Anda di halaman 1dari 28

HAKIKAT KURIKULUM DALAM

PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Pengembangan


Kurikulum PAI

Dosen Pengampu : Dr. Zainuddin, M.A

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

M. BRAMANTIO WIBOWO (NIM : 5032022042)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah tuhan semesta alam dan shalawat beriring
salam kita sanjungkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang telah embawa
umatnya menuju era ke Islaman. Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan
kepada dosen pengampu matakuliah Analisis Pengembangan Kurikulum PAI dan
tak lupa kepada kawan-kawan sekalian yang telah berkontribusi dalam tersusunnya
makalah ini dengan judul “Hakikat Kurikulum dalam Pendidikan”.

Salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi adalah manajemen.


Dengan adanya manajemen, segala program dan kegiatan ini juga berlaku pada
organisasi pendidikan. Dengan sebuah manajemen yang baik, semua perangkat
pendidikan akan dapat bersinergi dengan baik untuk mencapai tujuan bersama.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok dalam matakuliah
Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam di Pascasarjana IAIN Langsa, masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena sejatinya kami hanyalah
manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca, dosen, kawan-kawan sekalian.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sekian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Langsa, 20 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengetertian, Peran dan Fungsi Kurikulum 3

B. Kurikulum Ideal dan Aktual 10

C. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum) 15

D. Kurikulum Pendidikan Islam 21

BAB III PENUTUP 24

A. Kesimpulan 24

DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang pendidik, tidak asing lagi dengan istilah kurikulum.
Kurikulum disusun untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan pendidikan.
Penyusunannya dilaksanakan berdasarkan atas dasar kebutuhan belajar peserta
didik yang diharapkan menjadi penerus pembangunan bangsa di masa yang akan
datang. Karena itu, kurikulum berubah sesuai dengan kebutuhan. Jadi dapat
dikatakan bahwa kurikulum merupakan pedoman utama bagi guru dan bagi pihak
yang berkaitan dengan pendidikan.
Hal ini, sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 yang berbunyi “kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar”.
Atau dengan kata lain, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. 1
Tujuan tertentu itu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
enyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Dengan demikian, maka jelas bahwa pendidik mengemban tugas sebagai pelaksana
operasional dari kurikulum yang berlaku.
Isi kurikulum hakikatnya terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai
pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya
tuntutan untuk memenuhi hal tersebut, para perencana kurikulum sering kali
mengalamai berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum
yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kesulitan tersebut adalah
terjadinya perubahan-perubahan dalam segala bidang, yang semakin berkembang

1
Zaenal Arifin, Pegembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, (Jogjakarta
: DIVA Press, 2012), hal 36.

1
setiap waktunya, yaitu perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik,
dan yang lainnya yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan tidak dapat
diimbangi dengan arif dan bijaksana. Oleh karena itu lembaga Sekolah dituntut
untuk selalu mengembangkan segala bidang yang ada, tidak lain kurikulum itu
sendiri. Pembentukan kurikulum yang ideal dan aktual sangat dibutuhkan para
peserta didik dalam menghadapi tantangan yang telah disebutkan di atas, tidak lain
agar mereka semua bisa mengimbangi kemajuan zaman dengan kemajuan
intelektual.
Bertolak dari hal tersebut di atas, maka penulis mencoba menjelaskan
tentang pengertian, peran dan fungsi kurikulum, kurikulum ideal dan aktual,
kurikulum tersembunyi dan kurikulum pendidikan Islam, melalui makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertia, peran dan fungsi kurikulum ?
2. Apa yang dimaksud dengan kurikulum ideal dan aktual ?
3. Apa yang dimaksud dengan kurikulum tersembunyi ?
4. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan Islam ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curere yang berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awalnya
berhubungan dengan kegiatan olahraga pada jaman Romawi kuno di Yunani
dengan mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Secara
terminologi istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan
pengertian sebagai sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau diselesaikan
siswa guna mendapatkan suatu tingkatan atau ijasah. 2
Pengertian kurikulum mengalami perkembangan selaras dengan
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. 3 Pengertian kurikulum yang lebih
banyak dibicarakan adalah kurikulum dalam arti luas yaitu semua pengalaman
belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan.
Doll menyatakan, kurikulum adalah rancangan pengalaman belajar
mengacu pada hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan kompetensi
personal dan sosial siswa, melalui rumusan pengetahuan dan pengalaman yang
sistematik dibawah tanggung jawab dan bantuan sekolah. 4
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas Nomor
20 Tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.
Beane dalam “Curriculum Planning and Development” menyatakan bahwa
kurikulum dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1) kurikulum sebagai produk,
2) kurikulum sebagai program, 3) kurikulum sebagai belajar yang direncanakan,
dan 4) kurikulum sebagai pengalaman belajar. 5

2
Sudarman, Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, (Samarinda :
Mulawarman University Press, 2019) hal 1-2.
3
Baderiah, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum, (Palopo : Lembaga Penerbit IAIN
Palopo, 2018) hal 7
4
Sudarman, Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, (Samarinda :
Mulawarman University Press, 2019) hal 2
5
Ibid., hal 4

3
Berdasarkan kronologi pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas
memperlihatkan beragamnya pendapat para penulis kurikulum dalam
mendefinisikan kurikulum. Keragaman tersebut bermanfaat bagi sebuah analisis,
bahwa pengertian kurikulum mengandung banyak dimensi yang berpengaruh
terhadap pengambilan sikap para perencana, pengembang dan pelaksana
kurikulum.
Pada umumnya para ahli kurikulum mendefinisikan kurikulum sebagai
suatu rencana untuk memberikan fasilitas dan pengalaman belajar dibawah
bimbingan dan petunjuk sekolah. Pengalaman belajar yang diorganisasi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua, meski
begitu perbedaannya bukan sesuatu yang pasti seperti hitam dan putih, akan tetapi
dapat dilihat sebagai kurikulum dalam arti sempit dan kurikulum dalam arti yang
luas.
Kurikulum dalam arti yang sempit adalah sekumpulan daftar pelajaran
beserta rinciannya yang perlu dipelajari pebelajar untuk mencapai suatu tingkat
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kurikulum dalam
arti yang luas tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar pelajaran saja, tapi semua
pengalaman belajar yang dialami pebelajar. Pengalaman belajar dapat diperoleh
pebelajar di dalam kelas, laboratorium, mengikuti ceramah, tanya jawab,
demonstrasi dan dalam kegiatan olahraga.
Oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, dan
juga derasnya aliran informasi yang menjadikan globalisasi dunia, memungkinkan
pebelajar tidak hanya mendapatkan pengalaman belajar di sekolah saja tapi juga
dari berbagai sumber lainnya. Dengan begitu, pengertian kurikulum dalam arti
pengalaman belajar akan lebih memadai untuk diacu sebagai pengertian kurikulum.
2. Peran Kurikulum
Peran kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan
pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri, terutama dalam mencapai tujuan

4
pendidikan nasional. Terdapat tiga peran kurikulum yang dinilai sangat penting,
yaitu: 6
a. Peran Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
yang merupakan warisan masa lalu, kepada generasi muda. Hal ini dikaitkan
dengan era globalisasi akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing untuk menggerogoti budaya
lokal. Oleh sebab itu, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang
sangat penting.
Melalui sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, kurikulum memiliki
peran untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda,
yakni siswa. Para siswa perlu diajarkan untuk memahami dan menyadari norma-
norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke
masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-
norma tersebut. Pengajaran tersebut pun menjadi salah satu tugas dan tanggung
jawab sekolah.
Dengan adanya peran konservatif, kurikulum dapat berperan dalam
menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur, sehingga
keajegan sosial dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
Peranan ini pun menekankan bahwa kurikulum dapat menjadi sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda.
b. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif kurikulum, sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman. Karena kenyataannya
masyarakat tidak bersifat statis, melainkan dinamis yang terus mengalami
perubahan.
Dalam rangka tersebut, kurikulum memiliki peran kreatif. Kurikulum harus
mampu menjawab setiap tantangan yang ada, sesuai dengan perkembangan dan

6
Ahmad Nurhakim, Peran dan Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan,
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/peran-dan-fungsi-kurikulum-dalam-
pendidikan/#Peran_Kurikulum_dalam_Pendidikan (diakses pada 20 Oktober 2023 pukul 06. 00
WIB)

5
kebutuhan masyarakat yang terus-menerus berubah. Kurikulum harus mengandung
hal-hal baru yang kreatif, sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan
setiap potensi yang dimilikinya, agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
Kurikulum harus berperan kreatif disebabkan apabila kurikulum tidak
mengandung unsur-unsur baru yang kreatif, maka pendidikan selamanya akan
tertinggal, dan menjadikan apa yang diberikan di sekolah akhirnya kurang
bermakna karena tidak lagi relevan dengan kebutuhan dan tuntutan sosial
masyarakat masa kini.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Namun, menindaklanjuti peran konservatif kurikulum, tidak setiap nilai dan
budaya lama harus tetap dipertahankan. Sebab, terkadang nilai dan budaya lama
yang ada sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat, demikian
juga dengan nilai dan budaya baru pun belum tentu sesuai dengan nilai-nilai lama
yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman masa kini.
Oleh karena itu, kurikulum juga harus berperan sebagai penyeleksi nilai dan
budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus
dimiliki para peserta didik. Dalam rangka itulah, peran kritis dan evaluatif
kurikulum diperlukan. Kurikulum harus turut berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan para
peserta didik.
Dalam proses pengembangan kurikulum, ketiga peran di atas wajib berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu memprioritaskan peran konservatifnya
cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan dengan kemajuan zaman.
Sebaliknya, kurikulum yang terlalu mengutamakan peran kreatifnya dapat
membuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat.
3. Fungsi Kurikulum
Efektifitas dalam pelaksanaan pendidikan harus berdasarkan kurikulum, hal
ini karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum maka dalam penyusunannya memerlukan pondasi dan
landasan yang kokoh dengan melalui penelitian dan berbagai pemikiran secara

6
mendalam. Pada dasarnya sebuah kurikulum adalah merupakan suatu sistem yang
saling terkait yang terdiri atas beberapa komponen pendukung.
Pada dasarnya kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
penggunanya, artinya kurikulum bagi seorang pendidik, berfungsi sebagai pedoman
dalam mengajar dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan
usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan
kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan sebagai warga negara dan masyarakat dengan memilih isi (materi),
strategi, kegiatan dan teknik yang sesuai.
Secara umum fungsi kurikulum sendiri berarti alat yang digunakan semua
komponen pendidikan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
itu, dilihat dari fungsinya, kurikulum akan memberikan nilai kemanfaatan secara
langsung pada peserta didik, pendidik, dan praktisi pendidikan.
a. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik, kurikulum memiliki fungsi yang cukup signifikan,
disamping sebagai pedoman proses kegiatan pembelajaran, kurikulum juga
memberikan manfaat bagi peserta didik untuk melakukan proses penyesuaian
dengan lingkungan/masyarakat, mendidik pribadi-pribadi yang tidak split
persoanlity, menyiapkan peserta didik dengan kemajuan teknologi informasi
yang sarat dengan kemajuan.
Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil isi kurikulum
memiliki empat fungsi,yaitu : 7
1) Fungsi Pendidikan Umum (common and general education)
Fungsi pendidikan umum, yaitu fungsi kurikulum untuk
mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat
yang yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar
kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai
dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dan mahluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini

7
Baderiah, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum, (Palopo : Lembaga Penerbit IAIN
Palopo, 2018) hal 34

7
harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan
mana pun.
2) Suplementasi (Suplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedan bakat. Kurikulum
sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada
setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Artinya, peserta didik yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata harus terlayani untuk
mengembangkan kemampuannya secara optimal, sebaliknya siswa yang
memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan
kemampuannya.
3) Eksplorasi
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan
bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya
paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat
siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari
pihak luar, misalnya para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki
bakat dan minat terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk
memilihnya hanya karena alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak
rasional. Oleh karena itu para pengembang kurikulum mesti dapat
menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang tersembunyi.
4) Keahlian (spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak
sesuai dengan keahlian yang didasarkan atas minat dan bakat siswa.
Dengan demikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang
keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau disiplin
akademik. Yang bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan-
keterampilan sesuai dengan bidang spesialisnya. Untuk itu pengembangan
kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan
apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya.

8
Sementara menurut Alexander Inglish menyebutkan ada lima fungsi
mendasar dalam kurikulum, yaitu: 8
1) Fungsi Penyesuaian
Karena individu hidup dalam lingkungan, sementara lingkungan
senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri secara dinamis. Di sinilah letak fungsi kurikulum
sebagai pendidikan menuju individu yang well adjusted.
2) Fungsi Integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.
Oleh karena individu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat,
maka pribadi yang terinegrasi itu dapat memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3) Fungsi Deferensial
Kurikulum perlu meberikan pelayanan terhadap perbedaan
perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya diferensiasi akan
mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan hal ini akan mendorong
kemajuan sosial dalam masyarakat.
4) Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan study lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih lanjut atau
terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena
sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang di inginkan dan
menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi
masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu program secara
fleksibel.
5) Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima
dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki
melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa

8
Fauzan, Kurikulum dan Pembelajaran, (Ciputat : GP Press, 2017) hal 74-75

9
dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara
optimal.
b. Guru
Bagi guru, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran tidak akan berjalan
dengan efektif jika tidak berpedoman kepada kurikulum. Karena kegiatan
pembelajaran merupakan proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan.
c. Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, Tentunya kurikulum berfungsi untuk menyusun
perencanaan dan program sekolah. Mulai dari penyusunan kalender sekolah,
pengajuan fasilitas sarana dan prasarana sekolah kepada dewan sekolah, juga
penyusunan berbagai kegiatan sekolah yang bersangkutan dengan kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan lainnya. Penyusunan hal-hal tersebut
harus didasarkan pada kurikulum.
d. Pengawas
Bagi pengawas, kurikulum akan berfungsi sebagai panduan dalam
melaksanakan supervisi terhadap sekolah. Dengan demikian, para pengawas
dapat menentukan apakah program sekolah, termasuk pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sudah sesuai dengan tuntutan
kurikulum atau belum, sehingga pengawas pun dapat memberikan saran
evaluasi yang tepat berdasarkan kurikulum.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha bersama. Tujuan pendidikan tidak akan
berhasil secara optimal apabila semuanya hanya dibebankan pada guru atau
sekolah. Disinilah orang tua perlu memahami tujuan dan proses pembelajaran
9
yang dilaksanakan oleh sekolah.

B. Kurikulum Ideal dan Aktual

9
Ahmad Nurhakim, Peran dan Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan,
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/peran-dan-fungsi-kurikulum-dalam-
pendidikan/#Peran_Kurikulum_dalam_Pendidikan (diakses pada 20 Oktober 2023 pukul 09. 30
WIB)

10
1. Pengertian Kurikulum Ideal dan Aktuan
Dalam perkembangan terakhir dengan orientasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), kurikulum diartikan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian,
kegiatan pembelajaran, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum Sekolah atas beberapa pengertian tersebut, kurikulum
bisa diklasifikasi ke dalam dua segi: pertama, Ideal Curriculum atau kurikulum
ideal adalah kurikulum yang berisi sesuatu yang baik, yang diharapkan atau dicita-
citakan sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum. Kedua, Actual Curriculum
atau kurikulum aktual adalah apa yang terlaksana dalam proses belajar mengajar
atau yang menjadi kenyataan dalam kurikulum yang direncanakan atau terprogram
dalam pendidikan. Kurikulum aktual sebaiknya sama dengan kurikulum ideal, atau
setidak-tidaknya mendekati kurikulum ideal walaupun tidak mungkin atau tidak
pernah sama dalam kenyataannya. Kurikulum memiliki peran yang sangat penting
mengingat fungsinya sebagai alat untuk menjabarkan program pendidikan agar
dapat dilakukan secara terencana, sistematis dan sistemik. 10
Sebagai sebuah pedoman, kurikulum ideal memegang peranan yang sangat
penting dalam merancang pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta
didik, sebab, melalui pedoman tersebut guru minimal dapat menentukan hal-hal
sebagai berikut: 11
1. Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Dapat kita bayangkan tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-rambu, maka guru
akan kesulitan menentukan dan merencanakan program pembelajaran.
2. Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk pencapai
tujuan atau penguasaan kompetensi.
3. Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan peserta didik sebagai upaya
pencapaian tujuan.
4. Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi.

10
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal 10.
11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP ), (Cet. VI; Jakarta: Kencana, 2015), hal 22.

11
Memperhatikan begitu pentingnya kurikulum ideal, maka setiap guru
dituntut untuk memahami dengan benar kurikulum ideal, bukan hanya tentang
tujuan yang harus dicapai, akan tetapi berbagai hal yang berhubungan dengan upaya
pencapaian tujuan itu sendiri. Kurikulum ideal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya
oleh guru, Setiap Sekolah tidak mungkin dapat melaksanakannya dengan sempurna,
karena berbagai alasan sebagai berikut: 12
1. Bisa tidaknya kurikulum ideal diterapkan oleh guru, dapat ditentukan oleh
kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di Sekolah;
2. Bisa tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan, akan ditentukan oleh kemampuan
guru. Misalnya, kurikulum ideal menuntut agar peserta didik dapat
menggunakan komputer untuk belajar, dan Sekolah memiliki peralatan
komputer dengan lengkap, dan tujuan kurikulum ideal itu tidak akan tercapai
manakala guru tidak atau kurang berkompeten tentang komputer;
3. Bisa tidaknya kurikulum ideal dilaksanakan oleh setiap guru, juga tergantung
pada kebijakan setiap Sekolah yang bersangkutan. Misalnya, di Sekolah
tersedia sarana belajar dengan lengkap sesuai dengan tuntutan kurikulum,
demikian halnya dengan kemampuan guru, tetapi dengan alasan bahwa sarana
atau alat tersebut merupkan alat yang mahal dan langka. Misalnya, kepala
Sekolah memberi kebijakan bahwa alat tersebut tidak boleh digunakan dengan
sembarangan, maka otomatis ketentuan kurikulum tidak bisa dilaksanakan
dengan baik oleh lembaga pendidikan tersebut.

Oleh karena itu, kurikulum ideal merupakan pedoman bagi setiap guru
khususnya tentang tujuan dan kompetensi yang harus dicapai, sedangkan kurikulum
aktual adalah kurikulum nyata yang dapat dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
kondisi yang ada, dengan demikian dapat dipastikan bahwa, semakin jauh jarak
antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual, artinya apa yang dikerjakan guru
tidak sesuai atau jauh dari rambu-rambu kurikulum ideal maka akan semakin
rendah kualitas suatu Sekolah. Aktual artinya apa yang dilakukan guru dan peserta
didik sesuai dengan rambu-rambu bahkan melebihi kurikulum ideal sebagai

12
Ibid., hal 23-24.

12
pedoman, maka akan semakin bagus kualitas suatu Sekolah atau kualitas proses
belajar mengajar.
2. Membentuk Kurikulum Ideal dan Aktual
Dalam membentuk kurikulum ideal dan aktual, kita harus mengetahui
terlebih dahulu aspek- aspek apa saja yang dapat membentuk kurikulum ideal dan
aktual ini dapat terlaksana. Karena pendidikan merupakan suatu proses sosial,
karena berfungsi memasyarakatkan peserta didik melalui proses sosialisasi di dalam
masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan berperan juga
sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut peserta didik dipersiapkan
untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang sekarang
maupun yang akan datang.
Peserta didik berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup
dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, Sekolah harus bekerjsama dengan
masyarakat, dan program Sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat
yang menunjang Sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi
oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan masyarakat sekitarnya. Oleh karena
itu, kurikulum yang ideal dan dan aktual harus disusun berlandaskan dasar
sosiologis agar tercipta keseimbangan diantara keduanya dan terciptalah tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
1. Kebutuhan Masyarakat dan Kekuatan Sosial
Pada dasarnya, pendidikan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum harus berdasarkan pada kebutuhan
masyarakat dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kurikulum
yang demikianlah disebut sebagai kurikulum yang relevan (ideal dan aktual)
dengan masyarakat. Dibalik itu, masyarakat merupakan lingkungan
pendidikan, dalam artian suatu lingkungan yang mempengaruhi Sekolah dan
sebaliknya, Sekolah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Hal ini sejalan
dengan prinsip ekosistem.
Apabila kebutuhan masyarakat dianalisis, hal ini akan sangat membantu
para penyusun kurikulum dalam merumuskan masalah masyarakat yang terkait
dalam pemilihan dan penyusunan bahan-bahan dan pengalaman-pengalaman
kurikuler.

13
2. Mengorientasikan Kurikulum pada Pusat-Pusat Kehidupan.
Adapun kekuatan sosial yang mempengaruhi kurikulum ada beraneka
ragam. James W. Thornthon dan John R. Wright, dalam bukunya “Secondary
School Curriculum”, mengklasifikasikan berbagai kekuatan sosial yang
mempengaruhi kurikulum, diantaranya:
a. Kekuatan sosial yang resmi, terdiri atas 1) Pemerintah suatu Negara,
melalui UUD, dasar Negara, falsafah dan ideologi Negara;
b. Pemerintah daerah, melalui berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan;
c. Pewakilan Departemen Pendidikan setempat.
Kekuatan sosial setempat, yang terdiri atas: Yayasan pendidikan,
Perguruan Tinggi, ersatuan orang tua perserta didik dan guru, penerbit buku-
buku pelajaran, media masa (televisi, radio, koran), dan adat kebiasaan
masyarakat setempat.
Organisasi profesional, seperti persatuan guru, persatuan dokter, dan ahli
hukum. Tentu saja masih banyak kekuatan sosial lainnya yang ikut
mempengaruhi pengembangan dan pembinaan kurikulum. Setiap kekuatan
sosial tersebut berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pengaruh secara
maksimal.
3. Perubahan Sosio-Kultural
Peradaban dengan masyarakat itu selalu bersifat konsisten. Peradaban
merupakan jelmaan tingkah laku masyarakat, jadi peradaban menunjukkan
karakteristik masyarakat. Demikian pula sebaliknya, peradaban menentukan
pola kehidupan, struktur, fungsi, dan irama gerak masyarakat. Dapat dikatakan
peradaban itu berkembang secara kontinu. Arnold Toynbe mengatakan bahwa
“Kebudayaan sebagai suatu keseluruhan mengalami proses lahir,
berkembang, tumbang dan akhirnya hancur”. Dalam tahap lahir dan
berkembangnya, kebudayaan memiliki cukup akal dan kekuatan untuk
menanggulangi berbagai tantangan alam dan kemasyarakatan yang
dijumpainya. Sebaliknya kebudayaan berada dalam tahap tumbang dan

14
kehancuran jika tidak lagi mempunyai cukup akal dan kekuatan untuk
mengatasi berbagai kesukaran yang dihadapkan kepadanya. 13
Perubahan yang kedua adalah perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat merupakan suatu proses yang senantiasa berada dalam perubahan.
Tidak pernah ada masyarakat yang seratus persen statis, meskipun itu
masyarakat primitif. Perbedaannya hanya terletak pada cepat atau lambatnya
perubahan berlangsung, bergantung pula pada perbedaan waktu saat perubahan
itu terjadi. Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan perubahan sosial
merupakan kesinambungan yang terjadi pada hubungan-hubungan sosial
dalam masyarakat yang telah ada. Perubahan kesinambungan ini terjadi baik
secara menyeluruh maupun pada unsur atau bagian masyarakat tersebut. Dari
adanya dua hal perubahan di atas maka dirasa perlu bagi kurikulum untuk
selalu mengimbanginya. Faktor sosial budaya sangat penting dalam
penyusunan kurikulum yang ideal dan aktual, karena kurikulum merupakan
alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari
kebudayaan.
C. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)
1. Pengertian Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)
Secara etimologi, hidden curriculum berasal dari bahasa asing yaitu bahasa
inggris yang terdiri dari dua kata yaitu hidden dan curriculum. Hidden artinya
tersembunyi atau terselubung dan curriculum artinya kurikulum. 14
Sesuai dengan namanya, hidden curriculum berarti bahwa kurikulum yang
tersembunyi. Apa artinya tersembunyi ? Tersembunyi berarti tidak dapat dilihat
tetapi tidak hilang, jadi kurikulum tersembunyi ini tidak direncanakan, tidak
diprogram dan tidak dirancang tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap output dari proses belajar mengajar. 15
Ada beberapa pengertian tentang hidden curriculum yang diberikan para
ahli, diantaranya yaitu :

13
Omar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Rosda Karya,
2008), hal 54.
14
John M. Echols dan Hasan Syadily, (2008), Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, Cet. XXIII, hal. 297
15
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2004)
hal. 7

15
1) Valance dalam Dakir mengatakan bahwa hidden curriculum meliputi yang
tidak dipelajari dari program sekolah yang non akademik. 16
2) Kohelberg dalam Dakir mengatakan bahwa hidden curriculum sebagai hal
yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru dalam
mentransformasikan standar moral. 17
3) Caswell & Camppbell dalam Halimah mengatakan bahwa: “curriculum.... to
be composed of all the experience children have under the quideance of
teachers”. Menurut pandangan mereka, kurikulum itu berkenaan dengan
pengalaman belajar. 18
Dede Rosyada mengemukakan bahwa hidden curriculum secara teoritik
sangat rasional mempengaruhi siswa, baik menyangkut lingkungan sekolah,
suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa di dalam kelas, bahkan pada
kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah secara lebih luas dan perilaku dari
semua komponen sekolah dalam hubungan interaksi vertikal dan horizontal. Dede
rosyada memaparkan bahwa hidden curriculum memiliki fungsi karakter yang kuat
untuk pondasi bagi umat manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta
keamanan yang terbebas dari tindakan-tindakan tak bermoral. 19
Kurikulum tersembunyi terdapat didalam Al-quran sebagaimana yang
dikisahkan antara Nabi Musa dengan Nabi Khaidir didalam qur’an surah Al-Kahfi
ayat 59-82.

‫ﱠﻚ ﻟَ ۡﻦ ﺗَ ۡﺴﺘَ ِﻄ ۡﻴ َﻊ َﻣﻌِ َﻰ‬ ِ َ َ‫۝ﻗ‬


َ ‫ﺎل اﻧ‬
ِ ِ ِ
َ ُ‫ﻮﺳ ٰﻰ َﻫ ْﻞ أَﺗﱠﺒِﻌ‬
َ ‫ﻚ َﻋﻠَ ٰﻰ أَ ْن ﺗُـ َﻌﻠّ َﻤ ِﻦ ﳑﱠﺎ ﻋُﻠّ ْﻤ‬
�� ‫ﺖ ُر ْﺷ ًﺪا‬ َ ‫ﺎل ﻟَﻪُ ُﻣ‬
َ َ‫ﻗ‬
‫۝‬ �� ‫ﺻ ۡ ًﱪا‬
َ
Artinya : Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?”(66) Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sanggup sabar bersama aku(67). 20

Ibid, hal. 7
16

Ibid, hal. 7
17
18
Siti Halimah, Telaah Kurikulum, (Medan: Perdana Mulya Sarana,2010) hal. 3
19
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2007), hal 31.
Departemen Agama, Alquran Terjemahan, Surah Al-Kahfi: 66-67, (Depok:
20

Penerbit Sabiq,2009) hal. 301

16
Nabi khidir memberikan pelajaran tersembunyi lewat perbuatan-perbuatan
yang dilakukannya selama Nabi Musa berada bersamanya. Disepanjang perjalanan,
Nabi Musa selalu bertanya kepada Nabi Khaidir mengapa melakukan perbuatan-
perbuatan tersebut. Namun Nabi khaidir selalu berkata tidak akan sabar bersamanya
hingga akhir perjalanan. Namun pada akhir perjalanan Nabi Khidir menjelaskan
apa maksud setiap perbuatan yang beliau lakukan dan Nabi Musa dapat mengambil
pelajaran dari setiap kejadian yang memiliki makna tersembunyi didalamnya
tersebut.
Diakhir perjalanan Nabi Khidir menjelaskan maksud dari kejadian-kejadian
yang mereka alami selama perjalanan, seperti yang di ceritakan didalam qur’an
surah Al-Kahfi ayat 78-82 sebagai berikut:
ۚ ِ
‫۝ اَﱠﻣﺎ‬ ِ ‫ﻚ ﺑِﺘَﺄْ ِوﻳ ِﻞ ﻣﺎ َﱂ ﺗَﺴﺘَ ِﻄﻊ ﻋﱠﻠَﻴ‬ ِ
َ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ َُُّ َ َ ‫اق ﺑـَْﻴ ِ ْﲏ َوﺑـَْﻴﻨ‬
�� ‫ﺻ ْ ًﱪا‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺌ‬ ‫ﺒ‬ ‫ـ‬‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻚ‬ ُ ‫ﺎل ٰﻫ َﺬا ﻓَِﺮ‬
َ َ‫ﻗ‬
ِ ۤ ۗ ِ ِ ِ َ‫اﻟ ﱠﺴ ِﻔﻴـﻨَﺔُ ﻓَ َﻜﺎﻧ‬
‫ﻚ ﱠ�ْ ُﺧ ُﺬ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ء‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻛ‬
‫و‬ ‫ﺎ‬ ‫ﲔ ﻳـَ ْﻌ َﻤﻠُ ْﻮ َن ِﰱ اﻟْﺒَ ْﺤ ِﺮ ﻓَﺎََرْد ﱡ‬
ٌ ‫ت اَ ْن اَﻋْﻴـﺒَـ َﻬ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ﱠ‬ َ ْ ‫ﺖ ﻟ َﻤ ٰﺴﻜ‬
ْ ْ

ً َ‫ﲔ ﻓَ َﺨ ِﺸْﻴـﻨَﺎٓ اَ ْن ﻳـﱡْﺮِﻫ َﻘ ُﻬ َﻤﺎ ﻃُ ْﻐﻴ‬


ِ ْ َ‫۝واَﱠﻣﺎ اﻟْﻐُٰﻠﻢ ﻓَ َﻜﺎ َن اَﺑـَﻮاﻩُ ُﻣ ْﺆِﻣﻨ‬ ٍ ِ
‫۝‬
�� ‫ﺎ� ﱠوُﻛ ْﻔًﺮا‬ َ ُ َ �� ‫ﺼﺒًﺎ‬
ْ ‫ُﻛ ﱠﻞ َﺳﻔْﻴـﻨَﺔ َﻏ‬
ِ ْ ‫ﲔ ﻳَﺘِْﻴﻤ‬ ِ ِ ِْ ‫۝واَﱠﻣﺎ‬ ِ ِ
‫ﲔ‬ َ ْ ‫اﳉ َﺪ ُار ﻓَ َﻜﺎ َن ﻟﻐُٰﻠ َﻤ‬ َ �� ‫ب ُر ْﲪًﺎ‬ َ ‫ﻓَﺎََرْد َ�ٓ اَ ْن ﻳـﱡْﺒﺪ َﳍَُﻤﺎ َرﱡﻬﺑَُﻤﺎ َﺧ ْ ًﲑا ّﻣْﻨﻪُ َزٰﻛﻮةً ﱠواَﻗْـَﺮ‬
‫ﱠﳘَﺎ‬ ِ ‫ﻪ◌ َﻛْﻨـﺰ ﱠﳍﻤﺎ وَﻛﺎ َن اَﺑـﻮ ُﳘﺎ ﺻ‬ ٗ ‫ِﰱ اﻟﻤ ِﺪﻳـﻨ ِﺔ وﻛﺎن ﲢﺘ‬
ُ ‫ﻚ اَ ْن ﻳـﱠْﺒـﻠُﻐَﺎٓ اَ ُﺷﺪ‬ ‫ﺑ‬
‫ﱡ‬‫ر‬ ‫اد‬ ‫ر‬َ‫ﺎ‬َ‫ﻓ‬ۚ ‫ﺎ‬ ‫ﺎﳊ‬
َ َ َ َ ً َ َ ْ ُ َ َُ ٌ َ َْ َ َ َ َ ْ َ ْ

‫ﻚ َﺄﺗْ ِوﻳْ ُﻞ َﻣﺎ َﱂْ ﺗَ ْﺴ ِﻄ ْﻊ ﻋﱠﻠَْﻴ ِﻪ‬ ٗ ‫وﻳﺴﺘﺨ ِﺮﺟﺎ ﻛﻨـﺰﳘﺎ رﲪﺔ ِﻣﻦ رﺑِ ۚﻚ وﻣﺎ ﻓـﻌﻠﺘ‬
ِ‫ﻪ◌ ﻋﻦ اَﻣ ِﺮ ۗي ٰذﻟ‬
َ ْ ْ ْ َ ُْ َ َ َ َ َ ّ‫َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َُ َ ْ َ ً ّ ْ ﱠ‬
ۗ
‫۝‬ �� ‫ﺻ ْ ًﱪا‬ َ
Artinya : Dia berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku
akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu
sabar terhadapnya(78) Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja
di laut; aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja
yang akan merampas setiap perahu(79) Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua
orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang
tuanya kepada kesesatan dan kekafiran(80) Kemudian kami menghendaki,
sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik

17
kesuciannya daripada(anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya)(81) Dan
adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di
bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh.
Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya
mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat
bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang
engkau tidak sabar terhadapnya(82). 21
Di dalam ayat ini terdapat pesan tersembunyi yang disampaikan Nabi Khidir
kepada Nabi Musa melalui perbuatan-perbuatan yang ia lakukan selama dalam
perjalanan. Hal tersebut berdasarkan Ilham dari Allah Swt kepadanya sehingga
Nabi Musa dapat mengambil pelajaran. Peran Nabi Khidir kepada Musa sama
halnya seperti pendidik kepada peserta didik yang memiliki kurikulum tersembunyi
didalamnya.
Dapat disimpulkan bahwa hidden curriculum adalah segala kegiatan yang
mempengaruhi siswa, baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, pola
interaksi guru dengan siswa di dalam kelas, bahkan pada kebijakan serta
manajemen pengelolaan sekolah. Bahwa hidden curriculum memiliki fungsi
membentuk karakter yang kuat untuk pondasi bagi umat manusia untuk hidup
bersama dalam kedamaian serta keamanan yang terbebas dari tindakan-tindakan tak
bermoral. Dalam kebijakan sekolah yaitu bagaimana sekolah menerapkan
kebiasaan atau berbagai aturan disiplin yang harus diterapkan pada seluruh
komponen sekolah atau warga sekolah. Diantara kebiasaan sekolah tersebut
misalnya : kebiasaan ketepatan guru melalui pelajaran, kemampuan dan cara guru
menguasai kelas, bagaimana guru menyikapi berbagai kenakalan siswa baik di luar
ataupun di dalam sekolah. Pengembangan dari pengertian kurikulum menurut
penulis adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah
baik di dalam kesehariannya serta interaksinya terhadap sesama warga sekolah
maupun dengan Tuhan. Segala kegiatan yang dilakukan ini tidak tertulis dalam
dokumen sebagaimana kurikulum yang ideal, akan tetapi sebuah kebijakan sekolah
yang menerapkan kegiatan-kegiatan tersebut.

21
Departemen Agama, Alquran Terjemahan, Surah Al-Kahfi: 78-82, (Depok: Penerbit
Sabiq,2009) hal. 301-302

18
Kurikulum tersembunyi sebagai suatu yang mengandung pendidikan dan
pengajaran diwujudkan dalam bentuk pola-tindak orang-orang di sekitar peserta
didik yang bertujuan mempengaruhi tingkah lakunya, sehingga mereka mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Adanya perubahan
tingkah laku yang terjadi di dalam diri peserta didik memungkinkannya untuk
berfungsi secara sempurna dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Hidden
curriculum juga dapat menunjuk pada interaksi guru, peserta didik, struktur kelas,
keseluruhan pola organisasi dan lain sebagainya dalam suatu hubungan sekolah.
Inti dari kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dan
tidak akan hilang dalam dunia pendidikan. Kurikulum ini juga tidak direncanakan
sama sekali tetapi mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi anak didik. Kurikulum
tersembunyi tidak tercatat di silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sesuatu yang tidak bisa dilihat, tetapi hadir dalam ruang maupun waktu, seperti
sesuatu yang tidak tampak tetapi kenyataannya ada, namun ia adalah makhluk gaib.
Ia tidak terprogram oleh sekolah, maupun oleh pemerintah pusat maupun daerah,
tetapi ia ada. Keberadaan ini tergantung dari guru yang ingin menerapkan dan
menggunakan kurikulum ini, sehingga mempunyai kaitan dengan ruang lingkup
sekolah. 22
Hidden curriculum menunjuk kepada apa saja yang ada hubungan dengan
proses pembelajaran serta mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan pendidikan.
Jadi kurikulum yang tidak tertulis, tidak dipelajari secara sadar, tidak direncanakan
secara terprogram tapi keberadaannya berpengaruh pada perubahan tingkah laku
peserta didik.
2. Fungsi Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)
a) Hidden curriculum adalah alat dan metode untuk menambah khazanah
pengetahuan anak didik diluar materi yang tidak termasuk dalam silabus.
Misalnya budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan menimbulkan sikap
apresiatif terhadap kehidupan lingkungan.
b) Hidden curriculum berfungsi sebagai pencairan suasana, menciptakan minat,
dan penghargaan terhadap guru jika disampaikan dengan gaya tutur serta
keanekaragaman pengetahuan guru. Guru yang disukai murid merupakan

22
Aslan, Hidden Curriculum, (Kebumen: Pena Indis, 2019) hal 98-99

19
modal awal bagi lancarnya belajar mengajar dan merangsang minat baca anak
didik.
c) Hidden curriculum berfungsi memberikan kecakapan, ketrampilan yang sangat
bermanfaat bagi murid sebagai bekal dalam fase kehidupan dikemudian hari.
dalam hal ini dapat mempersiapan murid untuk siap terjun di masyarakat.
d) Hidden curriculum berfungsi untuk menciptakan masyarakat yang demokratis.
Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan maupun aktivitas selian
yang dijelaskan dalam kurikulum formal. Misalnya melalui berbagai kegiatan
pelatihan, ekstrakulikuler, dan diskusi.
e) Hidden curriculum berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang efektif
terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Guru memberikan contoh
panutan, teladan, dan pengalaman yang ditransmisikan kepada murid. Murid
kemudian mendiskusikan dan menegosiasikan penjelasan tersebut.
f) Hidden curriculum berfungsi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatankegiatan yang terdapat dalam
hidden curriculum yang dapat mendukung kompetensi siswa. Seperti kegiatan
shalat berjama’ah yang dapat mendukung mata pelajaran Fiqih, tadarus Al-
Qur’an yang dapat mendukung kompetensi dalam mata pelajaran Qur’an
Hadits, yang kemudian akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa. 23
3. Dimensi Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum)
Menurut Bellack dan Kiebard seperti yang dikutip oleh Sanjaya, hidden
curriculum memiliki tiga dimensi, yaitu:
a) Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu hubungan sekolah, yang meliputi
interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasional
peserta didik sebagai mikosmos sistem nilai sosial.
b) Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam
atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah,
sosialisasi, dan pemeliharaan struktur kelas.

23
Sri Rahayu, Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi),
http:/Srirahayustkip.blogspot.co.id, diakses 20 Oktober 2023.

20
c) Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesenjangan sepeti halnya
yang dihayati oleh para peneliti, tingkat yang berhubungan dengan hasil yang
bersifat insidental. Bahkan hal itu terkadang tidak diharapkan dari penyususnan
kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan. 24

Jeane H.Balantine mengatakan bahwa hidden curriculum terbentuk dari tiga R


yang sangat penting untuk dikembangkan, yaitu:
a) Rules atau aturan, sekolah harus menciptakan berbagai aturan untuk
menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif untuk belajar.
b) Regulations atau kebijakan, sekolah harus membuat kebijakan yang
mendukung terhadap tercapainya tujuan dari pembelajaran di sekolah tersebut,
kebijakan tersebut tidak hanya bersangkutan terhadap siswa, tetapi perlu dibuat
kebijakan untuk semua komponen sekolah, tentunya dengan formulasi yang
berbeda.
c) Routines atau kontinyu, sekolah harus menerapkan segala kebijakan dan aturan
secara terus menerus dan adaptif, tujuanya agar kebijakan tersebut dapat
diterima dengan baik dan terus dilaksanakan. 25

D. Kurikulum Pendidikan Islam


1. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum dalam kosa kata Arab dikenal dengan istilah manhaj,
yakni jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam bidang
kehidupanya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang
dilalui oleh pendidik atau guru juga peserta didik untuk menggabungkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai. 26
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah atau bidang studi yang diberikan dalam lembaga pendidikan, sedangkan
arti kurikulum secara modern adalah semua pengalaman aktual yang dimiliki siswa

24
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori (Jakarta: Prenada Media, 2008), hal
26
25
Farhurrohman, “konservasi pendidikan karakter islam dalam hidden curriculum
sekolah”, jurnal pendidikan agama islam. vol, 02 no, 01 (Mei, 2014), hal 7.
26
Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hal. 478.

21
dibawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi adalah bagian kecil dari
program kurikulum secara keseluruhan. Sedangkan pengertian kurikulum masa kini
adalah strategi yang digunakan untuk mengadaptasikan pewarisan kultural dalam
mencapai dalam mencapai tujuan sekolah. 27 Pengertian kurikulum pendidikan
Islam adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan
dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistimatis diberikan kepada siswa dalam
rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. 28
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan alat untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam. Adapun cakupan materi pendidikan agama Islam adalah:
Al-Qur‟an dan Hadits, Keimanan, Akhlak, Fiqh/ibadah dan sejarah. Atau dengan
kata lain cakupan pendidikan agama Islam adanya keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia,
makhluk lainya maupun lingkunganya. Sedangkan esesnsi pendidikan agama Islam
adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak
Islam dan mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam. 29 Kurikulum
dalam pendidikan Islam sendiri mengacu pada pemikiran nilai-nilai Islami, nilai
hidup yang Islami, pandangan Islam tentang manusia, dan selanjutnya tujuan akhir
pendidikan Islam yang dilandasi kaidah-kaidah Islami.
Jadi dapat ditarik makna bahwa arti kurikulum pendidikan Islam dari
pengertian diatas adalah jalan yang harus ditempuh antara pendidik dan peserta
didik meliputi bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan
dan pengalaman dari pendidik yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
2. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah agama dan akhlak
merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama, dengan karakteristiknya
yaitu:

27
Ibid., hal 74-75
28
Sulistiyorini dan Muhammad Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidikan Islam
Pengelolaan Lembaga untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Kalimedia,
2016), hal. 77.
29
Ibid., hal 78

22
a. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek
pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.
b. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta
kegiatan pengajaran. 30
3. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam sistem pendidikan, sebab kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan
yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan akan tetapi memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Pada dasarnya
orientasi pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima yaitu, orientasi
pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga
kerja, orientasi pada peserta didik, orientasi pada masa depan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum Pendidikan Islam tidak hanya diorientasikan dalam bentuk
transmisi (pemindahan/ transfer ilmu pengetahuan) dan transaksi akan tetapi
diorientasikan pada transformasi. Sehingga dapat dirumuskan bahwa kurikulum
pendidikan Islam meliputi dua hal yaitu sebagai berikut:
a. Orientasi transformasi perubahan kecil (Individu) Pada orientasi ini
kurikulum ditujukan untuk membekali siswa dengan seperangkat
kompetensi dan kemampuan agar mereka bisa mandiri secara individu dan
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
b. Orientasi transformasi perubahan kecil (kleompok/ masyarakat) Pada
orientasi ini kurikulum ditujukan untuk mempersiapkan diri siswa agar
nantinya mereka dapat menjadi bagian dari masyarakat dalam upaya
melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. 31

30
Agus Zaenul Fitri, Manajaemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif-Filosofis ke
Praktis, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 90.
31
Ibid., hal. 98.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian kurikulum dapat dibagi menjadi dua, yakni kurikulum dalam arti
sempit dan kurikulum dalam arti yang luas. Kurikulum dalam arti yang sempit
adalah sekumpulan daftar pelajaran beserta rinciannya yang perlu dipelajari
pebelajar untuk mencapai suatu tingkat tertentu sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan kurikulum dalam arti yang luas tidak hanya
terbatas pada sejumlah daftar pelajaran saja, tapi semua pengalaman belajar
yang dialami pebelajar. Pengalaman belajar dapat diperoleh pebelajar di dalam
kelas, laboratorium, mengikuti ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan dalam
kegiatan olahraga. Terdapat tiga peran kurikulum yang dinilai sangat penting,
yaitu konservatif, kreatif serta kritis dan evaluatif. Kurikulum berfungsi
sebagai alat yang digunakan semua komponen pendidikan pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan serta akan memberikan nilai kemanfaatan bagi
siswa, guru kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan masyarakat.
2. Ideal Curriculum atau kurikulum ideal adalah kurikulum yang berisi sesuatu
yang baik, yang diharapkan atau dicita-citakan sebagaimana dimuat dalam
buku kurikulum. Actual Curriculum atau kurikulum aktual adalah apa yang
terlaksana dalam proses belajar mengajar atau yang menjadi kenyataan dalam
kurikulum yang direncanakan atau terprogram dalam pendidikan.
3. Inti dari Hidden curriculum menunjuk kepada apa saja yang ada hubungan
dengan proses pembelajaran serta mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan
pendidikan. Jadi kurikulum yang tidak tertulis, tidak dipelajari secara sadar,
tidak direncanakan secara terprogram tapi keberadaannya berpengaruh pada
perubahan tingkah laku peserta didik.
4. Kurikulum Pendidikan Islam adalah jalan yang harus ditempuh antara pendidik
dan peserta didik meliputi bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman dari pendidik yang diberikan kepada
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M, (1998) Pengembangan Kurikulum, Bandung: Pustaka Setia.

Aslan, (2009) Hidden Curriculum, Kebumen: Pena Indis.

Arifin Zaenal, (2012) Pegembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan


Islam, Jogjakarta : DIVA Press

Baderiah, (2018) Buku Ajar Pengembangan Kurikulum, Palopo : Lembaga Penerbit


IAIN Palopo.

Farhurrohman, “konservasi pendidikan karakter islam dalam hidden curriculum


sekolah”, jurnal pendidikan agama islam. vol, 02 no, 01 (Mei, 2014)

Fauzan, (2017) Kurikulum dan Pembelajaran, Ciputat : GP Press.

Dakir, (2004) Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Dede Rosyada, (2007) Paradigma Pendidikan Demokratis Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Departemen Agama, (2009) Alquran Terjemahan, Surah Al-Kahfi: 66-67, Depok:


Penerbit Sabiq.

Nurhakim Ahmad, Peran dan Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan,


https://www.quipper.com

Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, (1979) Filsafat Pendidikan Islam,


Jakarta: Bulan Bintang.

Omar Hamalik, (2008) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.


Rosda Karya.

Sudarman, (2019) Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, Samarinda


: Mulawarman University Press.

Sulistiyorini dan Fathurrohman Muhammad, (2016) Esensi Manajemen Pendidikan


Islam Pengelolaan Lembaga untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Kalimedia.

Wina Sanjaya, (2015) Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP ), Cet. VI;
Jakarta: Kencana.

Zaenul Fitri, (2013) Manajaemen Kurikulum Pendidikan Islam dari Normatif-


Filosofis ke Praktis, Bandung: Alfabeta.

25

Anda mungkin juga menyukai