NIM: 2233131002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Critical Book Review ini. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi Pentinngnya CBR.................................................................................1
1.2 Tujuan CBR.................................................................................................................1
1.3 Manfaat CBR...............................................................................................................1
1.4 Identitas Buku..............................................................................................................1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU.....................................................................................3
2.1 Buku Utama.................................................................................................................3
2.2 Buku Pembanding I.....................................................................................................13
BAB III KEUNGGULAN BUKU.....................................................................................29
3.1 Keterkaitan antar bab.................................................................................................29
3.2 Kemukhtahiran Buku.................................................................................................29
BAB IV KELEMAHAN BUKU.......................................................................................30
4.1 Keterkaitan antar bab.................................................................................................30
4.2 Kemukhtahiran Buku.................................................................................................30
BAB V IMPLIKASI..........................................................................................................31
5.1 Implikasi terhadap teori.............................................................................................31
5.2 Implikasi terhadap Pembangunan di Indonesia.......................................................31
5.3 Pembahasan dan Analisis...........................................................................................32
BAB VI PENUTUP............................................................................................................33
6.1 Kesimpulan...................................................................................................................33
6.2 Saran.............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. RASIONALISASI CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yanglain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis.
Seringkali kita bingung dalam memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih
belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu
penulis membuat CBR Psikologi Pendidikan ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang Psikologi Pendidikan.
B. Tujuan Penulisan CBR
Adapun tujuan dari penulisan CBR ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI, Critical Book Riview
2. Menambah kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari buku
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis buku
D. Identitas Buku
Buku Utama
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Sri Milfayetty,dkk
Penerbit : PPs Unimed
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2024
ISBN: 978-602-820718-8
Gambar:
1
Buku Pembanding I
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Dr. H. Rahmadi, M.Pd,
dkk Penerbit : CV. Mitra Media
Kota Terbit : Solok, Sumatera Batar
Tahun Terbit : 2023
ISBN: 978-623-176-127-9
Gambar:
2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BAB I : PEDAHULUAN
Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari generasi X 1960- 1980 dan
generasi Y (1980 – 2000) ke generasi C atau Gen C mulai tahun 2000 sampai sekarang.
generasi X ciri khasnya adalah suka menunda kedewasaan dan terlalu dekat dengan orang tua
generasi C mewakili generasi yang selalu clicking, connected, communicating, connect-
sentric computerized, and community-sentric. Generasi X dan Y memiliki potensi lebih
banyak pada otak kiri, maka generasi C lebih banyak memiliki potensi pada otak kanan.
Generasi C memiliki gaya hidup dunia digital. Hampir semua bakat generasi berujung pada
“screen” yaitu tulisan foto, audio, video yang bisa dilihat lewat akses web ataupun gadget
Sejalan dengan perubahan ini maka pendidikan Tidak mungkin lagi dilakukan dengan
cara tradisional yaitu mendengar penjelasan mengingat dan mencoba menerapkannya
pembelajaran perlu dirubah dengan cara kreatif dan inovatif sesuai dengan kebutuhan peserta
didik apalagi tantangan yang dihadapi pada abad 21 ini sangat khas dan spesifik sehingga
baik peserta didik dan pendidik perlu mengikuti Perubahan tersebut secara seksama
Sejalan dengan karakteristik generasi C ini perlunya perubahan modal pembelajaran
konvensional menjadi komputer maka diperlukan pengkajian psikologi pendidikan yang
berbeda dari yang sebelumnya Perubahan tersebut meliputi tujuan belajar, materi, strategi,
dan evaluasi
5
pengelompokan atau penataan perilaku ke dalam kategori kategori. Proses mental ini disebut
dengan organisasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung dalam
urutan empat tahapan mengikuti perkembangan usia. Tahap perkembangan tersebut adalah
- Tahap sensori motorik : sejak lahir - usia 2 tahun. Bagi anak di usia ini, bayi
membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman
indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahaman akan objek permanen.
- Tahap pra operasional: tahap ini mulai dari 2 - 7 tahun. Tahap ini dibagi menjadi dua
tahap yaitu sub tahap fungsi dan pemikiran intuitif. Pada tahap fungsi simbol yaitu
pada usia 2 - 4 tahun anak secara mental mempresentasikan objek yang tidak hadir
dan meningkatnya pemikiran simbolis titik. Pada sub tahapan pemikiran intuitif
dimulai sekitar 4 - 7 tahun rasa ingin tahu anak sangat besar dan ingin tahu semua
jawaban pertanyaannya. Disebut tahap intuitif karena anak tampaknya merasa yakin
terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka tetapi tidak menyadari bagaimana
mereka bisa mengetahui apa apa yang mereka ketahui.
- Tahap operasional konkret : tahap perkembangan ini terjadi pada usia 7 - 11 tahun
Pada tahap ini dapat menggantikan pemikiran intuitif menjadi konkret dan spesifik
- Tahap operasional formal : tahap perkembangan ini berlangsung pada usia 11 - 15
tahun. Pada tahun ini remaja lebih bersifat abstrak idealis dan logis.
2. Perkembangan Bahasan dan Belajar
Noam Chomsky (1957) mengemukakan manusia cenderung mempelajari bahasa pada
waktu tertentu dengan cara tertentu bukti paling kuat untuk basis biologi dari bahasa adalah
bahwa anak-anak di seluruh dunia mencapai titik penting dalam berbahasa pada saat yang
hampir sama meskipun ada banyak variasi dalam input bahasa yang mereka terima.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi faktor biologi dan sosial pada saat mereka
berinteraksi
3. Perkembangan Sosial dan Belajar
Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks
membina hubungan interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Perkembangan sosial yang
sangat relevan dibahas dalam konteks sosial di sekolah adalah 1) Perubahan konsep diri atau
self konsep dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik. 2) Perubahan
kebutuhan dasar dan motif personal. 3) Perubahan pada sense tentang hubungan dan
tanggung jawab. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan sosial dapat dijelaskan
melalui teori ekologi yang Bronfenbenner (1917- 2000). Fokus utama Teori ini adalah
konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan
anak. Pada teori ini dikemukakan 5 sistem lingkungan yang merentang interaksi interpersonal
sampai kepada kultur yang lebih luas. Sistem tersebut adalah mikrosistem, meiosistem,
ekosistem, makrosistem dan kronosistem.
Mikrosistem adalah sistem lingkungan individu yang menghabiskan waktu paling
banyak seperti keluarga, tetangga, guru, teman sebaya dan orang lain. Mesosistem adalah
kaitan antar sistem. Contohnya adalah hubungan antara pengalaman di rumah dengan
pengalaman di sekolah. Ekosistem adalah sistem yang terjadi ketika pengalaman pada situasi
lain mempengaruhi pengalaman siswa dan guru dalam konteks mereka sendiri. Makrosistem
adalah kultur yang lebih luas, mencakup etnis adat istiadat faktor sosial ekonomi dalam
perkembangan anak kronologi sistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak
sekarang merupakan generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang
6
dipenuhi dengan komputer dan di dalam kota yang semrawut dan tidak kenal batas desa dan
kota.
d. Perkembangan Moral
Damon 1995 mengemukakan bahwa perkembangan moral yang paling awal yang
berlangsung di dalam kelas-kelas di sekolah adalah moral untuk berbagi dalam menggunakan
bahan-bahan ataupun perlengkapan sekolah secara bersama-sama (distributive justice). Bagi
anak usia 5 tahun distribusi yang ada didasarkan pada persamaan jumlah pembagian. Mereka
akan merasa diperlakukan tidak adil jika kawannya mendapatkan lebih banyak dari yang ia
dapatkan. Bagi anak usia 5-6 tahun aturan tentang tingkah laku misalnya dalam bermain
bersifat mutlak dan tidak dapat dirubah. Bila suatu aturan dilanggar, anak percaya bahwa
hukuman harus sebanding dengan besar kerusakan yang diakibatkannya. Misalnya hukuman
untuk anak yang memecahkan 3 gelas harus lebih besar daripada anak yang memecahkan satu
gelas. Konsep Moral ini disebut Piaget 1965 dengan realisme moral. Perkembangan moral
adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konvensi dari interaksi yang adil
antar orang titik perilaku moral dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialaminya.
Orang-orang dewasa mula-mula mengendalikan perilaku anak-anak melalui instruksi,
supervisi komaha dia dan hukuman serta koreksi langsung. Pengaruh lainnya adalah
modeling. Anak-anak yang secara konsisten diperlakukan dengan perhatian, kemurahan hati
akan cenderung lebih peduli pada hak-hak dan perasaan orang lain.
7
informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks dan
memecahkan problematika dan membuat keputusan. Gaya mendalam dan dangkal
berhubungan dengan kemampuan dan kemampuan individu mempelajari materi pelajaran
dengan suatu cara yang membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam) atau
sekedar mencari apa yang mereka perlu pelajari (gaya dangkal).
d. Gaya Perilaku (Tempramen)
Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan. 1) Gaya perilaku mudah, Pada umumnya memiliki mood positif, cepat
membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2) gaya perilaku sulit
yaitu cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif , kurang kontrol diri, dan lamban dalam
menerima pengalaman baru 3) Gaya perilaku lambat tapi cenderung hangat yaitu biasanya
beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan pelanggaran dalam beradaptasi dan intensitas
mood yang rendah.
8
5) Tujuan belajar belajar pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan pengertian.
6) Teknik mengingat kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk.
9
- Strategi mengulang atau rehearsal strategis). Strategi dapat dikelompokkan atas yang
sederhana dan kompleks. Strategi sederhana dilakukan untuk menghafal sesuatu
dalam jangka pendek misalnya mengingat nomor handphone titik untuk Penyerapan
bahan yang lebih kompleks diperlukan strategi mengulang kompleks. Cara ini
dilakukan dengan membuat catatan pinggir pada buku yang dibaca atau
menggarisbawahi kata atau kalimat yang penting
- Strategi elaborasi. Caranya adalah membuat catatan singkat dengan analogi yaitu
membandingkan kesamaan antara ciri-ciri pokok, pq4r digunakan siswa untuk
mengingat apa yang dibacany. P (preview),Q (question) dan 4R, reading, seflecty,
recite dan review.
- Strategi organisasi. Strategi ini terdiri atas outleaning (membuat garis besar), comcept
mapping (pemetaan konsep) atau mengingat dengan pola ingatan, Chungking
(potongan).
- Strategi metakognitif. Berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang dirinya sendiri
dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat.
- Strategi Belajar daru Peta Konsep
f. Peta konsep
Peta Konsep adalah ilustrasi grafis yang mengidentifikasikan Bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lain pada kategori yang sama
1
0
4) Statisfaction (kepuasan) usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh
konsekuensi yang diterimanya selanjutnya kepuasan ini akan membuat siswa
termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa
10
BAB VIII: DISAIN PEMBELAJARAN
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan tertata
untuk melaksanakan pembelajaran titik prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran
diawali dengan aktivitas Menetapkan sasaran perilaku menganalisis tugas penyusun
taksonomi instruksional
b. Pembelajaran berpusat pada guru
Pada pendekatan berpusat pada Guru, Pembelajaran di desain dalam pengajaran
secara langsung guru kepada siswa aktif pembelajaran pada pendekatan infrastruktur
dikendalikan dan dikontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi dalam kemajuan siswa,
memaksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa untuk tugas-tugas akademik dan usaha
meminimalkan pengaruh negatif terhadap siswa
c. Pembelajaran berpusat pada siswa
Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu kognitif,
metakognitif, motivasional dan sosial emosional dan perbedaan individual. Empat prinsip
penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini
yaitu:
- Faktor kognitif dan metakognitif : faktor utama pendekatan ini adalah siswa sebagai
individu yang belajar.
Sifat proses pembelajaran pelajaran yang sesuai adalah pelajaran yang aktif
Tujuan proses pembelajaran kesuksesan pelajar perlu dibantu dengan pedoman
instruksional
2) Strategi Instruksional
Pembelajaran berbasis problem (problem base learning)
Pertanyaan esensial (essential question)
Discovery learning
Teknologi dan Pendidikan
d. Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa
untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam
pembelajaran. Dimensi manajemen kelas yaitu pengelolaan fisik tempat belajar dan
pengelolaan interaksi edukatif dalam pembelajaran. Dimensi fisik kelas yang efektif adalah
mengatur kepadatan di area yang banyak digunakan untuk bergerak dan memastikan guru
dapat melihat semua siswa dengan mudah
e. Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran
Gaya otoritatif gaya manajemen kelas yang mendorong murid untuk menjadi pemikir
yang independen pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit
monitoring murid. Gaya otoritarian adalah guru otoriter yang sangat mengepang dan
11
mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka murid di kelas
yang otoritas yang ini cenderung pasif dan tidak membuat inisatif aktivitas
f. Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan atau prosedur
Membedakan aturan dan prosedur adalah pernyataan ekspektasi dan tentang
perilaku. Mengajarkan aturan dan prosedur melibatkan murid dalam pembuatan aturan
dengan harapan ini akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan
yang mereka sendiri.
g. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat
Memilih penguatan efektif. Sebagian anak efektif dengan imbalan berupa pujian
namun bagi murid lainnya mungkin dengan pemberian kreativitas tertentu
Gunakan Prompts atau Shaping secara efektif. Beberapa bentuk Peran (dorongan)
bisa berupa isyarat atau pengingat. Pembentukan Shaping melibatkan pemberian
harga kepada murid vitamin bisa melakukan perilaku.
Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan bukan untuk
mengontrol perilaku murid. Misalnya pembelajaran seorang murid mungkin akan
semakin lebih baik jika dia tertulis sebagai murid yang paling rajin minggu ini Karena
dia melakukan sejenis aktivitas dan produktif
BAB IX : PENILAIAN
a. Pengertian Penilaian
Penilaian sebagai evaluasi menurut Prof Taylor 1950 merupakan suatu proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen.
Krulik dan Rudnick (1968) mengemukakan bahwa penelitian yang termasuk dalam on going
tax terdiri dari portofolio, jurnal catatan anak dan observasi informasi sedang yang termasuk
dalam penilaian maksud hak terdiri observasi formal, interview proyek, respon dengan
pemilihan tertentu seperti pilihan berganda dan benar salah
b. Keterkaitan penilaian (evaluation) penilaian (assessment) pengumpulan
(measurement) dan pengujian (test)
Evaluasi dan pengukuran berkaitan dengan assessment. Sehubungan dengan hal itu,
Popham (1975) mengatakan bahwa asesment seringkali dimaksudkan sama dengan evaluasi,
yakni kata assessment dianggap lebih 'ramah' dibandingkan dengan kata evaluasi. Yang
memungkinkan guru dapat mengungkap hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh pada
diri anak melalui berbagai cara. Evaluasi berkaitan dengan tes. Pernyataan tersebut sejalan
dengan Vernandes (1984) yang mengemukakan bahwa tes merupakan suatu prosedur yang
sistematis untuk menggambarkan perilaku seseorang dalam bentuk numerik atau kategori.
Pengukuran atau measurement adalah penetapan angka terhadap suatu objek. Suharsimi
(2003) menyatakan bahwa mengukur adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran. Ia menambahkan bahwa pengukuran bersifat kuantitatif.
12
c. Pentingnya penilaian dalam pembelajaran
Penilaian dilakukan sejak awal pembelajaran. Bahkan penilaian perlu dilakukan saat
guru merancang pembelajaran pada saat guru merumuskan tujuan pembelajaraan. Pada saat
itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian guru harus sudah mempertanyakan apakah
tujuan yang telah dirumuskan tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik. Evaluasi
menempatkan posisi yang menyebar yang sama dengan posisi komponen lain dalam
pembelajaran. Yang menarik adalah hasil evaluasi pada suatu proses pembelajaran berkaitan
dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya bila pembelajaran pada satu
program telah selesai dilakukan melalui evaluasi dapat diketahui Apakah tujuan program
tersebut sudah dicapai peserta didik atau belum. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik bagi pembelajaran berikutnya. Hal yang belum maksimal dalam pembelajaran
yang baru dilaksanakan dapat diperbaiki pada pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya
sedang hal yang telah tuntas dilanjutkan kepada hal berikutnya pada pembelajaran yang akan
dilakukan
d. Tes
Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau
gambaran psikologis yang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes terdiri dari butir-butir pertanyaan
untuk menguji tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tes dapat dari kelompokkan
menjadi dua yaitu tes standar dan tes buatan guru. Tes Standar adalah seperangkat pertanyaan
atau tugas yang dihasilkan melalui prosedur atau standarisasi yang panjang dan dilengkapi
dengan norma dan manual. Tes standar ini umumnya berkaitan dengan tes psikologi
13
B. Tujuan Psikilogi Pendidikan
Tujuan psikologi pendidikan akan menjadi sebuah alat untuk membentuk kegiatan
belajar dan mengajar yang efektif. Selain itu, dari pembelajaran yang efektif tersebut
diharapkan peserta didik mampu menyerap dan mempertahankan hasil dari aktivitas belajar
yang dilaluinya. Hal ini dapat berupa pemahaman materi, kreativitas, kemampuan
bersosialisasi, dan lain sebagainya.
C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Sesuai dengan pendapatnya itu, Crow&Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba
didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup
psikologi pendidikan, antara lain ialah:
1. Pengaruh lingkungan terhadap belajar.
2. Sifat-sifat dari proses belajar.
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness)
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan- perbedaan individual dalam kecepatan
dan keterbatasan belajar.
5. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.
14
E. Fungsi Psikologi Pendidikan
Fungsi psikologi, pendidikan, dan psiologi pendidikan berada di sekitar karakteristik
dasar kepribadian manusia, namun capaiannya tidaklah sama. Psikologi berfungsi untuk
memahami kepribadian manusia sebagai pola tingkah lakunya yang utuh pada setiap fase
perkembangan. Pendidikan berfungsi untuk membentuk kepribadian, sedangkan psikologi
pendidikan memusatkan perhatiannya pada motivasi batiniah peserta didik dan beraneka
ragam stimulasi lingkungan yang dapat mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap
perkembangan pribadi peserta didik.
F. Metode Psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang
dilakukan eksperimenter (peneliti yang berekperimen) di dalam sebuah
laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya
disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran
peserta didik, penglihatan peserta didik, dan gerak mata peserta didik ketika
sedang membaca
2. Metode Kuesoner
Caranya, sejumlah kuesioner itu dibagi-bagi kepada sejumlah orang tertentu
yang memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang
sesungguhnya. Tujuannya, untuk memastikan apakah pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner itu cukup jelas relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh
masukan yang bermanfaant bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
3. Metode Studi Kasus
Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci
mengenai aspek-aspek psikologi seorang peserta didik atau sekelompok
peserta didik tertentu.
4. Metode Penyelidikan Kasus
Dalam metode ini terdapat produser diagnosis dan penggolongan penyakit
kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelalaian
jiwa tersebut. Jean Piaget adalah yang pertama memanfaatkan metode
penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering
menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik
yakni interaksi semua alamiah, antara peneliti dengan peserta yang diteliti.
5. Metode Observasi Naturalistik
Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak
menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
16
aspek: (1) kemampuan peserta didik melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks; (2) pengalaman belajar peserta didik; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan peserta didik.
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution dalam Daeng
Sudirwo (2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni:
a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam- macam kesulitan
dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
H. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus
mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan
yang berbeda dari bayi hingga dewasa.
Peran Psikolohi Terhadap Pendidikan
1. Peran Psikologi Terhadap Kurikulum Pendidikan
Dari sisi psikologis, pengembangan diri peserta didik dapat didasarkan pada
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotor
2. Peran Psikologi Terhadap Sistem Pembelajaran
Proses pemahaman di dalam pembelajaran sebuah topik akan lebih mudah jika
penyelesaian- penyelesaian masalah di dalam pembelajaran sudah dialami.
Keinginan dan hasrat untuk bisa menjadi yang lebih tinggi melalui pendekatan
psikologi dari guru melalui interaksi dan komunikasi yang sangat
menyenangkan.
3. Peran Psikologi Terhadap Sistem Penilaian
Ilmu psikologi juga memberikan peranan dan manfaat dalam sistem penilaian.
Misalnya, melalui tes psikologi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
dari kecerdasan peserta didik, tes bakat digunakan untuk mengetahui bakat
dan potensi di dalam diri pserta didik sehingga nantinya lebih mudah untuk
dibimbing dan membantu mengembangkan potensi di dalam diri
17
B. Teori Perkembangan dan Implikasinya dalam Penerapan Metode Pembelajaran
Ramayulis (2006) berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu, dan metode mengajar adalah jalan yang
harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan cara atau jalan yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran
18
garis pembatas antara dua keadaan kesadaran yang disebut sebagai “ambang kesadaran”
(Nurjan,
19
2016). Pembelajaran mencakup komponen kognitif yang dikenal sebagai memori respons.
Jika pengetahuan yang dipelajari dapat diingat secara memadai dan dicegah agar tidak
dilupakan, maka proses pembelajaran akan berhasil. Mengingat adalah proses menerima,
menyimpan, dan memulihkan kembali informasi yang telah diperoleh melalui pengamatan,
kemudian disimpan di pusat kesadaran (otak), setelah diberi interpretasi. Pengetahuan ini
telah diterima, disimpan, dan diambil kembali melalui waktu.
C. Fantasi
Jika seseorang menyadari sepenuhnya angan-angan yang dia nikmati, maka
fantasi, yang merupakan kapasitas jiwa manusia, dapat terjadi secara sadar. Misalnya,
seorang pelukis yang membuat gambar menggunakan kekuatan fantasinya dan seorang
pematung yang membuat patung berdasarkan kemampuan fantasinya adalah contoh seniman
yang menggunakan imajinasinya dalam karyanya (Sakerebau, 2018). Seseorang dikatakan
mengalami fantasi bawah sadar ketika dia tidak secara sadar dituntut oleh imajinasinya.
Anak- anak sering menemukan diri mereka dalam posisi seperti ini, dan ketika dihadapkan
dengannya, mereka sering mengatakan hal-hal yang spektakuler, meskipun anak tersebut
tidak memiliki niat atau niat untuk berbohong. Misalnya, seorang anak muda mungkin
menceritakan kisah yang tidak sesuai dengan realitas kejadian, meskipun anak tersebut tidak
berniat berbohong dengan sengaja. Dalam hal ini, anak muda tanpa disadari didorong oleh
tuntutan imajinasinya. Jika dibandingkan dengan kemampuan mental lainnya, fantasi
dicirikan oleh tingkat subjektivitas yang lebih tinggi.
D. Ingatan dan Implikasi dalam Pendidikan
1. Teori Dasar Ingatan
Ingatan merupakan kemampuan personal yang dimiliki setiap individu untuk
menyimpan suatu informasi yang telah diterima dan mengeluarkan informasi
tersebut pada waktu yang dibutuhkan.
2. Teori Dasar Terjadinya Lupa
Lupa merupakan kondisi di mana individu kehilangan atas apa yang pernah
diterima. Lupa dapat diartikan juga sebagai keadaan hilangnya kemampuan untuk
memunculkan kembali pengetahuan ataupun informasi yang pernah diperoleh dari
hasil belajar, mengamati, dan mendengarkan pada waktu ya diperlukan.
3. Implikasi dalam Pendidikan
Di mana setiap siswa memiliki kemampuan yang khas dan berbeda-beda.
Menyikapi demikian, proses pendidikan dalam pembelajaran perlu memerhatikan
dan membuat solusi antisipatif untuk menangani permasalahan ingatan siswa
terjadinya lupa
11
0
- Pengembangan dan pengendalian kecerdasan emosional (Emotional
Quotient);
- Penguat dan penunjang kemampuan kreativitas;
- Daya penggerak spontanitas;
- Penguat kemampuan pengamatan secara visual (photografis dan videografis) untuk
melihat detail dari sisi kanan, kiri, atas, dan bawah;
- Penguat kemampuan linguistik;
11
1
g. Kecerdasan kinestetik-jasmani ( Bodily-Kinesthetic Intelligence)
h. Kecerdasan naturalis (Naturalist Intelligence)
i. Kecerdasan kesistensial (excintential Intelligence)
20
Perbedaan bahasa adalah kemampuan individu dalam mengungkapkan sesuatu
dalam bentuk kata atau kalimat yang memiliki arti. Kemampuan setiap individu
dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa melibatkan proses kognitif
dan kemampuan dalam melafalkan atau mengucapkan kalimat.
4. Area Emosi
Perbedaan emosi mengacu pada cara pandang individu atau rekasi individu dalam
merespons sesuatu. Perilaku yang ditampilkan sehari-hari dan keputusan yang
diambil sedikit banyaknya dipengaruhi oleh emosi. Emosi dibagi menjadi dua
bentuk, yakni emosi negatif dan positif. Emosi negatif merupakan respons yang
ditimbulkan dari sebuah stimulus dalam konteks yang negatif seperti marah, jijik,
benci dan sebagainya.
5. Area Perilaku
Individu memiliki perilaku yang berbeda- beda dalam setiap konteks ataupun
keadaan. Perilaku dikenal sebagai behavior (Schwartz, 1989) yang melibatkan
rangsangan internal maupun eksternal yang meliputi pikiran, emosi, kepribadian.
Dalam proses pembelajaran Area perilaku juga termasuk gaya belajar individu.
Gaya belajar dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu gaya belajar visual,
auditori, dan kinestetik.
C. Faktor-Faktor Perbedaan Individu
1. Faktor keturunan atau bawaan (Hereditas)
Faktor bawaan adalah salah satu faktor yang berpengaruh, yakni faktor biologis
yang diturunkan melalui warisan genetik oleh orangtua.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang cukup membentuk individu, lingkungan
dalam hal ini termasuk pola asuh orang tua, budaya, urutan kelahiran, dan status
sosial ekonomi (Sugihartono dkk, 2007).
21
Apakah penghargaan atas keberagaman individu dapat diterapkan dalam konsep
behavioristik?
Selain itu bapak pendidikan nasional kita Bapak Ki Hajar Dewantara juga adalah
pengikut konsep humanistik. Ki Hajar Dewantata menjelaskan bahwa pendidikan itu
maksudnya adalah untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Dewantara, 2013). Dengan kata lain beliau menyatakan
ketidakraguannya kepada anak-anak atau para pembelajar bahwa mereka sejak awal sudah
memiliki potensi atau beliau menyatakan dengan istilah kekuatan kodrat sehingga para
pendidik orang tua, guru dan orang dewasa lainnya pekerjaannya adalah menuntun mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat sehingga pada akhirnya mereka meraih keselamatan
dan kebahagiaan.
Konsep manakah yang dapat menerapkan penghargaan atas keberagaman di individu
di dalam kelas? Behavioristik atau Humanistik?
Cara Pandang
Cara pandang kita atas manusia dan makna belajar sangat menentukan apakah seorang
guru dapat memberi penghargaan atas keberagaman individu di dalam kelas. Bila seseorang
memiliki pandangan bahwa manusia hanya pribadi yang tidak memiliki apa-apa dalam
dirinya dan karena tidak memiliki potensi apapun maka merekapun belajar secara pasif dan
hanya menerima saja maka pada akhirnya kita akan sulit untuk menerima bahkan
menerapkan penghargaan atas keberagaman individu di dalam kelas.
Aplikasi Penghargaan atas Keberagaman Individu di dalam Kelas
Guru harus menyadari bahwa setiap kelas tidaklah mungkin terdiri dari individu-
individu yang sama. Kelas isinya selalu terdiri dari individu-individu yang beragam. Untuk
itu perlu penerapan atau aplikasi yang nyata untuk menghargai keberagaman invidu di dalam
kelas. Sebenarnya aplikasi penghargaan atas keberagaman individu sudah diperkenalkan
sejak lama oleh bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara dengan
menamakan lembaga pendidikan yang ia bangun adalah taman siswa. Ki Hajar Dewantara
menamakan taman berarti setiap lingkungan sekolah termasuk kelas adalah taman yaitu
tempat yang menyenangkan untuk mengembangkan potensi yang ia miliki bukan dengan
keterpaksaan (Rahardjo, 2018).
22
diartikan sebagai bantuan yang diberikan guru kepada siswa, agar memperoleh pengetahuan,
penguasaan keterampilan, hingga pembentukan karakter. pembelajaran kegiatan yang
membuat siswa menjadi belajar yang mana kegiatan ini dapat diamati dengan indikator
aktivitas di antaranya: fokus/perhatian terhadap pembelajaran, motivasi, bertanya, menjawab,
mempresentasikan, melakukan diskusi, memberi tanggapan, menduga atau berasumsi dan
menemukan atau bahkan memecahkan masalah. Sebaliknya, apabila siswa tidak dalam
kegiatan belajar maka akan cenderung melakukan hal yang kontradiksi di antaranya: pasif,
diam, atau bahkan menghindar.
C. Aplikasi Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan
Salah satu kesuksesan pendidikan adalah keterlibatan penuh peserta didik sebagai
warga belajar dalam proses pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud di sini adalah
“pengalaman”. Selain itu juga menuntut keterlibatan seluruh potensi dari peserta didik mulai
dari pancaindra, hingga aktivitas dan mengalami langsung. Pendidikan tentunya tidak akan
berjalan dengan baik, jika tidak ada kerjasama antara para stakeholder atau pemangku
kebijakan termasuk salah satunya guru. Bentuk aplikasi dari konsep belajar dan pembelajaran
dalam Pendidikan adalah penerapan teori belajar dan pembelajaran yang menjadi dasar upaya
dalam praktik Pendidikan. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan
diri dan mewujudkan potensi-potensi yang mereka miliki yaitu dengan memanfaatkan teori
belajar.
A. Behaviorisme
Teori behavioristik adalah salah satu jenis teori belajar yang menekankan pada
perubahan tingkah laku serta interaksi yang terjadi antara suatu stimulus dan respon
B. Classical Conditioning
Classical conditioning atau pengkondisian klasik, dicetuskan oleh Ivan P. Pavlov,
seorang ahli fisiologi asal Rusia. Ivan P. Pavlov, seorang ilmuwan Rusia, kadang- kadang
dikenal sebagai pengkondisian klasik sederhana.
C. Operant Conditioning
Burrhus Frederic Skinner, lebih dikenal sebagai Skinner, adalah pencetus teori ini.
Nama lengkapnya adalah Burrhus Frederic Skinner. Skinner, seperti Pavlov, percaya bahwa
perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan reaksi. Namun, Skinner percaya
bahwa perilaku adalah hasil dari hubungan antara stimulus dan respon. Aplikasi dalam dunia
pendidikan dapat dijelaskan, bahwa siswa akan cenderung mengulangi perilaku tertentu
ketika dia mendapatkan imbalan yang menyenangkan. Begitu juga sebaliknya, perilaku siswa
cenderung tidak akan muncul kembali ketika dia mendapatkan imbalan yang tidak
menyenangkan. Sebagai contoh, ketika siswa mengerjakan semua soal dengan baik, sesuai
dengan instruksi guru, lalu guru memberikan imbalan berupa nilai sempurna dan pujian,
maka perilaku belajar siswa tersebut cenderung akan diulangi kembali pada waktu yang akan
23
datang.
24
D. Teori Kognitif (Gestalt dan Kontruktivisme)
Kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, kemampuan untuk
memahami hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar, serta kemampuan untuk menggunakan
ingatan dan memecahkan masalah-masalah sederhana merupakan contoh dari kemampuan
kognitif (Khadijah, 2016).
E. Teori Humanistik (Hierarki Kebutuhan, Experential Learning, Sosial Based
Learning)
Humanisme dapat dikaitkan dengan institusi seperti sekolah dan ruang kelas serta
individu seperti instruktur. Hal ini menunjukkan bahwa ada berbagai metode humanistik yang
dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Psikologi humanistik adalah disiplin ilmu yang
merangkum konsep-konsep fundamental di balik berbagai pendekatan tersebut (Sukardjo,
2009).
F. Teori Motivasi Belajar
Ketika menggunakan metode pembelajaran ekspositori yang lebih konvensional untuk
pembelajaran, terkadang guru lupa mengingatkan siswa tentang perlunya motivasi. Siswa
tampaknya dipaksa untuk menerima informasi yang diajarkan instruktur kepada mereka.
Keadaan ini negatif karena menghalangi siswa untuk belajar dengan potensi penuh mereka,
yang selanjutnya, mencegah mereka mencapai potensi penuh mereka sebagai pembelajar.
Dalam pemahaman proses pembelajaran saat ini, motivasi dipandang sebagai komponen
penting dalam proses membuat siswa bersemangat dalam pendidikannya.
G. Ki Hajar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan harus sesuai dengan daya
cipta, cita rasa, dan tujuan peserta didik. Rencana pembelajaran sangat penting untuk
pengembangan prosedur pendidikan yang sukses.
A. Teori Kognitif
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-
peristiwa Internal. Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi ke dalam empat tahap, yaitu (Winfred F. Hill, 2011: 160-
161; Erawati, dkk, 2014: 70):
a. Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun)
b. Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun)
c. Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)
d. Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)
25
B. Teori Humanistik
Menurut Ratna Wilis Dahar (Dahar, 2011) teori belajar humanisme menganggap
bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.
C. Hierarki Kebutuhann
Konsep teori Abraham Maslow menjelaskan suatu hierarki kebutuhan (hierarchy of
needs) yang menunjukkan adanya lima tingkatan dari kebutuhan dasar dan keinginan dalam
diri manusia. Lima tingkatan kebutuhan dasar manusia adalah sebagai berikut: kebutuhan
fisiologi, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis adalah prioritas tertinggi karena saat kebutuhan ini belum
terpuaskan maka kebutuhan tingkat yang lebih tinggi lainnya tidak akan muncul untuk
memotivasi tingkah laku (Ozguner, 2014: 208).
Kebutuhan rasa aman pada dasarnya merupakan upaya pertahanan hidup dalam
jangka panjang. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, proteksi,
ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan struktur hukum (Minderop,
2016:283).
Kebutuhan rasa memiliki dan cinta dapat terpenuhi dengan cara menggabungkan diri
dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau
memakai pakaian seragam dengan maksud agar merasakan perasaan memiliki.
D. Experiential Learning
Experiential learning menekankan totalitas proses pembelajaran manusia, di mana
pengalaman membentuk fondasi untuk empat mode pembelajaran yaitu merasakan,
merefleksikan, memikirkan, dan melakukan. Experiential learning atau pembelajaran berbasis
pengalaman menekankan bahwa pengalaman memainkan peran sentral dalam proses
pembelajaran
E. Problem Based Learning (PBL)
Problem based learning (PBL) adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
siswa harus mencari atau menggali informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Sebagai suatu metode pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa, proses pembelajaran
dengan metode problem based learning (PBL) peran guru juga sangat penting karena guru
memegang peran aktif dalam mendistribusikan pengetahuannya untuk membimbing siswa
dalam pembelajaran (I Made Budi:2016: 6-21). Keunggulan model pembelajaran berbasis
masalah atau yang disebut dengan problem based learning ini adalah sebagai berikut:
a. Model problem based learning merupakan suatu teknik yang baik dalam
memahami isi pelajaran bagi peserta didik
b. Mendorong atau menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru
c. Pembelajaran berbasis masalah akan meningkatkan kegiatan atau aktivitas dalam
pembelajaran bagi peserta didik
d. Membantu peserta didik dalam menstransfer pengetahuan mereka agar dapat
memahami masalah yang ada dalam kehidupan nyata mereka
26
e. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
menjadikan mereka lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajara
yang merekalakukan (Darwati, 2021: 65).
F. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik hasrat dan keinginan berhasil
serta dorongan kebutuhan belajar dan harapan dan cita-cita. Faktor eksternalnya yaitu adanya
penghargaan, lingkungan yang kondusif dan kegiatan yang menyenangkan serta menarik.
Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Nurul Hidayah & Fikki Hermansyah
2016)
27
2. Sifat Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk membentuk tujuan pendidikan, dan bahan
pembelajaran, untuk membuat metode pengajaran sederhana dan efektif dan iklim
kelas menyenangkan dan kondusif untuk menyelesaikan proses belajar-mengajar.
Sebaliknya, mengajar bukanlah mengisi pikiran dengan beban informasi yang
mati; itu menunjukkan perluasan kemampuan siswa untuk belajar dan memahami
konten mata pelajaran yang dipelajari dan ketika diperlukan, gunakan itu untuk
konteks baru. Apa yang umumnya kita gunakan di lembaga pendidikan adalah tes
prestasi skolastik. Ada jenis tes lain seperti tes kepribadian, tes kemampuan
mental dan sosiometri dll
3. Prinsip-Prinsip Evaluasi
a. Kontinuitas
Kontinuitas berarti kesinambungan atau pelaksanaannya dilaksanakan
secara berkelanjutan. Prinsip ini tidak hanya menitikberatkan pada hasil
namun prinsip kontinuitas dimulai dari tahap perencanaan pembelajaran
sampai tahap pelaporan.
b. Komprehensi
Evaluasi hendaklah dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya untuk
mengevaluasi hasil pemahaman peserta didik pada suatu materi yang diajarkan
namun juga kompetensi atau keterampilan yang terkait dari materi tersebut.
Artinya evaluasi meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Kooperatif
Dalam evaluasi hendaklah melibatkan berbagai pihak seperti pada perguruan
tinggi, seperti; Rektor, Warek bidang mutu pendidikan, ketua prodi, dosen
pengampu mata kuliah, administrasi, dan bahkan orang tua. Berbagai elemen
ini diharapkan untuk selalu berperan aktif untuk mendukung proses evaluasi
dalam suatu pembelajaran.
4. Macam-Macam Alat Evaluasi
Ada dua tingkat utama evaluasi yaitu, tingkat program dan tingkat siswa. Masing-
masing dari dua tingkat dapat melibatkan salah satu dari dua jenis evaluasi utama,
yaitu formatif dan sumatif pada berbagai tahap. Evaluasi program berkaitan
dengan penentuan berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan. Evaluasi peserta
didik menentukan seberapa baik kinerja siswa dalam program studi.
29
BAB III
KEUNGGGULAN BUKU
21
0
BAB IV
KELEMAHAN BUKU
30
BAB V
IMPLIKASI
31
5.3 Pembahasan dan Analisis
Pembahasan dan analisis dalam buku-buku psikologi pendidikan sangat
penting dan bermanfaat bagi pemahaman kita tentang aspek-aspek penting dalam
proses belajar dan pengembangan individu. Buku-buku ini membahas berbagai topik,
seperti teori perkembangan, motivasi, pembelajaran, dan evaluasi pendidikan. Dalam
pembahasan, buku-buku psikologi pendidikan menjelaskan tentang bagaimana
individu tumbuh dan berkembang seiring waktu. Mereka menggambarkan tahapan
perkembangan kognitif, sosial, dan emosional yang dialami oleh siswa. Selain itu,
buku-buku ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi motivasi siswa,
seperti kebutuhan, minat, dan tujuan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang motivasi, pendidik dapat merancang strategi pengajaran yang lebih efektif dan
menginspirasi siswa untuk belajar.
Analisis dalam buku-buku psikologi pendidikan melibatkan penerapan teori-
teori tersebut ke dalam konteks pendidikan. Buku-buku ini memberikan contoh
konkret tentang bagaimana teori-teori tersebut dapat diterapkan di dalam kelas dan
bagaimana guru dapat mengoptimalkan pengalaman belajar siswa. Misalnya, buku-
buku ini dapat membahas strategi pengajaran yang mempromosikan pemahaman
mendalam, kolaborasi antar siswa, dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Secara keseluruhan, pembahasan dan analisis dalam buku-buku psikologi
pendidikan memberikan wawasan yang berharga tentang aspek-aspek penting dalam
pendidikan. Mereka membantu kita memahami proses belajar dan perkembangan
individu, serta memberikan pedoman praktis bagi pendidik untuk merancang
pengalaman belajar yang berpengaruh. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang
terkandung dalam buku-buku ini, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan
mencapai tujuan pembangunan pendidikan yang lebih baik.
32
BAB VI
SIMPULAN SARAN
6.1 Simpulan
Dengan membaca kedua buku ini kita dapat menambah pengetahuan maupun
wawasan kita tentang psikologi pendidikan. Pembaca akan mengetahui bahwa
psikologi pendidikan itu sangat dibutuhkan dalam pendidikan maupun dalam belajar
dan pembelajaran yang. Yang paling utamapenting dalam mempelajari psikologi
pendidikan itu untuk seorang pendidik atau guru agar dapat memahami serta
mengetahui karakteristik dari peserta didik dan berfungsi agar pendidik itu
mengetahui pendektan ataupun metode pembelajaran atau belajar seperti apa yang
bisa diberikan kepada peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
tugas perkembangan serta usia pada peserta didik.
6.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang kita harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen
pembimbing kita dan bagi teman teman yang membacanya, yang sifatnya
membangun,demi kesempurnaannya ke depan. Semoga makalah yang penulis tulis
berguna serta bermanfaat bagi para pembaca.
33
DAFTAR PUSTAKA
34