Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH FILSAFAT


PENDIDIKAN
PRODI S1 PTO -FT

Skor Nilai:

FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA MAHASISWA : DANIEL R SIHOMBING


NIM : 5183122020
DOSEN PENGAMPU : SILVIA MARIAH S.Pd, M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
November 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas
CBR yang membahas tentang Filsafat Pendidikan ini. Atas dukungan moral dan material
yang diberikan dalam penyusunan tugas ini, saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Silvia Mariah S.Pd, M.Pd selaku dosen saya pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap tugas CBR ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Filsafat Pendidikan itu.Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalamTugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga tugas CBR sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.Terima kasih..!

Disusun oleh:

DANIEL R SIHOMBING
BAB I. PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi pentingnya CBR

Rasionalisasi/alasan pembuatan CBR adalah supaya dapat mengkaji sebuah buku


Filsafat Pendidikan dengan tujuan umum untuk melatih mahasiswa tersebut merumuskan
definisi konseptual berdasarkan sintesis teori-teori yang berkembang dari buku yang
direlevan. Dan juga dengan hal demikian,para mahasiswa dapat membandingkan buku
mana yang lebih efektif digunakan saat pembelajaran atau dalam pembahasan materi
apapun.

B.Tujuan penulisan CBR

Tujuan penulisan CBR bagi mahasiswa adalah;


a. Sehingga para mahasiswa dapat lebih detail meringkas isi buku.
b. Sehingga dapat membandingkan dan menghubungkan isi buku yang direview dengan
buku-buku yang relevan.
c. melatih mahasiswa lebih kritis dan berani berargumentasi berdasarkan teori dari buku.
d. Sehingga mahasiswa dapat mengambil keputusan dan menyatakan ungkapan
pengetahuannya dari buku yang di review.

C.Manfaat CBR

Manfaat CBR adalah;


a. Setiap penyaji maupun pembuatnya menjadi kritis dalam menganalisis informasi,
b. Lebih meghargai pendapat,
c. adaptif terhadap perubahan,
d. Lebih komunikatif dalam penyampaian informasi, dan
lebih bertanggungjawab.

D.Identitas buku yang direview:


Judul : Filsafat Pendidikan.
Edisi : Cetakan Pertama.
Pengarang/Editor : -Drs. Edward Purba. M.Si
-Prof. Dr. Yusnadi.MS
Penerbit : Unimed Press
Kota terbit : Medan, Jl. Wilem Iskandar, Pasar V
Tahun terbit : Agustus 2017
ISBN : 978-602-7938-38-0
BAB II. PEMBAHASAN

BAB I

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan


1. pengertian filsafat secara Etimologi

Kata filsafat yang dalam bahasa inggris philosophy, dan dalam bahasa arab
falsafash, yang keduanya berasal dari bahasa yunani yakni, philosophia. Yang terdiri atas
dua suku kata yakni philein dan Sophia. Philein berarti cinta (love) dan Sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom). Dalam arti yang dalam adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan.

2. pengertian terminology

Pengertian terminology adalah arti yang dikandung oleh istilah atau kata filsafat itu
sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli
(surajiwo, 2008, 3-4)

a.Plato

filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

b.Aristoteles

filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di


dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik, dan estetika
filsafat keindahan.

Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari suatu gejala atau fenomena secara
mandalam. Filsafat ingin menembus hingga inti masalah dengan mencari manakah factor-
faktor yang fundamental yang membentuk adanya sesuatu. Jadi fisafat ingin memandang
objeknya secara keseluruhan surajiwo,2008, 6-7.

3. Tujuan danCiri-ciri pikiran kefilsafatan

Yaitu merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan


yang umum. Filsafat merupakan hasil menjadi sadarnya manusia mengenai dirinya sebagai
pemikir, dan menjadi kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam
dunia yang di pikirkannya. Filsafat mencoba mengerti,menganalisa,menilai, dan
meyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam.

4. Alasan Berfilsafat

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berrfilsafat yakni:

a. Keheranan
Misalnya Plato mengatan: mata kita memberi pengamatan tentang bintang-bintang.
Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan inilah
berasal filsafat.
b. Kesangsian
Sikap ragu-ragu atau menyangsikan merupakan awal timbulnya dorongan untuk
menemukan agar keragu-raguan dan keasangsian dapat terjawab.
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecildan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
5. Peranan filafat

a. Pendobrak

Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sacral dan
selama itu tidak boleh tidak diterima. Namun telah membuahkan hasil yang
mencengangkan, yakni terjadi perubahan dalam pandangan dan sikap manusia tentang
sesuatu.

b.Pembebas

filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mite
dan dari ketidak tahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidaak teratur dan tidak jernih, cara berpikir manusia yayng tidak kritis
membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semua yang menyesatkan.

d, Pembimbing

Filsafat berperan sebagai pembimbing terhadap keluarnya manusia dari lingkungan


yang membelenggu manusia yang hendak mempersempit ruang gerak akal budinya.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha
sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan
mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaannya.

Filsafat pendidikan alam arti luas menurut mudyahardjo (2004, 5) dibedakan


menjadi dua macam yakni:

1. Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan komprehensif tentang


bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam kehidupan manusia.
2. Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan komprihensif tentang
pendidikan dan konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan
teori-teori belajar, pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang
penyusunan kurikulum, dan sebagainya yang akhirnya dapat menjadi teori
pendidikan.

Filsafat dilihat dari fuunngsinya secara praktis sebagai sarana bagi manusia untuk
memecahkan berbagai problema kehidupan yang dihadapinya, termasuk bidang
pendidikan. Masalah-masalah yang dihadapi dalam praktek pelaksanaan pendidikan
merupakan karakter atau bahasan utama dalam filsafat.

Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan dengan masalah-masalah


filsafat umum, seperti;

1) Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya
sebagai tujuannya.
2) Hakekat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima dan
melaksanakan pendidikan.
3) Hakekat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
sosial.
4) Hakekat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk
mencapainya (Al-Syaibany, 1979, 30).
 Dalam Bab I Menurut Saya:
Dalam bab ini saya sangat setuju karena judul bab ini di bahas di bab 1.
Dengan judul “pengertian filsafat dan filsafat pendidikan”. Kenapa saya bilang
setuju? Karena dalam bab pertama dapat kita simpulkan sebagai topik
awal/permulaan. Bagaimana kita membahas suatu topik kalau pengertian atau
definisi dari pembahasan tersebut pun kita belum mengerti. Dan dalam bab ini
diberitahukan bagaimana definisi filsafat oleh para ahli-ahli kita. Jadi pada saat
banyak definisi, kita menjadi paham apa yang menjadi arti luas filsafat. Dan bahkan
kita jadi mampu membuat suatu pengertiannya juga menurut pemahaman kita.
Baik yang menjadi ciri-ciri kefilsafatan tercantum didalamnya. Dan intinya pada
bab ini saya sangat setuju dan saya berikan apresiasi.
BAB II

FILSAFAT PENDIDIKAN

A.Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem

Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau system


pemikiran yang dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf besar seperti Socrates, plato,
Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karlmax, August Comte (Surajiyo, 2008, 5).
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-kurangnya
tiga cabang utama dari filsafat yakni, Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ontologi
berasal dari kata Yunani “onta” yang berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada,
kenyataan yang sesungguhnya, dan “logos” yang berarti teori atau ilmu. Atas dasar
pengertian dari ontology tersebut , maka pandangan ontology dari pendidikan adalah
manusia, makhluk mulia, potensi, interaksi, budaya dan lingkungan. Epistemologi
menyelidiki secara kritis hakikat, landasan, batas-batas, dan patokan kesasihan
pengetahuan. Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan
dan kebenaran dalam praktek pelaksaaan pendidikan. Pengetahuan dan kebenaran yang
bersumber dari empirisme dapat diperoleh melalui praktek pelaksaaan pendidikan yang
sudah berlangsung selama ini. Landasan aksiologi dalam praktek pelaksanaan pendidikan
didasarkan pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 45 dan Undang-Undang Pendidikan. Praktek pelaksanaan pendidikan harus
berlandaskan nilai dan budaya, jangan mengarah pada terbentuknya pengelompokan dalam
praktek hidup dan kehidupan masyarakat.

Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linear antara filsafat dan
pendidikan.Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung kedalam
pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu
cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealisme. Maka tujuan dari pendidikan itu
adalah mengutamakan perkembangan aspek-aspek spiritual dan kerohanian pada peserta
didik. Maka pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
B. Substansi Filsafat Pendidikan

Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai


bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap
pelaksanaan pendidikan.Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan
filsafat pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau
eklektik inkorparatif terhadap filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu
dikembangkan.

Roh dan jiwa Undang-Undang dasar 1945 harus mendasari landasan praksis dan praktik
pendidikan. Tujuan pendidikan semakin dipertegas dan diperjelas substansi dan arahnya
yakni menjadikan manusia cerdas, berbudi luhur, berakhlak mulia dan lainnya. Seharusnya
substansi filsafat pendidikan dan pendidikan adalah pengkajian dan pelaksanaan
bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk membina dan mengembangkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang mulia agar hidup berbudi luhur dan berakhlak
mulia, serta cerdas. Dengan memperhatikan kedudukan filsafat pendidikan secara
fungsional terhadap keadaan atau perubahan serta perkembangan zaman dan alam, maka
tidak jarang filsafat pendidikan merupakan tumpuan atas berbagai pertanyaan yang
bersifat macro. Jadi dalam hal ini telah sepatutnya filsafat pendidikan, praksis pendidikan,
dan praktek pendidikan mengangkat topik tersebut sebagai substansi dan materi kajiannya.

C. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang


dijadikan pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa
merupakan asas atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang
atau masyarakat tersebut ataupun bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan system-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan pada dasar-
dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (termasuk
guru didalamnya)dalam suatu masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori
umum, sebagai landasan semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Hasan
Langgulung (dalam Jalaluddin, 1997, 22) berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah
penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang
disebutkan pendidikan. Filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting, sebab
menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah
aktifitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teratur dan mendalam yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan
mengharmoniskan dana menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang akan dicapai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat
dan teori pendidikan adalah;

1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh
para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan (Jalaluddin, 1997, 23).

Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga
pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain;

1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi


perhatian para ahli masing-masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat
pendidikan dapat mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya
melampaui hal-hal yang diketemukan secara eksperimental dan empiric.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berpikir logis yang runtut teratur dan kritis, maka berfilsafat
pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu. Oleh Karena itu diharapkan
dapat mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya pribadi pendidik yang baik.
 Dalam Bab II Menurut Saya:
Kita sudah tahu bahwa filsafat itu didefenisikan sebagai Ibu. Jadi Ibu akan
memiliki bagian atau anak. Dan disalah satunya dalam pembahasan bab ini Filsafat
pendidikan, bisa dikembangkan dalam filsafat pendidikan. Didalam pendidikan
sangatlah diperlukan kepribadian seorang guru baik pemimpin tersebut, dengan
kualitas yang memang memiliki kepribadian yang luar biasa baik dalam material,
rohani, baik moral.
Dan saya sangat terkagum dengan pembahasan ini, karena memang sebenarnya
didalam pendidikan sangatlah diperlukan yang namanya kefilsafatan. Sehingga
para siswa akan termotifasi dengan pengajaran guru nya yang kompeten baik.
Sehingga dengan tertanamnya kefilsafatan didalam kepribadian seseorang itu, akan
membuat para generasi bangsa ini penuh dengan kemajuan dan kebangkitan moral
dan rohaniah.
BAB III
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Berikut ini akan di uraikan berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan yang


didasarkan pada empat aliran pokok yakini; idealisme, realisme, materialisme dan
pragmatisme .

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ideide)


atau spirit. Segala benda yang tampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala
aktivitas adalah aktivitas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai
mekanisme, tetapi dipandang sebagai sitim, dunia adalah keseluruhan (totalitas). Unsur
material tetap ada, tetapi hanya merupakan bagian yang saling bersangkut paut dengan
keseluruhan, segala penampakan serta materi hanya manifestasi dari pada aktivitas
jiwa. Jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam susunan keseluruhan. Segala
fakta empiris diakui adanya dan hal itu mengandung konsepsi yang serba mungkin.
Tetapi segala unsur dan materi dan fakta itu bukanlah sebagai realita yang sebenarnya.
Karena itu dunia ini bersifat anthropoligistis dan pada dasarnya selalu kebudayaan,
bukan alam (nature). Kebudayaan selalu berkembang dan perkembangn itu adalah ide.
Dimana ide itu bertujuan untuk mencari kenyataan tertinggi atau kenyataan terakhir,
yaitu kenyataan yang abadi.

Jiwa atau rohani yang disebut mind adalah hakekat manusia jiwa atau rohani
manusia merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, dan sekaligus
sebagai pendorong dan penggerak semua aktivitas manusia; badan atau jasmani tanpa
jiwa atau rohani tidak ada apa-apanya,

Menurut paham idelaisme, guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan


peserta didik bukan prinsip-prinsip eksternal, melainkan sebagi kemungkinan-
kemungkinan (bathin) yang perlu di kembangkan, juga harus di wujudkan sedapat
mungkin watak yang terbaik. Pendidikan bukan menjejalkan oengetahuan dari luar ke
dalam diri seseorang, melainkan memberi kesempatan untuk membangun atau
mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman dalam diri seseorang.
2. Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme dalam berbagai bentuk menurut kattsof (1996:126) menarik garis


pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya
cenderung ke arah dualisme atau nonisme materialistik. Seorang pengikut materialisme
mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian halnya, sudah
tentu dapat juga sama-sama dikatakan “jiwa adalah materi” seperti halnya mengatakan
“materi adalah jiwa”. Tetapi apakah orang berusaha melacak roh sampai kepada materi
ataukah materi sampai kepada roh, tergantung pada manakah yang dianggap utama.
Jika orang mengatakan “jiwa adalah materi” dan karena materi tidak mungkin
mengandung maksud, maka juga tidak mungkin mengandung maksud.Dilain pihak jika
materi adalah jiwa, maka alam semesta dapat dipahamkan sebagai suatu yang
mengandung maksud atau dapat dikatakan bersifat “taleologis”.

Sistem kefilasafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, dan hal-
hal yang adanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya
tidak perpengaruh oleh seseorang. Kebanyakan orang akan tegas-tegas mengadakan
pemilahan yang tajam antara tindakan akal yang menyadari suatu objek dan objeknya
itu sendiri, Defenisi kebenaran menurut penganut realisme adalah ukuran kebenaran
suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah gagasan itu benar-
benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri
ataukah tidak dengan mengadakan pembedaan antara apakah sesuatu itu yang
senyatanya dengan bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu. Kita akan mengetahui
apakah barang itu baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkannya dari
yang menampak.

Beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Comenius (Sadulloh, 2003)


adalah:

 Pelajaran harus didasarkan pada minat peserta didik.


 Setiap mata pelajaran harus memiliki out-line; garis besar proses belajar
mengajar, silabus dan rencana pembelajaran, dan sudah ada pada awal
pembelajaran.
 Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua peserta didik.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Pada fokusnya aliran materialisme sebagaimana ditegaskan jalaludin dan Idi


(2002:53) mengutamakan benda dan segala berawal dari benda demikian juga nyata
hanya dunia materi. Segala kemyataan yang ada itu beradasarkan zat atau unsur dan
jiwa, roh, sukma (idea: idealisme) oleh aliran materialisme dianggap pula sejenis
materi, tetapi mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan dengan sifat materi karena
jiwa, roh, sukma itu mempunyai naluri untuk bergerak dengan sendiri, sedangkan
mempunyai gerakan yang terbatas sehingga tidak bebas dan kaku.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
bukan spiritual, atau supranatural. Demokritos (460-360 SM), merupakan pelopor
pandangan materialisme klasik, yang disebut juga “atomisme”. Demokritos beserta
para pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (yang disebut atom-atom) atom-atom merupakan
bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom
itu bergerak, sehingga dengan demikian membentuk realitas pada panca indera kita.
Materialisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep
pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1959), materialisme belum
pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan. Menurut Waini
Rasyidin (1992), filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme lebih cenderung
menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan
secara factual.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya
berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika
adalah Charles Sandre Peirce (1893-1914), Wiliam James (1842-1910), dan John
Dewey (1859-1952).
Realitas dan dunia yang kita amati, tidak bebas dari ide manusia dan
sekaligus juga tidak terikat kepadanya. Realitas merupakan interaksi antara
manusia denga lingkungannya. Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan
memiliki tanggung jawab yang sama terhadap realitas.
Pragmatisme yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti,
tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Pikiran (rasio) tidak bertentangan dan tidak terpisah
dari dunia, melainkan merupakan bagian dari dunia.
Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu
relatif. Kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap, melainkan selalu berubah, seperti
perubahan kebudayaan, masyarakat, dan lingkungannya. Pragmatisme
menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita
menguji kebenaran pengetahuan dengan metode empiris.
Pragmatisme telah memberikan sumbangan besar terhadap teori pendidikan.
Menurut Dewey, terdapat dua teori pendidikan yang saling bertentangan antara satu
dengan yang lainnya. Kedua teori tersebut adalah paham konservatif dan
”unfolding theory” (teori pemerkahan),

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan
sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada
semua realitas, keberadaan manusia dan nilai.
Eksistensialisme sangat menekankan individualitas dan pemenuhan diri
secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk yang unik, dan secara
unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, Sikun Pribadi (1971) mengemukakan bahwa eksistensialisme
berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu
dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup,
hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan adalah kemerdekaan.
Pendidikan, Poses pembelajaran, harus berlangsung sesuai dengan minat
dan kebutuhan, peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap
dan keterampilan, melainkan ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat
menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-
pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.
Manusia memiliki kesamaan hak dan kewajiban dalam keaneka ragaman oleh
karena latar belakang yang berbeda namun memiliki kedudukan yang sama dalam
tatanan kehidupan masyarakat sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

6. Filsafat Pendidikan Progersivisme


Eksistensialisme sangat menekankan individualitas dan pemenuhan diri
secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk yang unik, dan secara
unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, Sikun Pribadi (1971) mengemukakan bahwa eksistensialisme
berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu
dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup,
hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan adalah kemerdekaan.
Dalam praktek pelaksanaan pembelajaran hendaknya diberikan kesempatan
yang seluas-luasnya pada peserta didikuntuk menemukan pengalaman-pengalaman
yang tepat dalam belajar seperti; kunjungan lapangan, proyek kelompok kecil,
simulasi, bermain peran, eksplorasi internet, dan aktivitas lainnya yang
meimbulkan pengalaman yang berharga pada peserta didik yang dapat digunakan
pada masa yang akan datang.
Progresivisme pengikut dewey (Sadulloh.2003), mendasarkan pada asumsi
berikut;
1) Minat-minat peserta didik sebagai dasar menentukan muatan
kurikulum, bukan disiplin ilmu atau akademik.
2) Pendidikan bertujuan untuk membina peserta didik berfikir rasional
sehingga menjadi manusia yang cerdas yang berkontribusi pada
masyarakat.
3) Peserta didik mempelajari nilai-nilai personal dan social di sekolah.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad ke dua puluh. Perennialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialisme menentang pandangan Progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu-sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan ketidak teraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual, dan sosio cultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha
untuk mengamankan ketidakberesan tersebut.
Perennilisme melihat bahwa akibat dari kehidupan jaman modern telah
menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk
mengatasi krisis ini Pernnialisme memberikan jalan keluar berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau, “regressive road to culture”. Oleh sebab itu Perenialisme
memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan
manusia jaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup
ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya.
Perennialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu
keyakinan ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam
ruang dan waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang
diterima manusia dalam kesejarahannya. Robert M. Hutchins, salah seorang tokoh
perenialisme menyimpulkan bahwa tugas pokok pendidikan adalah pengajaran.
Pengajaran menunjukkan pengetahuan sedangkan pengetahuan itu sendiri adalah
kebenaran. Kebenaran pada setiap manusia adalah sama, oleh karena itu,
dimanapun dan kapanpun ia akan selalu sama.
Pola dasar pendidikan perennialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip
umum dari teori dan praktek pendidikan yang dilaksanakan oleh penganut
Perenialisme. Bahkan harus diakui bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan
Perenialisme tidak selalu secara mutlak konsisten dengan asas-asas filosofis yang
menjadi dasar pandangannya.
Berikut ini adalah prinsip pendidikan perenialisme (Sandulloh.2003),
sebagai berikut:
 Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia
berada, yang walaupun lingkungannya berbeda.
 Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang
kebenaran yang pasti dan abadi.
 Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk
hidup.
 Peserta didik harus mempelajari karya besar dalam literature yang
menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan social terutama politik
dan ekonomi.
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Memandang bahwa nilai – nilai kependidikan harus bertumpu pada nilai
yang jelas dan tahan lama sehingga memberikan kesetabilan yang arahnya jelas.
Nilai – nilai humanisme yang dipegangi oleh essensialisme dijadikan tumpuan
hidup untuk menentang kehidupan yang materialistis, sekuler dan scientific yang
gersang dari nilai – nilai kemanusiaan.
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa
orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan
Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut
“The Esensialist Commite for the Advancement of American Education”. Bagley
sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada ”Teacher
College”, Columbia University. Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
Gerakan back to basics yang dimulai pertengahan tahun 1970-an adalah
dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program esensialis
di sekolah-sekolah dan tidak semua teori aliran ini berasal dari filsafat esensialisme.
Tujuan pendidikan aliran ini adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan
sejarah melalui pengetahuan inti yang terakulmulasi dan telah bertahan dalam
kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh
waktu dan dikenal oleh semua orang.

9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.
Gerakan ini lahir didasari atas suatu tanggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada
pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan
Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat
yang pantas dan adil.
Dalam publikasinya “Dare the School Build a New Social Order”, George
mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi
pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan,
peperangan, dan kesukuan (rasialisme).
Aliran ini dalam satu prinsip sependapat dengan perenialisme, bahwa ada
satu kebutuhan yang amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi
kebudayaan zaman modern sekarang, yang sekarang mengalami ketakutan,
kebimbangan dan kebingungan
Aliran ini beranggapan bahwa usaha melakukan restorasi kehidupan
manusia perlu didukung oleh kesepakatan semua orang tentang tujuan utamanya,
yaitu untuk mengatur tata kehidupan umat manusia dalam pola tatanan yang baru.
Aliran-aliran yang dikemukakan diatas masih sangat perlu untuk didalami
dengan mengkritisi leteratur-leteratur yang sudah ada, dan sebahagian tertera dalam
daftar bacaan buku atau diktat ini, dihalaman belakang.

 Dalam Bab III Menurut Saya:


Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh lebih berharga
dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia. Dan dalam bab ini telah
dicantumkan sebuah pokok tentang realita dan fenomena yang terjadi. Jadi ini juga
sangatlah penting dalam kehidupan kita. Bagaimana kita dapat mengetahui berbagai aliran-
aliran filsafat. Baik dalam sejarahnya kita dapat memahami dan yang kita harapkan, kita
dapat mengembangkannya. Kejiwaan kita baik materi kita dapat kita ketahui bagaimana
sebenarnya munculnya sebuah kefilsafatan itu. Munculnya setiap arti dari sebuah hal yang
nyata, pasti karna aliran yang muncul dan sudah terjadi dan sudah nyata. Sehingga dapat
dibahas dan dikembangkan demi kebaikan perubahan kedepannya.
Saya sangat memuji dengan topik pembahasan ini. Bagaimana kita dapat belajar
menstabilkan kejiwaan kita, materialisme kita, sehingga dengan munculnya hal tersebut,
kita dapat melihat kembali kepribadian kita dari sebelumnya, dan enggan mengubah
kedepannya. Sangat termotivasi!!..
BAB IV

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan Dan


Nilai

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang


di kemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya pancasila. Pansaila sebagai ideologi
mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik
seara pribadi maupun kelompok. Fungsi pancasila dari suatu ideologi atau dogma yaitu
serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pandangan oleh setiap warga negara untuk mengikat
seluruh anggotanya dalam satu organisasi negara Rpublik Indonesia.

1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan
Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugrahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang, baik ssebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
atau sosial. Manusia sebagai individu membutuhkan manusia lainnya, yang berarti manusia
harus hidup saling membantu dalam keberagaman dan latar belakang yang berbeda- beda
dalam kehidupan berasam tidak mengenal adanya kelompok minorotas dan mayoritas
karena setiap individu manusia memiliki keungulan dan keterbatasan dlam hidup untuk
memenuhi kehidupan bersama menuju masyarakat adil, makmur aman-nyaman dan
sejahtera.

Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar 2002: 191) menemukakan gambaran


manusia Pansaila sebagai berikut;

a) Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya


sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya.
b) Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
c) Sila persatuan indonesia berarti manusia indonesia adalah makhluk sosial yang
berada di dalam dunia Indonesia bersam-sam dengan manusia indonesia lainnya.
d) Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai memiliki kebutuhan bersama didalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupan.
e) Dala sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf
kehidupan yang lebih baik.

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat

Didalam penjelasan hakekat masyarakat telah dijelaskan bahwa masyarakat-bangsa


dan negara indonesia menuju masyarakat madani yang aman, damai, sejahtera, terbuka
serta toleran, adil dan makmur. Berarti masyarakat indonesia berkembang dengan tetap
memperhatikan dan menghargai masing-masing budaya etnis yang ada di dalam
masyarakat mendaoatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang. Hakikat
rakyat adalah pilar Negara dan yang berdaulat.

Selanjutnya Hamdi Muluk (dalam Tillar. 2002:76) mengemukakan program-


program berikut ini:

a) Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka di


hindarkan cara-cara pemecahan koerasif (militeristk), tetapi menggunakan
metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat
setempat.
b) Pengakuan akan identitasa akan menyumbang kepada terwujudnya identitas
nasional bangsa Indonesia.
c) Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme
bahwa berpisah dengan negara dan bangsa indonesia akan merugikan.
d) Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati hak asasi
manusia
3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO 20 Tahun 2003 dijelaskan


bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pngendalian diri, kepribadian kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya dalam UU Sisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan


pendidikan sebagai berikut; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemempuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jaawab.

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai

Menurut Kaelan, 2000, (dalam Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa pancasila
merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai kerangka berpikir
serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu,sila-sila dalam pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek, seperti
berikut ini;

a) Sila pertama menempatkan manusia dialam semesta bukan sebagai pusatnya,


melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.
b) Sila kedua menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pedidikan harus
menjaga keseimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga negara.
c) Sila ketiga memberi kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme
merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
d) Sila keempat mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan potensinya, asing-masing warga negara
menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang
berdasarkan pancasila.
e) Sila kelima mengandung nilai bahwa manusia indonesia harus menjaga
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan manusia lain.
B. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan
Nasioanal

Pendidikan adalah sebagai suatu investasi bagi pengembangan sumber daya


manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Bangsa indonesia yang terdiri dari
berbagai etnis dan budaya yang berbeda merupakan modal atau aset nasional untuk
memajukan bangsa, akan tetapi dapat menjadi potensial sebagai sumber disentegrasi
bangsa apabila diabaikan pembentukan dan pengembangan sikap toleransi dan saling
mengasihi bagi setiap warga negara.

Hafid Abbas (2002) menyebutkan Sisdiknas belum dapat berfungsi untuk


mempersatukan manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi seperti itu maka: (1) pendidikan
harus dikelola dengan prinsip keadilan; (2) pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam
rangka mengakomodir partisipasi masyarakat banyak; (3) pengelolaan pendidikan harus
bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh sifat ekslusif berlebihan.

Pendidikan sebaiknya dikelola dalam satu atap dibawah naungan Sisdiknas oleh
departement pendidikan nasional. Memang pendidikan adalah tanggung jawab bersama,
akan tetapi bukan berarti bahwa setiap badan atau lembaga melaksanakan pendidikan di
bidangnya sendiri-sendiri.

Mastuhu (1999: 94-98)vmenawarkan gagasan untuk mengantisipasi pendidikan abad 21,


yakni:

1. Pendidikan yang tidak deskriminatif, antar negri dan swasta.


2. Pendidikan dijadikan “panglima” pembangunan indonesia
3. Agar pendidikan diatur sepenuhnya dengan kewenangan akademik bukan
kewenangan kekuasaan apalagi sentralistik;
4. Pendidikan hendaknya menggunakan pendekatan yang beragam bukan yang serba
diseragamkan.
5. Pendidikan hendakanya berorientasi pada siswa bukan pada guru atau materi
pelajaran.
6. Pendidikan diubah untuk mengarahkan siswa “menjadi” bukan sekedar “memiliki”.
7. Pendidikan harus mampu mengembangkan budaya akademik, dan jangan terjebak
pada budaya politik kekuasaan.
Pelaksanaan pendidikan ada kecenderungan eksklusif dengan system sekolah unggul,
sekolah khusus sebagai status social yang beruntung dan penyelenggaraan pendidikan oleh
badan atau lembaga tertentu dengan pelayanan khusus yang dananya tetap diambil dari
dana pendidikan nasional.

 Dalam Bab IV Menurut Saya:

Kita ketahuai bersama bahwa Pancasila adalah dasar dari pembentukan negara
indonesia sebagaimana yang di kemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya pancasila.
Pancasila sebagai ideologi mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap
kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok.

Jadi dengan adanya filsafat pendidikan pancasila, kita tahu apa yang menjadi bagian
kita dan tahu bagaimana membatasinya. Seperti sila pertama menunjukkan bahwa manusia
perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh
sebab itu harus mampu menetukan sikapnya terhadap hubungannya dengan penciptanya.
Sangatlah pembahasan pada bab ini dapat membangn prinsip pemikiran kita. Dan semoga
kedepannya bisa menjadi baik lagi.
BAB V
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN

A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Menurut bahasa Belanda,
pendidikan berasal dari kata Ofvooden yang artinya memberi makan.Pendidikan haruslah
berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, pengenalan itu
tidak cukup hanya bersifat objektif atau subyektif, tetapi harus kedua-duanya.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
Orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

2. Tujuan Pendidikan
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas. Kedua, keberhasilan
Pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga,
penetapan metode pembelajaran. Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan
yang jelas akan merupakan dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi
pendidikan, dan pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksana
dengan baik atau telah berhasil.

3. Pilar Pendidikan
UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan disokong oleh empat pilar pendidikan
Yakni ; Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, Learning to Live Together.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama kehidupan manusia sebagai
proses untuk menjadi selalu dalam konteks pendidikan.
 Aliran-Aliran Pendidikan
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pelaksanaan pendidikan terhadap
anak yang dikemukakan dalam beberapa aliran berikut:
a. Nativisme
b. Naturalisme
c. Empirisme
d. Konvergensi
 Lingkungan Pendidikan
Berikut ini akan dijelaskan tripusat pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ketiga lembaga inilah yang memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutama terhadap
pertumbuhan dan perkembangan rohani atau pribadinya.
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat

B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Orang yang berkarakter akan menunjukkan dalam
hidupnya perbuatan yang bermakna dan bermanfaat pada sesamanya, lingkungannya,
keluarganya, dan dirinya sendiri yang didasari oleh kekuatan spritualnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, yang terbentuk melalui pengaruh hereditas atau turunan dan
lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain yang sifatnya khas atau unik
dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ialah bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-
hal yang baik dalam kehidupan . Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila
pancasila secara utuh dan komprehensif. Petuah-petuah pada suku Batak Toba mengatur
pola hidup setiap warga masyarakat toba dan dijunjung tinggi, tidak hanya yang tinggal di
“bona pasogit” di daerah asal, akan tetapi ditempat dimana suku batak toba berada
(diparserahan).

C. Hakekat Manusia
1. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga mahkluk-makhluk yang
lain di muka bumi ini, dna setiap mahkluk memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan
makhluk lain.

2. Beberapa Pandangan Tentang Manusia


a. Manusia itu adalah makhluk yang berpikir (Homo Sapiens)
b. Manusia adalah makhluk yang suka berbuat
c. Manusia juga disebut sebagai animal educandum
d. Manusia adalah makhluk yang suka berkawan
3. Eksistensi Manusia
a. Manusia sebagai makhluk individu
b. Manusia sebagai makhluk sosial
c. Manusia sebagai makhluk susila
d. Manusia sebagai makhluk religious
4. Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia Dalam Proses Pendidikan
a. Pengembangan diri sebagai makhluk individu
b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
d. Pengembangan manusia sebagai makhluk religius

D. Hakekat Masyarakat
Perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan masyarakat sangat tergantung pada
perkembangan tatanan kehidupan masyarakat yang sudah semakin menyadari fungsi dan
peran masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Bangsa dan masyarakat Indonesia
telah bertekad untuk membangun suatu masyarakat Indonesia baru sebagai hasil dari
gerakan reformasi untuk meninggalkan kehidupan yang telah dibangun selama orde baru
yang telah menafikan nilai nilai demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan.

E. Hakekat Peserta Didik


Sasaran aktivitas yang dilakukan adalah peserta didik; yang berarti bahwa peserta
didiklah yang menentukan bentuk dan arah kegiatan yang dilakukan.
Karena itu dalam praktek pelaksanaan pendidikan sebaiknya disadari setiap
pelaksana pendidikan hal-hal berikut:
1) Subyek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang
manusiawi.
2) Subyek didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi
lingkungan hidupnya.
3) Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan
wawasan belajr sepanjang hayat.

F. Hekekat Guru atau Pendidik


Pendidik di lembaga pendidikan maupun di keluarga dan masyrakat tersebut
memperhatikan nilai dan norma-norma susila sehingga setiap perilaku dan tindakannya
memancarkan tindakan yang patut ditiru dan di contoh atau guru peserta didik yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Sesuai dengan kedudukan dan fungsi guru, maka guru wajib memiliki kualifikasi
disamping sehat jasmani dan rohani akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik.
G. Hakekat Pembelajaran
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (spikomotorik). Proses pembelajaran dirancang oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas, guna dapat meningkatkan kemampuan berfikir, bersikap,
bersosial, dan emosional peserta didik serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pelajaran.
H. Landasan-Landasan Pendidikan
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi sumber
daya manusia (SDM) yang bermakna untuk dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat,
bangsa, dan Negara, bahkan untuk kehidupan manusia, harus dilandasi oleh nilai-nilai yang
sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudi diciptakan Tuhan yang
maha kuasa, dan makhluk social budaya.
Oleh karena itu , pendidikan dalam proses pelaksanaannya paling tidak harus dilandasi
nilai-nilai sebagai berikut:
1. Landasan Agama
2. Landasan Filsafat
3. Landasan Sosiologi
4. Landasan Hukum
5. Landasan Moral.
J. Asas-Asas Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing
dan mendidik peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk
mengembangkan segala bakat atau potensi yang dimiliki.
Pengembangan segala bakat atau potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat
berlangsung simultan melainkan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangannya. Dalam pelaksanaan pendidikan harus menerapkan asas-asas yang
sesuai.
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat (Long Life Education)
2. Asas Kasih Sayang
3. Asas Demokrasi
4. Asas Keterbukaan dan Transfaransi
5. Asas Tanggung Jawab
6. Asas Kualitas
7. Panca Darma Taman Siswa
8. Dasar-Dasar Pendidikan Mohammed Sjafei.

 Dalam Bab V Menurut Saya:


Semua pembahasan setiap bab dalam buku ini, sangatlah membangun kepribadian
seseorang. Karena semua topik yang dibahas mempunyai hubungan yang erat, Termasuk
dalam bab ini mengenai “Hakekat Ilmu Pendidikan”. Selain berfilsafat, kita juga perlu
menguasai Ilmu Pendidikan kita. Bagaimana kita menjadi seorang pribadi yang luar
biasa?! Kita juga perlu mendalami ilmu pendidikan kita. Jadi sangatlah bagus dalam
pembahasan kali ini kita dituntut juga untuk menggambarkan hakekat belajar mengajar kita
dalam proses pendidikan. Sehingga saat kita mampu mempelajari dan menguasai teori
mulai dari awal bab pertama hingga bab terakhir ini, kita pasti banyak perubahan dan akan
Nampak dari keseharian kita bagaimana kita sudah mulai merubah pikiran kita, tutur kata
kita, kerohanian kita, sehingga tumbuhlah orang-orang yang benar berpendidikan dan
berfilsafat tinggi.
Dan sebagai akhir, buku ini sangatlah luar biasa bagi kita penyaji atau pembaca. Dan
kiranya ilmu yang baik ini janganlah kiranya berhenti di kita. Akan tetapi belajarlah untuk
saling berbagi pengetahuan dengan orang lain. Terima kasih!!

BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan buku yang telah saya review ini, sangatlah menarik dan bagus. Karena
pada buku ini secara mendetail lebih efektif dalam penjelasannya.Sehingga para
penyaji/pembaca, dapat menambah wawasan yang lebih banyak. Dan semoga para
pembaca CBR ini,dapat menambah pengetahuan yang lebih luas lagi dari pada yang
sebelumnya. Dikarenakan kita dilatih dalam mengkritik,mengambil keputusan lebih
percaya diri lagi.

REKOMENDASI/SARAN
Menurut saya, dengan diterbitkannya buku “Filsafat Pendidikan“ ini, akan dapat
mengubah perilaku para pembaca/penyaji kedepannya lagi selaku akan menjadi para calon-
calon pemimpin bangsa yang kita cintai ini. Buku ini sudah termasuk sangat bagus,akan
tetapi masih ada di sana sini yang pastinya ada kekurangan sedikit lagi. Dan saya percaya
kedepannya pasti akan lebih luar biasa lagi penyampaiannya dalam penerbitan buku
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul Praktikum Pengolahan Citra-Emy S
    Modul Praktikum Pengolahan Citra-Emy S
    Dokumen90 halaman
    Modul Praktikum Pengolahan Citra-Emy S
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CBR Sepak Takraw Raimon
    CBR Sepak Takraw Raimon
    Dokumen27 halaman
    CBR Sepak Takraw Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Ri Raimon
    Ri Raimon
    Dokumen60 halaman
    Ri Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • RPPVoli
    RPPVoli
    Dokumen7 halaman
    RPPVoli
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • RPP Micro Teaching Passing Bawah
    RPP Micro Teaching Passing Bawah
    Dokumen7 halaman
    RPP Micro Teaching Passing Bawah
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Buku Fokus Pembelajaran
    Buku Fokus Pembelajaran
    Dokumen422 halaman
    Buku Fokus Pembelajaran
    kurniawan alumni
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • ISU KP DI INDO
    ISU KP DI INDO
    Dokumen9 halaman
    ISU KP DI INDO
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR Kondas SD
    CJR Kondas SD
    Dokumen10 halaman
    CJR Kondas SD
    Ummu Hamidah
    100% (1)
  • CBR PKN Kelompok Raimon
    CBR PKN Kelompok Raimon
    Dokumen23 halaman
    CBR PKN Kelompok Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR Statistika Tindaon
    CJR Statistika Tindaon
    Dokumen12 halaman
    CJR Statistika Tindaon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR Adaptif Rico
    CJR Adaptif Rico
    Dokumen71 halaman
    CJR Adaptif Rico
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CBR Ket SD
    CBR Ket SD
    Dokumen8 halaman
    CBR Ket SD
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CBR Statistika - Bagus Tindaon
    CBR Statistika - Bagus Tindaon
    Dokumen12 halaman
    CBR Statistika - Bagus Tindaon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CBR Abk
    CBR Abk
    Dokumen9 halaman
    CBR Abk
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    100% (1)
  • Aspek Psikologi Atlet Tenis Meja
    Aspek Psikologi Atlet Tenis Meja
    Dokumen12 halaman
    Aspek Psikologi Atlet Tenis Meja
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Tugas Rutin - Pks - Medita
    Tugas Rutin - Pks - Medita
    Dokumen5 halaman
    Tugas Rutin - Pks - Medita
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Kasusu - Psikologi Olahraga
    Kasusu - Psikologi Olahraga
    Dokumen1 halaman
    Kasusu - Psikologi Olahraga
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • TR 15-16 Metopel Raimon
    TR 15-16 Metopel Raimon
    Dokumen9 halaman
    TR 15-16 Metopel Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • TR1 Manajemen Medita
    TR1 Manajemen Medita
    Dokumen5 halaman
    TR1 Manajemen Medita
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CBR Psior
    CBR Psior
    Dokumen14 halaman
    CBR Psior
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • TR Pks Sania
    TR Pks Sania
    Dokumen5 halaman
    TR Pks Sania
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • TR Bulutangkis
    TR Bulutangkis
    Dokumen8 halaman
    TR Bulutangkis
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Drive Backhand
    Drive Backhand
    Dokumen4 halaman
    Drive Backhand
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR - Pramuka Hotma & Medita
    CJR - Pramuka Hotma & Medita
    Dokumen12 halaman
    CJR - Pramuka Hotma & Medita
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR PSIOR Raimon
    CJR PSIOR Raimon
    Dokumen4 halaman
    CJR PSIOR Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • TR13-14 METOPEL Raimon
    TR13-14 METOPEL Raimon
    Dokumen4 halaman
    TR13-14 METOPEL Raimon
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • RPP Niko
    RPP Niko
    Dokumen10 halaman
    RPP Niko
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • Mini Riset Hotma & Medita
    Mini Riset Hotma & Medita
    Dokumen10 halaman
    Mini Riset Hotma & Medita
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat
  • CJR Pramuka
    CJR Pramuka
    Dokumen5 halaman
    CJR Pramuka
    Raymon Lumban Gaol Raymon
    Belum ada peringkat