Anda di halaman 1dari 32

CRITICAL BOOK REPORT

Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik


(Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Dan Buku Teks
Dosen Pengampu :

Revita Yuni, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nanda Vecensius Ginting

(7193141003)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report pada mata kuliah
Telaah Kurikulum Dan Buku Teks, yaitu membandingkan, menganalisis, serta mengkritisi
buku berjudul “Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik” dengan buku pembanding
lainnya.
Saya berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum Dan
Buku Teks, Ibu Revita Yuni, S.Pd., M.Pd., yang sudah memberikan bimbingannya kepada
saya selama perkuliahan sehingga saya dapat memahami materi-materi perkuliahan serta
dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas ini. Dengan diberikannya tugas ini, semoga
saya dapat lebih memahami materi-materi pada mata kuliah Telaah Kurikulum Dan Buku
Teks.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, sebelumnya saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
ini dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
tugas ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 30 November 2020

Nanda Vecensius Ginting


NIM. 7193141003

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan CBR........................................................................................................1
1.3 Manfaat CBR..................................................................................................................... 1
1.4 Identitas Buku................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................... 3
RINGKASAN ISI BUKU......................................................................................................................3
2.1 Ringkasan Isi Buku Pegangan............................................................................................ 3
2.2 Ringkasan Buku Pembanding..........................................................................................16
BAB III............................................................................................................................................ 24
PEMBAHASAN............................................................................................................................... 24
3.1 Keunggulan dan Kekurangan Buku................................................................................. 24
BAB IV............................................................................................................................................ 27
PENUTUP....................................................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................27
4.2 Rekomendasi...................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 28
LAMPIRAN..................................................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Mengkritik buku (Critical Book Report) merupakan kegiatan mengulas suatu buku agar
dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam buku tersebut dengan
mengkritik isi dari buku yang telah menjadi bahan materi. Kritik buku sangat penting
karena dapat melatih kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi pembahasan
yang disajikan dalam buku tersebut, sehingga menjadi masukan berharga bagi proses
kreatif kepenulisan lainnya. Critical Buku Report yang berbentuk makalah ini berisi
kesimpulan dari isi buku yang berjudul tentang “Pengembangan Kurikulum Teori Dan
Praktik”. Dalam perjalanan sejarahnya, kurikulum senantiasa berubah dan berganti. Hal itu
telah menjadi sebuah keniscayaan, karena kurikulum sebagai isi dan proses pendidikan
harus senantiasa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana dan kapan kurikulum
tersebut digunakan. Hal ini menambah penting pemahaman terhadap konsep setiap
kurikulum yang ada, agar pengimplementasiannya sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh kurikulum itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan Critical Book Report ini ialah:

1. Dapat membandingkan buku dalam satu topik materi kuliah Telaah Kurikulum Dan
Buku Teks terhadap buku yang berbeda.
2. Menilai kekurangan dan kelebihan buku Pengembangan Kurikulum Teori Dan
Praktik karya Nana Syaodih Sukmadinata dengan buku Pengembangan Kurikulum
(Tinjauan Teoritis) karya Syaifuddin Sabda.

1.3 Manfaat CBR

 Bagi Penulis
1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Dan Buku Teks.
2. Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengkritisi Suatu Buku.

 Bagi Pembaca
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengembangan kurikulum
dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti sari dari sebuah buku yang telah
dilengkapi dengan ringkasan buku,pembahasan isi buku,serta keunggulan dan
kelemahan buku tersebut.

1
1.4 Identitas Buku

 Buku utama
1. Judul : Pengembangan kurikulum teori dan praktik
2. Edisi :1
3. Penulis : Nana Syaodih Sukmadinata
4. Penerbit : Remaja Rosdakarya
5. Kota terbit : Bandung
6. Tahun terbit : 1997
7. Tebal buku : viii+219 hlm
8. ISBN : 979-514-601-7
 Buku pembanding
1. Judul : Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis)
2. Edisi :1
3. Penulis : Prof. Dr. Syaifuddin Sabda, M.Ag.
4. Penerbit : Aswaja Pressindo
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. Tebal buku : vii+ 349 hlm
8. ISBN : 978-602-6791-55-9

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Ringkasan Isi Buku Pegangan

BAB 1 KONSEP KURIKULUM

Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz
Johnson (1967, hlm. 130) kurikulum "prescribes (or at least anticipates) the result of in- struction".
Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang
jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga
merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi
sumber konsepkonsep atau memberikan landasan-landasan teoretis bagi pengembangan kurikulum
berbagai institusi pendidikan.

Konsep Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama,
kurikulum merupakan kumpulan matamata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh
siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu
pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu kurikulum sebagai "... a racecourse of subject
matters to be mastered" (Robert S. Zais, 1976, hlm. 7).

Suatu kurikulum, apakah itu kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi;
kurikulum sekolah umum, kejuruan, dan lainlain merupakan perwujudan atau penerapan teori-teori
kurikulum. Teori-teori tersebut merupakan hasil pengkajian, penelitian, dan pengembangan para ahli
kurikulum. Kumpulan teori-teori kurikulum membentuk suatu ilmu atau bidang studi kurikulum.

Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan

Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun
dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan suatu teori kurikulum diturunkan atau
dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana konkret
penerapan dari suatu teori pendidikan. Untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan,
dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model-model konsep kurikulum dari masing-masing teori
tersebut. Minimal ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan dan
dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan
interaksional, dan teknologi pendidikan.

BAB 2 TEORI KURIKULUM

3
Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu ilmu, melainkan
suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan,
khususnya kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di sekolah, dibandingkan dengan
dari penerapan teori-teori yang sudah mapan. Perubahan atau penambahan isi kurikulum sering
diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis
itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama. Pada bab ini akan diuraikan apa, mengapa, dan
bagaimana teori, khususnya pentingnya ilasar-dasar teoretis dalam pengembangan suatu kurikulum.

Teori Kurikulum

1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
2. Perkernbangan teori kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangannya.
Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry,
tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang
sebagai ahli kurikulum yang pertama, ia perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah
orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan
keputusan dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam
mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan
kurikulum.

Semua rumusan teori kurikulum diawali dengan definisi. Definisi di sini bukan sekadar definisi istilah,
melainkan definisi konsep, isi dan ruang lingkup, serta struktur.

Sumber Pengembangan Kurikulum

Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang menjadi sumber atau landasan inti
penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan
orang dewasa. Karena sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama
isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum mendasarkan
kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang dewasa.

Desain dan Rekayasa Kurikulum

Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua subteori dari teori kurikulum, yaitu desain kurikulum
(curriculum design) dan rekayasa kurikulum (curriculum engineering). Desain kurikulum merupakan
suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap
perkembangan pendidikan.

Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum, Beauchamp (hlm. 82)
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu:

4
 Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang
dicakupnya.
 Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber pangkal
tolaknya.
 Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya.
 Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulumnya serta interaksi
di antara proses tersebut.
 Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya.

BAB 3 LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Filosofis

Pendapat para filsuf umumnya memandang filsafat umum sebagai dasar dari filsafat pendidikan, tetapi
John Dewey umpamanya mempunyai pandangan yang hampir sama dengan Butler. Bagi Dewey, filsafat
dan filsafat pendidikan adalah sama, sebagaimana juga pendidikan menurut Dewey sama dengan
kehidupan. Seperti halnya dalam filsafat umum, dalam filsafat pendidikan pun dikenal banyak
pandangan atau aliran. Setiap pandangan mempunyai landasan metafisika, epistemilogi, dan aksiologi
tentang masalah pendidikan yang berbeda.

Landasan Psikologis

Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar,
baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun
pemecahan masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagai
kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar anak-anak belajar. Cara belajar-
mengajar mana yang dapat memberikan hasil secara optimal serta bagaimana proses pelaksanaannya
membutuhkan studi yang sistematik dan mendalam. Studi yang demikian merupakan bidang pengkajian
dari Psikologi Belajar.

Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu Psikologi
Perkembangan dan Psikologi Belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan,
memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik
penilaian.

BAB 4 LANDASAN SOSIAL-BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI DALAM


PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendidikan dan Masyarakat

Ada tiga sifat penting pendidikan.

 Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai.


 Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat.

5
 Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan
itu berlangsung.

Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa
anggota masyarakat yang mandiri dan produktif. Hal itu merefleksikan konsep adanya tuntutan
individual (pribadi) dan sosial dari orang dewasa kepada generasi muda. Tuntutan individual merupakan
harapan orang dewasa agar generasi muda dapat mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan
segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Tuntutan sosial adalah harapan orang dewasa agar
anak mampu bertingkah laku, berbuat dan hidup dengan baik dalam berbagai situasi dan lingkungan
masyarakat.

Perkembangan Masyarakat

Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu
perkembangannya sangat cepat, tetapi pada masyarakat lainnya agak lambat bahkan lambat sekali.
Karena adanya pengaruh dari perkembangan teknologi, terutama teknologi industri transportasi,
komunikasi, telekomunikasi dan elektronika, masyarakat kita dewasa ini berkembang sangat cepat
menuju masyarakat terbuka, masyarakat informasi dan global.

Perubahan pola pekerjaan

Karena pengaruh perkembangan teknologi maka terjadi perubahan yang cukup drastis dalam pola
pekerjaan. Masyarakat secara berangsur-angsur, terutama di perkotaan sering terjadi loncatan, berubah
dari kehidupan yang berpola agraris ke pola kehidupan industri. Pola kehidupan agraris memiliki
kesamaan, hidup yang lebih santai, cara kerja yang teratur, rasa kerja sama yang tinggi, perubahan yang
lamban, dan sebagainya.

Perubahan peranan wanita

Dewasa ini jumlah wanita yang berpendidikan relatif seimbang dengan dengan pria, sebagai akibat
ernansipasi yang membuka kesempatan kepada kaum wanita untuk memperoleh pendidikan. Diperkuat
dengan perubahan pandangan tentang kedudukan wanita, wanita tidak lagi hanya bekerja di rumah,
mengurus anak dan keluarga seperti pada pola kehidupan lama. Wanita memiliki peluang yang sama
dengan pria, bekerja hampir pada seluruh sektor pekerjaan. Keadaan ini membawa beberapa implikasi,
baik bagi kehidupan sosial-pribadi para wanita, kehidupan keluarga, maupun dalam situasi kerja.

Perubahan kehidupan keluarga

Di samping memperoleh nilai lebih dari pola kerja pada masyarakat modern, beberapa masalah juga
dihadapi dalam kehidupan keluarga. Kesibukan kerja/karier dalam batas-batas wajar memungkinkan
anggota keluarga melaksanakan tugasnya dengan baik. Kesibukan di luar batas kewajaran bisa
mengorbankan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga. Bapak tidak lagi melaksanakan tugas sebagai kepala
keluarga, demikian juga ibu dan anak. Hubungan harmonis antara suami dan istri, komunikasi pedagogis
antara orang tua dan anak bisa sangat terbatas, bahkan mungkin hilang. Karena sangat sibuknya setiap

6
anggota keluarga, bisa terjadi rumah hanya berfungsi sebagai tempat parkin Dalam situasi demikian,
berbagai masalah keluarga bisa timbul.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Masa setelah abad pertengahan
sering disebut zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh
penemuan dan basil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales, Phythagoras, Leucipos, Demokritos,
Socrates, Plato, Aristoteles, Euclid, Archimides, Aristarhus yang hidup sebelum Masehi, sampai kepada
A1-Khawarizmi yang hidup pada abad ke-9. Perkembangan ilmu pengetahuan modern tidak dapat
dilepaskan dari peranan ilmuwan Muslim, seperti dikemukakan Briffault dalam Making of Humanity
(dalam C.A. Qodir, 1995 : 2).

Perkembangan Teknologi

Dari para ahli, kita sering mendengar pernyataan bahwa ilmu bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan dapai mem herikan sumbangan
kepada bidang-bidang kehidupan atau ilmu yang lainnya. Sumbangan yang berupa penggunaan atau
penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap bidangbidang lain disebut teknologi.

Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung, maupun tidak langsung menuntut
perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
memberikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung
adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan perkembangan masyarakat, dan
perkembangan masyarakat menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan dengan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan barn yang dikembangkan dalam pendidikan.

BAB 5 MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

Kurikulum Subjek Akademis

Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti
bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah, dan sebagainya. Kurikulum subjek
akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya
secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat
bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.

Kurikulum Humanistik

7
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan
konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan
J.J. Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka
bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. la
adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai
potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang
pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan
diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).

Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih
memusatkan perhatian pada problema- problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri,
melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara
sisvva dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungan- nya,
dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik.

Teknologi dan Kurikulum

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu
bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat
keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan
teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat
teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana
penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan
penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film
dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan
komputer, dan lain-lain.

BAB 6 ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

Komponen-Komponen Kurikulum

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki
susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponenkomponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama
adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat
komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain. Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau

8
relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antarkomponen-komponen
kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi
sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.

Desain Kurikulum

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.


Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal.
Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering
diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan
sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah,
kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.

Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain
kurikulum, yaitu:

 Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
 Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
 Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada masalahmasalah yang dihadapi
dalam masyarakat.

BAB 7 PROSES PENGAJARAN

Keseimbangan Antara Isi dan Proses

Di dalam pelaksanaan kurikulum kita mengharapkan para siswa menguasai sebanyak-banyaknya bahan
yang terbaik dan diperoleh dengan cara yang terbaik pula. Meskipun ideal hal tersebut sangat sulit kita
capai, namun bukan sesuatu yang mustahil Kesulitannya bukan saja disebabkan adanya ciri yang
cenderung kontradiktif antara keduanya, tetapi juga karena banyaknya faktor yang turut mempengaruhi
pelaksanaan kurikulum atau pengajaran Keberhasilan pengajaran atau pelaksanaan suatu kurikulum
sangat dipengaruhi kondisi dan aktivitas siswa, guru, serta para pelaksana kurikulum lainnya; oleh
kondisi lingkungan fisik, sosial budaya dan psikologis sekitar, oleh kondisi dan kelengkapan sarana dan
prasarana baik di sekolah maupun dalam keluarga. Pendidikan dan pengajaran selaln berlangsung dalam
keterbatasan-keterbatasan, kemampuan, fasilitas, waktu, tempat maupun biaya. Yang harus selalu
diupayakan oleh para penyusun, pengembang dan pelaksana pendidikan umumnya, kurikulum
khususnya, adalah mengoptimalkan hasil sesuai dengan kondisi yang ada, di samping mengoptimalkan
isi dan prosesnya sendiri.

Isi Kurikulum

Ada empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertatna, peranan struktur bahan, dan
bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Hal yang sangat penting dalam menyusun dan

9
mengembangkan kurikulum adalah bagaimana memberikan pengertian kepada siswa tentang struktur
yang mendasar terhadap tiap mata pelajaran. Bagaimana mengajarkan struktur mendasar secara efektif,
serta bagaimana menciptakan kondisi belajar yang mendukung hal tersebut. Kedua, proses belajar
menekankan pada berpikir intuitif. Berpikir intuitif merupakan teknik intelektual untuk mencapai
formulasi tentatif tanpa mengadakan analisis langkah demi langkah. Ketiga, masalah kesiapan (readiness)
dalam belajar. Pada masa lalu, sekolah banyak membuang vvaktu untuk mengajarkan hal-hal yang
terlalu sulit bagi anak, karena kurang memperhatikan kesiapan belajar. Keempat, dorongan untuk
belajar (learning motives) serta bagaimana membangkitkan motif tersebut.

BAB 8 PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip umum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

 Prinsip reigansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.
 fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel.
 kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti.
 praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini
juga disebut prinsip efisiensi.
 efektivitas. Walatipun kurikulum tersebut sederhana dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas.

Prinsip-prinsip khusus

Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan
dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.

 Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan


 Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
 Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
 Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
 Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Pengembang Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator
pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua

10
murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terusmenerus turut terlibat
dalam pengembangan kurikulum adalah: administrator, guru, dan orang tua.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dilain masyarakat, terutama dari
perguruan tinggi dan masyarakat.

Perguruan tinggi

Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan
ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan).

Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di
mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi
tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Sistem nilai

Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun
nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
penerusan nilainilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum.

Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum

Artikulasi dalam pendidikan berarti "kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar". Untuk
merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal
yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan
perluasan dan kesinambungan kurikulum. Bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud
kesinambungan pengalaman belajar sejak TK sampai Perguruan Tinggi, juga antara satu bidang studi
dengan bidang studi lainnya secara horizontal. Tanpa artikulasi akan terdapat keragaman baik dalam isi,
metode maupun perhatian terhadap perkembangan anak.

Hambatan-hambatan pengembangan kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru.
Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberapa hal. Pertama

11
kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala
sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.

Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan
masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem
pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta
dan pemikiran dari masyarakat.

Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya. Untuk pengembangan
kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta
kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan
dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi
berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek
akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.

Sekurang-kurangnya dikenal delapan model pengembangan kurikulum, yaitu:

1. the administrative (line staff) model


2. the grass roots model
3. Beauchamp's system
4. the demonstration model
5. Taba's inverted model
6. Roger's interpersonal relations model
7. the systematic action research model
8. emerging technical model.

BAB 9 EVALUASI KURIKULUM

Evaluasi dan Kurikulum

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada
umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat
digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model
kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa,

12
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya.

Konsep Kurikulum

Kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas. Banyak teori tentang kurikulum berupa
teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar filosofis, dan pada konser
konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia ini menunjukkan betapa luasnya teori- teori tentang
kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih
menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.

Implementasi dan Evaluasi Kurikulum

Macam-macarn model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspekaspek tertentu yang diutamakan
dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat komparatif berkaitan erat dengan
tingkahtingkah laku individu, evaluasi yang menekankan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang
menekankan pada bahan ajaran atau isi kurikulum, model (pendekatan) antropologis dalam evaluasi
ditujukan untuk mengevaluasi tingkah-tingkah laku dalam suatu lembaga sosial. Dengan demikian
sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori
kurikulum juga merupakan teori dari evaluasi kurikulum.

Peranan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, pertama
mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu keputusan. Kegiatan yang pertama mungkin
juga mengandung segisegi nilai (terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang
akan dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang kedua, yaitu
menentukan keputusan menunjukkan suatu evaluasi, dasar pertimbangan yang digunakan adalah suatu
perangkat nilai-nilai.

Model-Model Evaluasi Kurikulum

Evaluasi model penelitian

Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes
psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai
dua bentuk, yaitu tes inteligensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil
belajar yang mengukur perilaku skolastik.

Pertama dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun pendapat-pendapat
orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan
kurikulum, kegiatan penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif. Dalam hal-hal tertentu sering evaluator
bekerja sebagai bagian dari tim pengembang. Informasi-informasi yang diperoleh dari hasil penilaiannya

13
digunakan untuk penyempurnaan inovasi yang sedang berjalan. Evaluasi ini sering disebut evaluasi
formatif. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat
objektif (tujuan khusus).

Model campuran multivariasi

Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi
model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua
pendekatan tersebut. Strategi ini memungkinkan pembandingan lebih dari satu kurikulum dan secara
serempak keberhasilan flap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masingmasing kurikulum.

BAB 10 GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Guru sebagai Pendidik Profesional

Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara pagesional, tetapi
juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi pengembangan model
pendidikan profesional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990,
dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu:

1. Memiliki fungsi dan signifikansi social


2. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.
3. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.
7. Memiliki kode etik.
8. Kebebasan untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya.
9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi.
10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.

Guru sebagai Pembimbing Belajar

Pada keempat konsep pendidikan yang telah diuraikan di muka terdapat perbedaan peranan atau
kedudukan guru. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu,
sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam Konsep
interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru
lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing. Dalam praktik pendidikan di sekolah,
jarang sekali digunakan satu konsep pendidikan secara utuh. Pada umumnya pelaksanaan pendidikan
bersifat eklektik, mungkin mencampurkan dua, tiga bahkan mungkin keempat-empatnya.

Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum

14
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan
evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum
makro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kuri- kulum mikro
dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kuriku- lum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu
tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulurn untuk
saw tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut juga program tahunan, semesteran, catur
wulanan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu atau hari, disebut satuan pelajaran. Program
tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun satuan pelajaran memiliki kornponen-komponen yang
sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan
kedalamannya berbeda-beda.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi

Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah
atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah
serta kemampuan sekolah atau sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya
sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri, tetapi kurikulum ini cukup
realistis.

Pendidikan Guru

Masalah pendidikan guru

Masalah pendidikan guru tidak dapat dilepaskan dari masalah pendidikan secara keseluruhan. Dalam
pendidikan di Indonesia kita menghadapi dua masalah besar, yaitu masalah kuantitas dan kualitas
pendidikan. Masalah pertama kuantitas pendidikan, berkenaan dengan penyediaan fasilitas belajar bagi
semua anak usia sekolah. Hal itu berkenaan dengan penyediaan ruang kelas, gedung dan peralatan
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.

Masalah kedua yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah menyangkut kualitas. Masyarakat
dan para ahli pendidikan banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti
yang diharapkan. Banyak faktor yang mungkin melatarbelakangi hal tersebut. Selain masih kurangnya
sarana dan fasilitas belajar yang tersedia, adalah karena faktor guru. Hal itu pun mungkin disebabkan
dua hal, pertama guru belum atau tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, dan kedua mungkin karena
kemampuan profesional guru yang memang masih kurang.

Standardisasi pendidikan guru

Ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan pendidikan guru.

1. Syarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, tetapi
prosedurnya cukup fleksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok.

15
2. Program pendidikan guru hendakriya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu pendidikan
umum, minimal satu bidang spesialisasi, dan keahlian dalam kurikulum dan pengajaran.
3. Perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang
bervariasi, seperti: tes tertulis, lisan, pengamatan praktik secara langsung dan melalui video, serta
penilaian atas hasil kerja mereka. Hanya yang memperlihatkan hasil-hasil yang baiklah yang dapat
diluluskan, yang lain perlu pembinaan lagi.
4. Program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkikan calon guru bisa
bekerja dengan baik.
5. Perlu ada lembaga yang memberikan legalitas terhadap kelayakan program pendidikan guru,
standar yang digunakan serta memberikan sertifikasi terhadap guru.

2.2 Ringkasan Buku Pembanding

BAB 3 MODEL-MODEL KURIKULUM

Secara teoritis setidaknya kurikulum dapat dikelompokkan dalam empat model, yaitu:

Kurikulum Subyek Akademik

Kurikulum subjek akademik adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan/berbasis pada


mata/materi pelajaran dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik. Model kurikulum ini sangat menonjolkan atau mengutamakan isi atau materi
pengajaran dalam pendidikan.

Kurikulum Humanistik

Berbeda dengan model kurikulum subyek akademik yang sangat menekankan pada pengusaan materi
atau pengetahuan pada anak, model kurikulum humanistik sangat menekankan pada pengembangan
potensi-potensi yang ada pada masing-masing individu anak secara keseluruhan. Hal ini tentu sesuai
dengan namanya “humanistik” yang berarti sesuatu yang lebih bersifat kemanusiaan. Dengan demikian
konsep kurikulum humanistik ini dimaksudkan untuk mendidik anak sesuai dengan hakekat
kemanusiaannya.

Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Berbeda dengan dua model kurikulum di atas, model ini lebih menekankan pada pembekalan anak didik
untuk dapat menghadapi berbagai persoalan dalah kehidupannya di masyarakat. Hal ini sesuai dengan
namanya “rekonstruksi sosial” yang berarti membangun kembali kehidupan masyarakat menjadi lebih
baik. Gagasan ini muncul di tahun 1920-an, antara lain dipelopori oleh Harold Rug. Ia berpandangan
bahwa telah terdapat kesenjangan dan gap antara kurikulum dengan masyarakat pada saat itu. Oleh
karena itu ia ingin para siswa memiliki pengetahuan dan konsep baru. Dengan pengetahuan dan konsep
baru tersebut dapat mengidentifikasi dan memecahkan berbagai permasalahan sosial, dan pada
gilirannya diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih baik.

16
Kurikulum Teknologis.

Sesuai dengan namanya, model kurikulum ini lebih menonjolkan aspek pemanfaatan teknologi dalam
pembelajarannya. Penggunaan teknologi dimaksud, baik teknologi dalam bentuk perangkat keras
(hardware) maupun perangkat lunak (software). Penerapan perangkat keras dalam pendidikan,
sesungguhnya telah ada sejak dahulu, seperti papan tulis, buku tulis, kapur dan alat tulis lainnya. Akan
tetapi semuanya masih dalam bentuk alat yang sangat sederhana dan perannyapun masih sangat
sederhana dan terbatas. Dewasa ini sesuai dengan perkembangnnya, alat-alat yang digunakan semakin
canggih, seperti: film, video, kumputer, internet, dan lain-lain.

BAB 4 ANATOMI KURIKULUM

Anatomi kurikulum menggambarkan tentang jenis dan komponen-komponen yang seharusnya ada pada
pada kurikulum atau batang tubuh setiap kurikulum. Adapun desain kurikulum menggambarkan tentang
bentuk desain suatu kurikulum yang dapat dipilih dan dipakai pada sebuah kurikulum.

Anatomi Kurikulum

Dikemukakan oleh Tyler, sebuah kurikulum minimal berisikan: 1. perumusan tujuan yang ingin dicapai; 2.
pengamalan pendidikan atau isi/materi yang dianggap dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai; 3)
bagaimana pengorganisasian kegiatan (pelaksanaan) kurikulum tersebut sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan; dan 3). Bagaimana memastikan atau mengevaluasi tercapainya tujuan yang
telah dirumuskan terasebut. Ringkasnya, sebuah kurikulum, menurut Tyler harus berisikan tujuan,
materi, organisasi pelaksanaan, dan evaluasi.

Dalam konsep kurikulum nasional (Indonesia), hal-hal yang terkait dengan komponen kurikulum ini
dikenal dengan istilah beberapa standar nasional, yaitu: 1. Standar Hasil (Tujuan); 2. Standar Isi (Materi);
3. Standar proses (organisasi dan strategi pelaksanaan); dan 4. Standar Evaluasi (Evaluasi).

Komponen Isi Kurikulum

Dalam menentukan isi atau materi kurikulum tidak bisa dilepaskan dari filsosofi dan teori pendidikan
yang dgunakan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari
filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi menjadi hal yang utama.
Dalam hal ini, materi kurikulum disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :

1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang
menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara
variabelvariabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan
definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat
atau pembuktian dalam penelitian.

17
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara
beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan
peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi,
orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu
uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis
besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum.

Strategi Pelaksanaan Kurikulum

Dalam praktek penerapan kurikulum di Indonesia strategi implementasi adalah merupakan sejumlah
pedoman penjabaran atau pengembangan kurikulum di bawahnya. Dengan demikian pengembangan
kurikulum pada tataran instruksional dalam bentuk pengembangan desain perencanaan pembelajaran
adalah merupakan bentuk implementasi dari kurikulum setiap mata pelajaran. Penjabaran kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran adalah merupakan bentuk implementasi kurikulum tingkat institutsional.
Begitu juga pengembangan kurikulum pada tingkat institusional adalah merupakan pengembangan atau
impelementasi dari kurikulum tingkat nasional.

Evaluasi Kurikulum

Perlu dibedakan antara evaluasi pembelajaran dengan evaluasi kurikulum. Evaluasi pembelajaran adalah
evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, baik di awal (pre-test, proses, dan post-test).
Sedangkan evaluasi kurikulum adalah kegiatan evaluasi atas dokumen, proses, dan hasil implementasi
kurikulum.

BAB 5 MODEL DESAIN KURIKULUM

MODEL-MODEL DESAIN KURIKULUM

Berbagai moel desain kurikulum, menurut Zais (1976) dapat dikelompokkan pada beberapa model, yaitu:

Subject Centered Design

Desain kurikulum “subject centered design” ini berkembang dari konsep pendidikan Klasik yang
memandang pentingnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai masa lalu bagi anak didik. Oleh
karena itu pendesainan kurikulum model ini berbasiskan pada materi pelajaran yang telah terstuktur
dalam bentuk sejumlah mata-mata pelajaran yang ada masa lalu.

18
The Learner Centered Design

Konsep learner centered design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam yang
menekankan perkembangan anak. Merurut pendangan model ini, dalam pendidikan dan pengajaran
yang menjadi subyek (pemegang peran utama) adalah anak. Guru hanya berperan menciptakan situasi
belajar, mendorong, membimbing sesuai dengan kebutuhan anak sebab anak punya potensi untuk
berbuat, berperilaku dan berkembang. Ciri utama dari model ini adalah pentingnya eksistensi siswa
dalam proses pendidikan. Perorganisasian kurikulum didasarkan pada minat, kebutuhan dan tujuan
siswa.

The Problems Centered Design

Karena fokus model “problems centered design” pada problem-problem kehidupan, baik individual
maupun sosial, maka problem-problem kehidupan yang menjadi bidang-bidang kehidupan dari model
ini sangat banyak dan terbuka (inklusif). Oleh karena itu variasi tema dan fokus dari model desain
kurikulum ini juga sangat luas dan inklusif, seperti: situasi kehidupan yang berkembang terus menerus,
fungsi-fungsi sosial yang utama, problemproblem sosial kontemporer, bidang-bidang kehidupan,
kecenderungan (konsern) anak muda baik secara individual dan/atau sosial, dan bahkan proyek-proyek
kegiatan sosial untuk konstruksi masyarakat.

The “Unencapsulation” Design

Menurut Joseph Royce (1964:13), sebagai pengagas dari model ini, model ini dikembangkan dalam
rangka memitigasi (menghilangkan) berbagai efek dari pembatasan (encapsulation). Desain ini didasari
oleh pandangan bahwa secara umum manusia memiliki persepsi dan pemahaman tentang realitas
sesuai dengan kenyataannya. Akan tetapi disebabkan berbagai keterbatasan, dia hanya memiliki image
yang parsial dan terdistorsi dari apa yang ada pada kenyataan sesungguhnya. Berdasarkan hal itu, maka
tujuan dari model kurikulum ini adalah untuk menghasilkan “manusia yang lebih baik” yang memiliki
behavior yang dibangun dengan pengetahuan yang umumnya diperlukan dan berimbang (sound and
balanced knowledge), bukan dengan persepsi yang terdistorsi dan perasangka buruk yang tidak disadari.
Jelasnya, desain ini diperuntukan untuk pendidikan umum (general education), bukan untuk profesi
kerja dan bentuk pendidikan khusus lainnya.

BAB 7 PENGEMBANGAN KURIKULUM

Konsep Pengembangan Kurikulum

Secara garis besar pengembangan kurikulum dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:

Pengembangan kurikulum yang baru (curriculum construction). Pengembangan kurikulum ini adalah
pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk satu lembaga pendidikan yang baru, atau untuk sebuah
mata pelajaran baru, atau dapat juga untuk sebuah kegiatan pembelajaran yang baru, yang sebelumnya
sama sekali belum ada kurikulumnya.

19
Menyempurakan kurikulum yang telah ada (curriculum reconstruction). Pengembangan kurikulum yang
merupakan rekonstruksi kurikulum yang telah ada adalah pengembangan kurikulum yang telah
dianggap ketinggalan Pengembangan kurikulum dalam bentuk memperbaiki kurikulum yang telah ada
menjadi sebuah konsep kurikulum yang baru. Dalam hal ini lingkup kegiatannya dapat diacu dari apa
yang dikemukakan oleh R.G. Havelock (1976) sebagaimana dikutip oleh Nasution (1987:158-159)
digolongkan dalam enam jenis:

 Substitusi, penggantian atau penukaran, misalnya mengganti komponen kurikulum yang lama
dengan yang baru.
 Alterasi atau mengadakan perubahan dalam struktur yang ada, misalnya struktur organisasi
kurikulum yang lama dengan yang baru yang sesuai dengan kebutuhan sekarang.
 Penambahan, tanpa mengganggu pola yang lama, misalnya menambahkan sarana dan alat bantu,
bahan pelajaran baru, dan lain-lain.
 Re-strukturisasi, misalnya mengadakan reorganisasi kurikulum dan jadwal pelajaran yang dapat
memerlukan perubahan yang mendalam tentang hubungan antar pribadi, misalnya dengan
menjalankan team-teaching, pendekatan terpadu.
 Penghapusan cara-cara lama, misalnya menghapuskan metode yang hanya menggunakan satu buku
pelajaran sebagai sumber satu-satunya dan mengutamakan proses belajar dengan memanfaatkan
banyak sumber seperti perpus-takaan, lingkungan, dan sebagainya, penghapusan pengajaran klasik,
pengha-pusan sistem ujian, penghapusan buku rapor tradisional, dan lain-lain.
 Penguatan yang lama, yaitu memantapkan cara-cara lama akan tetapi dilengkapi dengan
pengetahuan yang mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penataran dan
penyegaran.

Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum

Robert S. Zais (1976) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Principles and Foundations”
mengemukakan ada empat hal yang melandasi lahirnya sebuah kurikulum, yaitu

1. Pandangan filosofis tentang hakekat pengetahuan (Philosophy Nature of Knowledge


2. Pertimbangan dasar tentang Masyarakat dan Budaya (Society and Culture Basic Consideration)
3. Pertimbangan tentang individual (The Individual Basic Considerations)
4. Pandangan tentang Teori-teori Belajar (Learning Theories).

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah merupakan hal-hal dan kaidah-kaidah yang sangat
orgen untuk diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
tersebut kurikulum yang dihasilkan akan lebih sempurna dan tepat guna. Prinsip dalam pengembangan
kurikulum, pada dasarnya dapat dibagi dalam dua, yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip
khusus. Prinsip-prinsip umum adalah perinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan yang harus
diperhatikan pada setiap pengembangan kurikulum oleh siapapun dan di manapun. prinsip-prinsip
umum pengembangan kurikulum tersebut meliputi: prinsip efektivitas, efisiensi, relevansi, fleksibilitas,

20
kontinuitas, dan sebagainya. Adapun prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan terkait dengan pengembangan aspek-aspek yang terdapat dalam anatomi kurikulum,
seperti prinsip khusus dalam pengembangan tujuan kurikulum, isi, strategi impelemntasi, dan evaluasi.
Selain itu, prinsip khusus juga dikaitkan dengan pengembangan kurikulum untuk sebuah jenis kurikulum
tertentu pada suatu Negara atau sekolah yang dianggap penting secara khusus oleh Negara atau sekolah
yang bersangkutan.

Model-model Pengembangan Kurikulum

Dalam sajian berikut akan dideskripsikan model-model sebagaimana dikemukakan oleh Zais tersebut, di
samping model-model lain yang dikembangkan oleh para pakar kurikulum lain yang tidak disebutkan
oleh Zais.

The Administrative (Line-Staff) Model

Istilah lain dari “the administrative model (model administraif) adalah “Line-Staff (garis-staf)”.
Dinamakan dengan istilah-istilah tersebut karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para
administrator (pendidikan) dan menggunakan prosedur kerja secara administratif berdasarkan alur
hirarki jabatan (line-staff). Oleh karena itu, model ini, sering juga disebut dengan istilah model “top-
downward (dari atas ke bawah)”.

The Grass-Roots Model

Dalam bahasa Inggeris “grass” berarti rumput, sedangkan “root” berarti akar. Jadi “grass-root” berarti
akar rumput, sebuah kata kiasan yang berarti orang-orang yang berada pada starata yang laing bawah
atau pada tingkat bawah. Dengan demikian secara harfiah “The Grass-Roots Model” dapat diartikan
sebagai sebuah model pengembangan kurikulum yang dikembangkan dari akar rumput atau dari bawah,
yang dalam dunia pendidikan tidak lain adalah para guru sebagai pelaku atau pelaksana kurikulum di
sekolah.

The Demonstration Model

Model demonstratif ini pada dasarnya hampir sama atau bersifat “grass-roots”. Hanya saja model ini
didesain untuk pengembangan kurikulum dalam skala kecil atau terbatas, untuk suatu komponen
kurikulum atau seluruh komponen kurikulum, untuk kurikulum satu atau beberapa sekolah. (Zais, 1976:
450). Pengembangan kurikulum dengan model ini ditujukan untuk mengganti atau merubah kurikulum
yang sudah ada. Oleh karena itu, pengembangan dengan model ini sering mendapat tantangan dari
pihak-pihak tertentu.

Tabas‘s Inverted Model

Model terbalik Taba (Taba‘s inverted Model) ini mencakup lima tahap atau langkah berikut:

1. membuat unit-unit ekspremen

21
2. pengujian unit-unit eksperimen
3. revisi dan konsolidasi unit-unit kurikulum
4. pengembangan kerangka keseluruhan desain kurikulum
5. implementasi dan diseminasi

Beauchamps System Model

Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh George Beauchamp seorang ahli kurikulum,
khsusunya sebagaimana yang terdapat dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Theory”. Beauchamp
mengemukakan lima rangkaian kegiatan dalam pengembangan kurikulum.

1. menetapkan arena (lingkup wilayah) yang menjadi skop (cakupan) dari pengembangan suatu
kurikulum
2. menyeleksi dan dan menetapkan orang yang dilibatkan dalam pengembangan kurikulum
3. organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
4. implementasi kurikulum
5. evaluasi kurikulum

Rogers Interpersonal Relations Model

Model pengembangan kurikulum Roger didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan (jika masyarakat


dihadapkan pada perubahan-perubahan kontemporer) untuk mengkreasi dan menata iklim perubahan
yang kondusif. Dia berpegang pada pandangan bahwa “kita tidak dapat beristirahat dari pertanyaan-
pertanyaan yang disiapkan oleh masa lalu, tetapi kita harus yakin dalam proses itu dengan problem-
problem baru yang ditemui”. Oleh karena itu, sebuah kurikulum yang diperlukan adalah yang akan
“mengembangkan individu-individu yang terbuka untuk berubah, yang pleksibel dan adaptif, dan yang
mempelajari bagaimana belajar (learned how to learn)(Roger, 1967:717).

BAB 8 IMPLEMENTASI KURIKULUM

Model-model Implementasi Kurikulum

Miller & Seller (1985) mengemukakan ada tiga model implementasi kurikulum, yaitu:

1. Concern-Based Adoption Models (CBAM)


2. The Inovations Profile Models
3. Trust Opening Realization Independence (TORI) Model

BAB 9 EVALUASI KURIKULUM

Permasalahan Evaluasi Kurikulum

problem evaluasi juga terdapat pada ketiadaan sumber daya manusia yang benar-benar ahli dalam
evaluasi kurikulum dan punya komitmen dan kesungguhan untuk melaksanakan dan memanfaatkan

22
evaluasi kurikulum untuk perbaikan pendidikan. Ketiadaan sumber daya manusia yang ekspert dank
komet ini, baik yang ada di setiap lembaga pendidikan (guru, kepala sekolah dan tenaga lainya) maupun
juga yang ada di instansi yang bertanggung jawab terhadap kurikulum dan pendidikan secara
keseluruhan.

Tujuan dan Cakupan Evaluasi kurikulum

Evaluasi kurikulum merupakan suatu kegiatan yang sangat luas dan berkelanjutan untuk mengetahui
hasil-hasil penggunaan isi dan proses pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi
kurikulum juga mencakup cakupan yang sangat luas, dari yang sangat informal sampai dengan yang
bersifat formal, dari yang saangat sempit (terbatas) dsampai dengan yang cakupannya sangat luas.

Model-model Evaluasi Kurikulum

ada beberapa model evaluasi kurikulum yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli kurikulum, yang
masing-masing memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan tujuan dan lingkup evaluasi yang
diinginkan. Dengan demikian ada evaluasi yang simple dan ada yang kompleks, seperti model evaluasi
kurikulum yang dikembangkan oleh Saylor, Alexander, dan Lewes yang menurut Oliva (1991) sebagai
model yang komprehensif namun lebih mudah difahami. Sementara model yang dikembangkan oleh Phi
Delta Kappa National Study Committee on Evaluation, yang dinilai oleh Oliva (1991) sebagai model yang
cukup kompleks yang menggunakan istilahisilah teknikal.

23
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keunggulan dan Kekurangan Buku

Buku Kelebihan Kekurangan


Utama  Susunan penulisan materi  Tidak adanya rangkaian soal
sangat teratur dan saling ataupun uji kompetensi
berkaitan, meteri yang di diakhir bab untuk menguji
paparkan sangat jelas dengan seberapa banyak pengetahuan
banyak mencantumkan teori pembaca dalam memahami
dari pendapat-pendapat para materi.
ahli. Kajian pada materi buku  Terdapat kalimat-kalimat asing
ini juga sangat lengkap dan yang tidak diterjemahkan
sistematik meskipun dalam Bahasa Indonesia
cakupannya luas. sehingga menyulitkan
 Tata letak pada buku utama pembaca untuk mengetahui
baik karena susunan materi pengertian kalimat yang
dengan submateri dipaparkan.
menggambarkan keterkaitan,
submateri diberi nomor
sehingga dapat memudahkan
pembaca untuk mengetahui
point point penting dalam
materi tersebut, dan juga pada
setiap bab nya diberi
pengantar dari materi
tersebut.
 Terdapat pendapat ahli yang
dimuat dalam buku.
 Terdapat bagan-bagan yang
melengkapi materi yang
dipaparkan dalam buku
sehingga memudahkan untuk
menarik informasi dalam
materi buku yang dipaparkan.
 Adanya rangkuman singkat
serta catatan pada setiap bab
dan menyertakan penjelasan
mengenai sumber dari materi

24
bab yang jelaskan.
Pembanding  Penjelasan dari materi pada  Tidak adanya rangkuman
buku pembanding ini lebih singkat serta catatan pada
menjelaskan dengan setiap bab maupun
penjabaran yang merinci. keseluruhan bab yang jelaskan.
Penjelasan materi dalam buku  Tidak adanya rangkaian soal
ini tidak hanya ditujukan ataupun uji kompetensi
untuk mahasiswa sebagai diakhir bab untuk menguji
pemakai buku materi bahan seberapa banyak pengetahuan
kuliah melainkan memberi pembaca dalam memahami
informasi bagi siapa saja yang materi.
membutuhkan informasi
mengenai perkembangan
kurikulum yang terbaru
karena buku ini disajikan
dengan tahun terbit yang
terbaru dan menyajikan
beberapa keadaan
pengembangan kurikulum
yang terbaru juga. Buku utama
dan pembanding juga sama-
sama menjelaskan tentang
materi pengembangan
kurikulum namun buku
pembanding lebih kompleks
dan sederhana sehingga
mudah dimengerti dan
menyajikan beberapa materi
terbaru.
 Bahasa yang digunakan
mudah dipahami.
 Tata letak pada buku
pembanding baik, dikatakan
baik karena susunan materi
dengan submateri
menggambarkan keterkaitan,
submateri diberi nomor
sehingga dapat memudahkan
pembaca untuk mengetahui
point point penting dalam

25
materi tersebut, dan juga pada
setiap bab nya diberi
pengantar, pembahasan serta
penutup berupa soal latihan
dan proyek latihan dari materi
tersebut.
 Terdapat banyak pendapat
ahli yang dimuat dalam buku
ini.
 Terdapat bagan-bagan dan
gambar ilustrasi yang menarik
dalam melengkapi materi
yang dipaparkan dalam buku
sehingga memudahkan untuk
menarik informasi dalam
materi buku yang dipaparkan.

26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari segi kelengkapan materi buku utama maupun buku pembanding tidak memiliki perbedaan
yang signifikan, artinya materi pada buku utama dan buku pembanding hampir sama materi
yang dibahas hanya saja pada beberapa bab ada perbedaan penjelasan dari kedua buku
tersebut baik buku utama maupun buku pembanding. Seperti : pengertian, ruang lingkup
materi, metode, dan manfaat serta konsep dari pengembangan kurikulum secara umum,
namun ada beberapa materi di buku pembanding yang tidak ada pada buku utama.

Dari kedua buku yang sudah penulis bandingkan penulis dapat menyimpulkan bahwa kedua
buku ini sangatlah bagus dan sangat cocok bagi seseorang yang ingin mempelajari konsep
dalam pengembangan kurikulum, meskipun kedua buku ini memiliki perbedaan serta kelebihan
dan kekurangan yang terdapat didalamnya tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama
yaitu bagaimana seorang pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami serta
mengaplikasikan setiap materi yang sudah dibacanya dalam kehidupan sehari-hari melalui
kedua buku yang bertemakan pengembangan kurikulum ini.

4.2 Rekomendasi

Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik digunakan sebagai panduan memahami materi
pengembangan kurikulum. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang selalu berubah
maka alangkah baiknya jika kedua buku ini diperbaharui agar memberikan rangkuman dan uji
kompetensi untuk menguji pengetahuan pembaca terhadap materi yang ada di buku
pengembangan kurikulum tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sabda, Syaifuddin. (2016). Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

28
LAMPIRAN
Buku Pegangan

Buku Pembanding

29

Anda mungkin juga menyukai