DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Ramadani ( 11612019 )
2018
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 1 – PENDAHULUAN
BAB 2 – PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Kurikulum .................... ……………………………. 6
B. Model Kurikulum.................. …………………………………... 11
BAB 3 – PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran/Kritik ................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Makalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Kurikulum
Ada beberapa jenis-jenis kurikulum, menurut Nasution kurikulum terbagi
menjadi 3 jenis, sebagai berikut:
1. Separate-Subject Curriculum
a. Pengertian Separate-Subject Curriculum
6
unsur membimbing anak didik agar suka menyelidiki atau mengembangkan
pengetahuan yang diperoleh untuk kemajuan.
7
2. Correlated Curriculum
a. Pengertian Correlated Curriculum
8
- Kelemahan:
1) Kurikulum ini pada hakikatnya kurikulum yang subject-centered
dan tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan
kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang
hangat yang dihadapi murid-murid dalam kehidupan sehari-hari.
2) Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam
mengenai berbagai mata pelajaran.
3) Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.
3. Integrated Curriculum
a. Pengertian Integrated Curriculum
9
diberikan itu dapat membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah
yang ditemuinya.
10
B. Model Kurikulum
Menurut pendapat Good (1972) dan Travers (1973), model ialah abstraksi
dunia nyata atau presenrasi peristiwa kompleks atau system, dalam naratif,
metaratif, grafis serta lambing lambing lainnya. Model berfungsi sebagai sarana
untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk
kegiatan pengelolaan. Nadler (1988) menjelaskan manfaat dari model tersebut
sebagai berikut:
1. Model Tyler
11
Semuanya bermula kepada tujuan. Objectives memosisikan kurikulum
sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, maka
kebutuhan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan merupakan
sumber tujuan utama kurikulum.
b. Menentukan pengalaman belajar “Selecting learning experiences”
Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah
menentukan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Pengalam belajar adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau
materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran.
Pengalaman belajar menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian yang harus ditanyakan dalam pengalaman
ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan siswa” bukan “apa yang
akan atau telah diperbuat guru”.
Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan,
misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berfikir
siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan
sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu
mengembangkan sifat sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu
mengembangkan minat.
c. Mengorganisasi pengalaman belajar ”organizing learning experiences”
Langkah yang kedua dalam merancang suatu kurikulum adalah
mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata
pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini
sangat penting, sebab dengan pengalaman pengorganisasian ini akan
membentuk pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi
pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
d. Evaluasi “evaluation”
Evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan
informasi tentang ketercapaian tyjuan yang telah ditetapkan. Evaluasi
memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat
12
ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum.
Ada dua fungsi evaluasi: pertama evaluasi digunakan untuk memeperoleh
data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik, fungsi ini dinamakan
fungsi sumatif. Kedua untuk melihat evektivitas proses pembelajaran,
dengan kata lain apakah program yang disusun telah dianggap sempurna
atau perlu perbaikan, yang mana fungsi ini dinamakan formatif.
2. Model Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model taba lebih
menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu
proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini
dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembangan
kurikulum.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari taba ini.
a. Menghasilkan unit-unit percobaan melalui langkah-langkah
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka
menemukan validitas dan kelayakan penggunaanya.
c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data
yang diperoleh dalam uji coba.
d. Menngembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.
3. Model Oliva
13
b. Kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada,
kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh
sekolah. Sumber kurikulum dapat dilihat dari komponen 1 dan 2.
c. Komponen ke tiga dan ke empat, berisi tentang tujuan umum dan tujuan
khusus kurikulum yang didasarkan kepadakebutuhan seperti yang
tercantum dalam komponen 1 dan 2. Sedangkan dalam komponen 5 adalah
bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum.
d. Komponen 6 dan 7 mulai menjabarkan kurikulumdalam bentuk perumusan
tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
e. Apabila tujuan pembelajaran telah dirumuskan, maka selanjutnya
menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mendapat
tujuan seperti yang terdapat pada komponen 7. Selanjutnya pengembangan
kurikulum diteruskan pada komponen 9 yaitu mengimplementasikan
strategi pembelajran.
f. Setelah strategi di implementasikan, pengembangan kurikulum kembali
pada komponen 10 untuk menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
g. Dari penetapan alat dan teknik penilaian itu semua, maka selanjutnya
pada komponenen 11 dan 12 dilakukan evaluasi terhadap pwmbelajaran
dan evaluasi kurikulum.
4. Model Beauchamp
14
pembelajaran. Keempat, pelaksanaan kuriklum secara sistematis. Kelima,
evaluasi kurikulum dengan kaidah penggunaan kurikulum oleh guru, desain
kurikulum, hasil belajar peserta didik dan sistem kurikulum.
Keuntungannya penegasan area, sehingga mudah dan jelaslah ruang lingkup
kegiatan. Kelemahannya sama dengan model administratif yaitu kurangnya
dampak perubahan kurikulum, karena hasil kegiatannya dilaksanakan dari atas
tanpa memperhatikan bawahan, dan diterapkan secara seragam pada kebutuhan
dan kekhususan daerah yang menuntut adanya variasi sesuai situasi dan
kondisinya masing-masing.
5. Model Wheeler
2
1. tujuan
menetukan
umum dan
pengalaman
khusus
bellajar
3.
5. evaluasi menentuka
n isi/materi
4.
mengorgani
sasikan
pengelaman
dan bahan
belajar
6. Model Nicholis
Model pengembangan kurikulum Nicholis menggunakan pendekatan
siklus seperti model wheeler. Model Nicholis digunakan apabila ingin
15
menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan
situasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran/Kritik
17
DAFTAR PUSTAKA
http://zumsk.blogspot.co.id/2016/03/makalah-jenis-jenis-kurikulum.html
(diakses pada 13 Maret 2018)
http://asrofiabdul.blogs.uny.ac.id/2015/10/19/model-model-
pengembangan-kurikulum/ (diakses pada 14 Maret 2018)
18