Anda di halaman 1dari 41

CRITICAL BOOK REVIEW

Nama: Natasha Angelina Nababan

NIM: 2233131002

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Yeni Marito, M.Pd.,M.Si

PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Critical Book Review ini. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.

Medan, Senin 18 Maret 2024

Natasha Angelina Nababan

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi Pentinngnya CBR.................................................................................1
1.2 Tujuan CBR.................................................................................................................1
1.3 Manfaat CBR...............................................................................................................1
1.4 Identitas Buku..............................................................................................................1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU.....................................................................................3
2.1 Buku Utama.................................................................................................................3
2.2 Buku Pembanding I.....................................................................................................13
BAB III KEUNGGULAN BUKU.....................................................................................29
3.1 Keterkaitan antar bab.................................................................................................29
3.2 Kemukhtahiran Buku.................................................................................................29
BAB IV KELEMAHAN BUKU.......................................................................................30
4.1 Keterkaitan antar bab.................................................................................................30
4.2 Kemukhtahiran Buku.................................................................................................30
BAB V IMPLIKASI..........................................................................................................31
5.1 Implikasi terhadap teori.............................................................................................31
5.2 Implikasi terhadap Pembangunan di Indonesia.......................................................31
5.3 Pembahasan dan Analisis...........................................................................................32
BAB VI PENUTUP............................................................................................................33
6.1 Kesimpulan...................................................................................................................33
6.2 Saran.............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yanglain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis.
Seringkali kita bingung dalam memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih
belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu
penulis membuat CBR Psikologi Pendidikan ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang Psikologi Pendidikan.
B. Tujuan Penulisan CBR
Adapun tujuan dari penulisan CBR ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI, Critical Book Riview
2. Menambah kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari buku
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis buku

C. Manfaat Penulisan CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
a. Menambah wawasan pengetahuan tentang Psikologi Pendidikan
b. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah dilengkapi
dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan
buku tersebut.
c. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

D. Identitas Buku
 Buku Utama
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Sri Milfayetty,dkk
Penerbit : PPs Unimed
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2024
ISBN: 978-602-820718-8
Gambar:

1
 Buku Pembanding I
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Dr. H. Rahmadi, M.Pd,
dkk Penerbit : CV. Mitra Media
Kota Terbit : Solok, Sumatera Batar
Tahun Terbit : 2023
ISBN: 978-623-176-127-9
Gambar:

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BUKU UTAMA

BAB I : PEDAHULUAN
Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari generasi X 1960- 1980 dan
generasi Y (1980 – 2000) ke generasi C atau Gen C mulai tahun 2000 sampai sekarang.
generasi X ciri khasnya adalah suka menunda kedewasaan dan terlalu dekat dengan orang tua
generasi C mewakili generasi yang selalu clicking, connected, communicating, connect-
sentric computerized, and community-sentric. Generasi X dan Y memiliki potensi lebih
banyak pada otak kiri, maka generasi C lebih banyak memiliki potensi pada otak kanan.
Generasi C memiliki gaya hidup dunia digital. Hampir semua bakat generasi berujung pada
“screen” yaitu tulisan foto, audio, video yang bisa dilihat lewat akses web ataupun gadget
Sejalan dengan perubahan ini maka pendidikan Tidak mungkin lagi dilakukan dengan
cara tradisional yaitu mendengar penjelasan mengingat dan mencoba menerapkannya
pembelajaran perlu dirubah dengan cara kreatif dan inovatif sesuai dengan kebutuhan peserta
didik apalagi tantangan yang dihadapi pada abad 21 ini sangat khas dan spesifik sehingga
baik peserta didik dan pendidik perlu mengikuti Perubahan tersebut secara seksama
Sejalan dengan karakteristik generasi C ini perlunya perubahan modal pembelajaran
konvensional menjadi komputer maka diperlukan pengkajian psikologi pendidikan yang
berbeda dari yang sebelumnya Perubahan tersebut meliputi tujuan belajar, materi, strategi,
dan evaluasi

BAB II : PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku.
Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara
menanamkannya. Definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam
mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan Pendidikan. Psikologi
pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia,
misalnya jika ingin mengajarkan sesuatu pada seseorang, maka perhatikanlah perkembangan
kognitifnya titik kalau usianya masih 5 tahun maka lakukanlah pembelajaran sambil bermain
tetapi jika sudah berusia remaja dapat dilakukan dengan diskusi kelompok.
Dalam psikologi Pendidikan, pendidik akan efektif melaksanakan pembelajaran jika
berpedoman pada prinsip. 1) memberi perhatian pada siswa bagaimana cara belajar bukan
pada untuk apa Belajar. 2) mengajari peserta didik tentang cara membaca untuk mendapat
pemahaman 3) melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar 4) peserta didik perlu
dilatih untuk mau berpikir sendiri 5) pendidik punya potensi untuk menjadi guru yang hebat.
Seorang pendidik yang memiliki keahlian mendidik akan mampu membuat orang
belajar pendidik ahli ini tampil sebagai guru yang berpengalaman, efektif dalam
menyelesaikan
3
berbagai persoalan di dalam kelas. Pemahamannya tentang proses pembelajaran dan isi
pembelajaran luas dan terorganisasi dengan baik. Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk
memahami dan meningkatkan proses belajar dan pembelajaran. Psikologi pendidikan
dikemukakan pertama kali oleh William James ia meluncurkan buku ajar pertamanya pada
tahun 1890 dengan judul "Principle of psychology". Ia memberikan serangkaian kuliah yang
bertajuk "Talk to teacher", dalam Kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk
mendidik anak. Psikologi pendidikan menjadi sangat penting karena mengajar terkait dengan
sains dan seni titik dari segi sains, psikologi pendidikan memberikan informasi yang
berharga. Dari segi seni, keahlian dan pengalaman berperan penting untuk pengajaran yang
efektif.

BAB III : BELAJAR


Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah
laku. Jika ingin membantu peserta didik belajar untuk menguasai keterampilan tertentu maka
guru dapat memfasilitasinya dengan strategi modeling peserta didik akan berarti terus-
menerus hingga keterampilan tersebut dikuasainya.
a. Belajar vs Kematangan
Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi
kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak sudah mampu berjalan pada usia 2
tahun kondisi motorik yang diperlukan anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut,
akan tetapi seorang anak tidak akan otomatis mampu membaca pada usia 6 tahun, jika tidak
mempelajari cara membaca meskipun kemasan kognitif ini sudah tercapai pada tahap
tersebut.
b. Otak Belajar
Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otot. Sejak lahir otak
manusia sudah memiliki 100-200 miliar sel. Setiap sel setiap dikembangkan untuk
memproses berbagai informasi. Manusia dianugerahi otak lebih sempurna daripada otak
hewan. Fakta tentang otak adalah otak terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kiri
mempunyai fungsi dan cara belajar yang khusus yaitu menyukai hal-hal yang berurutan
belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat detail menyukai sistem membaca yang
berdasarkan fonetik menyukai kata-kata, dan huruf, menyukai sesuatu yang terstruktur dan
dapat diprediksi. Sedangkan otak kanan lebih menyukai hal-hal yang bersifat acak, belajar
dari global ke detail, menyukai sistem membaca secara menyeluruh, menyukai gambar dan
grafik, lebih suka melihat dulu atau mengalami sesuatu.
Seseorang yang merasa tertekan, stress akan mengaktifkan otak kanannya sedangkan
bila gembira dan optimis akan masa depan cenderung mengaktifkan otak kirinya. Oleh karena
itu para peserta didik di sekolah memiliki kemampuan untuk memproses perasaan atau
kejadian negatif maka mampu waktu belajarnya akan dapat dioptimalkan.
c. Perkembangan dan Belajar
1. Perkembangan Kognitif dan Belajar
Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berpikir.
Piaget mengatakan bahwa untuk memahami dunianya secara kognitif individu akan
4
mengelompokkan perilaku yang terpisah ke dalam sistem kognitif yang lebih tertib dan lancar

5
pengelompokan atau penataan perilaku ke dalam kategori kategori. Proses mental ini disebut
dengan organisasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung dalam
urutan empat tahapan mengikuti perkembangan usia. Tahap perkembangan tersebut adalah
- Tahap sensori motorik : sejak lahir - usia 2 tahun. Bagi anak di usia ini, bayi
membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman
indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahaman akan objek permanen.
- Tahap pra operasional: tahap ini mulai dari 2 - 7 tahun. Tahap ini dibagi menjadi dua
tahap yaitu sub tahap fungsi dan pemikiran intuitif. Pada tahap fungsi simbol yaitu
pada usia 2 - 4 tahun anak secara mental mempresentasikan objek yang tidak hadir
dan meningkatnya pemikiran simbolis titik. Pada sub tahapan pemikiran intuitif
dimulai sekitar 4 - 7 tahun rasa ingin tahu anak sangat besar dan ingin tahu semua
jawaban pertanyaannya. Disebut tahap intuitif karena anak tampaknya merasa yakin
terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka tetapi tidak menyadari bagaimana
mereka bisa mengetahui apa apa yang mereka ketahui.
- Tahap operasional konkret : tahap perkembangan ini terjadi pada usia 7 - 11 tahun
Pada tahap ini dapat menggantikan pemikiran intuitif menjadi konkret dan spesifik
- Tahap operasional formal : tahap perkembangan ini berlangsung pada usia 11 - 15
tahun. Pada tahun ini remaja lebih bersifat abstrak idealis dan logis.
2. Perkembangan Bahasan dan Belajar
Noam Chomsky (1957) mengemukakan manusia cenderung mempelajari bahasa pada
waktu tertentu dengan cara tertentu bukti paling kuat untuk basis biologi dari bahasa adalah
bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai titik penting dalam berbahasa pada saat yang
hampir sama meskipun ada banyak variasi dalam input bahasa yang mereka terima.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi faktor biologi dan sosial pada saat mereka
berinteraksi
3. Perkembangan Sosial dan Belajar
Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks
membina hubungan interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Perkembangan sosial yang
sangat relevan dibahas dalam konteks sosial di sekolah adalah 1) Perubahan konsep diri atau
self konsep dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik. 2) Perubahan
kebutuhan dasar dan motif personal. 3) Perubahan pada sense tentang hubungan dan
tanggung jawab. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan sosial dapat dijelaskan
melalui teori ekologi yang Bronfenbenner (1917- 2000). Fokus utama Teori ini adalah
konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan
anak. Pada teori ini dikemukakan 5 sistem lingkungan yang merentang interaksi interpersonal
sampai kepada kultur yang lebih luas. Sistem tersebut adalah mikrosistem, meiosistem,
ekosistem, makrosistem dan kronosistem.
Mikrosistem adalah sistem lingkungan individu yang menghabiskan waktu paling
banyak seperti keluarga, tetangga, guru, teman sebaya dan orang lain. Mesosistem adalah
kaitan antar sistem. Contohnya adalah hubungan antara pengalaman di rumah dengan
pengalaman di sekolah. Ekosistem adalah sistem yang terjadi ketika pengalaman pada situasi
lain mempengaruhi pengalaman siswa dan guru dalam konteks mereka sendiri. Makrosistem
adalah kultur yang lebih luas, mencakup etnis adat istiadat faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak kronologi sistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak
sekarang merupakan generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang
6
dipenuhi dengan komputer dan di dalam kota yang semrawut dan tidak kenal batas desa dan
kota.
d. Perkembangan Moral
Damon 1995 mengemukakan bahwa perkembangan moral yang paling awal yang
berlangsung di dalam kelas-kelas di sekolah adalah moral untuk berbagi dalam menggunakan
bahan-bahan ataupun perlengkapan sekolah secara bersama-sama (distributive justice). Bagi
anak usia 5 tahun distribusi yang ada didasarkan pada persamaan jumlah pembagian. Mereka
akan merasa diperlakukan tidak adil jika kawannya mendapatkan lebih banyak dari yang ia
dapatkan. Bagi anak usia 5-6 tahun aturan tentang tingkah laku misalnya dalam bermain
bersifat mutlak dan tidak dapat dirubah. Bila suatu aturan dilanggar, anak percaya bahwa
hukuman harus sebanding dengan besar kerusakan yang diakibatkannya. Misalnya hukuman
untuk anak yang memecahkan 3 gelas harus lebih besar daripada anak yang memecahkan satu
gelas. Konsep Moral ini disebut Piaget 1965 dengan realisme moral. Perkembangan moral
adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konvensi dari interaksi yang adil
antar orang titik perilaku moral dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialaminya.
Orang-orang dewasa mula-mula mengendalikan perilaku anak-anak melalui instruksi,
supervisi komaha dia dan hukuman serta koreksi langsung. Pengaruh lainnya adalah
modeling. Anak-anak yang secara konsisten diperlakukan dengan perhatian, kemurahan hati
akan cenderung lebih peduli pada hak-hak dan perasaan orang lain.

BAB IV ; KARAKTERISTIK BELAJAR


a. Intelegensi
Lewis Madison medefenisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Tahun 1941, George D. Stoddard menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk
memahami masalah-masalah yang bercirikan, 1) mengandung kesukaran, 2) kompleks, 3)
abstrak, 4) ekonomis, 5) diarahkan pada suatu tujuan, 6) mempunyai nilai sosiial, 7) berasal
dari sumbernya. Intelegensi adalah kemampuan menunjukkan pikiran dengan jernih,
pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan yang tepat
kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal.
b. Gaya Belajar
Dalam konteks belajar setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih sensitif pada
salah satu indranya. Misalnya ada orang yang lebih mudah menangkap dan merasa sesuatu
dari penglihatannya dibanding dengan perasaannya. Individu dapat digolongkan atas 5 tipe
pengamatan yaitu tipe visual, auditif taktil, gustatif dan alfoktoris. Tipe-tipe belajar ini
dikelompokkan atas tiga yaitu visual auditori dan kinestetik. Gaya belajar mengacu ke cara
siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk cara yang konsisten yang dilakukan oleh seseorang
mencakup informasi, mengingat, berpikir, dan mengolah informasi.
c. Gaya Berfikir
Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam dan dangkal
titik gaya impulsif cenderung spontan cepat dan menggunakan lebih banyak waktu untuk
merespon dan mengakurasi suatu jawaban. Reflektif lebih memungkinkan mengingat

7
informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks dan
memecahkan problematika dan membuat keputusan. Gaya mendalam dan dangkal
berhubungan dengan kemampuan dan kemampuan individu mempelajari materi pelajaran
dengan suatu cara yang membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam) atau
sekedar mencari apa yang mereka perlu pelajari (gaya dangkal).
d. Gaya Perilaku (Tempramen)
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan. 1) Gaya perilaku mudah, Pada umumnya memiliki mood positif, cepat
membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2) gaya perilaku sulit
yaitu cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif , kurang kontrol diri, dan lamban dalam
menerima pengalaman baru 3) Gaya perilaku lambat tapi cenderung hangat yaitu biasanya
beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan pelanggaran dalam beradaptasi dan intensitas
mood yang rendah.

BAB V : PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR


a. Pendekatan Behavior
Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relatif permanen.
Di dalam diri individu yang tampak dari tampilan individu (overt behavior). Definisi ini
menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur. Dari penelitian
tounding disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antar
stimulus dan respon dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan dengan cara trial and
error. Faktor penting yang mempengaruhi belajar adalah reward atau pernyataan kepuasan
dari suatu kejadian.
b. Pendekatan Kognitif
Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu untuk
mengabdi dunia titik caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental yang dimiliki
titik dalam pendekatan kognitif, belajar dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Individu
berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan
masalah, mengatur kembali dan mengorganisasi apa yang mereka ketahui Untuk mencapai
pelajaran baru.
c. Teknik Belajar
1) Sikap mental, yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental. Ketika seseorang
merasa dirinya mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental yang mendorong
seseorang untuk meraih mimpinya. Oleh karena itu dalam belajar seseorang perlu
memiliki kata-kata afirmasi yang dapat membangkitkan semangat untuk berhasil.
Misalnya "saya harus bisa, saya pasti bisa" dan sebagainya.
2) Rencana belajar, membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian
mingguan.
3) Berkonsentrasi, senam otak atau bisa juga relaksasi.
4) Mengikuti pelajaran, kemampuan untuk mengikuti belajar di dalam kelas seperti
mendengar, menyimak dan memberi respon.

8
5) Tujuan belajar belajar pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan pengertian.
6) Teknik mengingat kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk.

BAB VI : MODEL PEMBELAJARAN


Beberapa model pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas adalah model
pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif pengajaran berdasarkan masalah dan strategi
belajar.
a. Model Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model
ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif. Pada sintaks ini terdapat 5 fase yang sangat penting untuk dijalankan.
Pertama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pengajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar. Kedua, guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar atau menyajikan informasi Tahap demi tahap. Ketiga, guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal. Keempat, mencek Apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik memberikan umpan balik. Kelima, guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks.
b. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat
siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar ini
menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota
mencapai tujuan dan penguasaan materi atau (Slavin 1995). Pembelajaran kooperatif berbeda
dengan kelompok belajar konvensional. Pada belajar kooperatif terdapat saling
ketergantungan ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif sedangkan pada pembelajaran konvensional guru saling
membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada
kelompok.
c. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual.
d. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep menghubungkan antara materi belajar
dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu
konstruktivisme bertanya, inquiri, masyarakat belajar pemodelan dan penilaian autentik.
e. Strategi-Strategi Belajar

9
- Strategi mengulang atau rehearsal strategis). Strategi dapat dikelompokkan atas yang
sederhana dan kompleks. Strategi sederhana dilakukan untuk menghafal sesuatu
dalam jangka pendek misalnya mengingat nomor handphone titik untuk Penyerapan
bahan yang lebih kompleks diperlukan strategi mengulang kompleks. Cara ini
dilakukan dengan membuat catatan pinggir pada buku yang dibaca atau
menggarisbawahi kata atau kalimat yang penting
- Strategi elaborasi. Caranya adalah membuat catatan singkat dengan analogi yaitu
membandingkan kesamaan antara ciri-ciri pokok, pq4r digunakan siswa untuk
mengingat apa yang dibacany. P (preview),Q (question) dan 4R, reading, seflecty,
recite dan review.
- Strategi organisasi. Strategi ini terdiri atas outleaning (membuat garis besar), comcept
mapping (pemetaan konsep) atau mengingat dengan pola ingatan, Chungking
(potongan).
- Strategi metakognitif. Berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang dirinya sendiri
dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat.
- Strategi Belajar daru Peta Konsep

f. Peta konsep
Peta Konsep adalah ilustrasi grafis yang mengidentifikasikan Bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lain pada kategori yang sama

BAB VII : MOTIVASI BELAJAR


Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri. Motivasi
intrinsik atau dari dalam diri muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya.
Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya reward dan
menghindari adanya punishment.
a. motivasi belajar
Wloodkoski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah lain ketahanan
perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan dan tidak mudah
goyah untuk mencapai sukses, meskipun di halaman banyak kesulitan titik motivasi belajar di
sekolah dipengaruhi oleh rekayasa pedagogis guru di sekolah. Dimyati ( 2002)
menggambarkan hal ini dalam bagan: 1) guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa
pedagogis guru menyusun desain pembelajaran dan melaksanakannya dalam proses belajar
mengajar. 2) siswa adalah belajar yang memiliki kepentingan dalam menghayati proses
belajar pada siswa yang berkeinginan memperoleh pengalaman keterampilan dan
pengetahuan (memiliki motivasi intrinsik)
b. Komponen-komponen motivasi belajar
1) Attention (perhatian) siswa terhadap pelajar di sekolah muncul didorong oleh rasa
ingin tahu.
2) Relevansi, menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kondisi siswa.
3) Confidence (percaya diri), yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan.

1
0
4) Statisfaction (kepuasan) usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh
konsekuensi yang diterimanya selanjutnya kepuasan ini akan membuat siswa
termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa

c. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa


Motivasi belajar ini penting sebagai upaya untuk memberi kesadaran diri tentang
kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar. Motivasi
belajar juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar
pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam membangkitkan dan memelihara semangat
siswa untuk belajar sampai berhasil
d. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
1) Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang.
2) Kemampuan siswa.
3) Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani.
4) Kondisi lingkungan.
5) Unsur-unsur dinamis atau perasaan perhatian kemauan ingatan dan pikiran.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

e. Penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran


- Pendekatan behavioral, motivasi siswa menurut pendekatan ini dimulai dari analisis
yang sesama atau insentif dan reward yang diberikan di kelas
- Pendekatan humanitis, motivasi menurut pendekatan ini bersumber dari kebutuhan
yang ada di dalam diri individu
- Peningkatan kognitif, pendidikan kognitif memfokuskan diri pada motivasi internal
untuk meraih sesuatu, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan
mereka secara efektif dan dapat menentukan tujuan, rencanakan dan menuntut
kemajuan mereka ke arah tujuan.
- Teori atribusi, teori atribusi menekankan pada usaha individu memahami perilaku,
individu motivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah
sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Misalnya siswa mengatakan "Mengapa nilai
Saya tidak bagus pada pelajaran ini? apakah saya mendapat nilai baik karena saya
belajar keras atau karena tesnya dibuat mudah oleh guru atau keduanya"
- Teori ekspektasi x nilai. Teori ini menegaskan bahwa motivasi adalah produk 2 faktor
utama yang itu ekspektasi individu untuk mencapai tujuan dan makna tujuan yaitu
bagi dirinya
- Goal setting theory (teori tujuan). Tujuan dapat meningkatkan motivasi jika tujuan
tersebut spesifik, memiliki tingkat kesulitan yang sedang dan dapat tercapai dalam
waktu dekat. Goal Setting ini efektif di kelas jika siswa membutuhkan umpan balik
yang akurat tentang kemajuan mereka ke arah tujuan dan mereka harus menerima
tujuan yang telah ditetapkan

10
BAB VIII: DISAIN PEMBELAJARAN
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan tertata
untuk melaksanakan pembelajaran titik prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran
diawali dengan aktivitas Menetapkan sasaran perilaku menganalisis tugas penyusun
taksonomi instruksional
b. Pembelajaran berpusat pada guru
Pada pendekatan berpusat pada Guru, Pembelajaran di desain dalam pengajaran
secara langsung guru kepada siswa aktif pembelajaran pada pendekatan infrastruktur
dikendalikan dan dikontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi dalam kemajuan siswa,
memaksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa untuk tugas-tugas akademik dan usaha
meminimalkan pengaruh negatif terhadap siswa
c. Pembelajaran berpusat pada siswa
Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu kognitif,
metakognitif, motivasional dan sosial emosional dan perbedaan individual. Empat prinsip
penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini
yaitu:
- Faktor kognitif dan metakognitif : faktor utama pendekatan ini adalah siswa sebagai
individu yang belajar.
 Sifat proses pembelajaran pelajaran yang sesuai adalah pelajaran yang aktif
 Tujuan proses pembelajaran kesuksesan pelajar perlu dibantu dengan pedoman
instruksional
2) Strategi Instruksional
 Pembelajaran berbasis problem (problem base learning)
 Pertanyaan esensial (essential question)
 Discovery learning
 Teknologi dan Pendidikan

d. Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa
untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam
pembelajaran. Dimensi manajemen kelas yaitu pengelolaan fisik tempat belajar dan
pengelolaan interaksi edukatif dalam pembelajaran. Dimensi fisik kelas yang efektif adalah
mengatur kepadatan di area yang banyak digunakan untuk bergerak dan memastikan guru
dapat melihat semua siswa dengan mudah
e. Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran
Gaya otoritatif gaya manajemen kelas yang mendorong murid untuk menjadi pemikir
yang independen pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit
monitoring murid. Gaya otoritarian adalah guru otoriter yang sangat mengepang dan

11
mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka murid di kelas
yang otoritas yang ini cenderung pasif dan tidak membuat inisatif aktivitas
f. Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan atau prosedur
Membedakan aturan dan prosedur adalah pernyataan ekspektasi dan tentang
perilaku. Mengajarkan aturan dan prosedur melibatkan murid dalam pembuatan aturan
dengan harapan ini akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan
yang mereka sendiri.
g. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat
 Memilih penguatan efektif. Sebagian anak efektif dengan imbalan berupa pujian
namun bagi murid lainnya mungkin dengan pemberian kreativitas tertentu
 Gunakan Prompts atau Shaping secara efektif. Beberapa bentuk Peran (dorongan)
bisa berupa isyarat atau pengingat. Pembentukan Shaping melibatkan pemberian
harga kepada murid vitamin bisa melakukan perilaku.
 Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan bukan untuk
mengontrol perilaku murid. Misalnya pembelajaran seorang murid mungkin akan
semakin lebih baik jika dia tertulis sebagai murid yang paling rajin minggu ini Karena
dia melakukan sejenis aktivitas dan produktif

BAB IX : PENILAIAN
a. Pengertian Penilaian
Penilaian sebagai evaluasi menurut Prof Taylor 1950 merupakan suatu proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen.
Krulik dan Rudnick (1968) mengemukakan bahwa penelitian yang termasuk dalam on going
tax terdiri dari portofolio, jurnal catatan anak dan observasi informasi sedang yang termasuk
dalam penilaian maksud hak terdiri observasi formal, interview proyek, respon dengan
pemilihan tertentu seperti pilihan berganda dan benar salah
b. Keterkaitan penilaian (evaluation) penilaian (assessment) pengumpulan
(measurement) dan pengujian (test)
Evaluasi dan pengukuran berkaitan dengan assessment. Sehubungan dengan hal itu,
Popham (1975) mengatakan bahwa asesment seringkali dimaksudkan sama dengan evaluasi,
yakni kata assessment dianggap lebih 'ramah' dibandingkan dengan kata evaluasi. Yang
memungkinkan guru dapat mengungkap hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh pada
diri anak melalui berbagai cara. Evaluasi berkaitan dengan tes. Pernyataan tersebut sejalan
dengan Vernandes (1984) yang mengemukakan bahwa tes merupakan suatu prosedur yang
sistematis untuk menggambarkan perilaku seseorang dalam bentuk numerik atau kategori.
Pengukuran atau measurement adalah penetapan angka terhadap suatu objek. Suharsimi
(2003) menyatakan bahwa mengukur adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran. Ia menambahkan bahwa pengukuran bersifat kuantitatif.

12
c. Pentingnya penilaian dalam pembelajaran
Penilaian dilakukan sejak awal pembelajaran. Bahkan penilaian perlu dilakukan saat
guru merancang pembelajaran pada saat guru merumuskan tujuan pembelajaraan. Pada saat
itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian guru harus sudah mempertanyakan apakah
tujuan yang telah dirumuskan tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik. Evaluasi
menempatkan posisi yang menyebar yang sama dengan posisi komponen lain dalam
pembelajaran. Yang menarik adalah hasil evaluasi pada suatu proses pembelajaran berkaitan
dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya bila pembelajaran pada satu
program telah selesai dilakukan melalui evaluasi dapat diketahui Apakah tujuan program
tersebut sudah dicapai peserta didik atau belum. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik bagi pembelajaran berikutnya. Hal yang belum maksimal dalam pembelajaran
yang baru dilaksanakan dapat diperbaiki pada pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya
sedang hal yang telah tuntas dilanjutkan kepada hal berikutnya pada pembelajaran yang akan
dilakukan
d. Tes
Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau
gambaran psikologis yang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes terdiri dari butir-butir pertanyaan
untuk menguji tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tes dapat dari kelompokkan
menjadi dua yaitu tes standar dan tes buatan guru. Tes Standar adalah seperangkat pertanyaan
atau tugas yang dihasilkan melalui prosedur atau standarisasi yang panjang dan dilengkapi
dengan norma dan manual. Tes standar ini umumnya berkaitan dengan tes psikologi

2.2 BUKU PEMBANDING I

BAB I : Psikologi Pendidikan


A. Hakikat dan Konsep Dasar Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology“, yang berakar pada dua kata
dari bahasa Yunani yaitu Psyche berarti jiwa, soul, mind, spirit, ruh dan “logos” yang berarti
ilmu, nalar, logika. Jadi secara harfiah psikologi berarti “ilmu jiwa”. Hakikat psikologi di
antaranya: 1) Scientific, yaitu sistem pengetahuan yang dibangun melalui kerja ilmiah
(scientific method); 2) Behavior, yaitu observable behavior (sesuatu yang dapat dilihat)
seperti tersenyum, menangis, berlari, berbicara dan lain-lain; 3) Mental processes, yaitu
internal events (sesuatu dari dalam diri) seperti bahagia, sedih, cemas, berpikir, mimpi, dan
lain-lain.
Oleh karena itu sebagai salah satu cabang dari psikologi, psikologi pendidikan
merupakan suatu pengetahuan yang perlu dimiliki oleh setiap pendidik. Sementara itu, Tardif
(1987) mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan
dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

13
B. Tujuan Psikilogi Pendidikan
Tujuan psikologi pendidikan akan menjadi sebuah alat untuk membentuk kegiatan
belajar dan mengajar yang efektif. Selain itu, dari pembelajaran yang efektif tersebut
diharapkan peserta didik mampu menyerap dan mempertahankan hasil dari aktivitas belajar
yang dilaluinya. Hal ini dapat berupa pemahaman materi, kreativitas, kemampuan
bersosialisasi, dan lain sebagainya.
C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Sesuai dengan pendapatnya itu, Crow&Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba
didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup
psikologi pendidikan, antara lain ialah:
1. Pengaruh lingkungan terhadap belajar.
2. Sifat-sifat dari proses belajar.
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness)
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan- perbedaan individual dalam kecepatan
dan keterbatasan belajar.
5. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.

D. Mengenal Teori-Teori dalam Psikologi Pendidikan


1. Teori perkembangan kognitif
Teori ini berfokus pada kemampuan berpikir individu. Seorang pengajar
dituntut untuk memahami cara berpikir peserta didik dan cara mereka
memandang dunia
2. Teori perkembangan Sosial, Moral,dan Emosi
Seiring dengan perkembangan kognitif, seseorang juga mengalami
perkembangan secara sosial, moral, dan emosi. Hal ini mengarahkan
seseorang pada cara berinteraksi dengan sesama, mengambil sikap terhadap
sesuatu, dan cara memandang diri sendiri. Pendekatan belajar yang dapat
dilakukan dari teori ini adalah dengan mengembangkan kemampuan sosial-
emosional pembelajar. Misalnya saja dengan membentuk kelompok untuk
tugas-tugas sekolah yang menyenangkan.
3. Teori Pendekatan Perilaku
Salah satu contoh aplikasi dari teori ini dalam dunia pendidikan adalah dengan
memberi hadiah pada peserta didik yang berani menjawab pertanyaan guru.
Dengan metode ini, peserta didik akan belajar untuk berani mengungkapkan
pendapatnya.
4. Teori Sosial Kognitif
Aplikasi dari teori ini adalah dengan mencontohkan peserta didik mengenai
hal- hal yang seharusnya ditiru secara konsisten.
5. Teori Pendekatan Konstruktivis
Strategi pembelajaran yang berfokus pada diri pembelajar untuk membangun
pengetahuan dan strategi belajarnya sendiri. Dalam teori ini, pengajar hanya
berperan sebagai fasilitator.

14
E. Fungsi Psikologi Pendidikan
Fungsi psikologi, pendidikan, dan psiologi pendidikan berada di sekitar karakteristik
dasar kepribadian manusia, namun capaiannya tidaklah sama. Psikologi berfungsi untuk
memahami kepribadian manusia sebagai pola tingkah lakunya yang utuh pada setiap fase
perkembangan. Pendidikan berfungsi untuk membentuk kepribadian, sedangkan psikologi
pendidikan memusatkan perhatiannya pada motivasi batiniah peserta didik dan beraneka
ragam stimulasi lingkungan yang dapat mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap
perkembangan pribadi peserta didik.
F. Metode Psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang
dilakukan eksperimenter (peneliti yang berekperimen) di dalam sebuah
laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya
disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran
peserta didik, penglihatan peserta didik, dan gerak mata peserta didik ketika
sedang membaca
2. Metode Kuesoner
Caranya, sejumlah kuesioner itu dibagi-bagi kepada sejumlah orang tertentu
yang memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang
sesungguhnya. Tujuannya, untuk memastikan apakah pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner itu cukup jelas relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh
masukan yang bermanfaant bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
3. Metode Studi Kasus
Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci
mengenai aspek-aspek psikologi seorang peserta didik atau sekelompok
peserta didik tertentu.
4. Metode Penyelidikan Kasus
Dalam metode ini terdapat produser diagnosis dan penggolongan penyakit
kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelalaian
jiwa tersebut. Jean Piaget adalah yang pertama memanfaatkan metode
penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering
menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik
yakni interaksi semua alamiah, antara peneliti dengan peserta yang diteliti.
5. Metode Observasi Naturalistik
Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak
menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.

G. Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran


1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek- aspek
perilaku dalam konteks belajar mengajar. Kurikulum pendidikan seyogyanya
mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya. Dengan demikian dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama
15
berkenaan dengan aspek-

16
aspek: (1) kemampuan peserta didik melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks; (2) pengalaman belajar peserta didik; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan peserta didik.
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution dalam Daeng
Sudirwo (2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni:
a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam- macam kesulitan
dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
H. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus
mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan
yang berbeda dari bayi hingga dewasa.
Peran Psikolohi Terhadap Pendidikan
1. Peran Psikologi Terhadap Kurikulum Pendidikan
Dari sisi psikologis, pengembangan diri peserta didik dapat didasarkan pada
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotor
2. Peran Psikologi Terhadap Sistem Pembelajaran
Proses pemahaman di dalam pembelajaran sebuah topik akan lebih mudah jika
penyelesaian- penyelesaian masalah di dalam pembelajaran sudah dialami.
Keinginan dan hasrat untuk bisa menjadi yang lebih tinggi melalui pendekatan
psikologi dari guru melalui interaksi dan komunikasi yang sangat
menyenangkan.
3. Peran Psikologi Terhadap Sistem Penilaian
Ilmu psikologi juga memberikan peranan dan manfaat dalam sistem penilaian.
Misalnya, melalui tes psikologi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
dari kecerdasan peserta didik, tes bakat digunakan untuk mengetahui bakat
dan potensi di dalam diri pserta didik sehingga nantinya lebih mudah untuk
dibimbing dan membantu mengembangkan potensi di dalam diri

BAB 2 : TEORI PERKEMBANGAN SERTA IMPLIKASINYA DALAM


PENDIDIKAN
A. Perkembangan Individu
Perkembangan pribadi adalah pola perubahan dinamis yang dimulai sejak saat
pembuahan dan berlangsung sepanjang hidup seseorang sebagai konsekuensi dari
pendewasaan dan pengalaman (Nurhayati, 2019).

17
B. Teori Perkembangan dan Implikasinya dalam Penerapan Metode Pembelajaran
Ramayulis (2006) berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu, dan metode mengajar adalah jalan yang
harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan cara atau jalan yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran

BAB 3 : GEJALA JIWA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN


Gejala jiwa seseorang terwujud dalam perilakunya. Ada beberapa bentuk psikologi
dasar manusia yang dapat ditemukan dalam bidang pendidikan. Ini termasuk pengamatan dan
tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi. Bentuk-bentuk gejala
jiwa (mental) tersebut didasarkan dan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik
perilaku guru maupun perilaku siswa
A. Pengamatan
Manusia dan lingkungannya saling terkait, sehingga penting bagi manusia untuk
pertama-tama mendapatkan pemahaman tentang lingkungannya melalui observasi dan studi,
dan kemudian menggunakan kontrol atas atau memanfaatkan lingkungan tersebut untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan memastikan kelangsungan hidup mereka. adanya. Tindak
pengamatan secara umum merupakan manifestasi dari jiwa, dan merupakan akibat akhir dari
aktivitas indra kita. Otak mengambil informasi yang diterimanya dari panca indera dan
menerjemahkannya menjadi pengalaman yang bermakna sebagai bagian dari proses
pengamatan. Saat Anda mengamati sesuatu, Anda tidak hanya menggunakan indra
penglihatan, tetapi juga indra pendengaran, perasa, penciuman, indra kinestetik, dan juga
perasaan. Masuknya pengaruh dari dunia luar, termasuk pengaruh dunia fisik, pengalaman,
dan pendidikan, dapat terjadi melalui penggunaan observasi sebagai pintu gerbang. Siswa
memperoleh pengetahuan tentang dunia sosial maupun dunia non-sosial melalui tindakan
observasi. Mereka mempelajari hal-hal baru hanya dengan mengamati orang lain. Dengan
kata lain, dengan mengamati bagaimana siswa berubah akibat terpaan berbagai faktor luar,
seperti pengaruh dunia luar, pengalaman, dan pendidikan (Parnawi, 2019).
Begitu pentingnya fungsi observasi, maka wajar jika alat observasi, khususnya panca
indera, mendapat perhatian yang cukup dari para pendidik. Hal ini karena fungsi panca indera
yang tidak normal akan berdampak buruk terhadap arah yang ditempuh upaya pendidikan
bagi peserta didik.
B. Tanggapan
Dipercayai bahwa respons adalah kekuatan psikologis yang berpotensi mendukung,
mewujudkan, atau menghancurkan keseimbangan. Sensing dan observasi adalah dua metode
yang mengarah pada tanggapan. Ada reaksi yang berlangsung dalam kesadaran sadar
seseorang, dan ada reaksi lain yang berlangsung dalam alam bawah sadar seseorang. Ada

18
garis pembatas antara dua keadaan kesadaran yang disebut sebagai “ambang kesadaran”
(Nurjan,

19
2016). Pembelajaran mencakup komponen kognitif yang dikenal sebagai memori respons.
Jika pengetahuan yang dipelajari dapat diingat secara memadai dan dicegah agar tidak
dilupakan, maka proses pembelajaran akan berhasil. Mengingat adalah proses menerima,
menyimpan, dan memulihkan kembali informasi yang telah diperoleh melalui pengamatan,
kemudian disimpan di pusat kesadaran (otak), setelah diberi interpretasi. Pengetahuan ini
telah diterima, disimpan, dan diambil kembali melalui waktu.
C. Fantasi
Jika seseorang menyadari sepenuhnya angan-angan yang dia nikmati, maka
fantasi, yang merupakan kapasitas jiwa manusia, dapat terjadi secara sadar. Misalnya,
seorang pelukis yang membuat gambar menggunakan kekuatan fantasinya dan seorang
pematung yang membuat patung berdasarkan kemampuan fantasinya adalah contoh seniman
yang menggunakan imajinasinya dalam karyanya (Sakerebau, 2018). Seseorang dikatakan
mengalami fantasi bawah sadar ketika dia tidak secara sadar dituntut oleh imajinasinya.
Anak- anak sering menemukan diri mereka dalam posisi seperti ini, dan ketika dihadapkan
dengannya, mereka sering mengatakan hal-hal yang spektakuler, meskipun anak tersebut
tidak memiliki niat atau niat untuk berbohong. Misalnya, seorang anak muda mungkin
menceritakan kisah yang tidak sesuai dengan realitas kejadian, meskipun anak tersebut tidak
berniat berbohong dengan sengaja. Dalam hal ini, anak muda tanpa disadari didorong oleh
tuntutan imajinasinya. Jika dibandingkan dengan kemampuan mental lainnya, fantasi
dicirikan oleh tingkat subjektivitas yang lebih tinggi.
D. Ingatan dan Implikasi dalam Pendidikan
1. Teori Dasar Ingatan
Ingatan merupakan kemampuan personal yang dimiliki setiap individu untuk
menyimpan suatu informasi yang telah diterima dan mengeluarkan informasi
tersebut pada waktu yang dibutuhkan.
2. Teori Dasar Terjadinya Lupa
Lupa merupakan kondisi di mana individu kehilangan atas apa yang pernah
diterima. Lupa dapat diartikan juga sebagai keadaan hilangnya kemampuan untuk
memunculkan kembali pengetahuan ataupun informasi yang pernah diperoleh dari
hasil belajar, mengamati, dan mendengarkan pada waktu ya diperlukan.
3. Implikasi dalam Pendidikan
Di mana setiap siswa memiliki kemampuan yang khas dan berbeda-beda.
Menyikapi demikian, proses pendidikan dalam pembelajaran perlu memerhatikan
dan membuat solusi antisipatif untuk menangani permasalahan ingatan siswa
terjadinya lupa

E. Berpikir dan Implikasi dalam Pendidikan


1. Teori Dasar Berpikir
Berfikir juga tidak lepas dari sebuah proses dialektis yang berarti selama
seseorang itu berpikir, di dalam pikiran sedang terjadi tanya jawab untuk
memproses dan menempatkan hubungan-hubungan pengetahuan dengan benar
(Ahmadi & Supriyadi, 2008: 31).
2. Macam-Macam Berfikir
a. Berpikir dengan Otak Kanan dan Otak Kiri
Adapun otak kanan memiliki fungsi sebagai:

11
0
- Pengembangan dan pengendalian kecerdasan emosional (Emotional
Quotient);
- Penguat dan penunjang kemampuan kreativitas;
- Daya penggerak spontanitas;
- Penguat kemampuan pengamatan secara visual (photografis dan videografis) untuk
melihat detail dari sisi kanan, kiri, atas, dan bawah;
- Penguat kemampuan linguistik;

Adapun otak kiri memiliki fungsi sebagai:


- Pengontrol tubuh bagian kiri, jika terjadi permasalahan atau kerusakan pada tak kiri,
maka dampak yang terjadi adalah sistem saraf tubuh akan mati dan menyebabkan
lumpuh;
- Penguatan terhadap kemampuan matematis (ketrampilan statistik);
- Penguatan terhadap pemecahan masalah secara terstruktur (logika dan rasio);
- Pusat Intelegensi Pikiran (intelligent quotien) atau pikiran yang berhubungan
kemampuan kognitif yaitu kemampuan menalar, merencanakan, mengontrol,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, serta memahami bahasa;
- Menjadi pusat pengendalian fokus dalam berpikir.

F. Intelegensi dan Implikasi dalam Pendidikan


1. Teori Dasar Intelegensi
Intelegensi memiliki istilah yang sama dengan kecerdasan. Menurut Steven J.
Gould intelegensi merupakan kecakapan mental yang berpengaruh tehadap
kemampuan seseorang untuk menanggapi, merencanakan, menyelesaikan masalah,
berasumsi secara abstrak, mengatasi ide- ide rumit, menganalisis dari pengalaman,
dan dapat diukur dengan menggunakan tes IQ (Suarca dkk., 2016: 86). Terdapat 3
teori dasar intelegensi yang utama, di antaranya:
a. Intlegensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari;
b. Intelegensi sebagai kemampuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan baru
yang ada dan untuk diselesaikan;
c. Intelegensi sebagai kemampuan untuk menciptakan atau menawarkan suatu jasa yang
akan menghadirkan reward dari seseorang.
2. Macam-macam Intelegensi
Howard Gardner merupakan seorang ahli pendidikan yang mengemukakan
pendapatnya bahwa semua anak itu cerdas. Setiap anak memiliki kecerdasan yang
bermacam-macam sesuai kadarnya masing-masing (Musfiroh, 2014: 6; Ulfa,
2020: 30- 34). Gardner memunculkan istilah bahwa setiap diri anak terdapat 9
jenis kecerdasan yang berbeda-beda, di antaranya:
a. Kecerdasan linguistik (Linguistik Intelligence)
b. Kecerdasan logis-matematis (Logical-Mathematical Intelligence)
c. Kecerdasan visual dan spasial (Visual-Spasial Intelligence)
d. Kecerdasan music (music Intelligence)
e. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence)
f. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal Intelligence)

11
1
g. Kecerdasan kinestetik-jasmani ( Bodily-Kinesthetic Intelligence)
h. Kecerdasan naturalis (Naturalist Intelligence)
i. Kecerdasan kesistensial (excintential Intelligence)

3. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Intelegensi


a. Unsur bawaan, pengaruh intelegensi anak yang bersifat warisan (bawaan) dari
keluarga sedarah
b. Unsur lingkungan, pengaruh intelegensi anak yang bersifat kebiasaan yang
terjadi di lingkungan sekitar
G. Motivasi dan Emosi Serta Implikasi dalam Pendidikan
1. Teori Dasar Motivasi
motivasi adalah sebuah rangsangan yang didasari dengan adanya pengaruh dari
motif lain (dalam diri dan luar diri) sebagai daya penggerak untuk mencapai
tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai alat stimulus untuk memperoleh
sesuatu
2. Macam-macam Motivsi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang terjadi tanpa ada rangsangan dari luar.
Motivasi ini aktif karena rangsangan pada dirinya sendiri karena hakikatnya
setiap individu memiliki dorongan dalam dirinya sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini aktif karena rangsangan yang didapat atau diberikan dari pihak
luar. Motivasi ekstrinsik memiliki motif khusus terhadap sesuatu yang
diinginkan, seperti halnya sebuah tuntutan yang telah disepakati sehingga
motivasi ini juga menghadirkan pengaruh bagi pihak luar.

BAB 4 : KONSEP DASAR SERTA AREA PERBEDAAN INDIVIDU


A. Konsep Dasar Perbedaan Individu
Elfidayanti (2003) mengemukakan bahwa perbedaan dapat dijelaskan dari dua segi,
yaitu vertikal dan horizontal. Perbedaan dalam segi vertikal adalah perbedaan yang mencakup
area jasmaniah, meliputi tinggi dan berat badan, bentuk, tenaga, dan sebagainya. Sedangkan
perbedaan segi horizontal adalah perbedaan yang berkaitan dengan area mental, meliputi
bakat, minat, memori, emosi, tingkat kesadaran dan lain sebagainya.
B. Area Perbedaan Individu
1. Area Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan perkembangan individu yang berkaitan dengan
kemampuan dalam menangkap sebuah pengetahuan dari informasi atau
pengalaman yang dialami.
2. Area Fisik
Perbedaan fisik individu dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, jenis
kelamin, dan warna kulit. Riswanti, dkk (2020) mengemukakan bahwa hal yang
melibatkan indera juga termasuk ke dalam perbedaan fisik, seperti pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan dalam bertindak.
3. Area Bahasa

20
Perbedaan bahasa adalah kemampuan individu dalam mengungkapkan sesuatu
dalam bentuk kata atau kalimat yang memiliki arti. Kemampuan setiap individu
dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa melibatkan proses kognitif
dan kemampuan dalam melafalkan atau mengucapkan kalimat.
4. Area Emosi
Perbedaan emosi mengacu pada cara pandang individu atau rekasi individu dalam
merespons sesuatu. Perilaku yang ditampilkan sehari-hari dan keputusan yang
diambil sedikit banyaknya dipengaruhi oleh emosi. Emosi dibagi menjadi dua
bentuk, yakni emosi negatif dan positif. Emosi negatif merupakan respons yang
ditimbulkan dari sebuah stimulus dalam konteks yang negatif seperti marah, jijik,
benci dan sebagainya.
5. Area Perilaku
Individu memiliki perilaku yang berbeda- beda dalam setiap konteks ataupun
keadaan. Perilaku dikenal sebagai behavior (Schwartz, 1989) yang melibatkan
rangsangan internal maupun eksternal yang meliputi pikiran, emosi, kepribadian.
Dalam proses pembelajaran Area perilaku juga termasuk gaya belajar individu.
Gaya belajar dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu gaya belajar visual,
auditori, dan kinestetik.
C. Faktor-Faktor Perbedaan Individu
1. Faktor keturunan atau bawaan (Hereditas)
Faktor bawaan adalah salah satu faktor yang berpengaruh, yakni faktor biologis
yang diturunkan melalui warisan genetik oleh orangtua.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang cukup membentuk individu, lingkungan
dalam hal ini termasuk pola asuh orang tua, budaya, urutan kelahiran, dan status
sosial ekonomi (Sugihartono dkk, 2007).

BAB 5 : APLIKASI KERAGAMAN INDIVIDU DALAM PENDIDIKAN

Behaviorisme dan Humanisme


Teori behaviorime dimunculkan oleh John Locke yang menjelaskan bahwa seorang
individu seperti tabula rasa yaitu seperti papan yang dapat dihapus dan ditulis apapun oleh
orang dewasa (Locke, 1990). Konsep behaviorisme juga didukung oleh teori conditioned atau
teori pembiasaan. Menurut teori pembiasaan semua pribadi dapat dibentuk menjadi apa saja
berdasarkan kondisi yang diberikan oleh orang lain atau orang yang memiliki otoritas. Hal ini
diaminkan oleh John Watson seorang tokoh psikologi aliran behavioristik menyatakan bahwa
beri saya bayi yang tidak cacat dan biarkan saya bekerja dalam caraku sendiri untuk
membesarkan mereka dan saya jamin akan mengambil satu persatu secara acak dan melatih
mereka menjadi orang dengan spesialisasi tertentu yang saya pilih dokter, pengacara, seniman
dan bahwa pengemis dan pencuri. Saya tidak peduli dengan bakat, kegemaran, kecendrungan,
kemampuan, panggilan hidup atau ras dari leluhur mereka. John Watson percaya bahwa
manusia itu adalah individu yang tidak memiliki apa-apa dan dapat dibentuk dengan
pengkondisian dengan apa yang dibentuk dari luar diri mereka.

21
Apakah penghargaan atas keberagaman individu dapat diterapkan dalam konsep
behavioristik?
Selain itu bapak pendidikan nasional kita Bapak Ki Hajar Dewantara juga adalah
pengikut konsep humanistik. Ki Hajar Dewantata menjelaskan bahwa pendidikan itu
maksudnya adalah untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Dewantara, 2013). Dengan kata lain beliau menyatakan
ketidakraguannya kepada anak-anak atau para pembelajar bahwa mereka sejak awal sudah
memiliki potensi atau beliau menyatakan dengan istilah kekuatan kodrat sehingga para
pendidik orang tua, guru dan orang dewasa lainnya pekerjaannya adalah menuntun mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat sehingga pada akhirnya mereka meraih keselamatan
dan kebahagiaan.
Konsep manakah yang dapat menerapkan penghargaan atas keberagaman di individu
di dalam kelas? Behavioristik atau Humanistik?
Cara Pandang
Cara pandang kita atas manusia dan makna belajar sangat menentukan apakah seorang
guru dapat memberi penghargaan atas keberagaman individu di dalam kelas. Bila seseorang
memiliki pandangan bahwa manusia hanya pribadi yang tidak memiliki apa-apa dalam
dirinya dan karena tidak memiliki potensi apapun maka merekapun belajar secara pasif dan
hanya menerima saja maka pada akhirnya kita akan sulit untuk menerima bahkan
menerapkan penghargaan atas keberagaman individu di dalam kelas.
Aplikasi Penghargaan atas Keberagaman Individu di dalam Kelas
Guru harus menyadari bahwa setiap kelas tidaklah mungkin terdiri dari individu-
individu yang sama. Kelas isinya selalu terdiri dari individu-individu yang beragam. Untuk
itu perlu penerapan atau aplikasi yang nyata untuk menghargai keberagaman invidu di dalam
kelas. Sebenarnya aplikasi penghargaan atas keberagaman individu sudah diperkenalkan
sejak lama oleh bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara dengan
menamakan lembaga pendidikan yang ia bangun adalah taman siswa. Ki Hajar Dewantara
menamakan taman berarti setiap lingkungan sekolah termasuk kelas adalah taman yaitu
tempat yang menyenangkan untuk mengembangkan potensi yang ia miliki bukan dengan
keterpaksaan (Rahardjo, 2018).

BAB 6 : KONSEP DASAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN APLIKASI


DALAM PENDIDIKAN
A. Hakikat Belajar
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia “belajar” merupakan usaha dalam
memperoleh pengetahuan atau kepandaian, bahasa lain dari belajar adalah berlatih.
B. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa dengan
melibatkan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Sehingga pembelajaran ini dapat

22
diartikan sebagai bantuan yang diberikan guru kepada siswa, agar memperoleh pengetahuan,
penguasaan keterampilan, hingga pembentukan karakter. pembelajaran kegiatan yang
membuat siswa menjadi belajar yang mana kegiatan ini dapat diamati dengan indikator
aktivitas di antaranya: fokus/perhatian terhadap pembelajaran, motivasi, bertanya, menjawab,
mempresentasikan, melakukan diskusi, memberi tanggapan, menduga atau berasumsi dan
menemukan atau bahkan memecahkan masalah. Sebaliknya, apabila siswa tidak dalam
kegiatan belajar maka akan cenderung melakukan hal yang kontradiksi di antaranya: pasif,
diam, atau bahkan menghindar.
C. Aplikasi Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan
Salah satu kesuksesan pendidikan adalah keterlibatan penuh peserta didik sebagai
warga belajar dalam proses pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud di sini adalah
“pengalaman”. Selain itu juga menuntut keterlibatan seluruh potensi dari peserta didik mulai
dari pancaindra, hingga aktivitas dan mengalami langsung. Pendidikan tentunya tidak akan
berjalan dengan baik, jika tidak ada kerjasama antara para stakeholder atau pemangku
kebijakan termasuk salah satunya guru. Bentuk aplikasi dari konsep belajar dan pembelajaran
dalam Pendidikan adalah penerapan teori belajar dan pembelajaran yang menjadi dasar upaya
dalam praktik Pendidikan. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan
diri dan mewujudkan potensi-potensi yang mereka miliki yaitu dengan memanfaatkan teori
belajar.

BAB 7: TEORI-TEORI BELAJAR DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN


(behaviorisme, classical conditioning dan operant conditioining)

A. Behaviorisme
Teori behavioristik adalah salah satu jenis teori belajar yang menekankan pada
perubahan tingkah laku serta interaksi yang terjadi antara suatu stimulus dan respon
B. Classical Conditioning
Classical conditioning atau pengkondisian klasik, dicetuskan oleh Ivan P. Pavlov,
seorang ahli fisiologi asal Rusia. Ivan P. Pavlov, seorang ilmuwan Rusia, kadang- kadang
dikenal sebagai pengkondisian klasik sederhana.
C. Operant Conditioning
Burrhus Frederic Skinner, lebih dikenal sebagai Skinner, adalah pencetus teori ini.
Nama lengkapnya adalah Burrhus Frederic Skinner. Skinner, seperti Pavlov, percaya bahwa
perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan reaksi. Namun, Skinner percaya
bahwa perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan respon. Aplikasi dalam dunia
pendidikan dapat dijelaskan, bahwa siswa akan cenderung mengulangi perilaku tertentu
ketika dia mendapatkan imbalan yang menyenangkan. Begitu juga sebaliknya, perilaku siswa
cenderung tidak akan muncul kembali ketika dia mendapatkan imbalan yang tidak
menyenangkan. Sebagai contoh, ketika siswa mengerjakan semua soal dengan baik, sesuai
dengan instruksi guru, lalu guru memberikan imbalan berupa nilai sempurna dan pujian,
maka perilaku belajar siswa tersebut cenderung akan diulangi kembali pada waktu yang akan

23
datang.

24
D. Teori Kognitif (Gestalt dan Kontruktivisme)
Kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, kemampuan untuk
memahami hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar, serta kemampuan untuk menggunakan
ingatan dan memecahkan masalah-masalah sederhana merupakan contoh dari kemampuan
kognitif (Khadijah, 2016).
E. Teori Humanistik (Hierarki Kebutuhan, Experential Learning, Sosial Based
Learning)
Humanisme dapat dikaitkan dengan institusi seperti sekolah dan ruang kelas serta
individu seperti instruktur. Hal ini menunjukkan bahwa ada berbagai metode humanistik yang
dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Psikologi humanistik adalah disiplin ilmu yang
merangkum konsep-konsep fundamental di balik berbagai pendekatan tersebut (Sukardjo,
2009).
F. Teori Motivasi Belajar
Ketika menggunakan metode pembelajaran ekspositori yang lebih konvensional untuk
pembelajaran, terkadang guru lupa mengingatkan siswa tentang perlunya motivasi. Siswa
tampaknya dipaksa untuk menerima informasi yang diajarkan instruktur kepada mereka.
Keadaan ini negatif karena menghalangi siswa untuk belajar dengan potensi penuh mereka,
yang selanjutnya, mencegah mereka mencapai potensi penuh mereka sebagai pembelajar.
Dalam pemahaman proses pembelajaran saat ini, motivasi dipandang sebagai komponen
penting dalam proses membuat siswa bersemangat dalam pendidikannya.
G. Ki Hajar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan harus sesuai dengan daya
cipta, cita rasa, dan tujuan peserta didik. Rencana pembelajaran sangat penting untuk
pengembangan prosedur pendidikan yang sukses.

BAB 8 : TEORI-TEORI BELAJAR DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN


(teori kognitif, Humanistik, dan teori motivasi belajar)

A. Teori Kognitif
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-
peristiwa Internal. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi ke dalam empat tahap, yaitu (Winfred F. Hill, 2011: 160-
161; Erawati, dkk, 2014: 70):
a. Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun)
b. Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun)
c. Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)
d. Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

25
B. Teori Humanistik
Menurut Ratna Wilis Dahar (Dahar, 2011) teori belajar humanisme menganggap
bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
C. Hierarki Kebutuhann
Konsep teori Abraham Maslow menjelaskan suatu hierarki kebutuhan (hierarchy of
needs) yang menunjukkan adanya lima tingkatan dari kebutuhan dasar dan keinginan dalam
diri manusia. Lima tingkatan kebutuhan dasar manusia adalah sebagai berikut: kebutuhan
fisiologi, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis adalah prioritas tertinggi karena saat kebutuhan ini belum
terpuaskan maka kebutuhan tingkat yang lebih tinggi lainnya tidak akan muncul untuk
memotivasi tingkah laku (Ozguner, 2014: 208).
Kebutuhan rasa aman pada dasarnya merupakan upaya pertahanan hidup dalam
jangka panjang. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, proteksi,
ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan struktur hukum (Minderop,
2016:283).
Kebutuhan rasa memiliki dan cinta dapat terpenuhi dengan cara menggabungkan diri
dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau
memakai pakaian seragam dengan maksud agar merasakan perasaan memiliki.
D. Experiential Learning
Experiential learning menekankan totalitas proses pembelajaran manusia, di mana
pengalaman membentuk fondasi untuk empat mode pembelajaran yaitu merasakan,
merefleksikan, memikirkan, dan melakukan. Experiential learning atau pembelajaran berbasis
pengalaman menekankan bahwa pengalaman memainkan peran sentral dalam proses
pembelajaran
E. Problem Based Learning (PBL)
Problem based learning (PBL) adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
siswa harus mencari atau menggali informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Sebagai suatu metode pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa, proses pembelajaran
dengan metode problem based learning (PBL) peran guru juga sangat penting karena guru
memegang peran aktif dalam mendistribusikan pengetahuannya untuk membimbing siswa
dalam pembelajaran (I Made Budi:2016: 6-21). Keunggulan model pembelajaran berbasis
masalah atau yang disebut dengan problem based learning ini adalah sebagai berikut:
a. Model problem based learning merupakan suatu teknik yang baik dalam
memahami isi pelajaran bagi peserta didik
b. Mendorong atau menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru
c. Pembelajaran berbasis masalah akan meningkatkan kegiatan atau aktivitas dalam
pembelajaran bagi peserta didik
d. Membantu peserta didik dalam menstransfer pengetahuan mereka agar dapat
memahami masalah yang ada dalam kehidupan nyata mereka

26
e. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
menjadikan mereka lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajara
yang merekalakukan (Darwati, 2021: 65).
F. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik hasrat dan keinginan berhasil
serta dorongan kebutuhan belajar dan harapan dan cita-cita. Faktor eksternalnya yaitu adanya
penghargaan, lingkungan yang kondusif dan kegiatan yang menyenangkan serta menarik.
Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Nurul Hidayah & Fikki Hermansyah
2016)

BAB 9 : HASIL DAN EVALUASI BELAJAR


A. Defenisi Hasil Belajar Menurut David Reading Krathwohl
Krathwohl merevisi taksonomi Bloom dari segi nama yaitu nama dengan kata benda
ke nama dengan kata kerja. Dalam taksonomi revisi kata Aplikasi, Analisis, dan Evaluasi
tidak diubah, melainkan hanya berganti nama dalam bentuk kata kerja sebagai Menerapkan,
Menganalisis, dan Mengevaluasi. Sintesis berubah tempat dengan Evaluasi dan berganti
nama menjadi Mencipta (Krathwohl, 2002:214). Komponen kata kerja dari Pengetahuan
berubah menjadi kategori mengingat, yang menggantikan klasifikasi pengetahuan aslinya
dalam enam kategori pokok, yang sekarang menggunakan kata kerja. Bentuk kata kerja ini
mendeskripsikan tindakan yang tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya; tindakan
pertama yang dilakukan siswa dalam belajar pengetahuan adalah mengingatnya (Anderson &
Krathwohl, 2010:400 dalam Darmawan & Sujoko, 2013).
B. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi biasanya dilakukan setelah tahap proses selesai dilaksanakan. Untuk lebih
memahami tentang evaluasi hasil belajar, sebaiknya terlebih sahulu kita pahami tentang
makna evaluasi dan hasil belajar. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 57 menjelaskan bahwa:
Pasal 57 Ayat (1): evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Dan Ayat (2) menerangkan tentang evaluasi dilakukan terhadap peserta
didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua
jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
1. Fungsi Evaluasi
Menurut Magdalena et al., (2020) Evaluasi memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Mendapatkan hasil pemahaman dalam proses pelaksanaan dan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan peserta didik.
b. Acuan pembuatan keputusan yang berakitan dengan proses pelaksanaan dan
hasil pembelajaran.
c. Acuan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebagai upaya
peningkatan kualitas luaran.

27
2. Sifat Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk membentuk tujuan pendidikan, dan bahan
pembelajaran, untuk membuat metode pengajaran sederhana dan efektif dan iklim
kelas menyenangkan dan kondusif untuk menyelesaikan proses belajar-mengajar.
Sebaliknya, mengajar bukanlah mengisi pikiran dengan beban informasi yang
mati; itu menunjukkan perluasan kemampuan siswa untuk belajar dan memahami
konten mata pelajaran yang dipelajari dan ketika diperlukan, gunakan itu untuk
konteks baru. Apa yang umumnya kita gunakan di lembaga pendidikan adalah tes
prestasi skolastik. Ada jenis tes lain seperti tes kepribadian, tes kemampuan
mental dan sosiometri dll
3. Prinsip-Prinsip Evaluasi
a. Kontinuitas
Kontinuitas berarti kesinambungan atau pelaksanaannya dilaksanakan
secara berkelanjutan. Prinsip ini tidak hanya menitikberatkan pada hasil
namun prinsip kontinuitas dimulai dari tahap perencanaan pembelajaran
sampai tahap pelaporan.
b. Komprehensi
Evaluasi hendaklah dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya untuk
mengevaluasi hasil pemahaman peserta didik pada suatu materi yang diajarkan
namun juga kompetensi atau keterampilan yang terkait dari materi tersebut.
Artinya evaluasi meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Kooperatif
Dalam evaluasi hendaklah melibatkan berbagai pihak seperti pada perguruan
tinggi, seperti; Rektor, Warek bidang mutu pendidikan, ketua prodi, dosen
pengampu mata kuliah, administrasi, dan bahkan orang tua. Berbagai elemen
ini diharapkan untuk selalu berperan aktif untuk mendukung proses evaluasi
dalam suatu pembelajaran.
4. Macam-Macam Alat Evaluasi
Ada dua tingkat utama evaluasi yaitu, tingkat program dan tingkat siswa. Masing-
masing dari dua tingkat dapat melibatkan salah satu dari dua jenis evaluasi utama,
yaitu formatif dan sumatif pada berbagai tahap. Evaluasi program berkaitan
dengan penentuan berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan. Evaluasi peserta
didik menentukan seberapa baik kinerja siswa dalam program studi.

BAB 10 : DIAGNISTIK KESULITAN BELAJAR


Kesulitan belajar merupakan hal yang lazim ditemui oleh guru terhadap siswa di
sekolah. Siswa yang memiliki kesulitan belajar umumnya masih memiliki kecerdasan
menengah dan diatas rata-rata siswa di kelasnya, tetapi mengalami kesulitan dalam
pengelolaan informasi sehingga berpengaruh pada proses belajar. Prestasi siswa bisa diukur
melalui nilai atau hasil belajar yang didapatkan dalam beberapa waktu. Kenyataan di sekolah
masih banyak peserta didik yang nilai dan prestasinya masih kurang atau di bawah standar.
Nilai dan prestasi yang kurang ini sebagai salah satu pertanda adanya kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa. Ismail (2016) menegaskan bahwa setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda- beda dalam mengembangkan potensi diri. Ada peserta didik yang
dapat mencapainya tanpa kesulitan, namun tidak sedikit peserta didik mengalami banyak
kesulitan. Kesulitan belajar
28
peserta didik bisa diketahui dengan cara menganalisa dan memberikan dukungan sesuai
dengan masalah belajar yang sedang dihadapi sehingga siswa bisa merasakan proses belajar
dengan adil dan hasil belajar yang memuaskan.
. Beberapa tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar, antara lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata- rata nilai yang dicapai oleh
teman kelasnya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
peserta didik yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat, tapi nilainya yang
dicapainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari teman
kelasnya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti bolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri,
tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Burton (1952) mengidentifikasikan seseorang peserta didik itu dapat dipandang atau
dapat diduga sedang mengalami kesulitan belajar, apabila yang bersangkutan menunjukkan
kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Oleh karena itu, Burton
lebih lanjut mendefinisikan kegagalan belajar, sebagai berikut:
1. Siswa disebut gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level),
minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau
guru (criterion referenced).
2. Siswa disebut gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya,
inteligensi, bakat), ia diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau
mencapai prestasi tersebut.
3. Siswa disebut gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugastugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya (his
organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced).
4. Siswa disebut gagal, apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi
kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.

29
BAB III
KEUNGGGULAN BUKU

3.1 Keterkaitan antar bab


Adapun keterkaitan antar pada buku utama dan buku pembanding adalah
sama- sama membahas tentang psikologi pendidikan yaitu bab 2 pada buku utama
berkaitan dengan bab 1 di buku pembanding itu menjelaskan tentang psikologi
pendidikan dan konsep dasar psikologi pendidikan.
Buku utama bagus, karena mudah dipahami, adanya tertera tujuan
pembelajaran pada setiap bab yang membuat penulis lebih mudah untuk
mengetahui tujuan mempelajari bab tersebut, banyak menggunakan teori maupun
pendapat pendapat dari para ahli disertai dengan kesimpulan dari pendapat-
pendapat para ahli tersebut, terdapat_ataupun warna tebal pada buku yang
merupakan poin-poin penting sehingga lebih mudah untuk memahami inti dari
materi yang ada dalam buku, adanya contoh pertanyaan serta jawaban ilmiah dan
hasil riset single lebih mudah untuk memahami dan berpikir lebih kritis, terdapat
juga rangkuman dan daftar pustaka yang membuat pembaca itu lebih paham.
Pada buku pembanding terdapat daftar Pustaka disetiap bab,sehingga
memudahkan para pembaca untuk mengetahui sumber tulisan trsebut. Selain itu,
pada buku pembanding ini, ada bab yang menjelaskan materi yang tidak ada pada
buku utama, jadi kedua buku ini salong melengkapi dan menambah ilmu bagi para
pembaca. Contohnya diagnostic kesulitan belajar.

3.2 Kemuktahiran Buku


Menurut penulis buku utama dan buku pembanding sudah bagus di
kemukhtahiran. Dimana pembahasan ataupun isi materi pada kedua buku tersebut
sudah yang terbaru ataupun hasil revisi dengan era sekarang, dan buku tersebut
merupakan keliaran terbaru

21
0
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

3.1 Keterkaitan Antar Bab


Menurut penulis buku utama dan buku pembanding tidak ada yang perlu dikritik,
karena cakupan materi ataupun pembahasan pada kedua isi buku sudah sangat
bagus

3.2 Kemuktahiran Buku


Menurut penulis buku utama dan buku pembanding sudah bagus di
kemukhtahiran. Dimana pembahasan ataupun isi materi pada kedua buku tersebut
sudah yang terbaru ataupun hasil revisi dengan era sekarang, dan buku tersebut
merupakan keliaran terbaru

30
BAB V
IMPLIKASI

5.1 Implikasi Terhadap Teori


Buku-buku psikologi pendidikan memiliki implikasi yang penting terhadap
teori-teori yang digunakan dalam bidang tersebut. Dengan mempelajari buku-buku
ini, kita dapat memahami lebih baik bagaimana individu belajar dan berkembang. Ini
berarti teori-teori psikologi pendidikan dapat diperkaya dan diperbarui dengan
pengetahuan baru yang ditemukan melalui penelitian dan pengalaman praktis. Buku-
buku psikologi pendidikan juga membantu menghubungkan teori dengan praktik
pendidikan di dunia nyata. Dengan memahami prinsip-prinsip psikologi pendidikan,
kita dapat mengembangkan strategi pengajaran yang lebih baik, memberikan
dukungan psikologis yang tepat kepada siswa, dan menciptakan lingkungan belajar
yang inklusif. Dalam hal ini, buku-buku psikologi pendidikan berperan penting dalam
menghubungkan teori dengan praktik, sehingga memperkuat dan memperbaiki bidang
psikologi pendidikan secara keseluruhan.

5.2 Implikasi Terhadap Program Pembangunan di Indonesia


Buku-buku psikologi pendidikan memiliki pengaruh yang penting terhadap
program pembangunan di Indonesia. Pertama, buku-buku ini dapat membantu
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dengan mempelajari
bagaimana orang belajar dan berkembang, program pembangunan dapat merancang
cara mengajar yang lebih baik. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih efektif dan
sesuai dengan kebutuhan siswa. Kedua, buku-buku psikologi pendidikan juga penting
untuk menyediakan dukungan psikologis kepada siswa. Dengan memahami perasaan
dan pikiran siswa, program pembangunan dapat menawarkan bantuan dan konseling
yang diperlukan. Ini penting untuk membantu siswa mengatasi masalah emosional
atau kesulitan belajar yang mungkin mereka hadapi.
Selanjutnya, buku-buku psikologi pendidikan dapat membantu program
pembangunan dalam menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif. Dengan
memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, program
pembangunan dapat memastikan bahwa semua siswa, termasuk mereka dengan
kebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.
Terakhir, buku-buku psikologi pendidikan dapat membantu meningkatkan
kualitas pengajaran guru. Dengan mempelajari prinsip-prinsip psikologi pendidikan,
guru dapat mengembangkan cara mengajar yang lebih baik. Program pembangunan
dapat memberikan pelatihan dan dukungan kepada guru agar mereka dapat terus
meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

31
5.3 Pembahasan dan Analisis
Pembahasan dan analisis dalam buku-buku psikologi pendidikan sangat
penting dan bermanfaat bagi pemahaman kita tentang aspek-aspek penting dalam
proses belajar dan pengembangan individu. Buku-buku ini membahas berbagai topik,
seperti teori perkembangan, motivasi, pembelajaran, dan evaluasi pendidikan. Dalam
pembahasan, buku-buku psikologi pendidikan menjelaskan tentang bagaimana
individu tumbuh dan berkembang seiring waktu. Mereka menggambarkan tahapan
perkembangan kognitif, sosial, dan emosional yang dialami oleh siswa. Selain itu,
buku-buku ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi motivasi siswa,
seperti kebutuhan, minat, dan tujuan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang motivasi, pendidik dapat merancang strategi pengajaran yang lebih efektif dan
menginspirasi siswa untuk belajar.
Analisis dalam buku-buku psikologi pendidikan melibatkan penerapan teori-
teori tersebut ke dalam konteks pendidikan. Buku-buku ini memberikan contoh
konkret tentang bagaimana teori-teori tersebut dapat diterapkan di dalam kelas dan
bagaimana guru dapat mengoptimalkan pengalaman belajar siswa. Misalnya, buku-
buku ini dapat membahas strategi pengajaran yang mempromosikan pemahaman
mendalam, kolaborasi antar siswa, dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Secara keseluruhan, pembahasan dan analisis dalam buku-buku psikologi
pendidikan memberikan wawasan yang berharga tentang aspek-aspek penting dalam
pendidikan. Mereka membantu kita memahami proses belajar dan perkembangan
individu, serta memberikan pedoman praktis bagi pendidik untuk merancang
pengalaman belajar yang berpengaruh. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang
terkandung dalam buku-buku ini, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan
mencapai tujuan pembangunan pendidikan yang lebih baik.

32
BAB VI
SIMPULAN SARAN

6.1 Simpulan
Dengan membaca kedua buku ini kita dapat menambah pengetahuan maupun
wawasan kita tentang psikologi pendidikan. Pembaca akan mengetahui bahwa
psikologi pendidikan itu sangat dibutuhkan dalam pendidikan maupun dalam belajar
dan pembelajaran yang. Yang paling utamapenting dalam mempelajari psikologi
pendidikan itu untuk seorang pendidik atau guru agar dapat memahami serta
mengetahui karakteristik dari peserta didik dan berfungsi agar pendidik itu
mengetahui pendektan ataupun metode pembelajaran atau belajar seperti apa yang
bisa diberikan kepada peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
tugas perkembangan serta usia pada peserta didik.

6.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang kita harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen
pembimbing kita dan bagi teman teman yang membacanya, yang sifatnya
membangun,demi kesempurnaannya ke depan. Semoga makalah yang penulis tulis
berguna serta bermanfaat bagi para pembaca.

33
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty,S., dkk. 2024. Psikologi Pendidikan. Medan : PPs Unimed


Rahmadi,dkk. 2023. Psikologi Pendidikan. Solok,Sumatera Barat: CV. Mitra
Media

34

Anda mungkin juga menyukai