Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR KURIKULUM

DISUSUN OLEH

M. ATHAILLAH 2106101020030

RAHMAT AL-FARAZHI 2106101020063

M. SOLEH HASIBUHAN 2106101020035

Program Studi S1 Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kita semua, sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Konsep Dasar Kurikulum.”

Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai konsep dasar kurikulum meliputi
pengertian, komponen,fungsi dan penjelasan yang lainnya mengenai kurikulum. Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada kita apa yang
dimaksud dengan kurikulum dan apa perbedaan dari kurikulum sebelumnya serta kelebihan,
kekurangannya. Diharapkan Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Banda Aceh, 6 Februari 2023

2
Daftar Isi

BAB Ⅰ PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB Ⅱ PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum

2.2 Komponen Kurikulum

2.3 Peranan Kurikulum

2.4 Fungsi Kurikulum

BAB Ⅲ PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat dalam proses pendidikan. Tanpa kurikulum, proses


pendidikan tidak mungkin terjadi. Dalam kurikulum,terangkum pola pengajaran yang
menentukan arah proses belajar-mengajar. Juga tentang bagaimana membantu murid dalam
mengembangkan potensinya baik fisik, intelektual, moral, maupun sosial budayanya. Jadi
semua kegiatan atau usaha-usaha untuk tercapainyatujuan pendidikan telah tergambar dalam
kurikulum. Oleh sebab itu, maka kurikulum merupakan bagian penting untuk terlaksananya
pendidikan karena kegiatan pendidikan akan berpangkal padanya.

Menelaah masalah kurikulum, khususnya kurikulum, merupakan hal yang diwajibkan


kepada setiap guru, karena masalahnya mengikuti inti yang mesti dipelajari, dirancang, dan
diajarkan pada murid. Untuk itu, diharapkan setiap guru hendaklah mampu memahami dan
menggunakan kurikulum tersebut dengan baik. Keterampilan ini merupakan salah
satukompetensi guru yang harus dikuasai di samping kompetensi-kompetensi lain.

Berbicara tentang kurikulum berarti guru akan terlibat dalam masalah pengajaran, karena
kurikulum tidak terlepas dari matapelajaran. Namun, dalam kurikulum, tidak sekadar hanya
mata pelajaran itu saja yang dibicarakan, tetapi juga bagaimana mengorganisasikan pelajaran
itu sehingga menjadi pengalaman yang bermakna bagi kehidupan murid kelak. Pengalaman
tersebut lebih dari sekadar mata pelajaran yang diajarkan. Untuk itulah Anda diberikan
pengetahuan tentang kurikulum, agar Anda memahami dan dapat menggunakannya dengan
baik.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimanakah pengertian kurikulum ?
2. Komponen-komponen apakah yang menyusun kurikulum ?
3. Bagaimanakah fungsi kurikulum ?
4. Bagaimakah peranan kurikulum ?

4
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kurikulum ?
2. Menjelaskan komponen-komponen apa saja yang menyusun kurikulum ?
3. Menjelaskan fungsi kurikulum ?
4. Menjelaskan peranan kurikulum ?

5
BAB Ⅱ

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Pengertian kurikulum adalah eperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum dimana dalam bahasa inggris,
kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere, kata
currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha.
Dalam bahasa arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia
pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan bahasa arab yang
dikenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan lembaga pendidikan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
startsampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang
harusditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang
terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang harus
ditempuh olehpeserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun),
SMP/MTs (tiga tahun),SMA/SMK/MA (tiga tahun), dan seterusnya. Dengan demikian,
secara terminologis istilahkurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh ataudiselesaikan peserta didik di sekolah untuk
memperoleh ijazah.

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman


potensial (isi atau materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas,
di halaman sekolah, maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Ada empat implikasi dari pengertian modern dari kurikulum ini.
keempat implikasi tersebut adalah sebagai berikut.

6
Pertama, kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga
meliputisemua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Kedua,
kegiatan danpengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah atas
tanggungjawab sekolah. Kegiatan belajar di sekolah meliputi menyimak, bertanya, diskusi,
melakukandemonstrasi, belajar di perpustakaan, melakukan eksperimen di
laboratorium, workshop,olahraga, kesenian, organisasi siswa, dan lain-lain. sedangkan
kegiatan belajar di luar sekolahmeliputi mengerjakan tugas atau PR di rumah, observasi,
wawancara, studi banding, pengabdianpada masyarakat, program pengalaman lapangan, dan
lain-lain. Demikian juga pada pengalaman belajar, di mana pengalaman belajar terdiri dari
pengalaman langsung dan pengalaman tidaklangsung. Dengan demikian, intra-curricular,
extra-curricular, dan co-curricular termasukkurikulum. Ketiga,guru sebagai pengembang
kurikulum perlu mengunakan multistrategi danpendekatan, serta berbagai sumber belajar
secara bervariasi. Keempat, tujuan akhir kurikulumbukan untuk memperoleh ijazah, tetapi
untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.2 Komponen Kurikulum


Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu
yang saling terkait satu sama lain. Kurikulum adalah alat atau media untuk mendidik peserta
didik (Saridudin, 2020). Menurut beberapa referensi yang ada, komponen kurikulum dapat
dibedakan menjadi 4 empat komponen, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen
strategi, dan komponen evaluasi. Dalam dunia pendidikan, penetapan komponen tujuan,
materi, strategi, dan evaluasi secara menyeluruh dan terintegrasi merupakan suatu proses
pendidikan yang sangat penting. Alasan yang melatarbelakanginya adalah pendidikan sebagai
upaya sadar dan terencana untuk membantu peserta didik mengembangkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya memang tidak hanya terbatas pada pengembangan intelektualnya saja.
Pendidikan juga perlu mengembangkan peserta didik menuju kematangan spiritual, moral,
emosional dan sosialnya. Aspek pengetahuan sangat berperan dalam pendidikan, apalagi
kalau pengetahuan yang dimaksud bukan hanya pengetahuan tentang alam semesta tetapi
juga pengetahuan tentang dirinya sendiri sebagai manusia yang berziarah menuju Tuhan.

1. Komponen Tujuan

7
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan sehingga segala
proses pembelajaran difokuskan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan kurikulum mengacu
ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Tujuan tersebut ditetapkan dalam Undang-
Undang (UU) No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang
tersebut dijelaskan bahwa kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Adapun Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat kita lihat sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan umum jangka panjang, tujuan
ideal pendidikan bangsa Indonesia. Secara makro tujuan pendidikan nasional bertujuan
membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga mampu melaksanakan inovasi
untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan nalar, sosial yang positif dan Sumber
Daya Manusia yang tangguh. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, selanjutnya bertanggung jawab dan
berbudi pekerti yang luhur. Secara ekplisit Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003, pasal 3, yang berbunyi, “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman danbertagwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Tujuan Institusional

Tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi (sekolah) merupakan sasaran
pendidikan sesuatu lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan institusional merupakan
tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.

c. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu program studi atau oleh
setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi

8
yang harus dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu
dalam institusi pendidikan tertentu. Tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional. Tujuan ini tercermin pada isi setiap mata pelajaran yang
harus dikuasi oleh peserta didik dalam setiap satuan pendidikan.

d. Tujuan Pembelajaran Instruksional (Tujuan Khusus)

Tujuan ini lebih diutamakan karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya. Dalam tujuan
ini, guru mempersiapkan pelajaran, guru menjabarkan tujuan mengajarnya dalam bentuk
tujuan-tujuan khusus atau objectives yang bersifat operasional. Tujuan ini dapat memberikan
gambaran yang lebih konkrit, dan menekankan pada perilaku siswa.

2. Komponen Materi Ajar (Bahan Ajar)

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik
pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c. Materi atau aktivitas yang dilakukan seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai. Dalam lingkup yang lebih luas yaitu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Pada hakikatnya, isi / materi kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum
itu dapat dikelompokan menjadi:

a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.


b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Kita menyadari bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang bersifat dinamis. Artinya,
disain kurikulum yang sudah ditetapkan dan diterapkan harus selalu dikaji agar relevan
dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan jaman. Pengembangan materi kurikulum
harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.

9
b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum,
yang meliputi teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh atau
ilustrasi, definisi, dan preposisi. Kriteria untuk memilih isi materi kurikulumyang relevan
harus memenuhi beberapa hal, antara lain:

a. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakhir.


b. Relevan dengan kenyataan sosial dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
d. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
e. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

3. Komponen Metode, Strategi dan Model Pembelajaran

Komponen strategi merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,
sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Beberapa istilah yang perlu difahami
berkaitan dengan komponen ini adalah pendekatan, strategi, model dan metode dalam
pembelajaran.

a. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna pembelajaran


melalui suatu cara pandang tertentu; atau aplikasi suatu cara pandang dan pandangan tertentu
dalam memahami makna pembelajaran. Berbagai pendekatan dalam rangka memahami
makna pembelajaran antara lain: pendekatan filsafati, pendekatan psikologi dan pendekatan
sistem.Pendekatan filsafati berkaitan dengan bebrapa aliran filsafat pendidikan seperti
idealisme, realisme, pragmatisme, eksistensialisme, dan konstruktivisme. Pendekatan
psikologi berkaitan dengan beberapa aliran dalam psikologi diantaranya behaviorisme,
psikologi kognitif dan humanisme. Pendekatan sistem memandang belajar sebagai suatu
keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara
fungsional dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Strategi Pembelajaran

10
Strategi pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa, guru, dan
sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

1. Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

a) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa
b) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa
c) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa
d) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa
e) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa

2. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa dalam Pembelajran

a) Pembelajaran tatap muka


b) Pembelajaran melalui media
c) Pembelajaran tatap muka plus melalui media

3. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Pembelajaran

a) Pembelajaran yang berpusat pada guru


b) Pembelajarn yang berpusat pada siswa

4. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam mengolah pesan atau Materi Pembelajaran

a) Pembelajaran ekspositorik
b) Pembelajaran heuristik

5. Berdasarkan Proses Berpikir dalam Mengolah Pesan atau Materi Pelajaran

a) Pembelajaran deduktif
b) Pembelajaran induktif
c) Pembelajaran deduktif-induktif

c. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk
merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam
membentuk materi-materi pembelajaran-termasuk buku-buku, film-film, pita kaset dan
program media komputer, dan kurikulum. Banyak model pembelajaran yang bisa

11
dikembangkan diantaranya pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
inkuiri, pembelajaran model PAKEM, pemodelan dan pembelajaran afektif Beberapa model
tersebut dijelaskan di bawah ini :

1. Model interaksi sosialModel Interaksi sosial mencakup strategi pembelajaran/metode


pembelajaran:

a) Kerja Kelompok
b) Pertemuan Kelas
c) Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social
d) Model Laboratorium
e) Bermain Peranan
f) Simulasi Sosial

2. Model Pemrosesan Informasi. Strategi/Model pembelajarannya:

a) Mengajar Induktif
b) Latihan inquiry
c) Inquiry Keilmuan
d) Pembentukan Konsep
e) Model pengembangan

3. Model Personal (Personal Model)

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi kepada pengembangan
diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal ini meliputi strategi
pembelajaran/metode:

a) Pembelajaran Non-direktif
b) Latihan kesadaran
c) Sinetik
d) Sistem konseptual

4.Model Modifikasi Tingkah Laku

Model ini bertitik tolak dari teori behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan
sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk Tingkah Laku

12
dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada
aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Implementasi
dari model ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu perhatian
terhadap Tingkah Laku belajar siswa, modifikasi Tingkah Laku anak yang kemampuan
belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung, dan penerapan prinsip
pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.

5. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan
kehidupan nyata. Mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan
menghafal sejumlah konsep-konsep, tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa
untuk mencari kemmapuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Dalam
Pembelajaran Kontekstual ada tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan guru
yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya, 4) Masyarakat belajar, 5)
Pemodelan, 6) Refleksi, 7) Penilain sebenarnya.

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan
itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

2. Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL. Melalui upaya menemukan akan
memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-
kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri

3. Bertanya (Questioning)

Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan
siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik
akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

13
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama
dan memanafaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan
dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan
orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing).

5. Pemodelan (Modeling)

Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar


siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.
Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah
dilakukan dimasa lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan
gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Guru akan mengetahui
kemajuan, kemunduran dan kesulitan siswa dalam belajar. Dan dengan itu pula guru akan
memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan
proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.

4.Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum untuk melihat efektifitas


pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi juga digunakan
sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Dengan evaluasi dapat
diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa,
guru dan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum

14
itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan.Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari proses pengembangan kurikulum.

Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat


ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Wright mengungkapkan bahwa: “curriculum evaluation may be defined as the
estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the
curriculum”. Dalam arti yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memperbaiki substansi kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta
pengaruhnya pada belajar dan prilaku peserta didik.

Luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan
diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Dalam bukunya, menambahkan bahwa
evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi, dan pertimbangan (judgement) untuk
menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi.

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tak pernah berakhir Proses tersebut
meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut, maka
evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum.
Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian
mana yang harus disempurnakan.

Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa evaluasi kurikulum
harus mencakup:

1) Menilai pencapaian tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan sebelumnya.


2) Bagaimana metode yang digunakan dalam kurikulum itu efektif atau tidak sehingga
3) bisa mempermudah ketercapaian tujuan.
4) Melihat pengaruh kurikulum itu pada prestasi dan sikap peserta didik, apakah
5) kemajuan dan perkembangan mereka baik atau buruk.

15
2.3 Peranan Kurikulum

Peran kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan itu
sendiri, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Terdapat tiga peran kurikulum
yang dinilai sangat penting, yaitu:

1. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan


wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga
sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai
sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu
proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai
jembatan antara siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya,
dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu
proses tersebut. Romine mengatakan bahwa:“In sense the conservative role provides
what may be called‟social cement‟. It contributes to like mindedness and provides for
behaviour which is consistent with values already accepted. It deals with what is
sometimes known as the core of „relevative universals‟. Dengan adanya peranan
konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau.
Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.

2. Peranan Kritis dan Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan


kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol
sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak
sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadaka modifikasi dan
perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar
kriteria tertentu.

3. Peranan Kreatif

16
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif,
dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan
semua yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.Ketiaga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau
dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum
dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan
masa depan.

Dari ketiga peranan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kurikulum memiliki
peranan penting untuk membentuk karakater individu yang berpengaruh pada perubahan
dunia. Dari rancangan-rancangan yang sudah tersusun dalam kurikulum, sekolah dapat
mengimplementasikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mencapai peranan
tersebut perlu ada pendekatan, sehingga pembelajaran dapat dengan baik memaksimalkan
peranan kurikulum.

2,4 Fungsi Kurikulum

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik
untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek
yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana
lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis ,
diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum
meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive of adaptive function)

Yang dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa kurikulum harus dapat
mengantarkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.
Mengapa kurikulum harus memiliki fungsi penyesuaian? Oleh sebab kehidupan
masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis, artinya kehidupan masyarakat selalu
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh sebab itu, siswa

17
harus dapat beradaptasi dalam kehiupan masyarakat yang cepat berubah itu. Dalam
rangka inilah fungsi penyeseuaian kurikulum diperlukan.

1. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Fungsi integrasi dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan


pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor harus
berkembang secara terintegrasi. Mengapa demikian? Sebab, kurikulum bukan hanya
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual atau kecerdasasan saja, akan
tetapi juga harus dapat membentuk sikap sesuai dengan sisitem nilai yang berlaku di
masyarakat, serta dapat memberikan keterampilan untuk dapat hidup di lingkungan
masyarakatnya.

2. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Yang dimaksud dengan fungsi deferensiasi adalah, bahwa kurikulum harus dapat
melayani setiap siswa dengan segala keunikannya. Mengapa demikian? Sebab siswa
adalah organisma yang unik, yakni memiliki perbedaan-perbedaan, baik perbedaan minat,
bakat maupun perbedaan kemampuan. Dapat dipastikan di dunia ini tidak akan ada
manusia yang sama. Walaupun keadaan fisik mungkin ada yang sama, akan tetapi belum
tentu dilihat dari faktor psikologisnya juga sama.

3. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

Fungsi persiapan mengandung makna, bahwa kurikulum harus dapat memberikan


pengalaman belajar bagi anak baik untuk melanjutkan penddikan ke jenjang yang lebih
tinggi, maupun untuk kehidupan di masyarakat. Bagi anak yang memiliki potensi untuk
belajar pada jenjang yang lebih tinggi, maka kurikulum harus membekali mereka dengan
berbagai pengetahuan yang diperlukan agar mereka dapat mengikuti pelajaran pada level
pendidikan di atasnya; namun bukan itu saja, kurikulum juga harus membekali mereka
agar dapat belajar di masyarat, bagi mereka yang tidak memiliki potensi untuk
melanjutkan pendidikannya.

4. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan


kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum harus
bersifat fleksibel, artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat

18
dipelajari. Hal ini sangat penting, sebab seperti yang telah dikemukakan di atas, siswa
memiliki perbedaan-perbedaan, dan kurikulum harus melayani setiap perbedaan siswa.

5. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Fungsi diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan


kekuatan siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan-
kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi berbagai
kekuatan-kekuatan sehingga melalui pengenalan itu siswa dapat berkembang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.

BAB Ⅲ

PENUTUP

Kesimpulan

Kurikulum adalah suatu kegiatan pendidikan yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan halhal yang
mencakup pada persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaiman cara
belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan
kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan system nilai dan keutuhan.

Saran

1. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan keritikan
dan sarannya demi terlancarnya penulisan makalah berikutnya.
2. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah
kurikulum pendidikan

19
DAFTAR PUSTAKA

Baderiah. (2018). Buku ajar pengembangan kurikulum (D. Ilham (ed.); 1 ed., Vol. 122).
Lembaga penerbit IAIN Palopo.

Hidayat, R., & Dkk. (2017). Dinamika perekembangan kurikulum (R. Hidayat, A. Siswanto,
& B. Nursyahban Bangun (ed.); 1 ed.). Labsos UNJ.

Tarihoran, N. (2017). Pengembangan kurikilum (2 ed.). Loquen Press.

20
21

Anda mungkin juga menyukai