam setiap basket bisa bervariasi (Sudirman dan Mallawa, 2004).
4
Secara keseluruhan, rawai dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori
utama (Fauzi, 1989).
1. Berdasarkan letak pemasangannya di perairan:
Rawai permukaan (surface long line)
Rawai permukaan (midle water long line)
Rawai dasar (bottom long line)
2. Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama:
Rawai tegak (vertikal long line)
Rawai mendatar (horizontal long line)
3. Berdasarkan jenis ikan yang tertangkap:
Rawai tuna (tuna long line)
Rawai albacore (albacore long line)
Rawai cucut.
Martoyo (1981) mengklasifikasikan rawai atau long line berdasarkan cara
pengoperasiannya sebagai berikut:
1. Rawai yang dioperasikan dalam keadaan hanyut (drift long line)
2. Rawai yang dioperasikan untuk ikan dasar (bottom long line)
3. Rawai yang dioperasikan dalam keadaan tegak (vertical long line)
Menurut Sadhori (1985), alat-alat dan bahan yang digunakan dalam
peralatan rawai tuna secara umum terdiri dari:
1. Tali utama (main line):
Tali utama adalah tali yang digunakan sebagai tempat bergantungnya tali
cabang. Biasanya terbuat dari kuralon dengan diameter sekitar 8-10 mm, panjang
tali utama berkisar antara 300 meter per-basket, setiap jarak antara satu tali cabang
(mata pancing) adalah sekitar 50-60 meter, pada ujung tali utama, dibuat anyaman
mata sepanjang 30 cm.
2. Tali cabang (branch line):
Panjang tali cabang tergantung pada jarak antara dua tali cabang yang
tergantung pada tali utama, panjang tali cabang diusahakan tidak lebih dari
setengah dari jarak antara tali cabang. Bagian-bagian dari tali cabang meliputi:
a. Tali cabang (branch line) sepanjang 20-25 meter, terbuat dari kuralon, dengan
simpul perisai pada ujung-ujungnya.
5
b. Tali pancing (wire leader) sepanjang 2-3 meter, terbuat dari pintalan kawat
baja dengan diameter 3 mm, dengan anyaman mata pada ujungnya, dan
diikatkan mata pancing pada ujung lainnya.
4. Mata pancing (hook):
Ukuran mata pancing yang umumnya digunakan dalam perikanan tuna long
line adalah nomor 4, 5, dan 6. Mata pancing ini terbuat dari baja yang dilapisi
timah putih.
5. Tali pelampung (float line):
Tali pelampung memiliki panjang sekitar 15-20 meter. Pada ujung satu tali
pelampung, dibuat anyaman mata yang akan disambungkan dengan tali utama.
Pada ujung yang lainnya, diikatkan pada pelampung dan tiang bendera, dengan
simpul perisai.
5. Pelampung (bouy):
Pelampung digunakan untuk mengindikasikan lokasi jaring rawai di laut.
Biasanya terbuat dari bola kaca dengan diameter sekitar 30-35 cm dan
memiliki ketebalan sekitar 5-7 mm.
Sebagai alternatif, pelampung juga dapat dibuat dari plastik khusus yang tahan
terhadap lingkungan laut.
Untuk melindungi pelampung dari kerusakan akibat benturan langsung dengan
air atau benda keras lainnya, seringkali dibuatkan pembungkus dari anyaman
tali.
Di ujung pembungkus tersebut, seringkali ada mata sepanjang 10-15 mm yang
berfungsi sebagai tempat untuk mengikat tali pelampung. Mata ini membantu
dalam pengikatan pelampung pada tali utama atau tali pelampung.
6. Tiang bendera (bamboo pole):
Tiang bendera adalah tiang yang biasanya terbuat dari bambu, dengan panjang
sekitar 5-7 meter dan diameter sekitar 3-5 cm.
Pada bagian bawah tiang bendera, terdapat tali berbentuk mata sepanjang 10
cm. Mata ini digunakan sebagai pegangan pada tali pelampung ketika perlu
mengatur atau mengganti posisi tiang bendera.
Panjang tali pegangan ini sekitar 1,5 meter dan digunakan untuk mengikat
tiang bendera pada pelampung.
6
Tiang bendera dan pelampung bersama-sama membantu untuk
mempertahankan posisi dan kestabilan jaring rawai di permukaan air.
Adapun konstruksi pancing rawai (long line) dapat dilihat pada
gambar berikut.
7
Barat Sumatra. Diperkirakan pada saat itu, ikan telah matang gonad dan memijah
di perairan dekat Khatulistiwa dengan suhu sekitar 29°-30° C (Bahar, 1987).
Penyebaran yellow fin (Thunnus albacares) pada bulan Januari
berada di sebelah Selatan Pulau Jawa dan NTT, bulan Februari di sebelah
Selatan NTT dan NTB, bulan Maret sebelah Barat Pulau Almahera, bulan
April berada di sebelah Timur Almahera, bulan Mei sampai Agustus di
sebelah Selatan Pulau Jawa, bulan September sampai November di sebelah
Selatan Laut Banda, sedangkan bulan Desember berada Selatan NTB
(Maman, 1990).
Menurut Gunarso (1985), blue fin (Thunnus thynus spp) telah
diketahui mempunyai daerah penyebaran antara 15° LU - 45° LU, bahkan
ada yang berpendapat bahwa penyebarannya dimulai dari daerah
khatulistiwa. Mereka melakukan pergerakan ke arah Utara selama musim
panas dan kembali ke Selatan pada waktu musim dingin. Mereka
menyukai perairan yang bersuhu 5° -9° C.
Untuk albacore (Thunnus alalunga) mempunyai daerah penyebaran
antara 45° LS-45° LU dan berpusat di Pasifik pada perairan antara 30°
LU-40° LU. Jenis ikan yang menyukai perairan yang bersuhu 14°-31° C.
Suhu optimum dimana hasil tanggapan terbaik adalah suhu 20° C (TD
Lelono, 2019).
8
Selatan Jawa
Nusa Tenggara
Australia Barat
Samudera Hindia Tengah
8
Selama tahun berjalan, daerah-daerah penangkapan ini mengalami
perubahan lokasi setiap bulan, seperti yang dijelaskan berikut ini:
Januari : Samudera Hindia Tengah
Februari : Sumatra Barat
Maret : Sumatra Barat
April : Andaman dan Nicobar
Mei : Australia Barat
Juni : Nusa Tenggara
Juli : Selatan Jawa
Agustus : Samudera Hindia Tengah
September : Nusa Tenggara
Oktober : Australia Barat
November : Samudera Hindia Tengah
Desember : Samudera Hindia Tengah
Untuk operasi penangkapan ikan dengan menggunakan rawai tuna yang
berukuran kecil, biasanya dilakukan di dasar perairan yang berjarak sekitar 5 mil
dari pantai dengan kedalaman antara 75 hingga 150 meter. Daerah penangkapan
yang dianggap baik adalah yang memiliki dasar perairan berupa pasir berlumpur
atau yang berdekatan dengan muara sungai. Jenis ikan yang umumnya berhasil
ditangkap dalam operasi ini meliputi cucut dan berbagai jenis ikan dasar lainnya
(http://media.neliti.com).
9
2.7 Metode Pengoperasian Alat Tangkap Long Line
Metode pengoperasian alat tangkap yang terdapat pada KM HASIL LAUT 21
long line meliputi proses setting, immersing, dan hauling. Proses setting yaitu
proses dimana alat tangkap disiapkan hingga diturunkan ke dalam perairan, proses
setting yang dilakukan oleh nelayan adalah dengan melemparkan alat tangkap
long line kedalam perairan. Proses immersing yaitu proses perendaman alat
tangkap guna mendapatkan ikan yang menjadi target tangkapan. Proses hauling
merupakan proses pengambilan alat tangkap dan hasil tangkapan yang didapatkan
(Wijayanti dkk, 2015)
10
BAB III. METODE PRAKTIK
11
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara
observasi, pengamatan,wawancara, dan dokumentasi
3.4.1.Pengamatan
Pengamatan adalah suatu proses yang berkenan dengan perilaku dengan
proses kerja, caranya adalah dengan melakukan pengamatan ,mencatat dan
mengambil gambar pada saat praktik, sedangkan data yang diambil seperti
mengamati bagaimana cara pengoperasian long line, dan mengetahui kendala-
kendala yang di hadapi selama operasi penangkapan.
3.4.2. Metode wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada seluruh
awak kapal (Nahkoda, Perwira, dan ABK) selama penulis melaksanakan
praktik.
3.4.3. Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan untuk dengan cara mengambil gambar seluruh
rangkaian kegiatan mengenai pengoperasian alat tangkap long line.
12
4.1.Kegiatan Usaha Perikanan Longline di Palabuhan Biak
.
Gambar 2. KM. Hasil Laut 21( Sumber KM. Hasil Laut 21 )
13
Berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap, maka kapal yang di
gunakan khusus untuk mengoperasikan alat tangkap rawai (Long line) termasuk
dalam spesifikasi kapal dengan alat tangkap pasif (static gear). Bahan bakar
utama yang digunakan adalah solar yang diperoleh dari SPBU di PPN
Palabuhanbiak. Bahan bakar yang digunakan tidak menggunakan solar secara
industry seperti kapal longline, karena bahan bakar subsidi hanya didapatan untuk
kapal yang memiliki Gross Tonnage (GT) <30 GT.
14
dalam hal ukuran, cara pengoperasian, daerah penangkapan serta jenis ikan yang
menjadi tangkapan utama. Rawai merupakan sederetan tali-tali utama, dan pada
tali utama terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya
pada ujung tali cabang ini diikatkan mata pancing yang di beri umpan (Gunarso,
1991).
Sedangkan pengertian rawai dalam ensiklopedi perikanan, yaitu suatu jenis alat
penangkap ikan dengan konstruksi tertentu di mana tali pancing yang bermata
pancing (branch lines) dikaitkan pada tali pancing utama yang panjang (main
line) pada jarak tertentu.
15
permukaan perairan secara tetap pada jangka waktu tertentu dan perentangannya
ditetapkan dengan adanya pelampung dan dikenal dengan nama rawai permukaan
dan yang biasa digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis alat tangkap ini
dioperasikan di permukaan perairan dengan arah perentangan secara horizontal.
16
Gambar 6. Penurunan Radiobuoy (Bui)
17
kembali tali kedalam blong – blong atau ember yang besar menggunakan line
hauler
4.3 Umpan Alat Penangkapan Ikan Longline
Dalam pengoperasian longline, umpan merupakan bagian penting dalam
keberhasilan pengoperasian penangkapan ikan karena hanya umpan yang dapat
merangsang ikan untuk mendekati mata pancing. Berdasarkan kondisinya umpan
dibedakan sebagai umpan hidup (live bait) dan umpan mati (dead bait),
sedangkan menurut sifatnya umpan dibedakan sebagai umpan alami (natural bait)
dan umpan buatan (Rachman. 200
Jumlah bandeng yang digunakan adalah sebanyak lebih kurang 3000 ekor.
Sementara umpan mati layang diperoleh secara impor dari jepang dengan
kapasitas 20 sampai 30 ekor dalam satu karton.
18
Gambar 8. Kontruksi alat Tangkap Tuna Longline
Bahan tali pancing terbuat dari monofilament atau multifilament. Perbedan
bahan tersebut dipandang dari segi teknis adalah multifilament lebih berat dan
mahal dibandingkan monofilament, lebih kecil, halus, dan transparan maka
pemakaian monofilament dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih baik Oleh
karena itu bahan monofilament (PA) lebih disukai oleh nelayan rawai.
Adapun bagian - bagian dari alat tangkap ini adalah sebagai berikut :
Tali Utama (main line)
Merupakan bagian dari potongan-potongan tali yang dihubungkan
antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang
sangat panjang. Tali utama harus cukup kuat karena menanggung beban
dari tali cabang dan tarikan ikan yang terkait pada mata pancing.
Tali Pelampung
Berfungsi mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai dengan
yang dikehendaki.tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.
19
Gambar 10. Tali pelampung
Pelampung
Pelampung merupakan bagian alat tangkap ikan rawai yang berguna untuk
menahan alat tangkap rawai agar tidak tenggelam. Pelampung yang digunakan
pada alat tangkap tuna long line ini terdiri dari beberapa pelampung yang
dibedakan besar kecil dan warna dengan diameter antara 20 cm sampai dengan 30
cm. Warna pelampun harus berbeda atau kontras dengan warna air laut seperti
pelampung kecil yang berwarna putih dan pelampung besar berwarna merah atau
jingga. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengenalnya dari jarak jauh
setelah setting. Bisa dilihat pada gambar 11 yang menampilkan pelampung besar
dan pelampung kecil dan warnanya berbeda apabila diamati secara teliti.
20
Gambar 12. Kontruksi Mata Pancing
21
Gambar 14. RDF (Radio Direction Finder),
2. Kompas Magnet
Kompas Magnet untuk menentukan arah berupa panah penunjuk magnet
yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat dan
kompas tersebut memberikan arah selatan, utara, barat, timur sehinga sangat
membantu dalam bidang penangkapan karena menentukan arah kapal untuk
sampai ke fishing ground. Gambar kompas ini dapat di lihat pada gambar 14 yang
berada pada kapal KM.Hasil Laut 21 PPB Pelabuhan Perikanan Biak.
22
4.5.2. Alat Bantu Penangkapan Ikan
Alat bantu penangkapan ikan adalah segala jenis alat yang digunakan dalam
membantu proses penangkapan ikan mulai setting hingga hauling. Alat bantu
penangkapan yang ada di KM. Mega Samudera adalah sebagai berikut:
1. Line Hauler
Line Hauler merupakan alat bantu mesin penangkapan ikan yang digunakan
untuk menarik tali utama rawai, tali pancing maupun tali bubu. Tenaga penggerak
line hauler biasanya menggunakan tenaga mekanik, listrik, tenaga hidrolis. Mesin
line hauler pada kapal KM. Mega Samudera diletakkan pada sisi kanan haluan
kapal guna mempermudahkan saat proses hauling. Mesin ini nantinya akan
ditempati oleh dua orang sebagai pelepas snap dan pengatur tali yang masuk ke
blong.
23
Gambar 18. Spike
Alat ini terbuat menggunakan stainless dan memiliki bagian seperti cincin
pada ujung catut. Cincin tersebut tmemiliki cela yang digunakan untuk tempat tali
dimasukkan agar dapat melepas kail.
3. Ganco
Ganco adalah alat pengait kepala ikan ketika hauling dan alat untuk
mengangkat ikan dari laut ke atas kapal dan menarik ikan ke tempat pembersih
ikan. Alat ini terbuat dari baja dan bermata runcing dan tajam disambung dengan
gagang tertentu.
4. Pisau
Pisau digunakan untuk melakukan proses penyiangan insang tuna saat
sesudah ditangkap. Pisau harus tajam dan bersih agar proses penyiangan dapat
berjalan dengan lancar. Setelah disiangi pisau diarahkan ke perut tuna untuk
24
merobek sebagian kecil perut tuna agar saat pengangkatan insang dapat sekaligus
dengan isi dari tuna tersebut.
5. Kili-kili (Swifel)
Swifel berfungsi untuk menjaga branch line agar tidak kusut pada saat
berada di dalam perairan
25
4.7 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama yang dihasilkan adalah jenis ikan tuna sirip
kuning. Adapun hasil tangkapan lainnya adalah ikan blue marlin, ikan
mengiwang. Hasil tangkapan yang diperoleh pada saat pengoperasian alat
tangkap oleh KM. Hail laut 1 selama satu trip operasi adalah sebagai berikut:
26
Gambar 26. Ikan Hiu (Selachimorpha)
27
Teknik mematikan ikan yang baik dan tidak mengurangi mutu
maupun penampilan ikan adalah menuuk kepala ikan dengan
menggunakan pike pada daerah antara mata kiri dan mata kanan yang
terdapat bulatan putih kecil dan kelihatan amar-amar. Titik terebut
merupakan bagian terlemah dari ikan dan sangat lunak sehingga bila
mematikan ikan cukup menjuuk titik terebut menggunakan spike sampai
menembus kedalam otak ikan. Agar ikan tidak terlalu menggelepar pada
saat ditusuk, maka posisi orang yang menusuk kepala ikan menghadap
berlawanan dengan posisi ikan serta menjepit tubuh ikan dengan kaki
sambil memegang keduas irip ikan tersebut agar ikan tidak menggelepar
terlalu banyak.
Dengan demikian ikan akan lebih cepat mati tanpa terlalu banyak
menggelepar, sebab apabila pada saat mematikan ikan terlalu banyak
menggeleper maka pembakaran energi cadangan pada ikan dapat
meningkat, hal ini dapat mengakibatkan proses kemunduran mutu ikan
akan lebih cepat terjadi
1. Penyiangan
Ikan yang naik ke atas kapal maka secepatnya insang dan isi perut ikan
di keluarkan dari tubuh ikan. Penyiangan dilakukan dengan Cara
memsiahkan inang dengan memotong selaput tipis yang menghubungkan
insang dengan rongga setelah itu Pada bagian dubur ikan ditusuk
menggunakan pisau selebar 3 atau 4 cm dan urat pada bagian terebut
dipotong. Kemudian insang dan isi perut ikan ditarik bersamaan keluar.
28
Gambar 30 Penyiangan ikan ke atas kapal
(Sumber: Data Lapangan 2023)
4. Pencucian
Pencucian ikan dimaksudkan untuk memebersihkan ikan dari kotoran
atau bekas darah yang masih melekat pada tubuh ikan. Cara pencucianya
adalah dengan menyikat kulit ikan sambil disiram dengan air untuk
mengeluarkan lendir ikan. Setelah itu menyikat rongga insang sambil
disiram dengan air, hal ini bertujuan untuk mengeluarkan darah yang
masih melekat pada rongga insang dan tubuh bagian dalam ikan. Setelah
itu mulut ikan diikat menggunakan monofilamen kemudian dimasukkan
ke dalam palka yang berisi es.
29
Gambar 32. Dimasukan ikan ke dalam palka
(Sumber: Data Lapangan 2023)
Adapun sistem palka yang digunakan adalah palka model bulking dengan
sistem pendingin dan jumlah palka yang digunakan untuk penyimpanan
ikan adalah sejumlah 4 palka.
Gancu Pendek
30
3 Memotong sirip
dan ekor ikan
Membantu
penanganan
bagian luar ikan di
Pisau Merah atas kapal
4 Memotong dan
membersihkan isi
perut dan insang
Membantu
Pisau Biru penanganan
bagian dalam ikan
di atas
5 Mematikan ikan
dengan cara
penggunaannya di
pukul secara
langsung pada
Pemukul kepala ikan
sehingga ikan pun
mati
6 Berfungsi untuk
membersihkan
area sekitar insang
agar bersih dari
darah sehingga
Pembersih daya tahan ikan
Insang bisa lama
31
7 Mematikan ikan
dengan cara di
tusuk di bagian
kepala
Spike
32
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Raphita, M., Rudiarto, Rukmana, S. Mahardika, & D. Sofyan. 2007. Data perahu
motor tempel dan kapal motor yang menggunakan PelabuhanPerikanan
Nusantara PelabuhanRatu sebagai fishing base. Tata Operasional. Pelabuhan
Perikanan Nusantara PelabuhanRatu. Tahun 2007. 51 hal.
Subani, W. & H. R. Barus. 1989. Alat penangkapan ikan dan udang laut di
Indonesia (fishing gears formarine fish and shrimp in Indonesia).Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No.50Tahun 1988/1989.
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989.
34
Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005
35
Lampiran 1. Alat-Alat Penanganan Hasil Tangkapa
36
37
Lampiran 2. Berkas PKL 11
38