Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum yang berjudul “Hakikat Kurikulum”.

Penulis sadar bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan
dosen pengampu, rekan-rekan, dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun
spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat penulis nanti
dari para pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan suatu kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan
organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang
ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan adanya program
yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau pendidikan sampai pada
tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal
dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum memunyai peranan yang penting karena merupakan
operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa melibatkan
kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan.
Kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai komponen-komponen tertentu.
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang
harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara
yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan sesuai dengan
kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai kesempurnaan jika dalam
penyusunannya, penyusun kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat dan fungsi kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami
konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus
mengetahui hakikat kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat kurikulum
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini memunyai rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Apakah hakikat kurikulum?
2. Bagaimanakah konsep dasar kurikulum?
3. Bagaimana karakteristik kurikulum
4. Bagaimanakah proses kurikulum?

5. Apa sajakah manfaat kurikulum?

6. Apa sajakah komponen kurikulum?


7. Apa sajakah jenis-jenis kurikulum?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memahami tentang hakikat kurikulum, konsep dasar kurikulum, teori kurikulum, proses
kurikulum, dan tujuan kurikulum.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang komponen kurikulum dan jenis-jenis kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Istilah “kurikulum”memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran
tersebut berdeda-beda satu dengan lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya jarak
yang harus ditempuh seseorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal
ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum
yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jenbatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Beberapa tafsiran lainnya
dikemukakan berikut ini (Hamalik, 2008:16-17).

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Misalnya, bakat pengalaman dan penemuan-
penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis,
artinya menurut urutan tertentu, dan logis, artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. Mata
ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak pengalaman dan penemuan-
penemuan maka semakin banyak pula mata ajaramn yang harus disusun dalam kurikulum dan
harus dipelajari oleh siswa disekolah (Hamalik, 2008:16-17).
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti jarak tempuh lari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish. Jarak dari start sampai dengan finish disebut currure. Atas dasar tersebut
pengertian kurikulium diterapkan dalam bidang pendidikan.
Ada beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli yaitu sebagai beikut :

1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander

Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956), pengertian kurikulum adalah segala
upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di ruang kelas, di taman bermain, atau di
luar sekolah.

2. Harold B. Albertsycs
Menurut Harold B. Albertsycs (1965), pengertian kurikulum adalah semua kegiatan yang
disediakan oleh sekolah untuk siswa. Dalam hal ini, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran saja, tetapi termasuk berbagai kegiatan lain di dalam dan di luar kelas yang
diselenggarakan oleh sekolah.

3. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller

Menurut J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller (1973), definisi kurikulum adalah semua hal yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran, termasuk metode mengajar, cara mengevaluasi murid,
progam studi, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi, serta hal-hal struktural
terkait dengan waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

4. John Foxton Kerr

Menurut John Foxton Kerr (1968), pengertian kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

5. UU No. 20 Tahun 2003

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas
dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan
sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah. Atas dasar tersebut secara oprasional kurikulum
dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun;
2. Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran untuk
siswa-siswanya;
3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah;
4. Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang
direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
5. Suatu program bpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Definisi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kurikulum sebagai program
yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah serta kurikulum sebagai program yang
direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.
Ada pakar kurikulum yang mengutarakan bahwa “kurikulum mencakupi maksud, tujuan,
isi, poses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang
direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat
melaluipengajaran kelas dan program-program terkait”, dan selanjutnya membatasi “silabus
sebagai suatu pernyataan mengenai rencana bagi setiap bagian kurikulum menesampingkan
unsure evaluasi kurikulum itu sendiri;… silabus hendaknya dipandang dalam konteks proses
pengembangan kurikulum yang sedang berlangsung” (Robertson 1971: 584; Shaw 1977 dalam
Tarigan, 1993:5).

2.2 Karakteristik Kurikulum

Karakteristik dari kurikulum terutama secara umum yaitu sebagai berikut.


a. Kurikulum harus bersifat fleksibel, mudah diubah menuju ke kesempurnaan, sesuai dengan
kubutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
b. Kurikulum adalah deskripsi atau uraian tentang rencana atau program yang akan dilaksanakan.
c. Kurikulum biasanya berisi tentang bermacam-macam bidang studi (areas of learning).
d. Kurikulum dapat diperuntukkan bagi seorang pelajar saja atau disusun bagi suatu kelompok
yang besar.
e. Kurikulum selalu berhubungan dengan atau merupakan program dari suatu lembaga
pendidikan (educational centre).

2.3 Komponen Kurikulum

Kurikulum terdiri atas 4 komponen pembentuknya. Adapun komponen kurikulum adalah sebagai
berikut:

1. Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran.
Misalnya; kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan.

2. Isi atau Materi

Komponen isi dan materi berhubungan dengan segala aspek, termasuk materi pelajaran atau
kegiatan peserta didik yang terarah sesuai dengan tujuan pendidikan.

3. Strategi Pelaksanaan

Komponen strategi berhubungan dengan metode, pendekatan, serta peralatan yang digunakan
dalam proses pelaksanaan kurikulum agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
4. Evaluasi

Komponen evaluasi berhubungan dengan proses penilaian terhadap tingkat ketercapaian tujuan
dan efektivitas suatu kurikulum dalam proses pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, maka
dapat ditentukan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, atau diperbaiki agar
lebih baik lagi.

2.4 Fungsi Kurikulum

Dalam pendidikan, kurikulum memiliki beberapa fungsi yang sangat penting. Adapun beberapa
fungsi kurikulum adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Penyesuaian

Dalam hal ini, pengertian kurikulum berfungsi sebagai alat penyesuaian (the adjustive or
adaptive function) adalah kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
di lingkungan yang dinamis.

2. Fungsi Integrasi

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi integrasi (the integrating function) dalam
kurikulum adalah suatu alat pendidikan yang dapat menciptakan individu-individu yang utuh,
dapat diandalkan, dan berintegrasi di masyarakat umum.

3. Fungsi Diferensiasi

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi diferensiasi (the diferentiating function) dalam
kurikulum adalah suatu alat yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan
pada setiap siswa yang harus dilayani dan dihargai.

4. Fungsi Persiapan

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi persiapan (the propaeduetic function) dalam
kurikulum adalah sebagai alat pendidikan yang dapat mempersiapkan para siswa ke jenjang
pendidikan berikutnya, serta dapat mempersiapkan diri agar dapat hidup di dalam masyarakat.

5. Fungsi Pemilihan

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi pemilihan (the selective function) dalam kurikulum
adalah adanya kesempatan bagi para siswa untuk memilih program belajar sesuai dengan minat
dan bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi diagnostik (the diagnostic function) dalam
kurikulum adalah sebagai alat pendidikan yang dapat memahami dan mengarahkan potensi para
siswa, serta memahami kelemahan dirinya dan memperbaikinya.

2.5 Hakikat Kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013


1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Untuk memahami tentang pengertian kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ini, perlu
dikemukakan terlebih dahulu pengertian dari kompetensi itu sendiri, Surat Keputusan Mendiknas
nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi
adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu.” Kay (1977) mengemukakan bahwa kompetensi selalu dilandasi oleh
rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan
tersebut dilakukan.
Berdasarkan pengertian dari kurikulum dan kompetensi di atas, “Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.”
Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: hasil dan
dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam KBK, proses pembelajaran difokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
oleh peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya
dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini terdapat 9 mata pelajaran yang diajarkan
yaitu, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, bahasa
Indonesia, matematika, IPA, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, dan ditambahi
kegiatan yang mendukung kebiasaan, dan muatan lokal.
b. Karakteristik KBK
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki sejumlah kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus oleh peserta didik,
sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur
edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik
kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
a) Sistem belajar dengan modul.
b) Menggunakan keseluruhan sumber belajar.
c) Pengalaman lapangan.
d) Strategi belajar individual personal.
e) Kemudahan belajar.
f) Belajar tuntas.
c. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
a) Kurikulum dan hasil belajar, di dalamnya berisi perencanaan pengembangan kompetensi peserta
didik yang perlu dicapai secara keseluruhan dari sejak lahir hingga selesai di sekolah tingkat
menengah (kira-kira pada umur 18 tahun).
b) Penilaian berbasis kelas, di dalamnya berisi prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih pasti dan akurat serta konsisten.
c) Kegiatan belajar dan mengajar, di dalamnya berisi gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran
dan pengajaran untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
d) Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, di dalamnya berisi berbagai bentuk pola
pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan, sehingga berdampak baik bagi nasib bangsa dan Negara
kedepannya.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
a. Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan undang-undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
a) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan
Tujuan Pendidikan Nasional.
b) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, petensi daerah, dan peserta didik.
b. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan/sekolah.
8KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
c. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan kurikulum.
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputussan bersama.
c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai.
d. Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks
desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap
system yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan depat membawa dampak terhadap
peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Karekteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian. Berdasrkan uraian di atas, dapat
dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut; pemberian otonomi luas kepada
sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan
yang demokratis dan professional, serta tim-kerja yang kompak dan transparan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat 11 mata pelajaran yang diajarkan,
sebagai berikut; pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika,
IPA, IPS, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, seni budaya dan keterampilan,
mulok, dan pengembangan diri.
e. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Kelebihan
a) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
b) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
c) KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata
pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan siswa.
d) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih
20%.
e) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
2. Kekurangan
a) Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada
b) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP
c) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik konsepnya,
penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
d) Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru.
3. Kurikulum 2013
a. Pengertiaan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat
ini sedang dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari
struktur kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknnya masalah dan salah satu
upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan
silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan
pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran
tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat , namun guru tetap
dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus,
terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus
tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan
para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam
memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan
kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari Buku Babon
(termasuk silabus) yang telah disiapkan pemerintah.
b. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013
1. Kelebihan
a) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter
juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur
dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
b) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali
anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
c) Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini.
d) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara
terus menerus.
2. Kekurangan
a) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.
b) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.
Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
c) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.


Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung : Angkasa Bandung.
Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik. 1995. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM.
Jakarta : Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai