Mengetahui,
KATA
Mohsan PENGAN
Abrori, S.Pi, M,Si
NIP: 19701230 200312 1 004
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
yaitu :
2 Ibu Tri Ari Styastuti S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Endang
kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
Penulis
DAFTAR ISI
3
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................1
1.2. Maksud..............................................................................................2
1.3. Tujuan ...............................................................................................2
III. METODOLOGI
3.1. Metode Praktek Kerja Lapang............................................................18
3.2. Sumber Data .....................................................................................18
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................18
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...............................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4
Tabel Halaman
1. Ciri-Ciri Induk Udang Vannamei Yang Berkualitas...................................15
2. Dosis Dan Frekuensi Pakan ...................................................................16
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar Halaman
1. Morfologi Udang Vannamei ................................................................5
2. Tingkat Kematangan Gonad Pada Udang..........................................17
6
I. PENDAHULUAN
dalam upaya meningkatkan ekspor hasil budidaya perikanan Indonesia, karena itu
Hal ini bisa dilihat dalam volume ekspor Indonesia yang termasuk kelompok lima
mencapai 6,0 % dalam volume dan 72% dalam nilai yaitu dari 109.650 ton pada
tahun 1999 menjadi 137.636 ton pada tahun 2003 (Farchan dkk, 2006).
Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko ke arah
vanname, karena hasil yang dicapai sangat luar biasa. Apalagi produksi udang
windu yang saat ini sedang mengalami penurunan karena serangan penyakit,
terutama penyakit bercak putih white spot syndrome virus, (Haliman dan Adijaya,
2006).
satu tahapan penting usaha budidaya perikanan. Benih ikan atau udang yang bebas
penyakit bisa menekan risiko kegagalan panen pada proses budidaya perikanan.
1
sehingga secara genetik tetap terjamin. Upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga
dan memperbaiki hal tersebut salah satunya adalah dengan pengelolaan induk
Mutu benur bisa saja mengalami penurunan dari waktu kewaktu, bahkan tidak
tertutup kemungkinan benur yang beredar adalah benur bermutu rendah dan
mengakibatkan pertumbuhan udang yang lambat, ukuran tidak seragam, dan sangat
Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui tentang cara pengelolaan induk
udang vannamei guna memperoleh galur murni atau induk yang berkualitas dan
1.2. Maksud
Maksud dari pelaksanaan Praktek Penulisan Karya Ilmiah ini adalah untuk
1.3. Tujuan
II.TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Biologi Udang Vannamei
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Menurut Amri dan Kanna, 2008 tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua
bagian besar, yakni bagian (cephalothorax) yang terdiri atas kepala dan dada serta
bagian (abdomen) yang terdiri atas perut dan ekor. Semua bagian badan beserta
3
ruas bagian kepala dan 8 ruas bagian dada. Sedangkan bagian abdomen terdiri dari
6 ruas.
depan kelopak kepala memanjang dan meruncing dan bergerigi yang dinamakan
sisi kepala tertutup oleh kelopak kepala terdapat insang. Selain itu di bagian
maxilla, 3 pasang maxillipet dan 5 pasang kaki jalan. Kaki jalan ke-1, ke-2, ke-3
ujung-ujungnya bercapit dan kaki ke-4, ke-5 tanpa capit. Abdomen terdiri dari 5
pasang kaki renang dan sepasang uropoda yang berbentuk seperti kipas dengan
membentuk ujung ekor (telson). Di bawah ujung ekor terdapat lubang dubur/anus
Dijelaskan oleh Haliman dan Adijaya udang vannamei memiliki tubuh berbuku-
buku dan dapat melakukan aktivitas berganti kulit luar secara periodik (moulting).
sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya tentang morfoogi udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 1:
4
Gambar 1. Morfologi Udang Vannamei
Sumber : Haliman dan Adijaya (2006).
udang windu (Panaeus monodon), yaitu melepaskan telur di tengah laut, kemudian
terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi naupli, seterusnya
menjadi zoea, mysis, post larva, dan juvenil. Pada stadia juvenil telah tiba di daerah
pesisir, selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan dan bertelur
(Ghufran, 2007).
Siklus hidup udang dapat menghasilkan 100.000 250.000 butir telur yang
berukuran 0,22 mm, yaitu stadia naupli, zoea, mysis, dan post larva.
a. Stadia Naupli
Pada stadia ini, larva berukuran 0,32-0,58 mm. Sistem pencernaannya belum
sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur sehingga
pada stadia ini benih udang vannamei belum membutuhkan makanan dari luar
b. Stadia Zoea
5
Benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, lama waktu proses
pergantian kulit sekitar 4-5 hari. Benih sudah dapat diberi makan alami, seperti
c. Stadia Mysis
Benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat
ekor kipas (uropuds) dan ekor (telson). Stadia ini sudah bisa menyatap pakan
Pada stadia ini, benih udang vannamei sudah nampak dewasa. Hitungan
stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari, misalnya PL 1 berarti umur satu
hari. Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak kedepan. Sifatnya cenderung
karnivora. Umumnya petambak menebar benur pada umur PL10 - PL15 yang sudah
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), beberapa tingkah laku atau kebiasaan
udang adalah :
a. Sifat Nokturnal
Yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam hari, pada
siang hari mereka lebih suka beristirahat, baik membenamkan diri dalam Lumpur
b. Sifat Kanibalisme
Yaitu sifat suka memangsa sejenisnya. Sifat ini sering timbul pada udang yang
kondisinya sehat, yang sedang tidak ganti kulit. Sasarannya adalah udang-udang
6
Yaitu suatu proses pergantian kutikula lama digantikan dengan kutikula yang
baru. Kutikula adalah kerangka luar udang yang keras (tidak elastis). Oleh karena itu
untuk tumbuh menjadi besar mereka perlu melepas kulit lama dan digantikan
dengan kulit baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi moulting masal yaitu yaitu air
pasang dan surut, dan kondisi lingkungan. Air pasang dan surut dapat
untuk mengalami moulting. Dengan kondisi lingkungan yang berubah secara drastis,
adalah terlalu sering mengganti air tambak dan pemberian saponin yang berlebihan,
(salinitas). Sifat demikian dinamakan sifat euryhaline. Sifat lain yang menguntungkan
adalah ketahanan terhadap perubahan suhu dan sifat ini dikenal sebagai
eurytherma.
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phyto plankton, copepoda,
7
Udang vannamei mencari pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa
getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae).
Organ sensor ini berpusat pada ujung anterior antenuela, bagian mulut, capit,
antena dan maxillipet. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan
merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan bila pakan mengandung
senyawa organik seperti protein, asam amino, dan asam lemak maka udang akan
merespon dengan cara mendekati sumber pakan tersebut (Haliman dan Adijaya,
2006).
Menurut Ghufran (2007), kebiasaan makan dan cara makan udang vannamei
(Feeding and food habit) juga identik dengan udang windu, yaitu tergolong hewan
Omnivorous scavanger, pemakan segala (hewan dan tumbuhan) dan bangkai. Jenis
makanan yang dimakan udang vannamei antara lain plankton (zooplankton dan
phyto plankton), alga, bentik, detritus dan bahan organik lainnya. Yang membedakan
dari udang windu dari aspek Feeding hadit dan Food habit adalah pada udang
vannamei lebih rakus (Piciforous) dan membutuhkan protein yang lebih rendah.
Pada udang windu pakan yang digunakan untuk pembesaran mengandung protein
factor harus memenuhi persyaratan untuk memilih lokasi yang paling sesuai, yang
8
terbagi dalam dua kriteria teknis dan kriteria non teknis. Sedangkan beberapa aspek
b. Aspek ekonomi dengan maksud agar pembenihan yang akan dibangun memang
c. Aspek sosial budaya dengan maksud agar proses pembangunan unit pembenihan
Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan
pembenihan udang dan berhubungan langsung ke aspek teknis, seperti sumber air
tawar dan sumber air laut, dasar perairan, kualitas tanah, elevasil lahan dan pasang
surut. Daerah perairan pantai dengan dasar perairan pasir atau berkarang, pada
umumnya jernih dan merupakan lokasi pengambilan air laut yang baik. Sedangkan
pada jenis pantai yang berlumpur memiliki air yang keruh dan cenderung bersifat
asam oleh karena itu perlu dihindari. Kejernihan suatu perairan belum tentu
memberikan jaminan kualitas yang baik. Untuk benar-benar memastikan kualitas air
maka perlu diadakan pengukuran parameter kimia dan fisika yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan lokasi pembenihan meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas,
pH, BOD, COD, anomia, nitrit, nitrat, logam berat, bahan-bahan polutan, kecerahan
9
fitoplankton dan plankton, keberadaan mikroorganisme pathogen dan biota lain yang
ada diperairan.
Larva udang vannamei akan dapat bertahan pada sebuah hatchery selain
dipengaruhi oleh mutu nauplis pada umumnya. Kesuksesan proses juga didukung
oleh :
2. Kestabilan kualitas air, meliputi salinitas temperature, DO, dan factor lainnya.
kontaminasi.
wilayah yang biasanya telah dipetakan dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang
dan Tata Guna Lahan). Persyaratan lokasi yang termasuk factor non teknis lainnya
komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pemasaran, pasar, sekolah, tempat
10
Menurut Subaidah dkk (2006), untuk memproduksi nauplius udang vannamei
1. Bak penampungan/karantina :
Berfungsi menampung induk yang baru induk yang baru datang, diadaptasi dan
dilakukan pengecekan penyakit. Bentuk bak bulat, oval, atau persegi panjang,
bersudut tumpul dengan luas dasar minimal 20 m2, dengan ketinggian bak minimal
1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m (jarak antara permukaan air dan bibir bak
minimal 0,3 m). Warna bak cerah dan warna dinding bak gelap. Bak bak terbuat dari
Berfungsi untuk pematangan gonad induk dan setelah matang gonad dilakukan
perkawinan pada bak yang sama. Bentuk bak bulat, oval, atau persegi panjang ,
bersudut tumpul dengan luas dasar minimal 20 m2, dengan ketinggian bak minimal
1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m (jarak antara permukaan air dan bibir bak
minimal 0,3 m). Warna bak cerah dan warna dinding bak gelap. Bak bak terbuat dari
Berfungsi untuk memijahkan induk yang telah matang gonad. Bentuk bak bulat,
oval, atau persegi panjang, bersudut tumpul dengan ketinggian bak 0,8 m sampai
dengan 1 m dan kedalaman air minimal 0,6 m serta luas dasar bak minimal 2 m2.
Bak pemijahan ada yang berfungsi sebagai bak penetasan jika telur tidak dicuci,
maka untuk bak penetasan volume minimal 300 liter dengan ketinggian bak 0,8 m
sampai dengan 1 m dan kedalaman air minimal 0,6. Bak bak terbuat dari semen,
11
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi sebagian besar
pemeliharaan induk maupun bak pemeliharaan larva dan pakan alami tidak terlepas
dari perencanaan instalasi aerasi yang baik. Selain itu aerasi sangat penting karena
pada masa nauplius sampai post larva 1, hidupnya masih melayang-layang dalam
air. Ini menyebabkan sistem aerasi memegang peranan penting dalam pemeliharaan
larva udang. Untuk tujuan pembenihan udang, oksigen yang sangat diperlukan ini
dihasilkan dengan memompakan udara dari luar dengan menggunakan alat seperti
membutuhkan tenaga listrik. Oleh karena itu, tenaga listrik harus tersedia 24 jam.
dkk (2006) menyatakan air laut secara fisik harus jernih, tidak berbau dan tidak
terdiri dari:
12
a. Filter air laut atau hisap
Fungsi utama filter hisap adalah mencegah terhisapnya partikel kasar dari
perairan seperti bebatuan, bahan organik dan jasad aquatik lainnya yang dapat
Bak filter mekanis diisi dengan beberapa material untuk menyaring partikel-
partikel yang tersuspensi pada air laut. Beberapa material yang diginakan adalah
batu kali ukuran sedang, kerikil, ijuk, arang kayu dan kuarsa. Batu kali dan ijuk
berfungsi sebagai penyaring partikel lumpur yang utama juga berfungsi sebagai
pengikat bahan organic dan anorganik. Arang kayu berfungsi sebagai pengikat
filter mekanis dari bawah ke atas adalah batu kali sedang, batu kerikil, arang kayu,
maupun air buangan masuk langsung ke sand filter, kemudian air dilewatkan UV 30
watt sebanyak 3 buah. Air yang telah di UV ditutup dengan kain terpal agar tidak
terkontaminasi.
Khusus untuk bak perkawinan induk digunakan system resirkulasi dengan sistem
drum filter yaitu air buangan dari bak-bak induk filter dengan koral agar kotoran-
kotoran tersaring.
Pipa distribusi dibutuhkan untuk mengalirkan air laut dari filter atau dari bak
13
semakin baik debit air yang dialirkan. Beberapa stop kran dibutuhkan untuk
merupakan salah satu udang putih yang cukup komersial. Banyak dibudidayakan di
merupakan udang introduksi yang telah dirilis pada tahun 2001. Dipilihnya udang
mempertahankan kualitas benih udang sangat ditentukan oleh kualitas induk (Amri
diimpor dari Hawai dan Florida. Namun pada perkembangan selanjutnya, akibat
hasil domistikasi, maka sebagian hatchery mulai menggunakan induk hasil budidaya
tambak. Induk yang berkualitas diantaranya memiliki ciri-ciri seperti table dibawah
ini:
Tabel 1. Ciri-ciri induk udang vannamei yang berkualitas
14
1. Ukuran 17 cm/40 gram 18 cm/40 gram
2. Tubuh Tidak cacat Tidak cacat
3. Warna Cerah Cerah
4. Organ tubuh Lengkap dan normal Lengkap dan normal
5. Organ reproduksi Baik Baik
6. Deteksi virus Bebas virus Bebas virus
7. Kerusakan luar tubuh Tidak ada Tidak ada
perkembangan ovarium yang terletak pada bagian dorsal tubuh udang berwarna
orange. Sedangkan pada udang jantan kematangan gonad terlihat jelas pada
kantong sperma yang berwarna putih penuh berisi sperma. Perkembangan gonad ini
dapat dipercepat dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan yang
segar yang dapat memicu perkembangan induk udang vannamei adalah cacing laut
(Nireis sp) atau cacing tanah (Lumbricus sp) atau Cumi-Cumi. (Halimah dan Adijaya,
2005)
Kualitas dan kuantitas telur dan benur (benih udang) ditentukan oleh
pematangan gonad dipengaruhi oleh kualitas, kuantitas dan cara pemberian pakan.
Pakan yang baik untuk induk berupa pakan segar yang mengandung protein,
kolestrol dan vitamin yang cukup sehingga dapat menjaga daya tahan tubuh
diberikan 10 20 % dari bobot tubuh udang setiap hari. Dalam keadaan normal
15
15.00 Udang / Cumi 15 % dari total pakan
22.00 Cacing Laut / Cumi 15 % dari total pakan
Sumber: Data primer
ovarinya (kandungan telur), yang berada di bagian punggung udang mulai dari
dari yang semula berwarna putih hingga berwarna merah kekuningan (orange)
ketika matang gonad. Perubahan warna ovari pada udang vaname mudah diketahui,
hal ini dikarenakan udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang memiliki
yaitu :
- Tingkat 3 : Gonad tampak lebih tebal dan semakin jelas berwarna merah
kekuningan (orange).
16
A B
Ill. METODOLOGI
3.1. Metode
metode survei dan magang. Metode survei ini digunakan untuk meningkatkan
magang. Menurut Nazir (1988), survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk
17
keterangan yang faktual, tentang pemeliharaan calon induk udang vannamei
metode magang menurut Departemen Pertanian (1985) adalah suatu metode belajar
dalam bentuk praktek secara langsung di tempat yang digunakan untuk magang.
Berdasarkan sumbernya data yang diperoleh terdiri dari data primer dan
data sekunder. Menurut Subagyo (1991), data primer adalah data yang diperoleh
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur atau pustaka.
Data yang diambil meliputi berbagai prosedur pemeliharaan calon induk udang
Menurut Subagyo (1991), setelah data primer dan data sekunder terkumpul
telah terkumpul.
dimengerti.
deskriptif bertujuan agar menyajikan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
18
tanpa memberikan perlakuan apapun, sehingga dapat dengan mudah mengambil
kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparmoko (1995), bahwa metode
Untuk menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dan kemudian diacu
DAFTAR PUSTAKA
Amri K dan Kanna kandar. 2008. Budidaya Udang Vannamei. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. P;5. P;6.
Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Timur. P;64. P;65.
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/10/teknik-pembenihan-udang-vannamei.html
19
Subaidah, Siti, dkk. 2006. Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei).
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Situbondo. P;153.
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=13&aid=2291
http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahan-
kuliah/Kelompok_1_Manajemen%20_induk_udang.pdf
20