Anda di halaman 1dari 21

JENIS DAN MODEL KURIKULUM

Dosen Pengampu: Maria Barus, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 4

Dea Angelina Damanik (2001010125)

Yusniar Pasaribu (2001010127)

Tiara K. Sinaga (2001010130)

Nova Anjelin Hutagaol (2001010131)

Norita Laorenza Siburian (2001010135)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya kepada
kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Kurikulum IPA
dengan judul “JENIS DAN MODEL KURIKULUM”

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Maria Barus S.Pd, M.Pd. selaku dosen
pengampuh mata kuliah ini karena membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari masih adanya kekurangan makalah ini baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
menyempurnakan makalah ini di lain waktu. Akhir kata semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi pembaca.

Pematang Siantar, April 2023

Kelompok 4

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Jenis - Jenis Kurikulum..............................................................................................................3
2.2 Pengertian Model Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum............................................5
2.3 Model Konsep Kurikulum.........................................................................................................7
2.4 Model Pengembangan Kurikulum...........................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya,
seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
pengembangan kurikulum, Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (designing). menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.

Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum, pendidikan
dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan sudut pandang ahli yang
lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi
pengelolaannya. Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses
penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika diteliti lebih lanjut, para ahli tersebut
mempunyai satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.

Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta
didik untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang dapat
disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar akan tujuan, orientasi
ke hari depan, dan sadar akan penyesuaian.

Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik
yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan
kurikulum.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis kurikulum?


2. Apa pengertian model konsep kurikulum dan model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana model konsep kurikulum?
4. Bagaimana model pengembangan kurikulum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum


2. Agar mengetahui pengertian model konsep dan model pengembangan kurikulum.
3. Agar mengetahui model konsep kurikulum
4. Agar mengetahui model pengembangan kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis - Jenis Kurikulum

Menurut Nasution, kurikulum terbagi menjadi tiga jenis, berikut penjelasannya:

1. Separated curriculum (kurikulum terpisah)

Yakni jenis kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah – pisah. Data
- data yang ada dalam mata pelajaran terpisah atau masing – masing. Pembentukan
separated curriculum ini berlandaskan pada pengalaman dan juga budaya manusia
sepanjang masa yang kemudian disederhanakan dan disusun secara logis. Kemudian
dilakukan sesuai dengan usia peserta didik.

Adapun kelebihan dari separated curriculum ini adalah sebagai berikut:

 Memudahkan guru dalam melaksanakan kurikulum

 Mudah dilaksanakan, direncanakan, dan mudah dilakukan perubahan jika


sewaktu – waktu ada perubahan

 Materi pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis.

Sedangkan kekurangan dari separated curriculum adalah sebagai berikut:

 Kurang mengacu pada masalah – masalah yang dijumpai oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari – hari

 Pertumbuhan peserta didik tidak terlalu harmonis

 Sedikit kurang mengikuti perkembangan zaman

 Hanya menekankan pada pengembangan intelektual dan kurang


memperhatikan faktor – faktor lain.

2. Correlated curriculum (kurikulum korelatif)

3
Yakni kurikulum yang menghubungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran
yang lain. Dalam jenis kurikulum ini mata pelajaran dikaitkan dan disusun dengan
sedemikian rupa serta diperkuat antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri
sendiri.

Ada beberapa cara yang harus ditempuh untuk memadukan mata pelajaran
tersebut, diantaranya adalah dengan menggunakan korelasi sebagai berikut:

 Korelasi okasional atau insidental yakni korelasi yang diadakan sewaktu-waktu jika
terdapat hubungannya.

 Korelasi etis yakni korelasi yang tujuannya untuk mendidik budi pekerti sebagai
pusat pembelajaran kemudian diserap dari pendidikan agama atau budi pekerti

 Korelasi sistematis yakni korelasi yang disusun langsung oleh pengajar atau guru

 Korelasi informal yakni kurikulum yang disusun dengan cara kerjasama antara
beberapa guru dan menghubungkan pelajaran yang diampu oleh satu guru dengan
guru lainnya

 Korelasi formal yakni kurikulum yang terlebih dahulu sudah direncanakan oleh
guru atau tim.

 Korelasi meluas yakni korelasi yang memadukan beberapa bidang studi dan
memiliki ciri khas yaitu saling mendekati.

3. Integrated curriculum (kurikulum terpadu)

Yakni kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu, seperti contoh IPS
(Ilmu Pengetahuan Sosial) yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran ekonomi,
sosiologi, geografi, sejarah.

Kelebihan dari integrated curriculum adalah

 Materinya saling berkaitan

4
 Kurikulum sesuai dengan teori belajar berdasarkan pengalaman, kesanggupan
dan juga minat dari peserta didik.

Kekurangan dari integrated curriculum adalah

 Organisasi kurikulum kurang sistematis

 Pelaksanaan agak sedikit rumit

Terdapat 3 jenis kurikulum berdasarkan sifat dan cara penerapannya. Ketiga jenis
tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi, yaitu sebagai berikut :

1. Kurikulum Terbuka

Jenis kurikulum terbuka atau open curriculum adalah kurikulum yang bersifat
terbuka. Artinya, pengembangan yang dilakukan terhadap kurikulum bisa disesuaikan
dengan kemampuan dan keinginan tenaga pengajar.

2. Kurikulum Tertutup

Sifat dari kurikulum tertutup adalah mutlak. Dengan kata lain, rancangan yang
terdiri atas tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, materi, evaluasi, dan hal
lainnya sudah tidak bisa diubah. Konsekuensinya, tenaga pendidik harus menerapkan
kurikulum ters kuebut sesuai yang tercantum.

3. Kurikulum Terbimbing

Kurikulum ini disebut juga dengan kurikulum setengah terbuka. Maksudnya


adalah, rencana yang termuat dalam kurikulum wajib dijadikan pedoman tetapi sifatnya
fleksibel. sehingga pendidik memiliki ruang untuk mengembangkannya sesuai keinginan.

2.2 Pengertian Model Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum

Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis diri konsep. Kurikulum merupakan
seperangkat susunan rencana kegiatan pendidikan mengenai tujuan, pokok, isi, bahan,

5
metode, dan strategi pembelajaran sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan proses
pembelajaran. Jadi, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan
kurikulum. atau dengan kata lain,  pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas
konsep-konsep kurikulum yang ada.
Pengembangan kurikulum tidak dapat jelas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, kegamaaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat
maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum
merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam
pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan
pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik
hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis, dan logis, sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan
masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum
semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah atau prosedur
sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model
pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan, para pengembang
kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal.
Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.

6
2.3 Model Konsep Kurikulum

Model konsep kurikulum yang berasal dari teori pendidikan klasik disebut kurikulum
subjek akademis, kurikulum humanistik berasal dari pendidikan pribadi, kurikulum yang
berasal dari teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis dan yang terakhir
kurikulum rekonstruksi sosial yang bersal dari pendidikan instraksionis.

1.    Kurikulum Subjek Akademis


Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua.
Kurikulum ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik, yang berorientasi pada
masa lau, bahwa semua ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya telah
ditemukan oleh para ahli di masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskanya kepada generasi baru. Kurikulum ini sangat mengutamakan isi pendidikan.
Ukuran keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah yang menguasai seluruh atau
sebagian besar dari isi pendidikan yang diajarkan guru.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis.
Pola-pola organisasi yang terpenting menurut Sukmadinata (2009) di antaranya sebagai
berikut.
a)        Correlated curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu peajaran dikorelasikan
denga pelajaran lainnya
b)        Unfied atau concentrated curriculum
pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang
mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu
c)        Integrated curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola yang
integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar
diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu
d)        Problem solving curriculum

7
Pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampian yang diperoleh dari
berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu

2.    Kurikulum humanistic


Model kurikulum humanistic menekankan pengembangan kepribadian peserta didik
secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual (kognitif), afektif, dan
psikomotor. Kurikulum humanistic menekankan pengembangan potensi dan kemampuan
dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran segi-segi social,
moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Pembelajarannya
berpusat pada peserta didik (student centererd).
Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi. Kurikulum humanistic
dikembangkan oleh pata ahli pendidikan humanistic, didasari oleh konsep-konsep
pendidikan pribadi (personalized education), yaitu John Dewey (progressive education)
dan J.J. Rousseau (Romantic Education).

3.    Kurikulum rekonstruksi social


Kurikulum rekontruksi social lebih memusatkan perhatiannya pada pemersalahan yang
dihadapi peserta didik dalam masyarakat kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
intruksional. Pendidikan merupakan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja
sama atau interaksi bukan hanya terjadi pada peserta didik dan guru melainkan juga antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang lingkungannya dan
sumber-sumber belajar lainnya. Melalui interasi kerjasama ini, peserta didik berusaha
memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan masyarakat, menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi social memiliki kompenen-kompenen yang sama dengan
model kurikulum lain, tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. Setiap tahun program
pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan utama dari rekonstruksi social adalah
menghadapkan para peserta didik dengan tantangan, ancaman, hambatan, atau gangguan
yang biasanya dihadapi manusia. Tantangan merupakan bidang garapan dari studi social

8
yang perlu didekati dari bidang-bidang lain, seperti ekonomi, sosialogi, spikologi, estetika,
bahkan pengetahuan alam dan matematika. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal
dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
Dalam pembelajaran rekonstruksi social, para pengembangan kurikulum berusaha
mencari keselarasan antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Guru-guru
berusaha membantu para peserta didik menemukan minat dan kebutuhannya. Para peserta
didik sesuai dengan minatnya masing-masing, berusaha memecahkan masalah social yang
dihadapinya. Kerja sama yang terbentuk baik antara individu dalam kegiatan kelompok,
maupun antarkelompok dalam kegiatan pleno, sangat mewarnai metode rekonstruksi
social. Kerja sama ini juga terjadi antara peserta didik dengan tokoh masyarakat. Bagi
rekontruksi social, belajar merupakan kegiatan bersama, ada ketergantungan antara seorang
dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar mereka tidak ada kompetesi, yang ada adalah
kerja sama, saling pengertian dan consensus. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran
yang cocok adalah pendekatan pembelajaran kooperatif, bukan kompetitif (Widyastono,
2000).

4.    Kurikulum kompetensi


Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu
keharusan. Setiap orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat didefinisikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak (depdiknas, 2004.) sementara itu, menurut spencer dan
spencer (1993) kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang
berhubungan timbal balik dengan suatu criteria efektif atau kecakapan terbaik seseorang
dalam pekerjaan atau keadaan. Selanjutnya, berdasarkan kajian dari literature. Widyastono
(2013) merumuskan kompetensi adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah dimiliki
seseorang, harus diwujudkan dalam bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi , dibidang pendidikan berkembang
pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu
menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemelihararaa dan pengawetan
ilmu tersebut, melainkan pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang benar

9
diuraikan menjadi kompetensi yang lebih spesifik dan menjadi perilaku yang dapat diamati
atau diukur. Penerapan tekonologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat keras (teknologi alat) dan perangkat (teknologi
system).

2.4 Model Pengembangan Kurikulum

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek,
sistem, atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (implementation) , dan mengevaluasi (evaluation) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan
dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74). Sehubungan dengan hal-
hal tersebut, dalam bab ini akan diuraikan beberapa model pengembangan kurikulum,
model-model pengembangan yang akan dibahas, yaitu model Ralph Tyler, Administratif,
Grass Root, Demonstrasi, Miller-Seller, Taba dan Beuchamp1

1.     Model Ralph Tyler


Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan
berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam
pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
1)   Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah ?
2) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk
mencapai tujuan pendidikan ?
3)   Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya harus diorganisasikan ?
4)   Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai ?
Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum yang meliputi :
1)   Menentukan tujuan pendidikan

10
2)   Menentukan proses pelajaran yang harus dilakukan
3)   Menentukan organisasi pengalaman belajar
4)   Menentukan evaluasi pembelajaran

2.    Model Administratif


Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah
(top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan pengembangan
kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari pejabat tingkat atas pembuat
kebijakan dan keputusan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus
sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah
membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum
yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri oleh beberapa ahli, yaitu : ahli
pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan
pihak dunia kerja.
Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk deperiksa
dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek
kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara system dalam rangka uji coba
maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan. Setelah perbaikan atau
penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata dibeberapa sekolah
yang dianggap representif. Pelaksana uji coba adalah tenaga professional sebagai
pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam
penyusunan kurikulum.
Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif, maka diperlukan
kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau
menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan
kurikulum yang bentuknya seragam dan bersifat sentalistik, sehingga kurang sesuai jika
diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi, selain daripada
itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyta yang dihadapi para pelaksana
kurikulum dilapangan. Perubahan lebih cenderung dilakukan berdasarkan pola piker
pihak atasan (birokrat) pendidikan.

11
3.    Model Grass Roots
Pengembangan model ini kebalikan dari model administrative. Model Grass Roots
merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam
prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru
sebagai pelaksana pendidikan disekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena
pengembangan dilakukan oleh para pelaksana dilapangan, sehingga perbaikan dan
peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagian-bagian
yang lebih besar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model
Grass Roots, diantaranya :
1)   Guru harus memiliki kemampuan yang professional.
2) Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan
kurikulum.
3)  Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan
evaluasi
4)   Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak
terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan consensus tujuan, prinsip, maupun
rencana-rencana.

4.    Model Demonstrasi


Model pengembangan kurikulum ini datangnya dari bawah. Semula merupakan suatu
upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang
lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan dan ketidaksetujuaan dari
pihak-pihak tertentu.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama, sekelompok guru dari suatu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi
dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uii coba atau eksperemen suatu kurikulum. Unit-
unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan peneliatian dan pengembangan untuk
menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan peneliatian dan pengembangan
ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan yang lebih luas. Pengembangan model

12
ini biasanya diprakarsai oleh pihak Depertemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh
kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.
Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang
telah ada, kemudian mereka melukakan ekperemen, uji coba, dan mengadakan
pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang
dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda
dengan pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan
pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada.
Secara rincinya langkah-langkah dalam pengembangan model ini yaitu :
a)    Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata
hasilnya dinilai baik.
b)   Kemudian hasilnya disebarluaskan disekolah sekitar.

Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, diantaranya adalah
:
1) Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis, karena dihasilkan melalui proses yang
telah diuji dan diteliti secara ilmiah.
2) Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus
kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan
perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks.
3) Hakikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen
dan pelaksanaan dilapangan.
4) Model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan
sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam
mengembangkan program yang baru.

5.    Model Miller-Seller


Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya. Model
pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi
dari model tranmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan
pengembangan sebagai berikut :

13
1)   Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan mengklarifikasi
orientasi. Orientasi ini mereflekasikan pandangan filosofis, psikologis, dan sosiologis
terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut Miller dan Seller, ada
tiga jenis orientasi kurikulum yaitu tranmisi, transaksi, dan tranformasi
2)   Pengembangan Tujuan
Setelah klarifikasi orientasi kurikulum, langkah berikutnya adalah mengembangkan
tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi
kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan
pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan
pengembangan merupakan tujuan yang masih relative umum. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan intruksional.
3)   Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar (startegi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan
oreintasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksanaan kurikulum harus mengidentifikasi
strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuiakan dengan tujuan dan oreintasi
kurikulum.
4)   Implementasi
Langkah ini merupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan langkah-langkah
sebelumnya. Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-
komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional,
penetapan waktu, komunikasi, dan system monitoring. Langkah ini merupakan
langkah akhir dalam pengembangan kurikulum.

6.    Model Hilda Taba


Model ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model
terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang
datangnya dari atas secara deduktif, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan
cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan
pelaksanaan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :

14
a)    Mengadakan unit-unit eksperemen bersama dengan guru-guru
Dalam kegiatan ini perlu disiapkan 1) perencanaan berdasarkan teori-teori yang kuat,
2) eksperemen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data emperik dan
teruji. Unit eksperemen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut :
1.      Mendiagnosis kebutuhan
2.      Merumuskan tujuan-tujuan khusus
3.      Memilih isi
4.      Mengorganisasi isi
5.      Memilih pengalaman belajar
6.      Mengorganisasi pengalaman belajar
7.      mengevaluasi
8.      melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962: 347)
b)   Menguji unit eksperemen
Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama diujicobakan dikelas-kelas
eksperemen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk
penyempurnaan.
c)    Mengadakan revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi dan
konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang
dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan, dilakukan juga
konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal yang bersifat umum dan
konsestensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama-sama dengan
coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa
teaching learning unit yang telah teruji dilapangan.
d)   Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang
lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum,
ada beberapa pertannyaan yang harus dijawab dalam langkah ini :
1.    Apakah lingkup isi telah memadai ?
2.    Apakah isi telah tersusun secara sistematis ?

15
3. Apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan
intelektual, keterampla, dan sikap ?
4.    Apakah konsep dasar sudah terakomodasi ?
e)    Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyelebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah, dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang
dihadapi guru-guru dilapangan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tentang persiapan
dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.

7.    Model Beuchamp


Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964). Langkah-langkahnya sebagai
berikut :
a)    Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan dikelas, diperluas di
sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional
maupun nasional yang disebut arena.
b)  Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf
pengajar, petugas bimbingan, dan narasumber lain.
c)  Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Untuk tugas tersebut perlu dibentuk : dewan kurikulum sebagai koorninator yang
bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru,
menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan
menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d)   Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e)    Mengevaluasi kurikulum yang berlaku

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting


dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model
pengembangan kurikulum diharapkan dapat memudahkan kita sebagai
mahasiswa dalam melakukan pengembangan kurikulum.Pada makalah ini dapat terlihat
bahwa banyak pendapat yang mengemukakan tentang model-model pengembangan
kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahanmasing-masing, dan masing-
masing model arahan pengembangannya berbeda-beda adayang menitikberatkan pada
pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan
kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model
pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan. Model-model
kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang berkembang sesuai dengan
kebutuhan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan


keilmuan kita  sebagai pembaca yang haus  akan ilmu pendidikan. Marilah kita
menjadikan diri yang kaya akan pendidikan agar menjadi insan-insan yang
terdidik,berbudi pekerti yang baik serta dan bermoral yang berpegang teguh pada agama
masing-masing.

17
DAFTAR PUSTAKA

H. Dakir. 2010. Perencanaan & Pengembangan Kurikulum. Cet.2. Jakarta: Reneka Cipta,

Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Ed 3-1. Jakarta: Rajawali Pers,

Sukmadinata, Nana Syaodih . 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung.
Remaja Rosdakarya. cet. ke-7.

Fauzan, F., & Press, G. P. (2017). Kurikulum dan pembelajaran

18

Anda mungkin juga menyukai