i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirnt Allah SWT yang telah
memberikan arahmat taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat meyelesaikan
penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang ( PKL ) tentang Teknik pemijahan
lobster air tawar (cherax quadricarinatus) secara alami di balai benih ikan air
tawar (BBIAT) seppong matakali laporan PKL ini disusun sebagai persyaratan
dan rangkain akhir dari kegiatan PKL dan sekaligus sebagai pertanggung jawaban
dan sebagai indikator dalam mengetahui sejauh mana program kegiatan
mahasiswa dalam melakukan PKL dapat teralisasi dengan baik
1. Bapak dan Ibu tercinta serta saudara dan teman- teman tercinta atas segala
dukungan dan do’a sehingga PKL dan penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan.
8. Segalah pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini dan tidak
sempat penulis sebutkan satu persatu, di ucapakan pula banyak terima kasih.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan PKL ini masi belum
sempurna dan masi banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan sarang yang
sifatnya membangun sangat di harapkan demi perbaikan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa perikanan program studi Akuakultur guna kemajuan
serta perkembangan ilmu dan tehknologi dalam bidang perikanan.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : G0217311
Telah Disetujui :
Diketahui Oleh:
iv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat PKL ...................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Lobster Air Tawar........................................ 4
2.2. Penyebaran dan Habitat Lobster Air Tawar........................................... 6
2.3. Kebiasaan Makan.................................................................................... 7
2.4. Molting................................................................................................... 7
2.5. Calon Induk yang Baik......................................................................... 8
2.6. Pemijahan Lobster Air Tawar................................................................. 9
2.7. Parameter Kualitas Air ........................................................................ 10
2.8. Shelter................................................................................................... 11
2.9. Pakan …………………………………………………...……………. 12
BAB III. METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum Lokasi .................................................................... 13
3.2. Struktut organisasi bbiat seppong........................................................ 14
3.3. Sarana dan prasarana............................................................................ 15
3.4. Waktu dan Tempat............................................................................... 17
3.5. Metode Praktek.................................................................................... 17
3.6. Alat dan Bahan..................................................................................... 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Kolam Pemijahan................................................................ 19
4.2. Pemasangan Blower............................................................................. 20
4.3. Pemasangan Shelter.............................................................................. 21
v
4.4. Seleksi Induk........................................................................................ 22
4.5. Proses Pemijahan.............................................................................. 23
4.6. Kualitas air........................................................................................ 24
4.7. Pemberian pakan............................................................................... 27
4.8. Pengeraman Telur……………………………………………………. 28
4.8. Fekunditas………………………….…………………………...……. 30
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cukup tersedia di alam dan mudah diperoleh, maka lobster akan tumbuh
dengan cepat (Wiyanto dan Hartono, 2006).
Lobster air tawar merupakan udang konsumsi yang mulai
dikembangkan untuk dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 2000
(Sukmajaya dan Suharjo, 2003). 2003 budidaya lobster air tawar (Cherax
quadricarinataus) semakin berkembang. Berkembangnya usaha lobster air
tawar sebenarnya tidak lepas dari tingginya permintaan pasar, terutama pasar
untuk eksport. Semakin tinggi permintaan membuat harga lobster air tawar
cukup tinggi (Wiyanto dan Hartono,2007). Tahun 2003 produksi Lobster air
tawar berkembang pesat, namun pada tahun 2007 mengalami penurunan yang
disebabkan oleh keterbatasan benih yang unggul, baik dari segi kualitas,
kuantitas dan kontinuitas (Iriana 2010). Pada pertengahan bulan Juni 2009
harga anakan lobster air tawar mencapai Rp 1.500,- per ekor dan Rp
200.000,- per set untuk indukan (Anonim, 2009) dalam (Unram et al., 2013).
Hingga kini harga lobster air tawar sangat meningkat drastis hingga mencapai
harga anakan Rp 5000,- per ekornya dan indukan Rp 350.000,- per setnya.
Sebenarnya permintaan pasar terutama pasar ekspor terhadap lobster air
tawar cukup tinggi. Sejumlah negara telah meminta lobster air tawar, baik
dalam keadaan hidup maupun beku. Jepang merupakan potensi pasar yang
paling besar di Asia. Selain Jepang, negara Asia lainnya seperti Malaysia,
Hongkong, Cina, Taiwan, Korea dan Singapura juga mengimpor lobster.
Negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Belanda, Jerman,
Belgia, Selandia Baru dan Australia juga menggemari lobster air tawar
sebagai makanan favorit. Sedangkan pasar lobster dalam negeri seperti
Jakarta, Surabaya dan Bali juga cukup ramai (Wiyanto dan Hartono, 2003).
Salah satu kendala yang dialami oleh para pembudidaya di Provinsi Sulawesi
Barat terkusus di Polewali Mandar dalah ketersediaan benih yang sangat
terbatas dan pembudidaya.
2
Polewali Mandar, Kecamatan Matakali, Desa Pasiang, Dusun Seppong, guna
untuk menghasilkan benih yang unggul untuk dikembangakan dikalngan
masyarakat nantinya dan merupakan balai terbesar yang berada di Sulawesi
Barat yang menyediakan benih ikan secara berkesinambungan mengingat
tingginya permintaan pembudidaya terhadap ikan yang berkualitas baik dan
bermutu tinggi. Hal tersebut menjadi alasan saya memilih Balai Benih Ikan
Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Polewali Mandar sebagai tempat melaksanakan kegiatan PKL.
tehnik yang di lakukan dalam pemijahan udang lobster air tawar secara alami.
perikanan nantinya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Wiyanto dan Rudi 2003 dalam Mulis 2012) menyatakan bahwa
klasifikasi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus.
Menurut Lowery (1988), genus Cherax merupakan udang air tawar yang
mempunyai bentuk seperti lobster karena memiliki capit yang besar dan kokoh,
serta rostrum picak berbentuk segitiga yang meruncing. Di Indonesia, jenis udang
4
ini belum banyak dikenal masyarakat karena menurut Sabar (1975), genus Cherax
masih hidup liar di sungai-sungai di Irian Jaya dan papua.
5
2.2. Penyebaran dan Habitat Lobster Air Tawar
6
2.3. Kebiasaan Makan
2.4. Molting
Molting merupakan salah satu proses yang menunjukkan bahwa
lobster tersebut mengalami pertambahan berat maupun panjang, jadi
pertambahan berat dan panjang tidak akan terjadi tanpa didahului proses
molting. Menurut Merrick (1993) dalam Mulis (2012), menyatakan bahwa
frekuensi ganti kulit pada lobster berkurang sejalan dengan bertambahnya
umur. Frekuensi ganti kulit pada juvenile terjadi 1 kali setiap 10 hari, pada
pra-dewasa antar 4 – 5 kali/tahun dan pada lobster dewasa 1 – 2 kali/tahun.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
sintasan/kelulusan hidup lobster air tawar diantaranya adalah kualitas benih,
jenis pakan, kualitas air, dan keberhasilan molting. Peran molting angat
penting dalam pertumbuhan lobster, karena lobster hanya bisa tumbuh
melalui molting (Ahvenharju, 2007) dalam (Hakim, 2012).
Selama proses molting, lobster akan cenderung tidak aktif dan akan
sering berdiam diri dalam tempat persembunyiannya. Kalaupun bergerak
7
mereka akan tampak lamban dan kulitnya tampak keruh. Kehilangan warna
pada masa molting juga merupakan hal yang normal terjadi. Ada baiknya
pada kondisi demikian mereka jangan dipindahkan, atau dibawa ke tempat
lain. Setelah molting terjadi, kulit lobster akan lembut dan perlu beberapa
waktu untuk menjadi keras kembali. Setelah itu mereka kembali aktif dan
makan lebih banyak (Fujaya, 2007 dalam Raharjo, 2013).
Seleksi induk dilakukan secara kasat mata dengan melihat bagian luar
(morfologi) induk yaitu pada induk jantan umumnya terdapat tanda merah di
bagian luar kedua ujung capit dan alat kelamin jantan pada kedua pangkal
kaki jalan kelima berbentuk benjolan dan alat kelamin betina terdapat pada
kedua kaki jalan ketiga, bentuknya menyerupai benjolan tetapi lebih pendek
dari alat kelamin jantan. dimana induk yang baik memiliki bentuk morfologi
yang sempurna, pada induk jantan dan betina memilki alat kelamin yang
berbeda serta berat induk jantan berkisar 60,1 – 80 gram dan betina 62,27 –
82,82 gram. Pada induk jantan capitnya lebih besar dan berwarna merah,
sedangkan pada induk betina tidak memiliki warna merah pada capit (Siti
Asma 2013).
Kualitas induk sangat berpengaruh terhadap kualitas benih yang
dihasilkan. Seleksi dilakukan setiap bulan meliputi seleksi jenis kelamin,
ukuran tubuh dan kualitas calon induk. Menurut Iskandar (2003) dalam
Ernawati et al,.2014). lobster yang dipilih sebagai calon induk panjang
tubuhnya harus sudah mencapai 5-6 cm agar didapat lobster yang sudah
matang gonad. Selain itu lobster indukan harus memiliki nafsu makan yang
tinggi, fisik bongsor, capit lengkap, gerakan lincah dan warna tubuhnya
cerah.
8
Betina Jantan
mempertimbangkan ras atau strain lobster yang akan dipelihara. ciri-ciri calon
9
Lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakkannya di
dekat pangkal kaki kedua dari lobster betina. Induk betina akan mengeluarkan
telur secara perlahan-lahan dari alat kelaminnya yang berada pada pangkal
kaki ketiga. Telur tersebut selanjutnya di letakkan dibawah perut lobster
betina, melekat pada bulu-bulu yang terdapat pada umbai-umbai kaki renang
induk betina. Setelah kawin, lobster betina akan meninggalkan induk jantan
dan berdiam diri dalam lubang persembunyian.
Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu
a. Suhu
10
bahwa pH pada habitat asli lobster air tawar hidup pada pH berkisar 6,7-
7,8.
2.8. Shelter
Red claw menyukai tempat-tempat berlindung seperti dibalik
bebatuan atau potongan kayu dan apabila lingkungan sekitarnya mengering
maka lobster ini akan menggali lubang sebagai tempat perlindungan (Lukito
dan Prayoga 2007 dalam Skripsi hermawati (2018). Shelter merupakan
perlengkapan yang penting dalam budidaya lobster air tawar. Selain untuk
menghindar dari sifat kanibalisme lobster lain, dengan media persembunyian
yang tersusun baik maka tingkat kepadatan lobster juga dapat ditingkatkan.
Menurut Setiawan (2006), terdapat beberapa fungsi utama pada shelter yaitu
sebagai tempat perlindungan, berguna untuk meminimalkan kanibalisme, dan
berfungsi untuk menambah jumlah red claw pada wadah budidaya.
Tempat sembunyi untuk red claw juga dapat di manfaatkan sebagai
tempat peristirahatan bagi lobster yang sedang molting maupun lobster yang
sedang bertelur agar terhindar dari ancaman predator atau hama pengganggu
yang dapat membahayakan lobster tersebut. sehingga dengan adanya shelter
ini sangat memiliki keuntungan yang berlimpah bagi lobster air tawar
11
2.9. Pakan
Pengetahuan mengenai frekuensi pemberian pakan optimal pada
budidaya Red Claw sangat penting diperhatikan karena berpengaruh terhadap
kuantitas pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan, dan kemungkinan
terjadinya penurunan kualitas air dalam wadah budidaya. Penurunan kualitas
air dalam wadah budidaya akan berpengaruh terhadap kesehatan,
pertumbuhan, dan sintasan (Rihardi, et al., 2013).
Kordi (2010) mendefinisikan frekuensi pemberian pakan sebagai
terapan waktu pemberian pakan dalam sehari. Pada umumnya frekuensi
pemberian pakan pada komoditas udang dalam budidaya semi intensif dan
intensif antara 4–6 kali sehari. Sedangkan pada sistem ekstensif (tradisional)
frekuensi pemberian pakan biasanya dilakukan <4 kali sehari. Frekuensi
pemberian pakan yang tepat akan mendukung performa pertumbuhan dan
dapat mencegah kanibalisme Red Claw yang menjadi salah satu penyebab
rendahnya kelulushidupan (Wiyanto dan Hartono, 2007) dalam (Partini, et al.,
2019).
12
BAB III
METODOLOGI
Adapun komoditi yang ada di BBIAT Seppong antara lain ikan mas,
ikan nila, ikan lele, ikan patin ikan bawal dan lobster air tawar. BBIAT
Seppong terletak sekitar 10 km dari Kota Polewali Mandar dan memiliki luas
lahan sekitar 1,4 hektar serta dapat di tempuh dengan kendaraan
bermotor/mobil sekitar 30 menit. Peresmian Balai Benih Ikan Air Tawar
(BBIAT) Seppong matakali pada tanggal 28 Juli 2005 yang di resmikan
langsung oleh Bupati Polewali Mandar yaitu Bapak Ali Baal Masdar.
13
3.2. Struktur Organisasi BBIAT Seppong
2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Daerah K abupaten Polewali
Mandar.
e. Perkolaman (Mustang)
14
3.3. Sarana dan Prasarana BBIAT Seppong
a). Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan. Sarana Balai Benih Ikan Air Tawar
1. Sarana Pokok
dimiliki Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong terdiri atas
2. Sarana Pendukung
Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong antara lain mesin
pompa air.
3. Sarana Penunjang
karyawan
15
b). Prasarana
1. Pengadaan Air
pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau,
inlet ditutup dan dibuka pada saat membutuhkan air untuk menjaga
2. Sistem Aerasi
m/detik.
16
3.4. Waktu dan Tempat
sampai dengan 22 november 2020, di Balai Benih Ikan Air Tawa, Dinas
tersebut.
PKL dilakukan.
pengamatan di lokasi PKL (data primer dan data sekunder) yang ada
17
3.6. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan PKL ini dapat dilihat
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PELAKSAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
bersih.
Beri aerasi sebelum memasukkan lobster air tawar kedalam bak fiber.
19
Gamabar 7 : Persiapan Wadah Budidaya
(Sumber : Dok. Budi, 2020)
Pemasangan blower atau suplai oksigen sangat penting untuk biota air
agar kebutuhan oksigen didalam air terpenuhi dan biota yang dipelihara dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Blower ini bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen terlarut didalam air. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh pendapat (Sukmajaya dan suharjo 2003 dalam Lengka dkk 2013), bahwa
DO lobster air tawar dihabitat aslinya tumbuh optimal pada Oksigen Terlarut
(DO) berkisar antara > 3 – 5 mg/l.
Pemasangan blower tersebut kemudian dimodifikasi sesuai dengan
sifat lobster air tawar yang berada di dasar peraiaran sehingga model
penyaluran suplai oksigennya menggunakan slang aerasi juga menggunakan
tambahan pipa paralon ½ inci yang kiranya dipotong sepanjang 45 cm.
Metode ini sering disebut metode airlife yang cara modifikasi
kerjanya dengan menyalurkan selang aerasi dari bawah atau dasar perairan
dan dihembuskan kepermukaan melalui pipa paralon ½ inci dengan maksud
agar oksigen atau udara yang dikeluarkan dari blower tersebut dapat mampu
terlarut dengan cepat didalam perairan, Karena biota yang kita pelihara adalah
biota yang sifatnya berada didasar perairan (Budi 2020).
20
Gambar 8 : Pemasangan Aerasi dan Sistem Airlife
(Sumber : Dok. Budi, 2020)
21
Adapun shelter yang saya gunakan berupa bahan dari pipa paralon yang
memiliki panjang 4 meter dan berukuran 2 inci kemudian dipotong menjadi
20 potong dengan ukuran 20 cm lalu di ikat sebanyak 5 buah dalam satu
ikatan menggunakan tali fist. Shelter berikutnya terbuat dari tali rapiah yang
di potong sepanjang 40 cm dan kemudian dihaluskan hingga menyerupai
kakaban untuk bertelur ikan, akan tetapi shelter ini digunakan untuk tempat
lobster bersembunyi sekaligus bertemu dan saling mengenal antara jantan dan
betinanya, setelah merasa cocok dengan pasangan yang terpilih maka lobster
tersebut akan memijah.
22
Tabel 3. Berat dan panjang induk
Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari atau menjelang pagi
hari saat suasana tenang dan tidak ada gangguan akan tetapi waktunya tidak
dapat dipastikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiyanto dan Hartono
(2003) dalam Khalil et. al, (2018), yang menyatakan bahwa proses
perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi hari
dikarenakan lobster air tawar ini merupakan binatang malam atau hewan
nokturnal.
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pada
saat perkawinan terjadi, keduanya saling menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan pasangannya, kemudian memijah. Induk betina membalikkan
badan dengan posisi terlentang maka induk jantan bergerak ke atas badan
induk betina. Induk jantan mengeluarkan sperma dan meletakkannya dikaki
jalan ke-tiga induk betina, dan setelah itu induk betina mengeluarkan telur-
telurnya lalu diletakkan pada kaki renangnya. Hal ini ditandai dengan Lobster
yang sudah bertelur yaitu tampak dari telson yang selalu di tekuk dan kaki
jalan yang bergerak seperti sesekali menyentuh telur dan ekornya yang
melipat.
23
Perbandingan induk yang saya gunakan di balai benih ikan air tawar
seppong matakali yaitu 3:5 yang dimana induk jantan 3 ekor dan induk
betina 5 ekor yang dipijahkan secara alami didalam 1 wadah bak fiber
berukuran 2 x 1 dengan ketinggian air sekitar 25 cm. Lama waktu pemijahan
selama 2 minggu.
Gamabar 10 : Pemijahan
24
a. Suhu
25
- 29° C, oksigen terlarut > 1 ppm dan pH 6,5 – 9. Lobster air tawar ini
masih dapat mentoleransi keadaan pH tersebut. Sesuai dengan
kenyataanya bahwa pemijahan lobster air tawar yang dilakukan di balai
benih ikan air tawar (BBIAT) seppong matakali sangat cocok tanpa
kendala meskipun dengan kondisi pH yang basah dan sesuai dengan
kehidupan organisme pada umumnya berkisar antara 6-7-8-9. (Budi 2020).
Gambar 12 : pH Air
(Sumber : Dok. Budi, 2020)
Pakan adalah makanan utama bagi lobster air tawar dimana pakan
tersebut sangat penting untuk laju pertumbuhan dan perkembangannya.
Kandungan protein pakan yang saya gunakan adalah 41% yaitu pakan pellet
tenggelam jenis fengli. Pakan untuk lobster air tawar sangat dibutuhkan
apalagi pada saat proses untuk pemijahan karena sangat menunjang dalam
perkembangannya. Pemberian pakan 3 kali dalam sehari yaitu pagi sekitar
jam 08.00 sebanyak 10%, sore jam 05.00 sebanyak 20% dan pada malam hari
jam 22.00 sebanyak 70%. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto dan
Hartono (2003) dalam K. Lengka et al., (2013). yang mengemukakan bahwa
26
karena lobster air tawar memiliki sifat nokturnal, maka persentase pakan yang
diberikan pada malam hari harus lebih banyak dibandingkan pada pagi hari.
27
frekuensi pemberian pakan biasanya dilakukan <4 kali sehari. Frekuensi
pemberian pakan yang tepat akan mendukung performa pertumbuhan dan
dapat mencegah kanibalisme Red Claw yang menjadi salah satu penyebab
rendahnya kelulushidupan (Wiyanto dan Hartono, 2007) dalam (Partini et al.,
2019).
28
perubahan warna telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cobb dan Phillips
(1980) dalam Khalil et al., (2018), telur-telur yang berada dibawah perut
induk betina mengalami beberapa kali pembelahan sel.
29
4.9. Fekunditas
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
yang di laksanakan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Dinas
1. Kegiatan pemijahan ikan mas secara alami meliputi tahap sebagai berikut :
kegiatan pemijahan.
hari dengan tujuan agar kotoran dalam tubuh ikan dapat keluar,
memijah.
31
Pasca pemijahan meliputi beberapa tahap seperti pemindahan
5.2. Saran
serta perlu juga ditunjang oleh alat pengukur kualitas air untuk
baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, G. M., Rachmawati, D., Studi, P., Perairan, B., Perikanan, J.,
Diponegoro, U., … Tawar, L. A. (2015). Journal of Aquaculture
Management and Technology Online di : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jamt Journal of Aquaculture Management and
Technology. 4, 10–18.
33
Raharjo, D, K. 2013. Pemberian Ekstrak Bayam (Amaranthus Tricolor)
Melalui Metode Injeksi Sebagai Simulasi Molting Dan Pertumbuhan
Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus). Skripsi. 1-33
Sunram, J. P., Rihardi, I., Amir, S., Abidin, Z., Studi, P., Perairan, B., &
Mataram, U. (2013). Pertumbuhan Lobster Air Tawar ( Cherax
quadricarinatus ) pada Pemberian Pakan dengan Frekuensi yang
Berbeda. 1(2), 28–36.
Tumembouw S. 2011. Kualitas Air Pada Kolam Lobster Air Tawar (Cherax
Quadricarinatus) Di Bbat Tatelu. Jurnal Perikanan Dan Kelautan
Tropis. Vol. Vii-3. 128-131.
34
LAMPIRAN
35