Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Biokimia

Dosen Pengampu: Widya Nigngsih, M.pd.

DISUSUN OLEH :

NAMA : Annisa P. SImanjuntak (4183141029)

Ave C. Sagala (4183141004)

Debora S.C Hutapea (4182141017)

Ribka N.C Pasaribu (4183141054)

Tri Utary (4183341033)

KELAS : Biologi Dik A 2018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha kuasa yang telah memberikan berkat-Nya
kepada penulis untuk menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan pembuatan tinjauan kritis jurnal adalah untuk memberikan ulasan jurnal
“BIOKIMIA”. Critical Journal Review ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Biokimia.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan
dosen pengampu kami, ibu Widya Nigngsih, M.pd. yang telah membimbing kami dalam
proses mepersiapkan tinjauan kritis buku ini.
Dan kami sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kami harap tugas ini dapat
diterima dan bermanfaat khususnya bagi penulis.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................1

BAB II IDENTITAS JURNAL.........................................................................................2


2.1 Identitas Jurnal Utama...........................................................................................2
2.2 Identitas Jurnal Pembanding 1..............................................................................2
2.3 Identitas Jurnal Pembanding 2..............................................................................2

BAB III RINGKASAN JURNAL.....................................................................................3


3.1 Ringkasan Jurnal Utama........................................................................................3
3.2 Ringkasan Jurnal Pembanding 1...........................................................................3
3.3 Ringkasan Jurnal Pembanding 2...........................................................................7

BAB IV KELEBIHAN & KELEMAHAN JURNAL.....................................................9


4.1 Kelebihan &Kelemahan Jurnal Utama..................................................................9
4.2 Kelebihan &Kelemahan Jurnal Pembanding 1.....................................................10
4.3 Kelebihan &Kelemahan Jurnal Pembanding 2.....................................................10

BAB V PENUTUP.............................................................................................................11
5.1 Kesimpulan............................................................................................................11
5.2 Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tugas Critical Journal Review merupakan tugas wajib bagi mahasiswa Universitas
Negeri Medan. Dan unutuk Critical Journal Review Biokimia diambil judul Asam amino dan
Protein. Protein merupakan makromolekul yang merupakan komponen utama dalam semua
sel hidup. Protein tersusun atas banyak urutan asam amino.
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino
yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari
posisi gugus –COOH. Jenisjenis asam amino, urutan cara asam amino tersebut terangkai,
serta hubungan spasial asam-asam amino tersebut akan menentukan struktur 3 dimensi dan
sifat-sifat biologis protein sederhana. Sekitar 75% asam amino digunakan untuk sintesis
protein.
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos, yang berarti “yang paling utama”,
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang kala
mengandung sulfur dan fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus.

1.2 TUJUAN
a. Memenuhi tugas mata kuliah Biokimia
b. Meningkatkan motivasi pembaca dalam mengenal lebih jauh tentang Asam Amino
dan Protein

1.3 MANFAAT
a. Bagi Penulis
1) Melatih kemampuan penulis dalam mengkritisi jurnal
2) Menumbuhkan pola pikir yang kreatif dalam membandingkan jurnal yang ingin
di kritisi
3) Mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu jurnal

b. Bagi Pembaca
1) Menambah pengetahuan pembaca mengenai biokimia terlebih Asam Amino dan
Protein
2) Mengetahui cara penyampaian materi dari beragam jurnal

1
BAB II
IDENTITAS BUKU

2.1 Identitas Jurnal Utama


Judul : Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Perubahan Kandungan Protein
dan Asam Amino Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris)
Penulis : Vivi Wiraningsih, Mery Sukmiwati, dan Sumarto
Tahun terbit : 2018
Jenis jurnal : Berkala Perikanan Terubuk
Volume : 46
Nomor :1
Halaman : 33 - 43
ISSN : 0126 - 4265
2.2 Identitas Jurnal Pembanding 1
Judul : Karakteristik Protein dan Asam Amino Daging Rajungan (Portunus
Pelagicus) Akibat Pengukusan
Penulis : Agoes M Jacoeb, Nurjanah, Lenni Asnita Br Lingga
Tahun terbit : 2012
Jenis jurnal : JPHPI
Volume : 15
Nomor :2
Halaman : 1-8
ISSN :-
2.3 Identitas Jurnal Pembanding 2
Judul : Amino Acids and Proteins
Penulis : Johannes B.van Goudoever, Hester Vlaardingerbroek, Chris H.van
den Akker, Femke de Groof dan Sophie R.D.van der Schoor
Tahun terbit : 2014
Jenis jurnal : Journal Nutritional Care of Preterm Infants
Volume : 110
Nomor :1
Halaman : 49-63
ISSN : 000358458

2
BAB III
RINGKASAN BUKU

3.1 Ringkasan Jurnal Utama


Penelitian pada jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui perubahan
terhadap kandungan protein dan profil asam amino ikan sembilang (Paraplotosus
albilabris) dari proses pemasakan berbeda. Metode penelitian dilakukan dengan
metode eksperimen yaitu melakukan serangkaian percobaan penelitian proses
pemasakan berbeda pada ikan sembilang. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 4 taraf perlakuan, yaitu: tanpa
pengolahan (P0), perebusan (P1), perebusan dengan garam (P2), dan pengukusan(P3).
Masing – masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan, sehingga unit percobaan 4 x 3 =
12 unit percobaan.
Dari penelitian pada jurnal tersebut didapati hasil bahwa tepung ikan
sembilang memiliki rata – rata nilai rendemen paling tinggi yaitu perebusan 27.27%
pada tepung. Proksimat pada daging ikan sembilang segar memiliki kadar air 81.59%,
kadar abu 0.55%, kadar lemak 0.66%, kadar protein 17.20%. Kandungan gizi daging
ikan sembilang setelah perlakuan pemasakan yang berbeda berdasarkan analisis pada
setiap perlakuan P1, P2, P3 berbeda sangat nyata terhadap kadar air, abu, lemak,
protein. Nilai daya ikat air tepung ikan sembilang untuk masing – masing perlakuan
yaitu segar (P0) 3.3 g/g, perebusan (P1) 3.1 g/g, perebusan dengan garam(P2) 3.1g/g,
dan pengukusuan(P3) 3.7 g/g .
Protein tepung daging ikan sembilang terdiri dari 17 asam amino, yaitu 9 asam
amino esensial dan 8 asam amino non esensial, sehingga tepung daging ikan
sembilang dapat dikatakan sebagai profil protein sempurna (complete protein).
Kandungan asam amino esensial yang tertinggi pada tanpa perlakuan (segar)
perebusan adalah leusin , pengukusan dan perebusan dengan garam adalah lisin.
Sedangkan asam amino non esensial yang tertinggi pada setiap perlakuan adalah asam
glutamat.

3.2 Ringkasan Jurnal Pembanding 1

PENDAHULUAN
Rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu anggota kelas crustacea yang
menjadi komoditas ekspor penting dari Indonesia. Rajungan termasuk komoditas
ekspor karena memiliki daging yang sangat enak dan dapat diolah menjadi berbagai
macam masakan sehingga hewan ini sangat diminati para pecinta seafood (Sudhakar
et al. 2009). Rajungan dari Indonesia sering diekspor dalam bentuk rajungan beku
tanpa kepala dan kulit serta dalam bentuk olahan (dikemas dalam kaleng).

3
Pengukusan merupakan salah satu tahap penting dalam pengolahan rajungan.
Pada industri pengalengan rajungan, pengukusan merupakan tahap awal untuk
menjamin mutu daging rajungan yang akan dimasukkan ke
dalam kaleng. Pengukusan yang dilakukan dalam industri pengalengan secara umum
bertujuan untuk mematikan mikroba-mikroba dalam makanan, walaupun pemanasan
memberikan pengaruh yang tidak diinginkan pada makanan, misalnya perubahan sifat
sensori, kandungan gizi dan fungsi dari makanan (Romero et al. 2007).
Penelitian ini bertujuan menentukan rendemen, komposisi kimia, protein larut
air (PLA), protein larut garam (PLG), komposisi asam amino serta struktur jaringan
daging rajungan akibat pengukusan.

MATERIAL DAN METODE


Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rajungan dan bahan
untuk menganalisis yakni: H2SO, NaOH, HCl dan pelarut heksana (analisis
proksimat); akuades dan NaCl (analisis PLA dan PLG); HCl, bufer kalium borat,
larutan OPA, metanol, merkaptoetanol, larutan brij-30, bufer borat, asetonitril, buffer
natrium asetat (analisis asam amino); larutan Bouin’s, alkohol, xylol, parafin, pewarna
haematoxilin dan eosin (analisis histologi).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah coolbox, alat bedah,
termometer, timbangan digital, alat pengukus, kompor, cawan porselen, oven,
desikator, tanur, tabung reaksi, gelas Erlenmeyer, tabung Kjeldahl, tabung sokhlet,
pemanas, destilator, buret, sentrifuse, homogenizer, syringe, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) merk Shimadzu, mikrotom, mikroskop cahaya merk
Olympus CH30 dan kamera digital merk Canon.

Metode Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel rajungan dari Desa Gebang
Mekar, Cirebon, Jawa Barat. Rajungan dibersihkan dan dilakukan pengukuran
rendemen dan ukuran. Rajungan dibagi menjadi dua bagian yaitu rajungan segar dan
rajungan kukus. Daging rajungan dipisahkan dari cangkang dan jeroannya, setelah itu
dilakukan analisis proksimat meliputi kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat
(AOAC 1995), analisis PLA dan PLG dengan metode mikro Kjeldahl (Subagio et al.
2004), analisis asam amino (AOAC 1999 dengan modifikasi) serta analisis histologi
(parafin) dengan pewarnaan hematoxilin-eosin.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Rajungan
Rajungan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Gebang Mekar, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat. Rajungan ini ditangkap di sepanjang Perairan Pantai Utara.
Panjang rata-rata rajungan yang digunakan dalam penelitian ini 11,20 cm, lebar total
5,17 cm dan berat total 95,1 g.

4
Rajungan bisa mencapai panjang maksimum 18 cm. Perbedaan antara
rajungan jantan dan betina terlihat sangat jelas walaupun belum memasuki tahap
dewasa, yakni bisa dilihat dari ukuran tubuh, panjang capit dan warna karapas yang
dimiliki. Tubuh rajungan jantan berukuran lebih besar serta capit lebih
panjang. Rajungan jantan memiliki warna karapas kebiru-biruan dengan bercak putih
yang relatif lebih jelas, sedangkan yang betina memiliki warna karapas kehijau-
hijauan dan bercak putih yang kusam (Suwignyo et al. 1998).

Rendemen Rajungan
Rajungan segar memiliki persentase rendemen daging sebesar 3,77%;
cangkang 51,62% dan jeroan 12,61%. Kandungan daging rajungan atau kepiting
biasanya sekitar 25-30% dari berat tubuhnya, yang nilainya tergantung dari kesegaran
bahan baku (BBPMHP 1995).
Jacoeb et al. (2008) dalam penelitiannya terhadap udang ronggeng
(Harpiosquilla raphidea) mendapatkan daging, cangkang dan jeroan sebesar 41,13%;
54,25% dan 4,62%. Rendemen pada hasil perairan berbedabeda tergantung dari
ukuran, berat dan jenisnya serta pertumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya, jenis, umur, musim, dan jenis makanan yang tersedia
(Jacoeb et al. 2008).
Rajungan setelah pengukusan mengalami perubahan jumlah rendemen.
Pengukusan menyebabkan penyusutan berat rata-rata rajungan dari 76,69 g menjadi
65,19 g atau mengalami penyusutan sebesar 14,99%. Penyusutan rendemen rajungan
terjadi karena pengukusan menyebabkan kandungan air bebas yang terdapat pada
daging, jeroan dan cangkang keluar sehingga terjadi pengurangan berat. Pengukusan
sebelum penyimpanan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan baku
sehingga tekstur bahan menjadi kompak.

Komposisi Proksimat Rajungan


Rajungan segar memiliki kandungan gizi yang berbeda dengan rajungan
kukus. Kandungan gizi rajungan segar dan kukus berturut-turut, yaitu kadar air (bb)
78,47% dan 75,43%; abu (bk) 7,66% dan 6,02%; lemak (bk) 0,84% dan 0,75%;
protein (bk) 68,09% dan 66,63% dan karbohidrat (bk) 23,41% dan 26,62%.
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui jumlah air bebas yang terdapat
dalam daging rajungan. Rajungan memiliki kadar air yang tertinggi dibandingkan
dengan kadar abu, protein dan lemak.
Kadar air yang terdapat pada daging rajungan kukus mengalami penurunan
dibandingkan daging rajungan segar. Penurunan kadar air dipengaruhi oleh faktor
pemasakan yang menyebabkan cairan dari dalam daging rajungan merembes keluar
(terjadi drip) (Tapotubun et al. 2008). Air yang keluar dari dalam produk ikut
membawa komponen gizi lain yang terlarut dalam air selama pengukusan misalnya
vitamin larut air (B kompleks dan C) serta mineral.

5
Daging rajungan segar memiliki kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan
rajungan kukus, yaitu masing-masing 7,66% (bk) dan 6,02% (bk).
Penurunan kadar abu yang terjadi pada daging rajungan kukus diduga disebabkan
oleh kandungan mineral pada daging rajungan terlarut dalam air selama pengukusan.
Tamrin dan Prayitno (2008) menyatakan bahwa pengukusan akan menyebabkan
penurunan zat gizi pada suatu bahan pangan tetapi penurunan yang terjadi tidak
sebesar pada perebusan. Mineral yang ikut terlarut dan terbawa dalam air yang keluar
dari daging rajungan selama pengukusan antara lain Co, Mg, Cu dan P.
Kadar lemak daging rajungan segar sebesar 0,84% (bk) dan daging rajungan
kukus mengalami penurunan menjadi 0,75% (bk). Penurunan kadar lemak daging
rajungan kukus diduga terjadi karena pengukusan menyebabkan lemak dari dalam
daging rajungan mencair dan mengalir keluar dari daging rajungan. Lemak yang
mencair ini ikut terbawa dalam air yang digunakan untuk pengukusan. Lemak
merupakan salah satu komponen utama yang terdapat dalam bahan pangan selain
karbohidrat dan protein. Lemak yang terdapat pada produk perikanan terdiri atas asam
lemak tak jenuh berantai panjang yang sangat baik untuk kesehatan manusia (Mateos
et al. 2010). Lemak rajungan segar mengandung asam lemak jenuh, asam lemak
MUFA dan PUFA. Asam lemak jenuh didominasi oleh asam lemak palmitat (6,12%),
asam lemak MUFA didominasi oleh asam lemak oleat (2,56%) dan PUFA didominasi
oleh EPA dan DHA (5,37% dan 6,85%) (Mardiana 2011).
Kadar protein rajungan kukus mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan kadar protein daging rajungan segar. Kadar protein daging rajungan segar dan
kukus berturutturut adalah 68,09% (bk) dan 66,63% (bk). Pengukusan mengakibatkan
keluarnya air bebas dari jaringan daging rajungan dan terjadinya koagulasi sehingga
tekstur daging memadat dan protein mengalami denaturasi sehingga membentuk
struktur yang lebih sederhana dan jumlahnya dalam bahan pangan menurun.
Pemberian temperatur tinggi pada ikan Schellfich (Melanogrammus aeglefinus)
menyebabkan kolagen keluar dari myoseptum (Priebe 2007).

Komposisi Protein Larut Air (PLA) dan Protein Larut Garam (PLG)
Kandungan protein larut air daging rajungan segar sebesar 40,87% (bk) dan
kukus sebesar 25,32% (bk). Penurunan kadar protein daging rajungan kukus
disebabkan oleh sarkoplasma yang bersifat sangat mudah larut dalam air, sehingga
pada waktu pengukusan berlangsung terjadi koagulasi dan denaturasi protein yang
akhirnya ikut terbawa keluar oleh uap air.
Kandungan protein larut garam rajungan segar sebesar 58,06% (bk) dan
rajungan kukus 30,77% (bk). Pengolahan daging menggunakan suhu tinggi
menyebabkan denaturasi protein sehingga protein miofibril kehilangan sifat
fungsionalnya dan menurunkan solubilitas atau kemampuan daya larutnya di dalam
larutan garam.

6
Komposisi asam amino
Hasil analisis asam amino menunjukkan adanya 9 asam amino esensial yang
terdapat dalam daging rajungan, yakni isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin,
tirosin, treonin, valin, dan arginin serta 6 asam amino noesensial, yaitu aspartat, serin,
glutamat, glisin, alanin, dan histidin. Jumlah asam amino daging rajungan kukus
mengalami penurunan dibandingkan rajungan segar. Rata-rata jumlah asam amino
rajungan segar (bk) sebesar 4,03 dan kukus 3,91.
Pengukusan dapat mempengaruhi kandungan asam amino yang ada pada suatu
bahan. Setiap jenis asam amino memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain,
begitu juga pengaruh suatu pengolahan terhadap kemantapannya. Pengolahan secara
umum menggunakan panas dapat mengakibatkan terjadinya penyusutan jumlah asam
amino.

Struktur Jaringan Daging Rajungan


Hasil analisis histologi menunjukkan struktur jaringan daging rajungan segar
yang diamati terdiri atas serabut-serabut jaringan tipis yang masih kompak. Struktur
jaringan daging rajungan kukus tidak kompak, terputus-putus dan terbagi-bagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Pengukusan dapat menyebabkan cairan dari
dalam daging rajungan merembes keluar (terjadi drip) (Tapotubun et al.2008).
Struktur daging rajungan mengalami perubahan selama perembesan air dari dalam sel.
Pengukusan menyebabkan terjadinya dehidrasi pada daging rajungan. Dehidrasi akan
menyebabkan denaturasi pada protein otot dan kerusakan struktur membran (Bahuaud
et al. 2008). Pemberian suhu dingin juga dapat memberikan perubahan pada struktur
jaringan ikan. Georgiev et al. (2008)dalam penelitiannya terhadap ikan mas (Cyprinus
carpio) memperlihatkan perubahan struktur jaringan daging setelah pembekuan.

KESIMPULAN
Rajungan segar memiliki nilai rendemen yang lebih besar dibandingkan rajungan
kukus. Pengukusan menyebabkan penurunan kadar air, abu, lemak, protein, protein
larut air (PLA), protein larut garam (PLG) dan asam amino. Protein daging rajungan
terdiri atas 15 asam amino, 9 asam amino esensial dan 6 asam amino nonesensial.
Kandungan asam amino esensial yang tertinggi dalam daging rajungan adalah arginin,
sedangkan asam amino nonesensial yang tertinggi adalah asam glutamat. Struktur
jaringan pada daging rajungan segar terdiri atas jaringan yang masih kompak dan
tidak terputus-putus, sedangkan struktur jaringan daging rajungan kukus terbagi-bagi
menjadi bagian-bagian lebih kecil (hancur), terputus-putus serta tidak kompak

3.3 Ringkasan Jurnal Pembanding 2


Asam amino dan protein adalah faktor kunci untuk pertumbuhan. Periode
neonatal membutuhkan asupan tertinggi dalam hidup untuk memenugi kebutuhan.
Kebutuhan itu termasuk asam amino untuk pertumbuhan, tetapi protein dan asam
amino juga berfungsi sebagai molekul pemberi sinyal dan berfungsi sebagai
neurotransmiter.

7
Protein adalah sumber pendorong kenaikan berat badan dan anabolisme dapat
dicapai di asupan energi tingkat rendah. Asam amino digunakan untuk larutan
parenteral, sedangkan sebagian besar formula bayi mengandung protein utuh,
meskipun formula terhidrolisis tersedia. Protein adalah komponen fungsional dan
struktural utama dari semua sel tubuh. Karakteristik utama protein atau asam amino
adalah gugus nitro gen amino yang diperlukan. Kelompok nitrogen ini membedakan
asam amino dari misalnya gula. Protein adalah makromolekul yang terdiri dari rantai
panjang subunit asam amino. Di molekul protein, asam amino bergabung bersama
oleh ikatan peptida. Dalam sistem bio-logis, rantai yang terbentuk mungkin berasal
dari beberapa asam amino (di-, tri- atau oligopeptida) hingga ribuan unit
(polipeptida). Urutan asam amino dalam rantai dikenal sebagai struktur primer. Fitur
penting dari protein adalah kompleksitas struktur fisik mereka. Rantai polipeptida
tidak ada sebagai rantai panjang tetapi mereka melipat dalam struktur tiga dimensi.
Rantai asam amino cenderung melilit menjadi heliks (struktur sekunder). Bagian
heliks mungkin saling terlipat untuk interaksi hidrofobik antara rantai samping non-
polar dan dalam beberapa protein, untuk ikatan disulfida sehingga molekul
keseluruhan mungkin berbentuk bulat atau seperti batang (tersier struktur).
Asam amino yang dimasukkan ke dalam protein mamalia adalah asam α-
amino. Ini berarti bahwa asam amino memiliki gugus karboksil, gugus nitrogen
amino, dan rantai samping yang melekat pada α-karbon pusat. Protein adalah satu-
satunya pengecualian unik di antara 20 asam amino pembentuk protein yaitu nitrogen
amina terikat bukan hanya satu tetapi dua gugus alkil, dengan demikian membuatnya
menjadi asam α-imino. Perbedaan antara asam amino terletak pada struktur rantai
sampingnya. Perbedaan fungsional antara asam amino terletak pada struktur rantai
sampingnya. Klasifikasi asam amino pada awalnya didasarkan pada studi klasik Rose
dan rekan kerja. Studi-studi ini didasarkan pada signifikansi kualitatif masing-masing
asam amino dalam nutrisi manusia. Rose mendefinisikan asam amino sebagai esensial
atau tidak esensial berdasarkan kapasitas mereka untuk menjaga keseimbangan
nitrogen pada pria muda. Dalam studi mereka (yang hanya sedikit yang dirujuk di
sini), mereka menunjukkan bahwa hanya asam amino 'esensial' yang dibutuhkan
untuk mempertahankan pertumbuhan bayi muda dan oleh karenanya sesuai dengan
definisi asli 'esensialitas asam amino'. Melalui dekade-dekade berikutnya menjadi
jelas bahwa klasifikasi terbatas dan perbedaan antara esensial dan tidak esensial Asam
amino itu kompleks dan tidak dapat didefinisikan hanya berdasarkan nutrisi kriteria
pemeliharaan keseimbangan atau pertumbuhan nitrogen.

8
BAB IV
PEMBAHASAN
1 Kelebihan & Kelemahan Jurnal Utama
 Kelebihan Jurnal
Jurnal berjudul “Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Perubahan Kandungan
Protein dan Asam Amino Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) ”, oleh Vivi
wiraningsih, Mery sukmiwati dan Sumarto, secara isi jurnal tersebut dapat
dikatakan padat dan jelas. Penulis banyak mengambil referensi – referensi dari
para ahli guna memperkuat dan memperjelas penelitian pada jurnal tersebut. Hal
ini dapat kita lihat misalnya pada bagian pendahuluan di halaman 34 terdapat
pendapat mengenai kandungan ikan sembilang menurut Etik Iskundarti, dan pada
halaman 35 terdapat pendapat mengenai faktor pertumbuhan ikan menurut A.
Jacoeb.
Pada pembahasan hasil penelitian, penulis membandingkan hasil penelitian
yang dilakukan dengan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, guna
memperkuat validitas hasil penelitian yang didapat. Hal ini dapat dilihat misalnya
pada halaman 36, terdapat hasil penelitian Tapotubun mengenai kadar air pada
rajungan setelah proses pengukusan dan Jacoeb mengenai kadar air pada udang
ronggeng setelah proses pengukusan.
Pada bagian metode penelitian, penulis menjelaskan secara rinci hal – hal yang
berkaitan dengan penelitian itu sendiri, yaitu mulai dari bahan dan alat yang
digunakan dalam penelitian,metode penelitian yang digunakan serta prosedur
prosespengolahan bahan dalam penelitian. Metode penelitian yang sangat jelas
dirasa dapat lebih menguatkan kepercayaan pembaca akan hasil penelitian atau
teori yang dihasilkan dari jurnal tersebut.
Pada jurnal tersebut setiap data yang dihasilkan, dikonfigurasi kedalam bentuk
tabel. Adanya penggunaan tabel pada jurnal tersebut dirasa lebih memudahkan
pembaca untuk mengetahui data mengenai hasil penelitian jurnal tersebut.
Penggunaan tabel juga dapat membuat isi jurnal menjadi variatif atau tidak
monoton.
 Kelemahan Jurnal
Dari segi isi, kelengkapan dan hasil penelitian yang disajikan, jurnal tersebut
sudah terbilang baik. namun, dari segi penulisan belum dapat dikatakan sempurna
karena terdapat penulisan beberapa kata yang tidak sesuai yaitu pada halaman 35
terdapat kata “emudian” yang harusnya “kemudian”, pada halaman 37 terdapat
kata “dilakukan,kadar” yang dalam penulisannya tidak terdapat spasi setelah
tanda koma, dan penulisan nama ilmiah udang ronggeng (Harpiosquilla raphidea)
pada halaman 36 yang ditulis tegak atau tidak miring.

9
2 Kelebihan & Kelemahan Jurnal Pembanding 1
 Kelebihan Jurnal
Jurnal ini memiliki pembahsan yang sangat baik dan detai. Peneliti secara
gambalang memberikan tujuan serta alat bahan ynag jelas dilakukannya sehingga
memudahkan para pembaca untu menemukan itu. Peneliti juga memberikan
pembahasan yang sanagt baik yang dimana peneliti menjelaskan hasil analisis
dengan perpoint sehingga lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Peneli juga
memaparkan gambar serta tabel yang mendukung penelitiannya. Pada jurnal ini
juga memiliki abstrak yang dua bahasa dan memiliki cangkupan yang cukup
jelas tentang penelitian dibawahnya. Jurnal ini juga memiliki pendahuluan
pengantar yang cukup baik dalam membuka penelitiannya.
 Kelemahan Jurnal
Setiap penelitian pasti memiliki kesalahan atau mungkin ketidaktepatan dalam
penulisan dan begitu pula dengan jurnal ini. Setelah disinggung tentang
kelebihannya jurnal diatas jurnal ini juga memiliki kelemahan seperti identitas
jurnal yang tidak lengkap yang dimana ISSN dari jurnal ini tidak ada dan bisa
dikatakan belum seutuhnya resmi. Jurnal ini juga tidak menampilakan dokumetasi
yang cukup jelas terutama dalam pengambilan sampel.

3 Kelebihan & Kelemahan Jurnal Pembanding 2


 Kelebihan Jurnal
Jurnal berjudul “Amino Acids and Proteins” oleh Johannes B.van Goudoever,
Hester Vlaardingerbroek, Chris H.van den Akker, Femke de Groof dan Sophie
R.D.van der Schoor, secara isi jurnal tersebut dapat dikatakan padat dan jelas.
Penulis dapat mencatumkan informasi secara sistematis.
Jurnal ini bukan merupakan jurnal hasil penelitian namun didalam jurnal
terdapat infomasi yang penting. Informasi yang disajikankan sangat dapat
membantu untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
Pada jurnal juga tercantum gambar maupun grafik yang bersangkutan
mengenai materi disajikan.
 Kelemahan Jurnal
Dari segi kelengkapan isi dan informasi yang disajikan, jurnal tersebut sudah
terbilang baik. Namun dari segi bahasa, jurnal ini sangat sulit untuk dipahami
oleh orang Indonesia karena penggunaan bahasa asing.

10
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tiap jurnal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terlebih jurnal
utama yang memiliki lebih banyak kelebihan. Namun ketiga jurnal tersebut tetap saja dapat
dijadikan sebagai sumber referensi untuk belajar atau sebagai bahan mempelajari penelitian.

4.2 Saran
Walau semua jurnal memiliki kelebihan , namun tetap saja ada kekurangannya. Maka
dari itu bagi pembaca yang ingin menjadikan jurnal-jurnal tersebut sebagai referensi, kami
sarankan juga menambah materi dari jurnal lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Goudoever, Johannes B.,dkk. 2014. Journal Nutritional Care of Preterm Infants. Vol 110(1).
Hal: 49-63. ISSN: 000358458
Jacoeb, Agoes M.,dkk. 2012. Karakteristik Protein dan Asam Amino Daging Rajungan
(Portunus Pelagicus) Akibat Pengukusan. Jurnal JPHPI. Vol 12(2). Hal: 1-8.
Wiraningsih,Sri,dkk.2018. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Perubahan Kandungan
Protein dan Asam Amino Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk. Vol 46(1). Hal: 33 - 43. ISSN: 0126 - 4265

12

Anda mungkin juga menyukai