Anda di halaman 1dari 26

BIOKIMIA

CRITICAL BOOK REVIEW

“Metabolisme karbohidrat”

Dosen pengampuh :

Widia Ningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama mahasiswa :

Zahara Afifah Siregar (4181141024)


Monica Sitanggang (4183141059)
Dwi Eka Ningrum
Fitriningsih
Triski Anneke Putri (4183141046)
M. Fauzan Nasution (4183341010)

PENDIDIKAN BIOLOGI 2018 A

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Critical Book Review pada matakuliah
BIOKIMIA dengan tepat waktu dan tanpa kendala apapun sesuai dengan waktu dan jadwal
yang sudah ditetapkan.

Penulis berterima kasih kepada dosen pengampuh tugas ini yaitu ibu dosen. penulis
juga menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis masih banyak
membutuhkan bimbingan untuk membuat penulisan menjadi sempurna.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga apa yang di tulis ini bermanfaat bagi
para pembaca, kritik dan saran sangat di butuhkan untuk menjadikan tulisan ini lebih baik
untuk kedepannya. Dan semoga isi dalam tulisan ini bisa bermanfaat.

Kelompok 3

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Buku merupakan sumber bacaan, yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
menjadi hiburan, dan juga buku mampu mempengaruhi pikiran seseorang. Buku-buku yang
berisi ilmu pengetahuan (science) banyak digunakan oleh orang-orang dari segala jenis usia.
Pada umumnya, Buku tersebut digunakan sebagai media pembelajaran. Maka buku yang
dijadikan sebagai media pembelajaran harus memiliki isi yang sesuai dan isinya harus
bersumber dari sumber-sumber yang jelas dan dapat dipercaya. Namun, pada kenyataannya
ada beberapa buku yang isinya tidak sesuai. Oleh karena itu, disinilah peran penting pembaca
untuk mampu mengkritisi buku tersebut.

Pada era saat ini pemerintah menggebu-gebu dalam membentuk siswa dan/atau
mahasiswa untuk memiliki (HOT) High Order Thinking. Maka dari CBR (Critical Book
Review) termasuk ke dalam salah satu cara dalam mendukung misi pemerintahan tersebut.
Mahasiswa di harap mampu menemukan dan mengatasi masalah. Pada kasus CBR
mahasiswa diharap mampu memilah-milah buku yang tepat untuk mrnjadi bahan bacaan.

Maka dari itu juga CBR ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk mengkritisi 2 buku yang
berjudul “Psikologi Pendidikan”.

2. Tujuan
 Mengulas isi sebuah buku
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
 Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada salah
satu bab dari buku tersebut.
 Mampu membuat list kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku Utama

Judul buku : Dasar-Dasar Biokimia jilid 2 (principles biochemistry)

Jumlah halaman : 386 halaman

Penulis : Lehninger

Penerjemah : Dr. Ir. Maggy Thenawijaya

Penerbit : Erlangga

Tahun terbit : 1990

ISBN : 22-00-020-2

2.2 Identitas buku pembanding 1

Judul buku : Ilmu Gizi

Jumlah halaman : 254 halaman

Penulis : Prof. Poerwo Soedarmo dan Dr. Achmad Sediaoetama

Penerbit : Dian Rakyat

Tahun terbit : 1969

Edisi :1

2.3 Identitas buku pembanding 2

Judul buku : Biokimia (Metabolisme dan Bioenergitika)

Jumlah halaman : 328 halaman

Penulis : Yohanis Ngili

Penerbit : Graha Ilmu

Tahun terbit : 2009


ISBN : 978-979-756-558-9

BAB III

RINGKASAN BUKU

RINGKASAN BUKU KE-1

Jutaan reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim berlangsung di dalam sel hidup.
Walaupun kita mengatakan reaksi-reaksi ini secara kolektif sebagai Metabolism, kita tidak
boleh menganggap meabolisme sel sebagai suatu kantung yang dikelilingi membran yang
berisi enzin-enzim ang bekerja secara acak. Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat
terkoordinasi, mempunyai tujuan, dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem
multienzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik : (1) untuk memperoleh energi
kimia dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari energi solar,
(2) untuk mengubah molekul nutrien menjadi perkusor unit pembangun bagi makromolekul
sel, (3) untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida,
polisakarida, dan komponen sel lain, dan (4) untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul
yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel.

Organisasi hidup berpartisipasi di dalam daur karbon dan oksigen

Organisme hidup dapat di bagi menjadi dua golongan utama menurut bentuk energi
kimia karbon yang diperlukan dari lingkungannya. Sel autotof (‘memberi makan sendiri’)
dapat mempergunakan karbon dioksida dari atmosfir sebagai satu-satunya sumber karbon
untuk membangung semua biomolekul yang mengandung karbon. Contohnya adalah bakteri
fotosintetik dan sel hijau daun tumbuhan. Sel heterotrof )’memperoleh makanan dari yang
lain’) tidak dapat menggunakan kabron dioksida atmosfer dan harus memperoleh karbon dari
lingkungannya dalam bentuk molekul-molekul organik relatif yang lebih kompleks, seperti
glukosa.

Metabolisme terdiri dari lintas katabolik (penguraian) ddan lintas anabolik


(pembentukan)

Terdapat dua fase pada metabolisme antara : katabolisme dan anabolisme.


Katabolisme merupakan fase metabolisme yang bersifat menguraikan, yang menyebabkan
molekul organik nutrien seperti karbohidrat, lipid dan protein yang datang dari lingkungan
atau dari cadangan makanan sel itu sendiri terurai di dalam reaksi-reaksi bertahap menjadi
produk akhir yang lebih kecil dan sederhana, seperti asam laktat, CO2, dan amonia.

Pada anabolisme yang juga disebut biosintetis, fase pembentukan atau sintesis dari
metabolisme, molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil disusun menjadi
makromolekul besar yang merupakan komponen sel, seperti protein dan asam nukleat.
Karena biosintetis mengakibatkan peningkatan ukuran dan kompleksitas struktur, proses ini
memerlukan input energi bebas, yang diberikan oleh pemecahan ATP menjadi ADP dan
fosfat.

Lintas katabolik mengarah pada sedikit produk akhir

Pada tahap katabolisme ke-II, berbagai produk yang terbentuk di dalam tahap 1 di
kumpulkan dan diubah menjadi sejumlah (lebih kecil) molekul-molekul yang lebih
sederhana. Jadi, heksosa, pentosa, dan gliserol dari tahap I diuraikan menjadi satu jenis
senyawa antara 3-karbon : piruvat, yang lalu diubah menjadi satu jenis unit 2-karbon, yaitu
gugus asetil dari asetil-koenzim A. penting di catat bahwa, lintas katabolisme mengarah
kepada siklus asam sitrat pada tahap ke-III.

Lintas biosintetik (Anabolik) menyebar menghasilkan berbagai produk

Anabolisme atau biosintetis juga berlangsung dalam tiga tahap, di mulai dengan
molekul kecil pemula. Setiap tahap utama pada katabolisme atau anabolisme biomolekul
tertentu dikatalisis oleh setiap multienzim. Perubahan kimiawi berurutan terjadi pada setiap
jalur utama metobolisme sebetulnya sama di dalam semua bentuk kehidupan.

Terdapat perbedaan-perbedaan penting antara lintas katabolik dan anabolik yang


berhubungan

Lintas katabolik dan lintas anabolik yang berhubungan, tetapi dengan arah yang
berlawanan di senyawa pemula tertentu ada produk tertentu biasanya bersifat tidak identik.
Lintas-lintas ini mungkin mempergunakan reaksi antara yang berbeda atau reaksi-reaksi
enzimatik yang berbeda pada tahap-tahap antara.

Mungkin kelihatannya suatu pemborosan akan adanya dua lintas metaboik di antara dua titik
tertentu, satu bagi katabolisme, dan satu bagi anabolisme, tetapi terdapat alasan-alasan
penting mengapa jalur katabolisme dan anabolisme yang bersangkutan ini berbeda.
Terdapat alasan kedua bagi perbedaan lintasan di dalam jalur katabolik dan anabolik yang
saling berhubungan. Jika hanya satu lintas yang dipergunakan secara dapat balik pada kedua
arah jalur, penurunan kecepatan proses katabolik dengan menghambat satu di antara enzim
yang terlibat juga akan menghambat proses biosintesa yang bersangkutan. Kadang-kadang
juga katabolik dan anabolik yang arahnya berlawanan terdapat pada bagian sel yang
berlawanan.

ATP Membawa Energi Dari Reaksi Katabolik Ke Reaksi Anabolik

Jika molekul, glukosa terurai oleh oksidasi membentuk produk akhir kecil yang
sederhana CO2 dan H2O, banyak energi bebas yang dilepaskan dan menjadi tersedia bagi
reaksi lain. Energi bebas adalah bentuk energi yang mana mampu melakukan kerja pada
kondisi suhu dan tekanan tetap. Akan tetapi, kecuali terdapat beberapa cara untuk menangkap
dan mempertahankan energi bebas yang dilepaskan jika glukosa teroksidasi energi ini hanya
akan muncul sebagai panas. Panas dapat melakukan kerja pada tekanan tetap hanya jika
bentuk ini dapat mengalir dari bagian tubuh yang lebih panas ke bagian tubuh yang lebih
dingin.

NADPH membawa energi dalam bentuk tenaga produksi

Pada pembentuka glukosa dari karbon dioksida selama fotosintesis, atau pada
peembentukan asam lemak dari asetat di dalam hati hewan, tenaga pereduksi dalam bentuk
atom hidrogen diperlukan bagi reaksi reduksi ikatan ganda menjadi ikatan tunggal. Bentuk
tereduksi, atau yang membawa hidrogen dari koenzim ini; disingkat sebagai NADHP,
merupakan pembawa elektron yang kaya akan energi dari reaksi katabolik menuju reaksi
biosintetik yang memerlukan elektron, seperti ATP adalah pembawa gugus fosfat yang kaya
akan energi.

Metabolisme sel merupakan proses ekonomis yang diatur ketat

Sel mengkonsumsi nutrien dalam jumlah cukup (tidak berlebih) untuk mengatasi
kecepatan penggunaan energi pada setiap waktu. Demikian pula, ecepaan biosintetis molekul
unit pembangun dan makromolekul sel. Juga disesuaikan untuk segara mengatasi kebutuhan
ini. Lintas katabolik bersifat amat sensitif dan responsif terhadap perubahan kebutuhan
energi. Mekanisme pengaturan (regulatori) lintas metabolik utama, terutama lintas yang
memberikan energi sebagai ATP mampu bereaksi terhadap kebutuhan metabolik dengan
cepat dan dengan sensitivitas tinggi.
Lintas metabolik diatur pada tiga tahap

Regulasi lintas metabolik dilaksanakan oleh tiga jenis mekanisme yang berbeda.
Bentuk regulasi yang pertama dan paling cepat memberikan respon adalah melalui kerja
enzim alosterik,lalu pada tahap kedua pada organisme tingkat tinggi oleh pengaturan
hormon. Tahap ketiga dari regulasi metabolik dilaksanakan melalui pengontrolan konsentrasi
enzim tertentu di dalam sel.

Metabolisme sekunder

Lintas metabolik sekunder ini terlibat di dalam biosintesis koenzim dan hormon.
Contohnya, yang dibuat dan dipergunakan hanya dalam jumlah sangat sedikit. Lintas
sekunder metabolisme di dalam berbagai bentuk kehidupan menghasilkan ratusan biomolekul
yang amat khusus seperti, nukleotida, pigmen, toksin, antibiotik, dan alkoid.

Terdapat tiga pendekatan utama terhadap identifikasi urutan metabolik

Tiga pendekatan utama dipergunakan secara sendiri-sendiri secara gabungan, untuk


mengetahui rincian kimiawi lintas metabolik. Cara pertama dan yang paling langsung adalah
mempelajari lintas “in vitro” (bahasa latin, artinya “di dalam gelas” yaitu, di dalam tabung
reaksi). Selanjutnya ditemukan bahwa pemecahan glukosa pada ekstrak tersebut memerlukan
tambahan fosfat anorganik, yang akan menghilang dari ekstrak dengan terkonsumsinya
glukosa. Lalu selanjutnya penambahan penghambat enzim ke dalam ekstrak yang
menyebabkan terakumulasi.

Ringkasan buku tersebut.

Organisme dapat diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan karbonnya, autotrof dapat


menggunakan karbon dioksida, sedangkan heterotrof membutuhkan karbon dalam bentuk
organis tereduksi, seperti glukosa. Banyak sel autotrof, seperti sel tanaman hijau,
memperoleh energinya dari sinar matahari; heterotrof memperoleh energi dari oksidasi
nutrien organik.

Metabolisme antara dapat dibagi menjadi katabolisme, yang merupakan degradasi molekul
nutrien yang kaya akan energi, dan anabolisme yang merupakan biosintetis komponen baru
sel. Katabolisme dan anabolisme dijalankan dalam tiga tahap utama. Pada tahap pertama
katabolisme, polisakarida, lipid, dan protein diuraikan secara enzimatik menjadi unit-unit
pembangunnya. Pada tahap kedua, unit pembangunan dioksidasi menjadi asetil Ko-A sebagai
produk utama, dan pada tahap ketiga, gugus asetil molekul asetil Ko-A dioksidasi menjadi
karbon dioksida. Lintas katabolik menyatu menjadi lintas akhir bersama, sedangkan lintas
anabolik menyebar, menghasilkan banyak produk-prodyk biosintetik yang berbeda, dari
hanya sedikit pemula. Lintas anabolik dan katabolik yang setara tidak bersifat identik ditinjau
dari segi enzimatik; lintas-lintas ini diatur secara berbeda; lintas ini sering kali terletak pada
bagian-bagian sel yang tidak sama. Katabolisme sel nutrien disertai dengan tersimpannya
beberapa bagian energi nutrien dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). ATP berfungsi
sebagai pembawa energi kimia dari reaksi-reaksi katabolik menuju proses selular yang
membutuhkan energi; biosintesis; kontraksi atau pergerakan; transport melalui membran, dan
transfer informasi genetik. Energi kimia dalam bentuk tenaga pereduksi juga diangkut dari
lintas katabolik menuju lintas anabolik sebagai koenzim NADPH tereduksi.

Metabolime di atur (1) oleh enzim alosterik, (2) oleh pengontrolan hormon, dan (3)
oleh pengaturan sintetis enzim. Lintas metabolik dipelajari dalam ekstrak sel atau jaringan,
sebagai sumber isolat komponen enzim dan metabolik antara. Mikroorganisme yang
menderita kelainan genetik pada suatu lintasan tertentu (auksotrof) memberikan alat ampuh
untuk menganalisis lintas metabolik, seperti juga teknk pelacak isotop. Pada sel eukaryotik,
enzim-enzim yang menganalisa berbagai lintas metabolisme dipisah-pisahkan di dalam
organel-organel yang berbeda, seperi inti sel, mitokondria, dan retikulum endoplasmik, yang
dapat diisolasi untuk penelitian langsung.

RINGKASAN BUKU KE-2

Pertukaran zat (Metabolisme)

Setelah zat makanan diserap dari usus ke dalam saluran darah, zat tersebut sudah siap
untuk digunakan oleh tubuh dan dibawa ke sel-sel jaringan. Di dalam jaringan terjadi
pengolahan zat-zat tersebut lebih lanjut dalam bentuk reaksi-reaksi kimia. Keseluruhan
proses reaksi-reaksi kimia di dalam sel-sel jaringan disebut metabolisma atau pertukaran zat.
Proses pengolahan zat-zat makanan yang mempunyai tujuan akhir pertumbuhan dan
penghasilan energi. .

Proses-proses yang menyangkut karbohidrat dan lemak, terutama ditujukan pada


penghasilan energi, sedangkan metabolisma protein mementingkan usaha-usaha ke arah
pertumbuhan badan. Jika makanan kita hanya cukup untuk memenuhi keperluan bahan bakar,
maka seluruh karbohidrat, lemak dan asam-asam amino yang diserap akan dibakar untuk
menghasilkan enersi. Tetapi sebaliknya jika jumlah kalori yang didapatkan dari makanan itu
melebihi yang diperlukan, kelebihan ini akan disimpan di dalam tubuh, terutama dalam
bentuk lemak yang ditimbun di dalam sel-sel jaringan lemak.

Metabolisma Karbohidrat

Setelah melalui dinding usus, karbohidrat terdapat sebagal glukom dalam aliran darah, dan
melalui Vena portac dialirkan ke hati. Di dalam organ ini, sebagian dari glukosa diubah ke
dalam glikogen dan kadar gula darah diusahakan dalam batas-batas konstan (80- 120 mg%).
Karbohldrat yang terdapat dalam saluran darah, praktis hanya dalam bentuk glukosa karena
fruktosa dan galaktosa diubah meniadi glukosa lebih dahulu.

Jika jumlah karbohidrat yang dimakan melepihi keperluan badan akan kalori, sebagian
daripadanya akan ditimbun di dalam hati dan otot sebagai glikogen. Kapasitas pembentukan
glikogen int terbatas sekall, dan jika penimbunan dalam bentuk glikogen ini telah mencapal
batasnya, kelebihan karbohidrat diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam jaringan-
jaringan lemak".

Peristiwa oksidasi glukosa di dalam jaringan-jaringan terjadi secara bertingkat dan pada
tingkat-tingkat itulah dilepaskan energi sedikit demi sedikit, yang dapat dipergunakan lebih
lanjut. Melalui suatu deretan proses-proses kimiawi, glukosa dan glikogen diubah menjadi
asam piruvat, Asam piruvat merupakan zat-antara yang sangat penting dalam metabolisma
karbohidrat, asam piruvat dapat segera diolah lebih lanjut dalam suatu proses siklus yang
disebut "Lingkaran trikarboksilat" yang dikemukakan oleh Krebs, sehingga lingkaran ini
disebut pula"Lingkaran Krebs"; nama lain ialah "Lingkaran asam sitrat." Dalam proses siklus
ini dihasilkan CO 2, dan H2O dan terlepas energi dalam bentuk persenyawaan yang
mengandung tenaga kimia yang besar, ialah Adenosine triphosphate, yang biasa disingkat
ATP. ATP ini mudah sekali melepaskan enersinya sambil berubah menjadi Adenosine
diphosphate atau ADP. Tak perlu dijelaskan lagi bahwa setiap tingkat dari proses kimiawi itu
memerlukan enzim-enzim yang khusus.

Sebagian dari asam pyruvat dapat pula diubah menjadi "Asam laktat." Asam laktat ini dapat
dialirkan ke luar dari sel-sel jaringan dan masuk ke dalam pembuluh darah, diteruskan ke
hati. Di dalam hati asam laktat diubah kembali menjadi asam pyruvat dan diteruskan menjadi
glikogen. Pengubahan asam pyruyat melalui asam laktat menjadi glikogen dan dengan
demikian menghasilkan glukosa itu hanya terjadi di dalam hati, tidak dapat berlangsung
didalam otot, meskipun dalam otot ini terdapat juga glikogen.
RINGKASAN BUKU KE-3

2.1. PENGANTAR

Karbohidrat adalah kelompok senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O.


Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil dalam
bentuk aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki banyak gugus hidroksil (-OH). Karena
itu, karbohidrat merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan
senyawa-senyawa tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai sembilan atom
karbon disebut monosakarida. Gabungan senyawa-senyawa monosakarida akan membentuk
senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua buah monosakarida
disebut ikatan glikosida. Dalam disakarida, terdapat satu ikatan glikosida yang
menghubungkan dua monosakarida. Sedangkan dalam trisakarida terdapat dua ikatan
glikosida yang menghubungkan tiga buah monosakarida. Karbohidrat yang memiliki
beberapa mit monosakarida disebut oligosakarida, sedangkan yang memiliki banyak unit
monosakarida disebut sebagai polisakarida. Banyak monosakarida maupun oligosakarida
memiliki rasa manis, karena itu karbohidrat yang massa inolekul relatif (Mr)-nya kecil sering
disebut sebagai gula.

Terdapat dua jenis monosakarida, yakni aldosa dan ketosa. Aldosa mengandung
gugus aldehid, sedangkan ketosa mengandung gugus keton. Selain itu, monosakarida juga
dapat dikelompokkan menurut jumlah atom karbon yang dimilikinya. Bila mengandung tiga
atom karbon maka monosakarida tersebut disebut triosa; sedangkan bila mengandung empat
atom karbon maka disebut tetrosa; pentosa untuk yang mengandung lima atom karbon;
heksosa untuk yang mengandung enam atom karbon; dan seterusnya. Kedua macam
pengelompokkan monosakarida ini dapat digabungkan. Misalnya, glukosa merupakan
aldcheksosa, yakni gula monosakarida dengan enam atom karbon dan suatu gugus aldehid.
Griseraldehid

Gliseraldehid memiliki sifat pereduksi karena merupakan suatu aldehid. Atom C-2
pada molekul ini adalah pusat kiral atau disebut juga pusat asimetris sehingga terdapat 2
isomer yang dikenal dengan enansiomer. Enansiomer adalah bayangan cermin satu sama lain.
Struktur sebelah kiri disebut D-gliseraldehid, sedangkan yang kanan disebut L-gliseraldehid.
Awalan D- dan L- menunjukkan konfigurasi atau penataan gugus di sekeliling pusat kiral.
Bila hanya terdapat satu atom karbon kiral, maka di antara kedua enansiomer hanya terdapat
sedikit perbedaan sifat fisik maupun sifat kimia. Sifat yang paling besar perbedaannya adalah
aktivitas optik, yakni kemampuan suatu larutan enansiomer untuk berotasi
ketika disinari oleh cahaya polarisasi. Salah satu enansiomer akan berotasi
searah jarum jam, dan diberi tanda (+). Enansiomer lainnya akan berotasi
berlawanan arah jarum jam, diberi tanda (-). Contohnya adalah enansiomer
D-gliseraldehid adalah (+) sehingga ditulis lengkap sebagai D-(+)-
gliseraldehid, sedangkan pasangannya adalah L-(-)-gliseraldehid. Campuran enansiomer D
dan L akan meniberikan rotasi total tergantung pada proporsi masing-masing enansiomer.
Bila proporsi kedua enansiomer itu seimbang, maka rotasi totalnya adalah nol, dan larutan
tersebut dinamakan sebagai campuran rasemat.

Aktivitas optik diukur menggunakan polarimeter. Besarnya aktivitas optik


diukur sebagai sudut rotasi dengan simbol a. Satuannya yakni derajat atau
radian (SI). Aktivitas optik suatu larutan tergantung pada beberapa faktor,
yakni konsentrasi senyawa, panjang sel tempat larutan tersebut, panjang gelombang cahaya
polarisasi, suhu, dan pelarut.

ALDOSA SEDERHANA

Aldosa sederhana diturunkan dari gliseraldehid, yakni dengan memasukkan atom


karbon kiral terhidroksilasi (CHOH) di antara karbon C-1 dan C-2 pada molekul
gliseraldehid. Misalnya, dua macam molekul tetrosa terbentuk ketika. CHOH dimasukkan ke
dalam D-gliseraldehid:
L-Gliseraldehid akan menurunkan dua aldotetrosa, yaitu L-eritrosa
dan L-treosa. Dengan demikian terdapat empat macam aldotetrosa. Dari
masing- masing aldotetrosa diturunkan dua aldopentosa, sehingga totalnya
terdapat delapan aldopentosa. Dari molekul-molekul aldopentosa
diturunkan 16 aldoheksosa. Di bawah ini adalah struktur delapan aldopentosa dan 16
aldoheksosa yang disederhanakan, dengan o melambangkan aldehid; melambangkan gugus
OH; dan atom H tidak digambarkan.

KETOSA SEDERHANA

ketosa sederhana diturunkan dari dihidrosiakseton yang merupakan suatu isomer dari
gliseraldehid.

Dihidroksiaseton tidak memiliki pusat kiral, tetapi turunannya memiliki atom


karbon kiral di antara gugus keto dan salah satu gugus hidroksimetil. Terdapat
dua ketotetrosa, empat ketopentosa, dan delapan ketoheksosa. Ketosa yang
paling banyak ditemukan yakni D-fruktosa seperti ditunjukkan struktur di
bawah ini. Bandingkanlah konfigurasi untuk atom karbon kiral yang paling jauh
dari gugus keto (C-5) dengan D-gliseraldehid.

STRUKTUR D-GLUKOSA

D-Glukosa adalah monosakarida yang paling banyak


ditemukan. Monomer D-glukosa terdapat dalam darah,
sedangkan polimernya terdapat dalam tepung maupun
selulosa.

Penulisan seperti di atas disebut juga sebagai struktur rantai


terbuka atau struktur rantai lurus. Struktur seperti ini hanya
ada dalam larutan. D-glukosa dalam bentuk kristal memiliki
dua macam struktur (a dan B) yang juga berbeda aktivitas optiknya ketika dilarutkan.
KONFORMASI GLUKOSA

Struktur Haworth untuk anomer D-glukopiranosa dapat diubah sedikit untuk


menunjukkan bentuk asli molekul. Atom-atom karbon dalam molekul ini membentuk sudut
109° di tiap. atom. Tekukan ini membuat molekul lebih stabil. Dengan sudut 109°, terdapat
dua kemungkinan konformasi, yaitu kursi dan perahu:

Gugus-gugus yang terikat pada atom karbon bisa berada pada posisi ekuatorial atau
posisi aksial. Posisi ekuatorial yakni jika gugus tersebut berada pada bidang datar, sedangkan
aksial bila tegak lurus terhadap bidang.

MONOSAKARIDA SELAIN GLUKOSA

Terdapat dua aldoheksosa yang merupakan isomer dari glukosa yakni manosa dan galaktos

D- Manosa dan D- Galaktosa mudah diterjemahkan ke dalam struktur haworth.

POLISAKARIDA

Polisakarida memiliki fungsi utama sebagai pembentuk struktur atau untuk


penyimpanan energi. Tepung dan glikogen merupakan polimer glukosa yang berfungsi
sebagai penyimpan gula di dalam tumbuhan dan hewan. Tepung terdapat sebagai amilosa dan
amilopektin. Amilosa adalah suatu polimer linear dari a-D- glukosa yang terhubung oleh
ikatan a(1→4).

Polimer glukosa lainnya adalah selulosa, yang merupakan bahan utama pembentuk
dinding sel pada tanaman. Ikatan pada selulosa adalah B(1->4). Selulosa tidak dapat dicerna
oleh mamalia, tetapi beberapa serangga, protozoa, dan jamur memiliki enzim selulase yang
dapat menghidrolisis ikatan B(1→4). Sapi dan kambing dapat mencerna selulosa dengan
bantuan protozoa yang hidup dalam sistem pencernaannya.
Selain selulosa, tumbuhan juga mengandung pektin dan hemiselulosa. Pektin
merupakan polimer dari arabinosa, galaktosa, dan asam galakturonat. Hemiselulosa adalah
polimer dari D-xilosa, D-manosa, atau D-galaktosa. Dinding sel jamur, eksoskeleton
serangga dan artropoda, serta moluska, terdiri atas kitin, yakni polimer N-asetil-B-D-
glukosamin yang terhubung oleh ikatan glikosida B(1-> 4).

Jaringan penghubung dalam mamalia kaya akan polisakarida glikosaminoglikan, yang


disebut juga mukopolisakarida. Kondroitin sulfat adalah polimer dengan ikatan a(1->3) yang
menghubungkan disakarida asam glukuronat dan N-asetilgalaktosamin; dengan gugus
hidroksil pada karbon 6 galaktosamin banyak diganti oleh gugus sulfat. Asam hialuronat
merupakan polimer dari disakarida yang terdiri atas asam glukuronat dan N-asetilglukosamin;
asam ini berfungsi sebagai pelumas pada sendi seperti siku dan lutut.

2.2. GLIKOLISIS

Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi satu


molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat. Glikolisis merupakan jalur metabolisme
primitif karena bekerja pada sel yang paling
sederhana sekalipun dan tidak memerlukan
oksigen. Jalur glikolisis memiliki lima fungsi
utama dalam sel, yakni:

1. Glukosa diubah menjadi piruvat yang bisa dioksidasi dalam siklus asam sitrat.

2. Banyak senyawa lain Glukosa yang dapat memasuki jalur pada tahap intermediet.

3. Dalam beberapa sel jalur ini dimodifikasi untuk memungkinkan sintesis glukosa.

4. Jalur Ini mengandung intermediet-intermediet yang terlibat dalam reaksi metabolisme


alternatif.

5. Untuk setiap molekul glukosa yang dikonsumsi dua molekul ADP di fosforilasi oleh
fosforilasi tingkat substrat untuk menghasilkan dua molekul ATP.
Laju proses glikolisis dikendalikan dalam tiga tahap.

1. Langkah 1 merupakan titik kontrol yang pertama. Pada langkah ini, glukosa diubah
menjadi glukosa 6-fosfat dengan enzim heksokinase. Enzim ini terdapat dalam semua sel, dan
bukan merupakan enzim spesifik untuk glukosa melainkan akan mengkatalisis fosforilasi
pada banyak heksosa maupun turunannya. Aktivitas heksokinase diregulasi oleh konsentrasi
produk utamanya, yakni glukosa 6-fosfat. Produk įni menginhibisi aktivitas heksokinase
dalam suatu proses yang dikenal sebagai inhibisi produk. Dalam sel mamalia, fungsi
regulator ini memiliki dua tujuan. Pertama, memastikan bahwa bila sel memiliki glukosa 6-
fosfat yang telah mencukupi kebutuhan energi, maka fosforilasi glukosa dalam sel tersebut
selanjutnya akan dikurangi. Kedua, karena penghilangan glukosa dari darah (dengan
terjadinya konversi menjadi glukosa 6-fosfat di dalam sel) mengalami penurunan, maka akan
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa darah bila pasokan glukosa dari tempat lain terus
berlangsung. Akibatnya, glukosa alcan menjadi lebih banyak untuk enzim fosforilasi lainnya
yakni glukokinase. Glukolcinase merupakan enzim spesifik untuk D-glukosa dan hanya
terdapat dalam hati. Enzim ini juga mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Gambar 2-5
menunjukkan aktivitas relatif heksokinase (dalam semua sel) dan glukokinase (hanya dalam
hati). Dalam kondisi normal, glukosa tersedia dari darah untuk semua sel. K heksokinase
yang rendah (0,1 mM) menyiratkan bahwa pada konsentrasi yang rendah sekalipun, glukosa
yang memasuki suatu sel dengan cepat diubah. menjadi glukosa 6-fosfat yang kemudian
memasuki jalur glikolisis. Bila energi yang dibutuhkan oleh sel tersebut telah terpenuhi,
konsentrasi glukosa 6-fosfat akan naik dan menurunkan aktivitas heksokinase. Jika
konsentrasi glukosa darah naik (misalnya setelah memakan makanan yang kaya akan
karbohidrat), maka fluks glukosa melalui glukokinase hati akan meningkat. Hal ini terjadi
karena heksokinase telah jenuh, sedangkan glukokinase tidak bekerja mendekati laju
maksimalnya sampai level glukosa naik melebihi K-nya yakni 10 mM. Selain itu,
glukokinase tidak diinhibisi oleh glukosa 6-fosfat. Kedua enzim yang saling mempengaruhi
ini memastikan bahwa jika glukosa melebihi kebutuhan normal maka akan diubah menjadi
glukosa 6-fosfat secara spesifik di dalam hati.

2. Langkah 3 adalah titik kontrol kedua pada glikolisis, yang melibatkan perubahan fruktosa
6-fosfat menjadi fruktosa 1,6-bisfosfat dengan dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Enzim yang
merupakan titik utama dalam kontrol glikolisis adalah fosfofruktokinase yang merupakan
enzim alosterik. Dengan demikian, aktivitas enzim ini diregulasi oleh sejumlah efektor, yang
semuanya terlibat dalam transduksi energi. Aktivias fosfofruktokinase ditingkatkan oleh ADP
atau AMP dan diinhibisi oleh ATP, NADH, sitrat, atau asam lemak rantai panjang. Ketika sel
dalam keadaan rendah energi, maka jumlah ADP dan AMP menjadi tinggi relatif terhadap
normal, sedangkan jumlah ATP menjadi rendah. Dalam kondisi ini, enzim fosfofruktokinase
aktif penuh dan mempunyai afinitas tinggi untuk substratnya yakni fruktosa 6-fosfat . Ketika
sel dalam keadaan berenergi tinggi, maka konsentrasi ATP juga tinggi, tetapi konsentrasi
AMP dan ADP rendah. Dalam keadaan ini, ATP mengikat sisi regulator pada enzim sehingga
menyebabkan kurva kecepatannya berubah dari hiperbola menjadi sigmoidal. Kini enzim
tersebut mempunyai afinitas yang lebih rendah untuk substratnya, dan laju reaksinya juga
menurun.

Sitrat, NADH, serta asam lemak rantai panjang menginhibisi aktivitas fosfofruktokinase.
NADH sitoplasma diproduksi dalam ILangkah 6 glikolisis. Konsentrasi kofaktor tereduksi
yang tinggi ini menyiratkan keadaan sel yang berenergi tinggi. Dengan demikian tidak akan
terjadi kenaikan laju degradasi glukosa. Asam lemak rantai panjang banyak diproduksi oleh
degradasi trigliserida. Sitrat diproduksi oleh degradasi asam amino tertentu. Substrat-substrat
ini tersedia untuk oksidasi dalan siklus asam sitrat, dan efeknya dalam menginhibisi
fosfofruktokinase adalah untuk menjaga jumlah glukosa.

3. Langkah 10 adalah titik kontrol ketiga dalam proses glikolisis. Langkah ini melibatkan
perubahan fosfoenolpiruvat menjadi piruvat, yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Enzim ini
diaktifkan oleh friktosa 1,6-bisfosfat serta fosfoenolpiruvat, dan diinhibisi oleh ATP, sitrat,
serta asam lemak rantai panjang. Hal ini berarti bahwa aktivitas piruvat kinase diregulasi
dengan cara yang sama seperti fosfofruktokinase. Kedua enzim ini diinhibisi ketika sel dalam
keadaan berenergi tinggi atau ketika tersedia bahan bakar alternatif selain glukosa. Selain itu,
fruktosa 1,6-bisfosfat (produk dari reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase)
mengaktivasi pirůvat kinase, sama seperti fosfoenolpiruvat (substrat dari piruvat kinase). Ini
adalah contoh kendali feedforward positif yang serupa seperti beberapa sirkuit elektronik.
Jadi, ketika fosfofruktokinase diaktivasi oleh rendahnya level ATP, maka enzim ini
menghasilkan salah satu aktivator untuk piruvat kinase (fruktosa 1,6- bisfosfat) yang pada
akhirnya diubah menjadi aktivator kedua bagi piruvat kinase (fosfoenolpiruvat). Kerjasama
antara kedua enzim ini mempercepat glikolisis serta memperluas kemampuan gabungannya
untuk memperlambat proses tersebut. Ketika konsentrasi ATP cukup tinggi, maka kedua
enzim ini terinhibisi. Fosfofruktokinase menurunkan aktivitas terhadap fruktosa 6-fosfat,
sehingga konsentrasi komponen ini naik, dan karena komponen ini berubah menjadi glukosa
6-fosfat (dengan bantuan enzim glukosa 6-fosfat isomerase), maka konsentrasi substrat
tersebut meningkat dan menginhibisi heksokinase.

2.3. NASIB PIRUVAT

Produksi dua molekul piruvat dari satu molekul glukosa terjadi dalam hampir semua sel.
Proses ini mempunyai tiga karakteristik penting, yaitu:
1. Tidak membutuhkan oksigen
2. Dua molekul ADP difosforilasi oleh fosforilasi tingkat substrat
3. Dua molekul NAD+ direduksi
Nasib piruvat dalam sel tertentu selanjutnya tergantung pada kondisi yang berkaitan
dengan kriteria berikut, 1. Ketersediaan oksigen untuk sel; 2. Status energy sel; 3.
Berhubungan dengan mekanisme yang tersedia untuk sel untuk mengoksidasi NADH
menjadi NAD+ . kriteria lain yang mengatur nasib piruvat yaitu tipe sel tempat piruvat

1
terbentuk. Persamaan kimia untuk oksidasi sempurna piruvat adalah C3H4O3 + 2 O2 → 3CO2
2
+ 2H2O . Persamaan ini sebenarnya menunjukkan dua proses oksidatif, pertama oksidasi
piruvat menjadi CO2 dalam siklus asam sitrat: C3H4O3 + 3 H2O → 3CO2 + 10H. Proses kedua

1
yaitu 10H + 2 O2 → 5H2O. Kemampuan untuk memproduksi ATP tergantung pada dua
2
faktor, yaitu:
1. Sel harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan siklus asam sitrat maupun
transpor electron
2. Sel harus memiliki pasokan oksigen.
Jika suatu sel tidak memiliki kemampuan untuk mengoksidasi piruvat, maka produksi ATP
dalam proses glikolisis menjadi terbatas. Semua sel mempunyai jumlah ADP dan P1 yang
cukup karena keduanya merupakan produk dari hidrolisis ATP. Dalam glikolisis yang terjadi
terus menerus, NADH ini harus dioksidasi kembali menjadi NAD+. Hal ini karena sel darah
merah dan sel otot aktif oleh reduksi piruvat menghasilkan laktat, yang berdifusi keluar sel
melalui protein transfor membran tertentu. Reaksi ini dikatalisis oleh laktat dehidrogenase:
Semua sel mamalia mempunyai laktat dehydrogenase, tetapi aktivitas enzim
bervariasi dari jaringan ke jaringan. Variasi ini berkaitan dengan adanya lima bentuk enzim
yang disebut isozim dan isoenzim yang masing-masing memiliki Km”tampak” yang berbeda
untuk piruvat. Isozim laktat dehidrogenase adalah M4, M3H, M2H2, MH3, dan H4.

2.4. GLUKONEOGENESIS
Rangka karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa bukan berasal dari karbohidrat
melainkan diturunkan dari asam-asam amino tertentu. Jalur glikolisis tidak bisa bekerja
sebaliknya secara langsung karena adanya tiga langkah yang irreversibel, ketiga langkah
tersebut dalam glikolisis dikatalisis oleh heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
Langkah-langkah dalam gluconeogenesis yang melewati reaksi-reaksi irreversibel:

Enzim mitokondria piruvat karboksilase mengkatalisis konversi pituvat menjadi oksaloasetat:


Oksaloasetat dikonversi didalam mitokondria menjadi malat:

Malat sitoplasma diubah menjadi oksaloasetat oleh sitoplasmik malat dehydrogenase:

Oksaloasetat sitoplasma diubah secara irreversibel menjadi fosfoenolpiruvat dengan enzim


fosfoenolpiruvat karboksikinase:

2.5. SIKLUS CORI


Lokalisasi enzim-enzim tertentu hanya dalam sel-sek tertentu berarti bahwa beberapa organ
tergantung pada yang lain untuk melengkapi metabolism substrat tertentu. Selama
karbohidrat diperhitungkan, hati dan otot rangka menjalankan suatu kerjasama metabolism
tertentu. Siklus cori:

2.6. METABOLISME GLIKOGEN


Glikogen disintesis dari glukosa 6-fosfat di dalam hati dan otot, lalu disimpan di dalam
jaringan-jaringan ini sebagi butiran halus glikogen. Glikogen yang merupakan polimer dari
glukosa, adalah simpanan energi yang bisa diuraikan dengan cepat yang akhirnya menjadi
glukosa 6-fosfat, yang kemudian memasuki jalur glikolisis. Terdapat sejumlah faktor yang
mengendalikan sintesis dan degradasi glikogen yaitu glikogen sintase dan glikogen
fosforilase, dikontrol secara alosterik dan aktivitasnya diatur oleh glukosa 6-fosfat. Sintesis
dan degradasi glikogen:

2.7. PEMASUKAN KARBOHIDRAT LAIN KE DALAM GLIKOLISIS


Glikolisis didefinisikan sebagai proses perubahan suatu molekul glukosa menjadi dua
molekul piruvat. Karbohidrat lain bisa diubah menjadi piruvat atau menjadi glukosa yang
dapat disimpan sebagai glikogen. Degradasi glikogen menjadi glukosa 1-fosfat merupakan
suatu contoh pemasukan polisakarida kedalam glikolisis, polisakarida lain yang bisa
menyumbangkan unit karbohidratnya adalah tepung. Tepung benar-benar merupakan
campuran dua jenis polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin. Pencernaan tepung
mengakibatkan pembentukan glukosa. Disakarida lain yang biasa di cerna oleh manusia
adalah sukrosa dan laktosa. Tidak semua monosakarida memiliki cara pemasukan yang
sederhana atau langsung ke dalam jalur glikolisis.
2.8. REGENERASI LEVEL NAD+ SITOPLASMA
Kebanyakan sel memiliki kemampuan untuk mendapatkan energy dari tiga jenis bahan
bakar, yaitu karbohidrat, asam amino, dan asam lemak. Sumber energy utama adalah lemak
yang didegradasi dalam mitokondria menjadi asetil KoA. Untuk memastikan bahwa selalu
tersedia NAD+ yang cukup maka sel-sel yang tidak memiliki mitokondria harus memiliki
mekanisme-mekanisme untuk regenerasi NAD+ sitoplasma dari NADH. Sel-sel yang
memiliki mitokondria bisa menggunakan piruvat ketika oksigen tersedia.
2.9. KONTROL GLIKOLISIS
Glikolisis memiliki tiga langkah yang irreversibel, dan enzim yang mengkatalisis reaksi
ini menggunakan Kontrol atas seluruh jalur, enzim pengendali yang utama adalah
fosfofruktokinase. Kontrol lebih lanjut oleh sitrat dan asam lemak rantai panjang menandakan
bahwa ketika senyawa-senyawa ini berlimpah, maka degradasi glukosa menjadi tidak penting
sehingga reaksi jalur glikolisis akan terinhibisi. Mode kontrol lainnya adalah oleh
gliseraldehid-3 fosfat dehydrogenase. Laju glikolisis dalam sel tertentu berubah-ubah dari
waktu ke waktu seiring dengan berubahnya energy yang diperlukan.
2.10. PENGARUH HORMON PADA GLIKOLISISHormon tidak menggunakan kendali
langsung apapun pada laju glikolisis, tetapi tiga hormone memiliki pengaruh tak
langsung. Hormone-hormon ini adalah insulin, glukagon, epinefrin. Insulin dan glukagon
memiliki efek bertolak belakang. Insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah oleh
beberapa cara sedangkan glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Sebagi hormon yang
berasal dari banyak glikagon atau dari epinefri, senyawa-senyawa ini tidak dapat memasuki
sel targetnya secara langsung. Fungsi glikagon adalah untuk meningkatkan konsentrasi
glukosa darah kepada level normal, yang merupakan efek kebalikan dari insulin.
2.11. JALUR PENTOSA FOSFAT
Konsentrasinya, jalur metabolism ini adalah yang utama dalam sel-sel yang terlibat dalam
produksi asam lemak dan steroid, seperti hati, kelenjar lactating mammary, korteks adrenal
dan jaringan adipose. Jalur pentosa fosfat yang tidak membutuhkan oksigen dan yang
terdapat dalam sitoplasma sel-sel ini, memiliki dua nama lain yaitu: jalur fosfoglukonat dan
heksosa monofosfat shunt.

BAB IV

KELEBIHAN & KEKURANGAN BUKU

KELEBIHAN & KEKURANGAN BUKU KE-1

 Kekurangan
- Mulai dari hal yang paling sederhana, yaitu penggunaan tanda baca seperti (.) dan (,)
seperti pada halaman 12 baris ke 21, kalimatnya “lintas akhir katabolisme, karenanya,
menyerupai sungai yang meluas, yang dialiri dari berbagai cabang anak sungai”
penggunaan tanda (,) nya terlalu berlebihan. Sama juga seperti pada halaman 13 di
alinea 4. Dan pada halaman-halamann lainnya
- Sedikit kesalahan penulisan (typo). Seperti, pada halaman 21, di judul kedua dan baris
kedua dari judul tersebut. Kata cara disitu dituliskan “cra”.

 Kelebihan
- Dan tersedia gambar untuk menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi juga keterangan
dari skema di atas, setiap gambar selalu ada keterangan yang tersorot warna biru.
- Dibanding buku-buku yang lain, di buku ini memang secara detail menjelaskan
tentang metabolisme mulai dari step awal dan step akhir.
- Penggunaan tulisan miring dan tergaris bawahi untuk kata-kata asing, lalu dilanjutkan
dengan pengertian. Sebagai contoh pada halaman 16 “karena sifatnya yang isotermal :
suhhu tubuh sama pada semua bagian. Sebaliknya, sejumlah besar energi yang
dibebaskan dari glukosa dan bahan bakar selular ...” lalu pada kata-kata lain di alinea
yang sama
- Memberikan analogi berupa contoh yang mudah dimengerti untuk lebih menjelaskan
kalimat-kalimat yang sekiranya sukar dipahami, tertera pada halaman 18 alinea I baris
ke-7, juga pada halaman yang sama di alinea II. Dan pada halaman-halaman
berikutnya.

KELEBIHAN & KEKURANGAN BUKU KE-2

 Kelebihan
- Menjelaskan dengan baik proses metabolisme karbohidrat
- Terdapat bagan proses metabolisme karbohidrat pada halaman 60.

 Kekurangan
- Terdapat typo pada penulisan pada 57 dan 59. Kesalahan pengetikan yaitu kata
“ernesi” yang terdapat pada halaman 57 dan 59, serta “siklis” “pyruvate” pada
halaman 59.
- Tidak terdapat reaksi-reaksi kimia
- Tidak terdapat soal pertanyaan untuk latihan bagi pembca
- Tidak terdapat glosarium sehingga tidak mengetahui pengertian suatu istilah
- Tidak memiliki identitas buku yang lengkap karena tidak diketahui ISBN pada buku
- Tidak terdapat biografi tentang penulis.
KELEBIHAN & KEKURANGAN BUKU KE-3

 Kelebihan
- Pada buku ini dilengkapi dengan latihan - latihan soal disetiap selesai 1
pembahasan, sehingga dengan latihan tersebut kita bisa mengerjakan nya dan
menjadi lebih mengerti tentang materi yang ada dibuku.
- Pada buku ini juga banyak menyertakan reaksi-reaksi kimia yang membuat para
membeca lebih mengertinya
- Disetiap sub bab dilengkapi dengan contoh-contoh

 Kelemahan

- Bahasa yang digunakan dalam buku merupakan bahasa yang sulit dimengerti.

- Pada buku ini masih banyak terdapat kata-kata yang salah pengetikannya,
contohnya pada halaman 86 dimana kata kontrol diketik menjadi konrol.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari ketiga buku yang sudah kami baca dan rangkum diatas dapat disimpulkan bahwa
karbohidrat adalah kelompok senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O. Senyawa-
senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil dalam bentuk
aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki banyak gugus hidroksil (-OH). Karena itu,
karbohidrat merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan
senyawa-senyawa tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai sembilan atom
karbon disebut monosakarida. Gabungan senyawa-senyawa monosakarida akan membentuk
senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua buah monosakarida
disebut ikatan glikosida.

Setelah zat makanan diserap dari usus ke dalam saluran darah, zat tersebut sudah siap
untuk digunakan oleh tubuh dan dibawa ke sel-sel jaringan. Di dalam jaringan terjadi
pengolahan zat-zat tersebut lebih lanjut dalam bentuk reaksi-reaksi kimia. Keseluruhan
proses reaksi-reaksi kimia di dalam sel-sel jaringan disebut metabolisma atau pertukaran zat.
Proses pengolahan zat-zat makanan yang mempunyai tujuan akhir pertumbuhan dan
penghasilan energi.

Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkoordinasi, mempunyai tujuan, dan
mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multienzim. Metabolisme memiliki empat
fungsi spesifik : (1) untuk memperoleh energi kimia dari degradasi sari makanan yang kaya
energi dari lingkungan atau dari energi solar, (2) untuk mengubah molekul nutrien menjadi
perkusor unit pembangun bagi makromolekul sel, (3) untuk menggabungkan unit-unit
pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida, dan komponen sel lain,
dan (4) untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi
khusus sel.

B. Saran

Setiap buku memiliki kekurangan dan kelebihan, begitupun dengan ketiga buku
Biokimia diatas. Melalui CBR ini semoga hasil dari kritik kami dapat membawa pengaruh
yang positif baik bagi pembaca maupun bagi pengkritik. Hasil CBR ini masih begitu banyak
kesalahan, maka dari itu kami sebagai penulisnya meminta kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ngili, Yohanis, 2009. Biokimia (Metabolisme Dan Bioenergitika), Graha Ilmu : Yogyakarta

Soedarmo, Poerwo dan Achmad Sediaoetama, 1996. Ilmu Gizi. Dian Rakyat

Thenawijaya, Maggy, 1990, Dasar-Dasar Biokimia jilid 2 (principles biochemistry), Erlangga

Anda mungkin juga menyukai