Skor Nilai:
FILSAFAT PENDIDIKAN
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas
CBR yang membahas tentang Filsafat Pendidikan ini. Atas dukungan moral dan material
yang diberikan dalam penyusunan tugas ini, saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Silvia Mariah S.Pd, M.Pd selaku dosen saya pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap tugas CBR ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Filsafat Pendidikan itu.Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalamTugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga tugas CBR sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.Terima kasih..!
Disusun oleh:
DANIEL R SIHOMBING
BAB I. PENDAHULUAN
C.Manfaat CBR
BAB I
Kata filsafat yang dalam bahasa inggris philosophy, dan dalam bahasa arab
falsafash, yang keduanya berasal dari bahasa yunani yakni, philosophia. Yang terdiri atas
dua suku kata yakni philein dan Sophia. Philein berarti cinta (love) dan Sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom). Dalam arti yang dalam adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan.
2. pengertian terminology
Pengertian terminology adalah arti yang dikandung oleh istilah atau kata filsafat itu
sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli
(surajiwo, 2008, 3-4)
a.Plato
filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
b.Aristoteles
Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari suatu gejala atau fenomena secara
mandalam. Filsafat ingin menembus hingga inti masalah dengan mencari manakah factor-
faktor yang fundamental yang membentuk adanya sesuatu. Jadi fisafat ingin memandang
objeknya secara keseluruhan surajiwo,2008, 6-7.
4. Alasan Berfilsafat
a. Keheranan
Misalnya Plato mengatan: mata kita memberi pengamatan tentang bintang-bintang.
Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan inilah
berasal filsafat.
b. Kesangsian
Sikap ragu-ragu atau menyangsikan merupakan awal timbulnya dorongan untuk
menemukan agar keragu-raguan dan keasangsian dapat terjawab.
c. Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecildan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
5. Peranan filafat
a. Pendobrak
Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sacral dan
selama itu tidak boleh tidak diterima. Namun telah membuahkan hasil yang
mencengangkan, yakni terjadi perubahan dalam pandangan dan sikap manusia tentang
sesuatu.
b.Pembebas
filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mite
dan dari ketidak tahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidaak teratur dan tidak jernih, cara berpikir manusia yayng tidak kritis
membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semua yang menyesatkan.
d, Pembimbing
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha
sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan
mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaannya.
Filsafat dilihat dari fuunngsinya secara praktis sebagai sarana bagi manusia untuk
memecahkan berbagai problema kehidupan yang dihadapinya, termasuk bidang
pendidikan. Masalah-masalah yang dihadapi dalam praktek pelaksanaan pendidikan
merupakan karakter atau bahasan utama dalam filsafat.
1) Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya
sebagai tujuannya.
2) Hakekat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima dan
melaksanakan pendidikan.
3) Hakekat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
sosial.
4) Hakekat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk
mencapainya (Al-Syaibany, 1979, 30).
Dalam Bab I Menurut Saya:
Dalam bab ini saya sangat setuju karena judul bab ini di bahas di bab 1.
Dengan judul “pengertian filsafat dan filsafat pendidikan”. Kenapa saya bilang
setuju? Karena dalam bab pertama dapat kita simpulkan sebagai topik
awal/permulaan. Bagaimana kita membahas suatu topik kalau pengertian atau
definisi dari pembahasan tersebut pun kita belum mengerti. Dan dalam bab ini
diberitahukan bagaimana definisi filsafat oleh para ahli-ahli kita. Jadi pada saat
banyak definisi, kita menjadi paham apa yang menjadi arti luas filsafat. Dan bahkan
kita jadi mampu membuat suatu pengertiannya juga menurut pemahaman kita.
Baik yang menjadi ciri-ciri kefilsafatan tercantum didalamnya. Dan intinya pada
bab ini saya sangat setuju dan saya berikan apresiasi.
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linear antara filsafat dan
pendidikan.Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung kedalam
pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu
cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealisme. Maka tujuan dari pendidikan itu
adalah mengutamakan perkembangan aspek-aspek spiritual dan kerohanian pada peserta
didik. Maka pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
B. Substansi Filsafat Pendidikan
Roh dan jiwa Undang-Undang dasar 1945 harus mendasari landasan praksis dan praktik
pendidikan. Tujuan pendidikan semakin dipertegas dan diperjelas substansi dan arahnya
yakni menjadikan manusia cerdas, berbudi luhur, berakhlak mulia dan lainnya. Seharusnya
substansi filsafat pendidikan dan pendidikan adalah pengkajian dan pelaksanaan
bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk membina dan mengembangkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang mulia agar hidup berbudi luhur dan berakhlak
mulia, serta cerdas. Dengan memperhatikan kedudukan filsafat pendidikan secara
fungsional terhadap keadaan atau perubahan serta perkembangan zaman dan alam, maka
tidak jarang filsafat pendidikan merupakan tumpuan atas berbagai pertanyaan yang
bersifat macro. Jadi dalam hal ini telah sepatutnya filsafat pendidikan, praksis pendidikan,
dan praktek pendidikan mengangkat topik tersebut sebagai substansi dan materi kajiannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat
dan teori pendidikan adalah;
1. Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh
para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut
aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan (Jalaluddin, 1997, 23).
Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga
pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain;
Jiwa atau rohani yang disebut mind adalah hakekat manusia jiwa atau rohani
manusia merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, dan sekaligus
sebagai pendorong dan penggerak semua aktivitas manusia; badan atau jasmani tanpa
jiwa atau rohani tidak ada apa-apanya,
Sistem kefilasafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, dan hal-
hal yang adanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya
tidak perpengaruh oleh seseorang. Kebanyakan orang akan tegas-tegas mengadakan
pemilahan yang tajam antara tindakan akal yang menyadari suatu objek dan objeknya
itu sendiri, Defenisi kebenaran menurut penganut realisme adalah ukuran kebenaran
suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah gagasan itu benar-
benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri
ataukah tidak dengan mengadakan pembedaan antara apakah sesuatu itu yang
senyatanya dengan bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu. Kita akan mengetahui
apakah barang itu baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkannya dari
yang menampak.
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan
Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugrahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang, baik ssebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
atau sosial. Manusia sebagai individu membutuhkan manusia lainnya, yang berarti manusia
harus hidup saling membantu dalam keberagaman dan latar belakang yang berbeda- beda
dalam kehidupan berasam tidak mengenal adanya kelompok minorotas dan mayoritas
karena setiap individu manusia memiliki keungulan dan keterbatasan dlam hidup untuk
memenuhi kehidupan bersama menuju masyarakat adil, makmur aman-nyaman dan
sejahtera.
Menurut Kaelan, 2000, (dalam Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa pancasila
merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai kerangka berpikir
serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu,sila-sila dalam pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek, seperti
berikut ini;
Pendidikan sebaiknya dikelola dalam satu atap dibawah naungan Sisdiknas oleh
departement pendidikan nasional. Memang pendidikan adalah tanggung jawab bersama,
akan tetapi bukan berarti bahwa setiap badan atau lembaga melaksanakan pendidikan di
bidangnya sendiri-sendiri.
Kita ketahuai bersama bahwa Pancasila adalah dasar dari pembentukan negara
indonesia sebagaimana yang di kemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya pancasila.
Pancasila sebagai ideologi mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengarahkan setiap
kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok.
Jadi dengan adanya filsafat pendidikan pancasila, kita tahu apa yang menjadi bagian
kita dan tahu bagaimana membatasinya. Seperti sila pertama menunjukkan bahwa manusia
perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh
sebab itu harus mampu menetukan sikapnya terhadap hubungannya dengan penciptanya.
Sangatlah pembahasan pada bab ini dapat membangn prinsip pemikiran kita. Dan semoga
kedepannya bisa menjadi baik lagi.
BAB V
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Menurut bahasa Belanda,
pendidikan berasal dari kata Ofvooden yang artinya memberi makan.Pendidikan haruslah
berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, pengenalan itu
tidak cukup hanya bersifat objektif atau subyektif, tetapi harus kedua-duanya.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
Orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
2. Tujuan Pendidikan
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas. Kedua, keberhasilan
Pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga,
penetapan metode pembelajaran. Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan
yang jelas akan merupakan dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi
pendidikan, dan pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksana
dengan baik atau telah berhasil.
3. Pilar Pendidikan
UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan disokong oleh empat pilar pendidikan
Yakni ; Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, Learning to Live Together.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama kehidupan manusia sebagai
proses untuk menjadi selalu dalam konteks pendidikan.
Aliran-Aliran Pendidikan
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pelaksanaan pendidikan terhadap
anak yang dikemukakan dalam beberapa aliran berikut:
a. Nativisme
b. Naturalisme
c. Empirisme
d. Konvergensi
Lingkungan Pendidikan
Berikut ini akan dijelaskan tripusat pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ketiga lembaga inilah yang memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutama terhadap
pertumbuhan dan perkembangan rohani atau pribadinya.
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Orang yang berkarakter akan menunjukkan dalam
hidupnya perbuatan yang bermakna dan bermanfaat pada sesamanya, lingkungannya,
keluarganya, dan dirinya sendiri yang didasari oleh kekuatan spritualnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, yang terbentuk melalui pengaruh hereditas atau turunan dan
lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain yang sifatnya khas atau unik
dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ialah bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-
hal yang baik dalam kehidupan . Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila
pancasila secara utuh dan komprehensif. Petuah-petuah pada suku Batak Toba mengatur
pola hidup setiap warga masyarakat toba dan dijunjung tinggi, tidak hanya yang tinggal di
“bona pasogit” di daerah asal, akan tetapi ditempat dimana suku batak toba berada
(diparserahan).
C. Hakekat Manusia
1. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga mahkluk-makhluk yang
lain di muka bumi ini, dna setiap mahkluk memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan
makhluk lain.
D. Hakekat Masyarakat
Perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan masyarakat sangat tergantung pada
perkembangan tatanan kehidupan masyarakat yang sudah semakin menyadari fungsi dan
peran masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Bangsa dan masyarakat Indonesia
telah bertekad untuk membangun suatu masyarakat Indonesia baru sebagai hasil dari
gerakan reformasi untuk meninggalkan kehidupan yang telah dibangun selama orde baru
yang telah menafikan nilai nilai demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan buku yang telah saya review ini, sangatlah menarik dan bagus. Karena
pada buku ini secara mendetail lebih efektif dalam penjelasannya.Sehingga para
penyaji/pembaca, dapat menambah wawasan yang lebih banyak. Dan semoga para
pembaca CBR ini,dapat menambah pengetahuan yang lebih luas lagi dari pada yang
sebelumnya. Dikarenakan kita dilatih dalam mengkritik,mengambil keputusan lebih
percaya diri lagi.
REKOMENDASI/SARAN
Menurut saya, dengan diterbitkannya buku “Filsafat Pendidikan“ ini, akan dapat
mengubah perilaku para pembaca/penyaji kedepannya lagi selaku akan menjadi para calon-
calon pemimpin bangsa yang kita cintai ini. Buku ini sudah termasuk sangat bagus,akan
tetapi masih ada di sana sini yang pastinya ada kekurangan sedikit lagi. Dan saya percaya
kedepannya pasti akan lebih luar biasa lagi penyampaiannya dalam penerbitan buku
selanjutnya.