DISUSUN OLEH
PSP B. 1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah” penyakit infeksi dan non-infeki
pada ikan” tepat waktu .
Akhir kata penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1. Jenis-Jenis Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina...................3
2.2. Penyebab Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina...................10
2.3. Penularan Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina..................14
2.4. Tanda-Tanda Ikan Terserang Penyakit.............................................................15
2.5. Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Ikan.....................................................15
2.6. Efek Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina Terhadap Manusia
..................................................................................................................................16
BAB III PENUTUP...................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana penularan penyakit ikan?
4. Bagaimana tanda-tanda ikan terserang penyakit?
5. Bagaimana pencegahan dan pengobatan dari ikan yang terserang penyakit?
6. Bagaimana efek infeksi dan non infeksi pada ikan karantina terhadap
manusia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui semua yang
berkaitan dengan abnormalitas ikan akibat penyakit infeksi dan non-infeksi mulai dari
penybab, penularan, tanda-tanda, pencegahannya, dan efek terhadap manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Jenis-Jenis Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina
Kasus penyakit pada budi daya ikan air tawar di Indonesia sudah terjadi
bersamaan dengan sejarah dimulainya usaha pembudidayaan ikan. Dokumentasi
wabah penyakit ikan, telah dilaporkan pada tahun 1930 (Dactylogyrus cyprinid),
1932 (Ichthyophtirius multifilis), 1951 (Myxobolus sp.), 1970-1974 (Lernaea
cyprinaceae), 1980 (Aeromonas-Pseudomonas), 1992 (Epizootic Ulcerative
Syndrome), 2001 (rapid mass mortality on giant gouramy). Sejak Maret 2002,
pembudidaya ikan mas dan koi di Indonesia menghadapi kasus penyakit yang serius
akibat infeksi Koi Herpes Virus (KHV). Akibat penyakit tersebut, pembudidaya ikan
mas dan koi di Jawa, Bali, Sumbawa, Sumatera, dan Kalimantan Selatan mengalami
kerugian lebih dari 100 milyar rupiah dalam kurun dua tahun. Wabah KHV sangat
sporadis, sehingga dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling serius pada budi
daya ikan air tawar di Indonesia (Dana, 2004; Taukhid, 2004).
A. Penyakit Infeksi
3
lain adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ectoparasit adalah crustacean.
Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain adalah Ichtyopthirius
multifiliis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan
Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain adalah
Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang
disebabkan oleh crustacean antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae.
Untuk memahami tentang berbagai jenis penyakit infeksi dan bagaimana para
pembudidaya melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pada ikan yang
terserang penyakit, maka harus dipahami terlebih dahulu tentang morfologi dari
macam-macam penyakit tersebut. Oleh karena itu dalam penjelasan berikut akan
diuraikan tentang biologi dan morfologi dari berbagai jenis penyakit yang biasa
menyerang ikan budidaya.
Pengobatan Trematoda, Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari
kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan
pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan
menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan.
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin
teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan
larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm
selama 30 – 60 menit.
4
A. Parasit
B. Jamur
Prinsipnya adalah ikan dapat terserang jamur bila ikan tersebut kurang
mendapat penanganan yang kurang sempurna. Selain penanganan yang kurang
sempurna tersebut dapat juga disebabkan karena air yang mengandung bahan kimia
yang dapat menyebabkan terkikisnya lendir dan kulit ikan ( iritasi ) dan akhirnya
menyebabkan luka. Bisa juga disebabkan karena perubahan suhu air atau sifat air
yang mendadak. Biasanya ikan yang barudiangkut dari suatu tempat akan banyak
terinfeksi penyakit ini. Ikan yang pada saat mendekati kematangan kelamin juga
mudah terinfeksi oleh jamur. Hal ini kemungkinan besar karena pengaruh hormonal.
C. Bakteri
Secara umum, gejala akibat infeksi bakteri pada ikan dapat dibedakan menjadi empat
macam, yakni :
D. Virus
5
B. Penyakit Non-Infeksi
Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan
yang mengalami keracunan terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan
air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian mati. Penyakit
karena kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang
dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah.
a. Akibat Lingkungan
Penyakit akibat lingkungan pada ikan masih sering terjadi. Penyakit ini
berdasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan yaitu yang disebabkan
oleh faktor abiotik dan biotik.
1. Faktor Abiotik
a. Suhu/temperatur
Selain suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering
ditemukan adalah masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat
pengaruh musim, misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan
kecepatan metabolisme turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun. Suhu
dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan
pada ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis
ikan hias.
6
CO2 + 2 H2X ———– tenaga cahaya ———– [CH2O] + H2O + 2X
6CO2 + 6H2O ———– tenaga cahaya ———– C6H12O6 + 6O2
Tahap kebutuhan oksigen terlarut untuk ikan adalah antara 4 – 10 ppm. Ikan
dapat hidup di bawah 4 ppm, tetapi kadar oksigen yang rendah akan
mempengaruhi kadar tumbuh besar ikan secara keseluruhan.
c. pH
pH air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada
jenis ikan tersebut. Pada umunya ikan akan toleran terhadap range pH
tertentu, misalnya untuk ikan hias jenis Koi dan koki range pH nya antara 6,2
sampai 9,2. pH air yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan
mengakibatkan gangguan pada keshatan ikan. pH optimum akan bervariasi
tergantung pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu
tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini
akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang
bernafas dengan menggunakan insang.
d. Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan hias dikenal dengan
istilah air lunak dan air keras. Nilai kesadahan air pada air biasanya ditentukan
dengan kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai
kesadahan untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (kesadahan
rendah), air yang sedang, dan air yang keras atau kesadahan tinggi dan sangta
keras. Tiap jenis ikan terutama ikan hias memerlukan kesadahan air yang
tidak sama. Ikan neon tetra misalnya memerlukan kesadahan air yang rendah
apabila dibandingkan dengan ikan hias dari golongan siklid.
e. Bahan cemaran
Bahan cemaran biasanya berasal dari sumber air yang digunakan pada
suatu usaha budidaya ikan terutama, yang menggunakan sumber air dari
sungai atau perairan umum lainnya.
7
Cemaran bisa berasal dari limbah domestik maupun limbah industri.
Bahan cemaran dapat berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran
tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan.
Pada cemaran konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu
proses kehidupan ikan (sublethal) hal ini akan mengganggu kesehatan ikan.
Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam
penyakit-penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
2. Faktor Biotik
8
Jumlah padat tebar terlalu tinggi
Kepadatan ikan yang terlalu tinggi menyebabkan ikan saling berebut oksigen.
Kekurangan oksigen akan menyebabkan ikan stres dan daya tahan tubuhnya
menurun sehingga mudah dihinggapi penyakit. Bagi ikan berduri, badannya
akan mudah mendapat luka sehingga penyakit akan mudah menular dari satu
ikan ke ikan lainnya. Kondisi padat juga akan menyebabkan terjadi ‘krisis
sosial’ di mana ikan yang besar akan mendominasi ikan kecil, akibatnya
proses tumbuhbesar ikan akan terhambat sehingga ukuran ikan menjadi tidak
seragam.
b. Penyakit Nutrisi
Pakan ikan harus mengandung cukup protein karena protein yang dibutuhkan
oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan
terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhan juga terganggu. Kekurangan vitamin pada
ikan juga mengakibatkan kelainan2 pada tubuh ikan, baik kelainan bentuk tubuh atau
kelainan fungsi fisiologi.
9
terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping
(Scoliosis) dan bengkok arah atas dan bawah (Lordosis). Pada tabel dibawah
ini dapat dilihat beberapa contoh kelainan pada tubuh ikan akibat dari
kekurangan nutrisi tertentu.
c. Genetik
2.2. Penyebab Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina
Pada pengamatan luar tubuh ikan nila terdapat bintik putih pada tubuh ikan,
berbentuk lurus, nafas terengah-engah, warna lebih gelap, dan terdapat luka pada
kulit dan mulut. Tanda-tanda tersebut berarti ikan dalam keadaan sakit. Bintik putih
pada ikan disebabkan karena serangan Ichthyophthirius multifiliis atau disebut juga
dengan white spot. Sedangkan pada organ dalam tubuh tidak ada perubahan apapun.
Pada insang ikan ditemukan bakteri Aeromonas hydrophila setelah dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop. Selain itu, ditemukan juga penyakit Trichodina
pada lendir ekor ikan.
10
Spesies Trichodina yang ditemukan pada ikan nila (Oreochromis nilotius)
adalah pada lendir ekor ikan. Identifikasi T. reticulata sangat mudah dilakukan karena
spesies ini mudah ditemukan di bagian lendir dari permukaan tubuh seperti sirip dan
kulit tetapi jarang ditemukan pada bagian insang. Ciri khusus lainnya sehingga
spesies ini mudah dikenali adalah terdapat beberapa sel seperti struktur melingkar
atau persegi di pusat dari adhesive disk (Windarto, et al., 2013). Trichodinid adalah
salah satu protozoa ektoparasit penting yang biasanya ditemukan pada insang, kulit
dan sirip ikan yang digambarkan seperti bentuk piala dengan lapisan silia
homosentrik dan lingkaran koordinasi dentikel sitoskeletal (Deb, et al., 2015).
Terdapat luka pada kulit ikan yang terserang Trichodina sp., dan produksi
lendir berlebihan. Infeksi berat juga dapat menyebabkan anoreksia dan lemah. Nafsu
makan ikan menurun, dan pada tubuh sering terjadi pendarahan yang dapat
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur (Fidyandini, et al., 2012). Pada
cakram Trichodina terdapat kait yang melekat kuat sehingga mengakibatkan ikan
yang terserang mengalami gatal-gatal sehingga ikan akan menggosok-gosokkan
badan ke dasar kolam atau pinggir kolam, sehingga dapat menyebabkan luka. Ikan
yang terserang juga akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan pucat
(tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga
ikan menjadi kurus.
Pencegahan dan pengobatan penyakit parasit Trichodina sp. pada ikan selama
ini menggunakan bahan kimia dan antibiotik seperti NaCl, formalin dan CuSO4.
Penggunaan antibiotik dan bahan kimia secara terus menerus dapat menimbulkan
efek samping pada ikan dan lingkungannya. Dibutuhkan alternatif lain untuk
mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan bahan alami. daun api-api (A.
marina) digunakan sebagai antibakteri karena pada daun ini mengandung beberapa
senyawa polar yang mampu mengendalikan perkembangan Trichodina sp. Senyawa
polar tersebut yaitu saponin, flavonoid dan tannin yang dapat bekerja sebagai
antimikroba dengan cara merusak membran sitoplasma dan membunuh sel epidermis
(Afifah, et al., 2014).
11
infeksi tinggi (Picon-Camacho, et al., 2012). Parasit ini memilki distribusi di seluruh
dunia dan menginfeksi ikan air tawar pada tahap pertumbuhan yang berbeda, dari
remaja ke calon indukan (Xu, et al., 2005).
12
ikan nila masuk dalam unggulan produk perikanan selain rumput laut, udang windu,
kerapu, dan catfish (Lusiastuti, et al., 2010).
Pada jurnal Supriyadi dan Gardenia (2010) menyatakan ikan nila sampel
menunjukkan gejala ikan kurus, warna kehitam-hitaman, mata menonjol berwarna
putih. Dari hasil autopsi diperoleh gejala hati ikan berwarna pucat dan bertekstur
rapuh. Menurut Lusiastuti, et al. (2010), infeksi Streptococcus agalactiae lebih
bersifat akut yang menyebabkan kematian 100% ikan nila dalam waktu kurang lebih
satu minggu dalam uji coba penelitian yang sedang berlangsung. Frekuensi kejadian
biasanya terjadi sepanjang tahun terutama terjadi pada saat suhu air turun. Selain
penyakit dengan gejala tersebut, penyakit lain yang sering terdapat adalah penyakit
akibat infeksi jamur yang terjadi terutama pada saat pasca angkut (Supriyadi dan
Gardenia, 2010).
13
bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan dapat mencemari lingkungan (Mariyono
dan Sundana, 2002). Salah satu cara pengobatan alternatif yang efektif adalah
menggunakan fitofarmaka. Fitofarmaka merupakan obat alamiah yang berasal dari
tumbuhan, bahan bakunya telah mengalami standarisasi, memenuhi syarat baku yang
resmi, telah dilakukan penelitian ilmiah mengenai bahan baku serta kegunaan dan
khasiatnya jelas seperti resep dokter. Berdasarkan hasil penelitian Ayuningtyas
(2009), ekstrak daun meniran 5 ppt dan bawang putih 20 ppt dapat menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila pada ikan lele dumbo dengan metode injeksi.
2.3. Penularan Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina
14
budidaya perikanan. Sakit bahkan kematian yang dialami ikan dapat berlangsung
secara akut hingga kronis. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit yang bahkan mengarah pada kematian.
Lebih lanjut akan terlihat gejala klinis seperti kemerahan di pangkal sirip,
bagian bawah operculum, dan bagian tubuh lainnya serta adanya luka. Jenis penyakit
parasitik yang paling sering dijumpai adalah dari kelompok trematoda insang yaitu
(Diplectanum spp., Haliotrema spp. dan Pseudorhabdosynochus spp.); trematoda kulit
(Benedenia sp. dan Neobenedenia sp.) dan Protozoa (Cryptocaryon irritans,
Amyloodinium ocellatum. dan Trichodina spp.).
15
6. Air bekas membawa ikan dan sisa-sisa ikan yang sakit jangan dibuang
dikolam atau di aliran air, buanglah ke lubang tanah
7. Kolam yang telah terkena penyakit hatus di dekontaminasi dengan jalan
dikeringkan dan pengapuran dengan dosis 200 gram permeter persegi
selamasatu minggu
8. Alat-alat penampungan dan penangkapan dijaga kebersihannya supaya tidak
terkontaminasi dan sewaktu-waktu dicuci dengan larutan kalium
permanganate 20ppm atau dengan kaporit 0,5ppm
9. Tingkatkanlah gizi makanan ikan yang akan menambah daya tahan tubuh ikan
10. Gunakan bibit unggul yang memiliki dya tahan tinggi terhadap penyakit
11. Karantina ikan. Karantina ikan mutlak dan perlu dilakukan oleh peternak ikan
bila akan menerima atau mengirimkan ikan dari atau ke tempat lain. Tindakan
ini untuk mencegah timbulnya / masuknya bibit penyakit ikan dan mencegah
penyebaran penyakit ikan.
2.6. Efek Penyakit Infeksi Dan Non Infeksi Pada Ikan Karantina Terhadap Manusia
Patogen ikan menyebabkan penyakit pada banyak spesies ikan air tawar dan
laut. Namun, relatif sedikit patogen ikan yang diketahui bersifat zoonosis atau
menyebabkan penyakit pada manusia. Penularan penyakit zoonosis dari hewan
terutama melalui kontak langsung, kontak langsung dengan vector dan media yang
terkontaminasi, konsumsi oral atau inhalasi aerosol.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Afriantono, E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Kanisius, Yogyakarta.
Deswan, Rudi. 2013. Hama dan Penyakit Abnormalitas Ikan Akibat Penyakit Infeksi
dan Non Infeksi. Lampung: Politeknik Negeri Lampung
Lesmana, Darti. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar
Swadaya.
18