MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Kurikulum
Kelas : MPI Semester 3A
Dosen Pengampu:
Dr. Jusaini Kamal, M.Pd.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat,
karunia, anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima. Serta petunjuk-Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Demikian kata pengantar yang bisa kami sampaikan, semoga dengan makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perekmbangan Manajemen Kurikulum 3
B. Model Manajemen Kurikulum 1994 3
C. Model Manajemen Kurikulum Berbasis Kompetensi 5
D. Model Manajemen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 6
E. Model Manajemen Kurilukum 2013 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dan tuntas (mastery learning). Pendekatan pembelajaran ini secara individual,
artinya peserta didik menghadapi tugas dengan kecepatan masing-masing.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hamalik,Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: remaja Rosda Karya. 2007. Hlm
.173.
3
materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya
pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak
melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-
hari.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut :
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih berorientasi kepada materi pelajaran/isi,
sehingga materi pelajaran cukup padat.
3. Memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru dapat memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep
dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-
pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi
(content oriented), di antaranya sebagai berikut :
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
4
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi
pelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada
penyampaian materi.
4. Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif.
Keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang
dapat diperbandingkan dengan nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan
teknik paper and pencil test.2
2
Fijra, https://fijrakembar.wordpress.com/category/kurikulum-1994/. 01/04/2011
5
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 11, hlm. 12
6
mekanismenya, penyusunan KTSP yang dilakukan sekolah, yaitu sekolah harus
menentukan tim penyusun KTSP yang terdiri dari kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota, guru, konselor, komite sekolah, dan narasumber, serta dinas
pendidikan setempat.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum yang telah ada agar
lebih familier dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan untuk memiliki
tanggung jawab yang memadai. Dimana penyempurnaan kurikulum yang
berkelanjutan ini dimaksudkan agar Sistem Pendidikan Nasional selalu relevan dan
kompetitif sehingga sejalan dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan Standar Nasional
Pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun landasan yang mendasari adanya
KTSP ini yaitu UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, PP No. 19/2005 tentang SPN,
Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006 tentang
Standar Kompetensi. Sedangkan implementasinya berdasarkan pada Peraturan
Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI
dan No. 23 tentang SKL.4
Ciri – Ciri Manajemen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan
program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan
peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
4
Masnur, Muslich. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara, cet. I,
2007
7
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan
yang lebih baik.5
5
Mulyasa, H.E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2013. Hal. 172
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di
sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan
oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan strategi pembelajarannya, diantaranya yaitu produktivitas,
demokratisasi, koopertif, efektif dan efisiensi, serta mengarahkan visi, misi, dan
tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses
menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional,
sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai
dan output (kelulusan siswa).
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun. Sepenuhnya kami menyadari akan
adanya kesalahan dan kekeliruan juga kekurangan, kritikan dan saran yang
membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan dalam penyusunan makalah
kami kedepan. Besar harapan kami makalah ini dapat berguna bagi pembaca
umumnya dan kami selaku penyusun khususnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Masnur, Muslich. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara,
cet. I, 2007