Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

Dosen Pengampu : Dr.Muhammad Amin,M.Pd


Mega Silfia Dewy.S.Pd,.M.Pd.T

Disusun Oleh :
Nama : Theresya V.M.Lumban Tobing
NIM : 5203331006
Prodi : Pendidikan Teknik Elektro-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Critical Book Review (CBR) ”. Dan juga kami berterima
kasih pada bapak Dr.Muhammad Amin,M.Pd dan ibu Mega Silfia Dewy S.Pd.,M.Pd.T Selaku dosen mata
kuliah telaah kurikulum yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Medan,2 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Tujuan..............................................................................................................4

1.3 Manfaat............................................................................................................4

1.4 Identitas Buku..................................................................................................5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.............................................................................6

2.1 Buku Utama....................................................................................................6

2.2 Buku Pembanding.........................................................................................16

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................28

3.1 Kelebihan.......................................................................................................28

3.2 Kelemahan.....................................................................................................28

BAB IV PENUTUP...................................................................................................30

4.1 Simpulan.......................................................................................................30

4.2 Saran.............................................................................................................30

LAMPIRAN.................................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Critical Book Review ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah buku,
dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa
yang melakukan critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti akan kelemahan dan
keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Pada CBR ini akan mengkritik 2 buku yang
berbeda yaitu Telaah Kurikulum dan Buku Teks.
Critical Book Report (CBR) juga merupakan pembiaasan agar mahasiswa terampil
dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berfikir secara analitis sehingga pada saat pembuatan
tugas yang sama mahasiswa menjadi terbiasa dan semakin terampil.Pembuatan tugas Critical
Book Review ini juga melatih,menambah,serta menguatkan pemahaman mahasiswa betapa
pentingnya mengkritikalsuatu karya berdasarkan data yang faktual sehingga dengan begitu
terciptalah mahasiswa-mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis.
1.2. TUJUAN PENULISAN CBR

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
membandingkan serta memberikan kritik pada satu buku berdasarkan fakta yang
ada.
3. Mahasiswa mampu menerapakan kajian-kajian yang telah dipaparkan secara
singkat di CBR ini untuk kehidupan di dunia pendidikan kelak.

1.3. MANFAAT CBR

1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam meringkas buku atau mengambil inti sari
buku
2. Mengasah kreatifitas mahasiswa dalam menganalisa kelebihan dan kekurangan
buku
3. Menumbuhkan pola fikir kreatif dengan mengambil ringkasan buku

4
4. Membuat para pembaca lebih memahami apa saja yamg berhubungan dengan
Telaah Kurikulum dan Buku Teks.

1.4. IDENTITAS BUKU

a. Buku Utama

 Judu buku : Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP
 Pengarang : Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd
 Tahun Terbit : 2015
 Penerbit : Prenada Media Group
 Kota terbit : Jakarta
 ISBN : 978-979-1486-19-4
 Ukuran : 15x23 cm
 Jumlah hal : xviii + 382 hlm

5
b. Buku Pembanding

 Judul buku : Telaah Kurikulum dan Aplikasinya dalam Proses Belajar Mengajar
 Pengarang : Yulianti, S.Pd. I, M.Pd dan Nurry Yuniasih, M,Pd
 Tahun terbit : 2016
 Penerbit : Media Sutra Atiga
 Kota terbit : Malang
 ISBN : 978-602-74882-4-3
 Ukuran : 15,5 cm
 Jumlah hal : vi + 112 hlm

6
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1. Ringkasan Buku Utama

Bab 1.Hakikat Kurikulum

Hakikat Pendidikan yang memiliki definisi yaitu pacuan atau usaha pengembangan
peserta didik sesuai dengan keinginan yang ingin dicapai. Peran dan funsi kurikulum antara
lain untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Ada pun
Komponen pada kurikulum antara lain : 1. Peran Konservatif 2. Peran kreatif dan Peran kritis
dan evaluatif. Terdapat hubungan erat antar kurikulum dan pengajaran yakni sistem pada
pengembangan Kurikulum akan melahirkan rangkaian pengajaran inilah yang kemudian akan
mengkristal dengan sistem pengajaran yang tiada lain adalah tindakan lanjut dari
pengembangan sistem kurikulum. Peter F.Olivia (1992) Menggambarkan Beberapa model
Hubungan antara Kurikulum dan pengajaran antara lain : Model Dualistis, Model Berkaitan,
Model Konsentris dan Model siklus.

Kurikulum ideal dan aktual memiliki maksud yaitu sebagai kurikulum yang
diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses
belajar dan Mengajar. Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu proses
pendidikan yang tidak direncanakan . Artinya, prilaku yang timbul diluar tujuan yang
dideskripsikan oleh guru. Seorang guru sangat berperan penting terhadap pengembangan
kurikulum. Yakni seorang gurulah yang memberikan arahan dan bimbingan terhadap peserta
didik. Jika ingin menjadi seorang guru yang profesional diperlukan guru yang mmpu
membuat dan melaksanakan sistem metode yang aktip pada pelajaran.

Bab 2. Landasan Pengembangan Kurikulum

Landasan pengembangan Kurikulum yaitu pondasi yang kuat untuk dapat melaksakan
sistem metode pembelajaran yang ingin ditetapkan. Pertimbangan pada landasan
pengembangan kurikulum yakni : Adanya rintangan kegiatan, Tujuan kelembagaan. Adapun
landasan pada pengembangan kurikulum adalah : Landasan filisofis, Landasan psikologis,
Landasan sosiologis dan Landasan teknologis. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
yaitu : Prinsip relavansi, Prinsip Fleksibilitas, dan Prinsip Kontinuitas. Prinsip ini
mengandung arti bahwa yag perlu dijaga saling keterkaitan dan berkesinambungan antara

7
materi pelajaran pada berbagai jenjang kegiatan dan kesinambungan Materi pelajaran pada
berbagai jenis program pendidikan. Diperlukan efektifas terhadap pengembangan kurikulum
yakni kita dapat mengetahui segala kegitan guru yang berhubungan pada
pengimplementasikan kurikulum didalam kelas. Sedangkan efisiansi yang perlu dilaksanakan
agar para guru dapat memberikan inovasi baru terhadap setiap potensi sistem pembelajaran
yang ada.

Bab 3. Desain Kurikulum

Desain kurikulum disiplin ilmu merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada
pengetahuan. Kurikulum ini berorientasi pada pengembangan intelektual siswa,
dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.
Siswa dalam kurilkulum ini bukan hanya diharapkan menguasai mata pelajaran melainkan
terlatih proses berpikirnya melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis. Strategi dalam
kurikulum ini menggunakan strategi ekspositoris, guru menyampaikan gagasan atau
informasi secara langsung. Evaluasi yang digunakan bervariasi disesuaikan denga tujuan
mata pelajaran. Pelajaran humaniora diukur dengan esai, kesenian dikuur berdasarkan unsure
subjetivitas. Matematika diukur berdasarkan pemahaman aksioma. Ada tiga bentuk
kurikulum yang berorintasi pada disiplin ilmu.

1. Subject Centered Curriculum, isi atau bahan disusun dalam bentuk mata pelajatan
yang terpisah-pisah tidak berhubungan satu sala lain. Setipa guru bertanggung jawab
terhadap mata pelajarannya masing-masing.
2. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat, Tujuan kurikulum ini adalah
mempertemukan siswa dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia. Ada tiga
kriteria yang harus diperhatikan dalam mengimplentasikan kurikulum ini. Pertama,
siswa harus memfokuskan kepada salah satu aspek yang ada di masyarakat yang
dianggap perlu diubah. Kedua, siswa harus melakukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi di masyarakat. Ketiga, tindakan siswa harus didasarkan pada nilai.
Evaluasi pembelajaran diarahkan kepada kemampuan siswa mengartikulasiakn isu
atau masalah, mencari pemecahan masalah, memiliki kamauan untuk menlakuakn
tindakan.
3. Desain kurikulum Berorientasi pada Siswa, Kurikulum harus disesuikan dengan
perkembangan anak. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan dan
sikap anak ditempatkan sebagai subjek belajar diupayakan apa yang dipelajari siswa
sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat perkembangan siswa.

8
4. Desain Kurikulum Teknologis, Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari
dua sisi. 1) Sisi penerapan hasil-hasil teknologi, adalah perencanaan yang sistematis
dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan dan
pemanfaatan hasil teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi
pembelajaran. 2) Teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada penyusunan
program dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan
tujuan khusus sebagai tujuan yang harus dicapai.

Bab 4. Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum

Pendekatan Pengembangan Kurikulum yaitu : 1. Pendekatan Top Down,


Pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif pra pejabat pendidikan atau para
adminintrator pemegang kebijakan. Prosedur kerjanya adalah. Langkah pertama,
pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Tugas tim ini menentukan konsep dasar,
rumusah falsafah, dan tujuan umum pendidikan. Langka kedua, menyusun kelompok kerja
yang bertugas untuk menjabarkan kebijakan-kebijakan yang telah rumuskan tim pengarah.
Langkah ketiga Pembentukan tim perumus mengkaji dan membeir catatan-catatan atau revisi
hasil penjabaran kelompok kerja. Administrator memerintahkan ke setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum. 2. Pendekatan Grass Roots, Inisiatatif pengembangan
kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator. Pendekatan ini
hanya mungkin dilakukan jika: 1) kurikulum itu bersifat lentur. 2) guru memiliki sikap
profesional yang tinggi.

Model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks. Model
dapat diartikan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam
realita yang sifatnya lebih praktis. Manfaat model adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan
beberapa aspek prilaku dan interaksi manusia. 2. Mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil
observasi dan penelitian. 3. Menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks. 4.
Sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu
dirumuskan dalam kurikulum. Pertama, tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang
harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kedua, dapat membantu dalam mendesain model
kurikulum dan sistem pembelajaran. Ketiga, dapat digunakan sebagai control kualitas
pembelajaran.

9
Bab 5. Pengembangan Tujuan dan Isi Kurikulum

Klasifikasi tujuan Bloom mengklasifikasikan tiga domain tujuan yaitu :

1. Domain kognitif tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan


intelektual atau kemampuan berpikir. Domain ini dibagi lagi menjadi enam tingkatan
yaitu: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis, 6,
evaluasi.
2. Domain afektif, berkenaan dengan sikap. Domainn ini merupakan kelanjutan dari
domain kognitif. Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala
telah memiliki kemampuan yang kognitif tingkat tinggi. Domain afektif mempunyai
tingkatansebagai berikut: 1) penerimaan, 2) merespon, 3) Menghargai, 4)
mengorganisasi, 5) karakterisasi nilai.
3. Domain Psikomotor, tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan
seseorang. Ada enam tingkatan dalam yang termasuk dalam domain ini: 1) gerak
reflek, 2) keterampilan dasar, keterampilan perceptual,3) keterampilan fisik, gerakan
keterampilan, komunikasi nondiskursif.

Ada tiga sumber materi kurikulum: 1) masyarakat beserta budayanya, sekolah


berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat dapat hidup di masyarakat. Dengan
demikian, apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan isi kurikulum. Kebutuhan masyarakat yang harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum meliputi masyarakat lingkungan sekitar lokal, dalam tatanan
nasional, dan masyarakat global. 2) Siswa sebagai sumber materi kurikulum, tugas dan fungsi
pendidikan adalah untruk mengembangkan seluruh potensi siswa. Oleh sebab itu, kebutuhan
anak menjadi salah satu sumber materi kurikulum. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam perumusan isi kuriulum dikaitkan dengan siswa yakni. 1) Kurikulum sebaiknya
disesuaikan dengan perkembangan anak.2) Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan,
pengetahuan dan sikap.3) siswa hendaknya didorong untuk belajar secara aktif. 4) materi
kurikulum hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa.

10
Bab 6. Hakikat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan makna kurikulum
operasional. Pertama, Sebagai kurikulum operasional KTSP dalam pengembangnnya tidak
terlepas dari ketetapan yang disusun pemerintah secara nasional. Hal ini sesuai dengan UU
No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 yang menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum mengacu padal Standar Nasional Pendidikan. Kedua ,
sebagai kurikulum operasiona KTSP harus memperhatikan ciri khas kedaerahan sesuai
dengan bunyi undag-undang No 20 tahun 2003 ayat 2 yakni kurikulum pada semua jenjang
dan jenins pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Ketiga, sebagai kurikulum operasional para
pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum
menjadi unit-uit pelajaran, mengembangkan strategi, metode, media dan evalusi.

Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenngan (otonomi) dalam lembaga pendidikan. Secara
khusus diterapkannya KTSP adalah.1) meningkatkan kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. 2)
meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama. 3) meningkatkan kompetisi yang sehat antara
satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Pengembangan KTSP
didasarkan dua landasan pokok yakni landasan empiris dan landasan formal. Landasan
empiris di antaranya. 1) adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan baik proses maupun
hasil. 2) Indonesia memiliki keragaman sosial budaya degan potensi dan kebutuhan yang
berbeda. Keanekaragaman daerah perlu dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunanan
dan pengembanagn kurikulum. Yang menjadi landasan formal KTSP adalah UU RI no 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permen RI No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Naional Pendidikan.

Bab 7. Pengembangan dan Dokumen KTSP

Silabus dapat diartikan sebagai rencana program pembelajaran satu atau kelompok
mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya
dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Silabus memuat berbagai hal yakni. 1) Tujuan apa yang harus dicapai siswa. 2) Materi apa

11
yang harus dipelajari siswa. 3) Bagaimana cara yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan
agar SK dan KD itu dapat dicapai? 4) Bagaimana menentukan keberhasilan siswa. Manfaat
Silabus Untuk guru,yaitu silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam menyusun
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran, sebagai pedoman dalam penyelenggaraan suatu
proses pembelajaran. Untuk admisnitrator, termasuk kepala sekolah silabus dapat dijadikan
rujukan dalam menentukan berbagai kebijakan sekolah. Bagi pengawas bermanfaat untuk
melakukan supervise sekolah.

Bab 8. Sistem Pembelajaran

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuaI dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Ada tiga hal penting dalam sistem yakni: 1) Setiap sistem pasti
memiliki tujuan. 2) Sistem selalu mengandung satu proses. 3) Proses kegiatan dalam suatu
sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem adalah : 1. Faktor guru : guru adalah
komponen yang sangatmenentukan dalam implentasi suatu strategi pembelajaran. 2. Faktor
siswa : siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Sikap dan penampilan siswa di kelas juga merupakan aspek lain yang
mempengaruhi proses pembelajaran. 3. Faktor sarana dan prasarana : sarana adalah segala
sesuatau yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran. 4.
Faktor lingkungan : ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor
organisasi kelas dan iklim sosial-psikologi.

Organisasi kelas yang terlalu besar memilki kecenderungan sebagai berikut. a) sumber
daya kelompok semakin luas sehingga waktu yang tersedia semakin sempit. b) Kelompok
kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada. c) kepusaan belajar
setiap siswa cenderung menurun. d) perbedaan individu semakin tampak sehingga semakin
sukar mencapai kesepakatan. e) semakin banyak siswa yang menunggu untuk sasam-sama
maju mempelajari materi pelajaran baru. F) semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi
aktif dalam iklim belajar. Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem pembelajaran
yaitu : tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.

Bab 9. Mengajar dan Belajar dalam Implementasi Kurikulum

Secara deskripsi mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau
pengetahuan dari guru kepada siswa. Sebagai proses pengajaran berorientasi pada guru
memiliki beberapa karakteristik yaitu : 1. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher

12
centered), yaitu dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran sangat penting. Guru
menentukan segalanya. 2. Siswa sebagai objek belajar, konsep mengajar sebagai proses
menyampaikan materi menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai pelajaran. 3.
Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Proses pengajaran berlangsung
pada tempat tertentu misalnya terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat sehingga
siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesai sedemikan rupa sebagai tempat
belajar.
Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi, keberhasilan suatu proses
pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang
disampaikan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan muculnya perubahan
tingkah laku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari.Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan
tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan baik perubahan dalam aspek pengetahuan,
sikap, maupun psikomotor.

Bab 10. Faktor Psikologis dalam Belajar

Faktor psikologis dalam belajar yaitu : 1. Motivasi, Motivasi adalah dorongan yang
dapat menimbulkan prilaku tertentu yang terarah kepada pencapain suatu tujuan tertentu.
Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Jadi, dengan demikian motivasi muncul dari dalam diri seseorang karena dorongan
untuk mencapai tujuan dari uraian tersebut telihat bahwa motivasi erat hubungannya dengan
kebutuhan sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Fungsi dari motivasi adalah :
1. Mendorong siswa untuk beraktivitas, besar kecilnya semangat seseorang untuk beraktivitas
ditentuk oleh besar kecilnya motivasi orang yang bersangkutan. 2. Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhannya atau pun untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2.
Pengamatan dan perhatian, Pengamatan adalah proses pemanfaatan dan penggunaan alat
indra yang dimiliki individu untuk mengenal lingkungan.
Sedangkan perhatian dapat diartikan sebagai aktivitas mental seseorang dalam
memberikan makna terhadap sesuatu rangsangan. Dengan demikian intensitas dan kualitas
perhatian seseorang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perhatian seseorang dilihat dari aspek individu diantaranya: a) minat

13
seseorang terhadap rangsangan. b) Kondisi fisik setiap individu. c) motivasi setiap individu.
d) kebutuhan individu.c) sasaran yang jelas.

Bab 11. Guru dalam Proses Pembelajaran

Pencapai standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimualai dari
menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran. Komponen yang sangat mempengaruhi pendidikan adalah komponen guru.
Hal ini karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa.
Kurikulum yang ideal, sarana prasrana yang lengkap tanpa diimbangi kemampuan guru
mengimplentasikannya maka semua kurang bermakna. Untuk meningkatkan profesional
guru upaya pertama yang harus dilakukan adalah menyakinkan kepada setiap orang
khusunya pada setiap guru bahwa guru adalah pekerjaan profesional dalam rangka
pencapaian standar proses pendidikan.

Ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, penemuan teknologi belum berkembang


seperti sekarang guru berperan sebagi sumber belajar. Setelah kemajuan teknologi guru tetap
berperan walaupun sepesat apapu teknologi tetap saja tidak bisa menggantikan peran guru.
Berikut adalah beberapa peran guru yaitu : guru sebagai sumber belajar, guru sebagai
fasilitator, guru sebagai pengelola, guru sebagai demonstrator, guru sebagai pembimbing,
guru sebagai motivator, dan guru sebagai evaluator.

Bab 12. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari
pengertian di atas ada hal yang perlu diperhatikan yaitu strategi merupakan rencana tindakan
dan strategi disusun untuk mencapai tujuan. Beberapa jenis-jenis strategi pembelajaran yaitu :
1. Strategi pembelajaran ekspositori, yaitu Strategi pembelajaran ekspositoris adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara
optimal. 2. Strategi pembelajaran inkuiri, yaitu Strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah
yang dipertanyakan. 3. Strategi pembelajaran kooperatif, Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yang

14
heterogen. SPK meiliki dua komponen utama yaitu, komponen tugas(cooperative task) dan
komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure).

Bab 13. Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran

Inovasi dapat diartikan sebagai sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu
yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Berdasarkan
pengertian tersebut inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan segai suatu ide,
gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang
dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Ada enam hambatan yang dapat
menghambat suatu inovasi yaitu 1. Estimasi (perencanaan) yang Tidak Tepat, yaitu Kurang
tepatnya estimasi disebabkan karena kurang adanya implementasi inovasi, kurang adanya
hubungan antara tim dan pelaksana, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan, tidak
adanya koordinasi antara petugas yang terlibat, dan adanya tekanan dari pihak tertentu. 2.
Konflik dan motivasi, yaitu konflik sering terjadi saat proses pelaksanaan inovasi. Motivasi
lemah dari orang-orang yang terlibat. 3. Inovasi tidak berkembang, beberapa faktor yang
menyebabkan tidak berkembangnya inovasi yaitu, faktor geografi, , komunikasi, transfortasi,
ikilm dan cuaca dll. 4. Masalah Finansial, yaitu keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh
dana yang tidak memadai. 5. Penolakan dari kelompok ertentu, yaitu penolakan sering
terjadi dari kelompok tradisional dan konsevatif. 6. Kurang adanya hubungan sosial, yaitu
kurang adanya hubungan sosial yang baik antara berbagai pihak khusunya antar anggota tim,
sehingga terjadi ketidakharmonisan dalam bekerja. 7. Beberapa Jenis Inovasi dalam
Kurikulum dan Pembelajaran, yaitu Pemberlakuan Kurikulum tingkat satuan pelajaran
(KTSP), Penyelenggaraan Sekolah Lanjutan Pertama terbuka (SLTPT), Pengajaran melalu
modul, Pembelajarn melalui komputer.

Bab 14. Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran

Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses memberikan


petimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu itu bisa berupa
benda, orang, keadaan. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat dua yang menjadi
karakteristik evaluasi . Pertama, evaluasi merupakan suatu proses, dalam evaluasi mestinya
terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan
Pengukuran berbeda dengan evaluasi. Pengukuran pada umumnya berkenaan dengan
masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang dapat diukur. Evaluasi akan lebih
tepat manakala didahului oleh pengukuran. Sebaliknya pengukuran tidak akan berarti apa-apa
jika tidak dikaitkan dengan proses evaluasi. Tes adalah bagian dari pengukuran dan

15
pengukuran adalah bagian dari evaluasi. Evaluasi kurikulum adalah suatu proses
mempertimbangkan untuk member nilai dan arti terhadap suatu kurikulum tertentu.
Pertimbangann nilai adalah pertimbangan yang ada dalam kurikulum itu sendiri. Misalnya
evaluator menilai apakah kurikulum yang dinilai itu dapat dimengerti olah guru. dinilai
Konsep arti berhubungan denagn kebernmaknaan suaru kurikulum.Misalnya, apakah
kurikulum tersebut memberikan arti untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Difusi
adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antar
warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu
dalam waktu yang tertentu pula. Ada dua bentuk sistem difusi yaitu difusi sentralisasi dan
difusi desntralisasi. Proses difusi dirahkan agar muncul pemahan yang sama tentang inovasi.
Proses pencanaan difusi dinamakan desiminasi .

Desiminasi diartikan sebagai proses penyebaran inovasi yang direncanakan , diarahkan


secara baik. Keberhasilan penyebaran inovasi tergantung beberapa faktor yaitu factor biaya,
resiko yang muncul sebagi akibat pelaksanaan inovasi, kompleksitas (semakin rumit inovasi
semakin sulit diterima), kompablitas, (mudah sulit menerima inovasi tergantung pada
kesesuaian dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan, dan kenyakinan masyarakat), tingkat
keandalan, keterlibatan, dan kualitas penyuluh. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai
pertimbanagan dalam merumuskan berbagi bentuk inovasi pendidikan.

Bab 15. Penilaian Portofolio

Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya siswa yang disusun secara sistematis
dan terorganisisi sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah dilakukan dalam kurun
waktu tertentu. Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu 1. Dapat
memberikan bambaran yang utuh tentang perkembang kemampuan siswa. 2. Merupakan
penilain yang autentik. 3. Dapat mendorong siswa pada pencapai hasil yang maksimal tanpa
mersa tertekan. 4. Dapat menumbuhkan motivasi belajar. mendorong para orang tua untuk
aktif terlibat dalam proses pembelajaran. 5. Perbedaan Tes dan Potofolio. Terdapat beberapa
pertimbangan dalam memilih dan menentukan bahan portofolio yaitu : 1. Evidence yang
dipilih harus dapat mewakili gambaran kemapuan siswa. 2. Evidence dipilih karena dapat
menggambarkan perkembangan perubahan kemampuan siswa. 3. Evidence dipili karena
keterkesanan siswa. 4. Evidence dipilih karena dilihat dari segi kesesuaian dengan kompetens
dim kurikulum. 5. Evdence dilpilih akrena diliha dari kepraktisan dan segi artistic. 6.
Menyususn Dokumen Portofolio. Forder Portofolio berisi; a) Identisa siswa. b. Mata

16
Pelajaran. c. daftar isi dokumen. E. Isi dokumen beserta komentar-komentarnya baik guru
maupun orang tua.

2.2. Ringkasan Buku Pembanding

Bab 1. Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari Masa ke Masa

Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi
perkembangan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa. Indikator pencapaian kompetensi
meliputi: 1) mengetahui sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa, 2)
mengetahui perbedaan perkembangan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa

Gambaran Umum Materi


Materi ini membahas tentang perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
kemerdekaan (1945) hingga saat ini (kurikulum 2013). Landasan perubahan dan perencanaan
pengembangan kurikulum-kurikulum tersebut ada dijelaskan pada materi ini. Selain itu,
terdapat analisis kebijakan pada setiap kurikulum tersebut.

Materi

Sejarah Perkembangan Kurikulum


Kurikulum di Indonesia mengalami 10 kali perubahan sesuai dengan kebijakan Menteri
Pendidikan. Mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang
jelas. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006, 2013 (10 kali perubahan).
Perubahan kurikulum terjadi karena konsekuensi politik, sosial budaya, ekonomi, dan
IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu pancasila dan UUD 1945.
Membandingkan Kurikulum yang berlaku dari Masa ke Masa

17
Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap diadakannya
pengembangan tujuan pendidikan nasional ataupun kendala dari pelaksanaan kurikulum
sebelumnya.Perubahan kurikulum tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK.

Bab 2. Hakikat Kurikulum

Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu mendefinisikan hakekat
kurikulum. Indikator pencapaian kompetensi meliputi: 1) mengkaji pengertian kurikulum dari
para ahli, 2) menjelaskan landasan kurikulum, 3) menjelaskan fungsi kurikulum, 4)
mendefinisikan hakekat kurikulum.

Gambaran Umum Materi


Materi ini membahas tentang hakekat kurikulum. Materi pertama, membahas pengertian
kurikulum menurut para ahli. Materi kedua, membahas tentang landasan kurikulum yang
meliputi: landasan filosofi, landasan sosial budaya, dan landasan psikologi. Materi ketiga
mengenai fungsi kurikulum dari pendapat beberapa ahli.

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa, Bidang Kerja, dll


Mempelajari kurikulum harus berangkat dari pemahaman tentang “apa kurikulum itu?”.
Langkah awal mahasiswa sebelum mengembangkan kurikulum adalah dengan memahami
apa yang disebut dengan kurikulum, landasan kurikulum dan fungsi kurikulum

Materi

Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curiiculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
currir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Prancis,
istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).Kurikulum berarti
suatu jarak yang harus ditempuh oleh seroang pelari dari garis start sampai dengan garis
finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut
kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya
(Arifin, 2014).UU No. 20 Tahun 2003 mengegaskan Kurikulum merupakan seperangkat
rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah
tujuan pendidikan nasional.

18
Landasan Kurikulum
Ada tiga landasan pokok dalam melaksanakan, membina dan mengembangkan
kurikulum. Ketiga landasan tersebut adalah landasan filosofis, sosial budaya, dan psikologis.
(Sudjana, 2005). Ketiga landasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Landasan Filosofi
Landasan ini dimaksudkan, pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum di sekolah. Istilah filsafat mengandung banyak pengertian,
filsafat adalah cara berfikir yang radikal yang menyeluruh suatu cara berfikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Saat berfikir menyeluruh dan mendasar tentang
suatu kebenaran merupakan ciri filsafat. Bidang telaah filsafat pada awal mulanya
mempersoalkan siapa manusia itu? Kajian terhadap persoalan ini menelusuri harkat
manusia, sehingga muncul beberapa asumsi dasar tentang manusia. Manusia adalah
homosapiens, homosymbolisium, homoecomomices.
Pendidikan, sebagai upaya sadar untuk membina manusia tidak bisa melepaskan diri dari
pandangan dan dasar hidup manusia Indonesia, yakni manusia pancasila. Ini berarti,
pendidikan harus mampu membawa anak didik menjadi manusia pancasila. Dengan kata lain,
landasan, arah, dan tujuan pendidikan adalah pancasila. Hal ini telah diwujudkan dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional seperti dapat dibaca dalam GBHN 1988.
b. Landasan Sosial Budaya
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insan menuju manusia yang berbudaya.
Dalam konteks itulah anak didik diharapkan dengan budaya manusia dibina dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi
manusia yang berbudaya. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang
diwujudkan dalam tiga gejala, yakni: (1) ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan
lain-lain, (2) kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat dan, (3)
benda hasil karya manusia.

c. Landasan Psikologis
Pendidikan berkenaan dengan perilaku manusia sebab melalui pendidikan diharapkan
adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik fisik, mental, intelektual, moral, maupun
sosial. Kurikulum sebagai program pendidikan sudah pasti berkenaan dengan seleksi dan
organisasi bahan yang secara ampuh dapat mengubah perilaku manusia di atas. Namun harus
diingat pula bahwa perubahan perilaku pada manusia tidak seluruhnya sebagai akibat
intervensi dari program pendidikan tetapi juga sebagai akibat kematangan drinya dalam

19
faktor lingkungan yang membentuknya di luar program pendidikan yang diberikan di
sekolah.

Fungsi Kurikulum
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education mengatakan bahwa
kurikulum mempunyai beberapa fungsi, yakni:
a. Fungsi Penyesuaian (The Adjustive Of Adaptive Fungtion)
Individu hidup dalam lingkungan.Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya secara menyeluruh.

b. Fungsi Integrasi (The Integrating Fungtion)

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena itu


individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi Perbedaan (The Differentianting Fungtion)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap orang
dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan
kreatif, sehingga akan mendorong kemajun sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya
diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga
dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
d. Fungsi persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih
lanjut untuk suatu jangkauan melanjutkan yang lebih jauh misalnya melanjutkan studi ke
sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di salah satu segi mengingat sekolah tidak
mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian
mereka.
e. Fungsi Pemilihan (The Selective Fungtion)
Perbedaan (Differentianting) dan pemilihan (Selective) adalah dua hal yang sangat
berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan
kebutuhan bagi manusia yang menganut sistem demokratis. Untuk mengembangkan berbagai
kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.

f. Fungsi Diagnosis (The Diagnostic Fungtion)


Salah satu segi pelayanan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu
memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang

20
dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan
yang dimilikinya melalui proses ekplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki
kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan
fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal (Hamalik, 2008).

Bab 3. Komponen dan Organisasi Kurikulum

Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu mendeskripsikan
komponen dan organisasi kurikulum. Indikator pencapaian kompetensi meliputi: 1)
mengidentifikasi komponen kurikulum, dan 2) mengidentifikasi organisasi kurikulum.

Gambaran Umum Materi


Materi ini membahas tentang komponen dan organisasi kurikulum. Materi pertama,
membahas komponen kurikulum yang meliputi: komponen tujuan, isi/materi, proses, dan
evaluasi. Materi kedua, membahas tentang organisasi kurikulum meliputi: serated subject
curriculum, correlated curriculum, broad fild curriculum, integrated curriculum, core
curriculum, dan activity curiculum.

Relevansi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa, Bidang Kerja, dll


Seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran harus membuat perencanaan
terlebih dahulu. Komponen yang harus disiapkan dalam perencanaan pembelajaran harus
sesuai dengan komponen kurikulum yang digunakan meliputi: tujuan pembelajaran,
isi/materi, proses pembelajaran dan evaluasi

Materi

Komponen Kurikulum
Dalam konteks desain dan pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum
termasuk guru harus memperhatikan kerangka-kerangka dasar kurikulum dengan pendekatan
sistem, yaitu kurikulum yang memilki komponen-komponen pokok kurikulum, baik pada
tingkat makro (nasional), institusi (lembaga), bidang studi atau mata pelajaran, maupun pada
tingkat program pembelajaran (silabus dan RPP) (Arifin, 2014).
Hilda Taba merinci isi kurikulum menjadi tujuan, pengalaman belajar, organisasi bahan
kurikulum dan kegiatan belajar, dan evaluasi. Selanjutnya, Gleyns G. Unruh dan Adolph
Unruh mengembangkan komponen kurikulum berdasarkan definisi kurikulum, yaitu suatu
rencana tentang tujuan, isi dari apa yang dipelajari yang di dalamnya terdapat proses
pembelajaran dan evaluasi untuk hasil-hasil pembelajaran (Arifin, 2014).

21
Pengertian Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan
kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan
kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena
bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya
kepada murid-murid. Arifin (2014) menyebutkan bahwa organisasi kurikulum adalah
susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus disampaikan dan dilakukan peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Pengalaman ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang diperoleh peserta didik.

Bab 3. Asas-Asas Kurikulum

Dalam mengembangkan kurikulum perlu asas-asas yang kuat agar tujuan kurikulum
tercapai sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum dapat berpegang pada asas-asas berikut:

A. Asas Religius
Dalam UU No 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hidayat, 2013). Atas dasar
tersebut, maka asas religius ada sebagai upaya mengembangkan peserta didik. Asas
religius merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama, yang dijadikan
titik tolak dalam berpikir tentang dan melakukan pengembangan serta implementasi
kurikulum.

B. Asas Filosofis
kurikulum sangat berkaitan dengan filsafat karena mengandung nilai-nilai dan cita-
cita dalam masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan dan sumber untuk
menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
Sehubungan dengan itu, Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan sistem
nilai yang menjadi pedoman hidup bangsa, maka tujuan dan arah dari semua satuan
pendidikan harus didasarkan atas Pancasila. Dengan demikian isi kurikulum harus
memuat dan mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

C. Asas Psikologis
Asas psikologis berkaitan dengan perilaku manusia. Adanya kurikulum diharapkan
dapat mengembangakan perilaku yang berupa kemampuan atau kompetensi dari setiap

22
siswa (Hidayat, 2013). Perilaku manusia menjadi landasan berkenaan dengan psikologi
belajar dan perkembangan anak. Ini menjadi teori yang berhubungan dengan individu
dalam proses belajar serta perkembangannya.

D. Asas Sosiologis
Asas ini dikenal dengan asas sosial-budaya. Asas ini berkenaan dengan
penyampaian kebudayaan proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat
(Hidayat, 2013). Masyarakat mempunyai norma, adat kebiasaan yang mau tidak mau
harus diajarkan kepada peserta didik dan diwujudkan dalam bentuk perilakunya.

E. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi dan pendekatan kurikulum. Dilihat dari
organisasinya ada tiga kemungkinan tipe atau bentuk kurikulum yaitu (Hidayat, 2013):
yaitu a. Kurikulum Subject Matter atau Separated Subject, b. Kurikulum Korelasi c.
Kurikulum Integrasi (Terpadu)
F. Asas Sosiologis
Asas ini dikenal dengan asas sosial-budaya. Asas ini berkenaan dengan
penyampaian kebudayaan proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat
(Hidayat, 2013). Masyarakat mempunyai norma, adat kebiasaan yang mau tidak mau
harus diajarkan kepada peserta didik dan diwujudkan dalam bentuk perilakunya.
G. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, seperti dalam
bidang komunikasi, transportasi, maupun cara-cara memperoleh informasi.
Perkembangan IPTEK secara langsung berimplikasi terhadap perkembanagan kurikulum
yang di dalamnya mencakup perkembangan isi atau materi pelajaran, strategi
pembelajaran, metode dan media dalam pembelajaran serta penggunaan sistem evaluasi.
Secara tidak langsung hal ini menuntut dunia pendidikan untuk membekali siswa agar
memiliki kemampuan memecahakan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hidayat, 2013).

Bab 4. Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum harus berpedoman terhadap prinsip-prinsip tertentu


yang berperan sebagai kaidah yang akan menjiwai kurikulum yang dihasilkan. Sebenarnya
ada banyak prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip
tersebut digolongkan menjadi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip-prinsip Umum
Pengembangan Kurikulum. Ada lima prinsip umum pengembangan kurikulum menurut

23
Efendi (2009), antara lain: 1) Prinsip Relevansi, Dalam kamus bahasa inggris kata relevansi
mempunyi arti yakni, kedekatan hubungan apa yang terjadi. Relevansi dalam kurikulum
diartikan sebagai kesesuaian dan keserasian antara kurikulum dengan tuntutan kehidupan
masyarakat sebagai pemakai keluaran pendidikan. Prinsip ini dikategorikan menjadi relevan
eksternal dan relevan internal. 2) Prinsip efisiensi , Efisiensi suatu kurikulum berkaitan
dengan upaya peminimalan penggunaan dana, waktu dan tenaga, tanpa mengurangi hasil atau
tujuan yang dicapai (Efendi, 2009). 3) Prinsip Efektivitas, Efektifitas kurikulum berkenaan
dengan tingkat keterlaksanaan berbagai program kurikulum di lapangan dan tingkat
ketercapaian tujuan yang diharapkan. 4) Prinsip Kesinambungan (kontinuitas), Kurikulum
harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik antar mata pelajaran, antar kelas,
maupun antar jenjang pendidikan (Arifin, 2014). 5) Prinsip Fleksibilitas (keluwesan),
Kurikulum hendaknya dikembangkan secara lentur/tidak kaku.
Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum. Arifin menyebutkan, ada lima prinsip
khusus dalam pengembangan kurikulum, diantaranya: 1) Prinsip-prinsip Tujuan Kurikulum ,
Prinsip ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam pengembangan
kurikulum. 2) Prinsip-prinsip Isi Kurikulum, Mengenai isi atau materi kurikulum dalam
pendidikan modern, meliputi tiga jenis materi, yaitu ilmu pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan nilai-nilai (afektif), 3) Prinsip-prinsip Didaktik-Metodik,
Prinsip ini berkaitan dengan pendekatan, strategi, metode, dan teknik yang merupakan proses
dalam suatu pembelajaran. 4) Prinsip yang berkenaan dengan Media dan Sumber Belajar,
Prinsip ini menunjukkan ketersesuaian media dan sumber belajar dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pelajaran, tingkat perkembangan
peserta didik, tingkat kemampuan guru, praktis-ekonomis. 5) Prinsip-prinsip Evaluasi,
Komponen ini sangat berkaitan dengan tujuan pendidikan karena evaluasi berusaha
menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Dengan demikian kegiatan
evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa maupun guru dalam
proses belajar mengajar.

Bab 5. Kurikulum Muatan Lokal

Secara umum, Arifin (2014) menjabarkan pengertian muatan lokal adalah seperangkat
rencana pembelajaran dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun
oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah,
keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Sedangkan secara khusus dijelaskan muatan lokal adalah program

24
pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari
oleh peserta didik di daerah itu.
Dalam Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP (2006) dijelaskan bahan
muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Subtsansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan dan tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Dari penjelasan tersebut maka guru perlu memanfaatkan keadaan sekitar secara efektif
sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga harus meningkatkan
pengetahuan dan pemahamannya tentang langkah pembelajaran dengan menggunakan
kurikulum muatan lokal. Ciri-ciri kurikulum muatan lokal adalah: 1. Yang menjadi landasan
teori adalah tingkat kemampuan berpikir siswa adalah dari yang konkret ke yang abstrak.
Oleh karena itu, dalam menyampaikan bahan kepada siswa harus diawali dengan pengenalan
hal yang ada disekitarnya. 2. Siswa diberi kesempatan untuk mempelajari lingkungan
sekitarnya yang penuh sumber belajar. 3. Suatu upaya melestarikan budaya bangsa untuk
menjaga kelestarian akan karakteristik daerah sekitar siswa, baik yang berkaitan dengan
lingkungan alam, sosial dan budaya peserta didik sedini mungkin (Depdikbud, 1992:80-81).

Bab 6. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Gordon dalam Efendi (2009) menjelaskan beberapa aspek atau ranah


yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu: 1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu
kesadaran dalam bidang kognitif, contoh seorang guru mengetahui cara melakukan
identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik
sesuai dengan kebutuhannya. 2. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan
afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang pendidik sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik mengenai karakteristik dan
kondisi peserta didik, agar proses pembelajaran bisa efektif dan efisien. 3. Kemampuan
(Skill), yaitu sesuatu keahlian yang dimiliki individu untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Misalnya seorang pendidik yang mampu dalam memilih dan
membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar peserta didik. 4. Nilai
(Value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah
menyatu dalam diri individu, misalnya standar perilaku pendidik dalam proses pembelajaran

25
(kejujuran, keterbukaan, demokkratis, dan lain-lain). 5. Sikap (attitude), yaitu perasaan
senang–tidak senang, suka–tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar, misalnya reaksi dari krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji dan
sebagainya. 6. Minat (Interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Misal: minat untuk mempelajari dan melakukan sesuatu. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melaksanakan sesuatu Jadi, kompetensi dalam hal ini merupakan tindakan
yang harus dikuasai dengan penuh tanggung jawab oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
tertentu. tindakan tersebut tampak pada tingkat keberhasilan yang dicapai, dan tanggung
jawab ditunjukkan dengan ketepatan dan kebenaran tindakan.

Bab 7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu mengkaji kurikulum


tingkat satuan pendidikan. Indikator pencapaian kompetensi meliputi:

1. mengkaji kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan


2. menjelaskan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum penyempurna dari kurikulum


edisi 2004 atau dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masingmasing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Efendi, 2009). Panduan yang
disusun BNSP terdiri atas dua bagian.

Pertama, panduan umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum


yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Kedua, model KTSP sebagai salah
satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan
berpedoman pada PanduanUmum yang dikembangkan BNSP (Arifin, 2014).Penyusunan
KTSP yang diserahkan kepada setiap tingkat satuan pendidikan sejalan dengan prinsip
implementasi kurikulum berbasis kompetensi yakni memberdayakan daerah dan sekolah
dalam merencanakan, melaksanakan, mengelola, dan menilai pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan aspirasi mereka. Dengan penyusunan KTSP ini kewenangan tingkat satuan
pendidikan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum memiliki bobot yang lebih
besar dibandingkan dengan penyusunan kurikulum sebelumnya (Hidayat, 2013).

26
Bab 8. Kurikulum 2013

Kompetensi pada materi ini diharapkan mahasiswa mampu mengkaji kurikulum 2013.
Indikator pencapaian kompetensi meliputi:

1. mengkaji kurikulum 2013, dan


2. menjelaskan implementasi kurikulum 2013.

Melalui pengembangan Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia


yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif: melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa,2015). Pengembangan kurikulum difokuskan pada
pembentukan karakter peserta didik berupa pemahaman, keterampilan, dan sikap yang harus
diwujudkan dalam bentuk perilaku sebagai wujud pemahaman dari konsep yang telah
dipelajari. Oleh karena itu peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi
dan karakter yang harus dikuasai agar dapat mempersiapkan dirinya dalam penilaian hasil
belajar. Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umumdikatakan, bahwa:

“Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi:…, 2.


Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,…” dan pada penjelasan
Pasal 35, bahwa ”Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk
“Melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis
pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.” (Mulyasa, 2015). Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut
perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada
proses pembelajaraan dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu. Sedangkan pada
proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis
kemampuan melalui penialain proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan
menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.

27
b. Correlated Curriculum (kurikulum korelasi atau pelajaran saling berhubungan).
Para pendidik yang melihat kelemahan-kelemahan sepated subject curriculum dan merasa
tidak puas dengan kurikulum itu berikhtiar mencari jalan untuk memberikan kepada murid
pengalaman yang ada hubungannya.

c. Broad Fild Curriculum


Organisasi kurikulum ini disebut dengan bidang studi, dengan korelasi dari beberapa
mata pelajaran (interdisipliner) yang lebih jauh sehingga tidak tampak lagi batas-batas mata
pelajaran dalam satu rumpun. Korelasi ini merupakan fusi antara beberapa mata pelajaran
serumpun dan memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya sejarah, geografi, ekonomi difusikan
menjadi bidang studi IPS.

d. Integrated Curriculum
Jenis organisasi kurikulum ini disusun berdasarkan analisis bidang kehidupan atau
kegiatan utama manusia dalam masyarakat. Strate meyer dan kawan-kawan (dalam Arifin,
2014) menyusun kurikulum terpadu berdasarkan situasi hidup yang dialami peserta didik
yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) situasi mengenai perkembangan individu,
seperti kesehatan, perkembangan intelektual, pilihan moral, pernyataan dan penghargaan
kehidupan, (2) situasi untuk perkembangan partisipasi sosial seperti hubungan antar pribadi,
keanggotaan kelompok, dan hubungan antar kelompok, dan (3) situasi untuk perkembangan
kemampuan menghadapi faktor-faktor dan daya lingkungan.
e. Core Curriculum
Organisasi ini bertitik tolak dari mata pelajaran tertentu sebagai core. Pada dasarnya
kurikulum ini merupakan bagian dari kurikulum terpadu karena kurikulum ini menggunakan
bahan dari segala disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi peserta didik, termasuk juga bahan dari lingkungan. Kurikulum inti
juga dapat dilihat sebagai suatu program pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk
membentuk pribadi yang terintegrasi (fisik, mental, intelektual), menjadi warga Negara yang
baik dan mampu bekerja sama.

28
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan Buku

a. buku utama

1. Dari segi bahasa. Dalam menjelasakan ataupun memaparkan suatu penjelasan, buku
ini menggunakan bahasa yang tidak terlalu rumit dan mudah untuk dimengerti.
2. Dari segi isi. Buku ini berisi tentang Kurikulum dan Pembelajaran yang dipaparkan
dengan cukup jelas dan tidak hanya bersumber pada satu referensi tetapi juga banyak
mencantumkan pendapat-pendapat para ahli. Sehingga, mampu membuat pembaca
memandang kurikulum itu dengan konteks yang luas. Buku ini juga mencantumkan
rangkuman pada setiap bab nya, jadi hanya dengan membaca rangkuman tersebut,
pembaca dapat mengetahui inti atau garis besar apa yang dibahas pada bab tersebut
tanpa harus membaca keseluruhan isi bab.
3. Dari segi desain. Desain dari buku ini sangat menarik, menggunakan kualitas kertas
yang bagus berwarna putih cerah, sehingga para pembaca bersemangat untuk
membaca ketika melihat bagian dalam buku dan tidak menimbulkan rasa jenuh ketika
membacanya.

b. buku pembanding

Buku ini memuat secara kompleks mengenai Telaah Kurikulum ,banyak terdapat
pemahaman – pemahaman dari para ahli yang di muat didalam buku.buku ini menggunakan
bahasa yang mudah untuk di mengerti mahasiswa. Banyak terdapat konsep – konsep
mengenai bagaimana seharusnya menjadi seorang guru. Agar bisa menjadi guru yang
profesional dalam bidangnya

3.2. Kekurangan Buku

a. buku utama

1. Kualitas kertas buku yang digunakan juga kurang bagus sehingga mudah cacat dan
robek.
2. Isi materi terlalu ringkas dan pembahasannya kurang luas, sehingga para mahasiswa
terpaksa harus mencari referensi lagi di buku lain.

29
3. Buku ini tidak memaparkan secara rinci bagaimana pengimplementasikan dari isi
buku dalam kegiatan langsung di lembaga pendidikanya, namun hanya terpaku pada
materi saja.
4. Penulisan di buku ini tidak menarik, yang mana tulisan-tulisan dalam buku hanya
menggunakan warna hitam, sehingga kurang dapat menarik minat mahasiwa, bahkan
bosan membacanya.

b. buku pembanding

Walaupun didalam buku ini secara garis besar sangat baik dan mudah untuk di
pahami, tetapi didalam buku ini masih memiliki kekurangan.dimana terdapat penataan desain
sampul yang kurang menarik dan terdapat beberapa contoh gambaran sulit untuk di mengerti
dan di pahami pembaca

30
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Indonesia mengalami 10 kali perubahan sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan.


Mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas.Dalam
perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013 (10
kali perubahan). Hakikat Pendidikan yang memiliki definisi yaitu pacuan atau usaha
pengembangan peserta didik sesuai dengan keinginan yang ingin dicapai. Peran dan funsi
kurikulum antara lain untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Ada pun Komponen pada kurikulum antara lain : 1. Peran Konservatif 2. Peran
kreatif dan Peran kritis dan evaluatif. Terdapat hubungan erat antar kurikulum dan pengajaran
yakni sistem pada pengembangan Kurikulum akan melahirkan rangkaian pengajaran inilah
yang kemudian akan mengkristal dengan sistem pengajaran yang tiada lain adalah tindakan
lanjut dari pengembangan sistem kurikulum.

4.2. Saran

Buku – buku ini sangat bagus untuk menjadi rujukan bagi mahasiswa,karena buku ini
memiliki gaya bahasa yang sangat mudah untuk di pahami dan di mengerti oleh pembaca.
selain itu buku ini juga memuat materi-materi yang sangat kompleks. Alangkah baiknya buku
ini juga memperbaiki dan merevisi penampilan buku agar menjadi lebih menarik minat
pembaca.

31

Anda mungkin juga menyukai