Disusun oleh :
1.Theresya V.M.Lumban Tobing(5203331006)
Kelas. : PTE-A
FAKULTAS TEKNIK
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................,........................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................,.............................,..,..........iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................,.......................4
A.Latar Belakang.........................................................................,.................................4
B.Rumusan Masalah.........................................................................,..............................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................,.......................5
A.Sistem.Bilangan Desimal.........................................................................,.....................5
B.Sistem Bilangan Biner.........................................................................,..........................5
C.Sistem.bilangan oktal........,.............................................................................................6
D.Sistem.bilangan hexadesimal..........................................................................................7
E.Sistem bilangan Binary Coded Decimal (BCD) ...........................................................10.
B.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,yaitu:
-Sistem bilangan desimal
-Sistem bilangan biner
-Sistem bilangan oktal
-Sistem bilangan hexadesimal
-Sistem bilangan Binary Coded Decimal(BCD)
-Sistem bilangan ASCII
-Sistem bilangan Arithmetic
-Sistem bilangan floating point Arithmetic
BAB II PEMBAHASAN
A.Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal adalah sistem standar yang melambangkan bilangan bulat dan
bukan bilangan bulat. Sistem bilangan ini merupakan perluasan untuk bilangan
dari sistem bilangan Hindu–Arab. Cara melambangkan bilangan dalam bentuk sistem
desimal seringkali disebut sebagai notasi desimal.
Bilangan desimal (juga seringkali disebut desimal, atau istilah yang kurang
tepat, bilangan desimal) mengacu pada notasi suatu bilangan dalam sistem bilangan
desimal. Desimal terkadang dapat diidentifikasi dengan pemisah desimal, yakni suatu
bilangan yang biasanya menggunakan tanda titik "." atau tanda koma "," sebagai
pemisah. Sebagai contoh, 25.9703 atau 3,1415 Desimal juga dapat mengacu
khususnya pada digit setelah pemisah desimal, sebagai contoh "3,14 merupakan
hampiran dari nilai π dengan dua desimal". Digit-digit nol setelah pemisah desimal
memiliki tujuan khusus untuk menandai ketepatan suatu nilai.
Bilangan yang dapat diwakili dalam sistem desimal merupakan pecahan dengan
bentuk a10 n, dimana a bilangan bulat dan n bilangan bulat taknegatif. Pecahan tersebut
disebut pecahan desimal.
Sistem bilangan desimal telah diperluas ke desimal takhingga untuk mewakili
setiap bilangan real, dengan mengunakan sebuah barisan digit takhingga setelah
pemisah desimal (lihat representasi desimal). Pada konteks ini, bilangan desimal
dengan jumlah terhingga dari digit bukan nol setelah pemisah desimal terkadang
disebut terminating decimal. Desimal berulang merupakan sebuah desimal takhingga
yang mengulangi barisan digit yang sama, yang terletak pada barisan tersebut
(sebagai contoh, 5,123144144144144... = 5.123144). Sebuah desimal takhingga
mewakili sebuah bilangan rasional jika dan hanya jika barisannya merupakan desimal
berulang atau memiliki jumlah terhingga dari digit bukan nol.
Untuk mengetahui cara merubah bilangan desimal ke heksadesimal, kita gunakan contoh-
contoh soal.
Ubahlah bilangan desimal berikut 35, 420, 5500 dan 6060 ke dalam bilangan heksadesimal!
Jawab:
Perhitungannya berturut-turut sebagai berikut:
35/16 = 2 (3/16) -> sisa 310 = 316
2/16 = 0 -> sisa 210 = 216
Sehingga 3510 = 2316
420/16 = 26 (4/16) -> sisa 410 = 416
26/16 = 1 (10/16) -> sisa 1010 = A16
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 110
Sehingga 42010 = 1A410
5500/16 = 343 (12/16) -> sisa 1210 = C16
343/16 = 21 (7/16) -> sisa 710 = 716
21/16 = 1 (5/16) -> sisa 510 = 516
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 116
Sehingga 550010 = 157C16
6060/16 = 378 (12/16) -> sisa 1210 = C16
378/16 = 23 (10/16) -> sisa 1010 =A16
23/16 = 1 (7/16) -> sisa 710 = 716
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 116
Sehingga 606010 = 17AC16
Contoh 2:
Tiga buah bilangan desimal ditulis berturut-turut sebagai berikut ini: 1350, 4000 dan 8875.
Bagaimana penulisan ketiga bilangan desimal tersebut ke dalam bilangan heksadesimal?
Jawab:
Cara yang kita gunakan masih sama dengan contoh sebelumnya yakni:
1350/16 = 84 (6/16) -> sisa 610 = 616
84/16 = 5 (4/16) -> sisa 410 = 416
5/16 = 0 (5/6) -> sisa 510 = 516
Sehingga 135010 = 54616
4000/16 = 250 (0/16) -> sisa 00 = 00
250/16 = 15 (10/16) -> sisa 1010 = A16
15/16 = 0 (15/16) -> sisa 1510 = E16
Sehingga 400010 = FA016
8875/16 = 554 (10/16) -> sisa 1010 = A16
554/16 = 34 (10/16)-> sisa 1010 = A16
34/16 = 2 (2/16) -> sisa 210 = 210
2/16 = 0 (2/16) -> sisa 210 = 210
Sehingga 55410 = 22A16
Perlu kalian ketahui bahwa setiap digit desimal pasti diberikan 4 bit bilangan biner meskipun
bilangan desimal yang diwakilkannya kurang 4 bit bilangan biner, seperti contoh desimal 2
yaitu sama dengan 0010.
Dengan menggunakan cara ini, rangkaian digital yang menggunakan kode BCD selalu
menangani 1 kelompok bilangan biner yang terdiri dari 4 bit bilangan biner.
Jika menggunakan kode BCD, perlu kalian ingat bahwa semua angka 0 harus dipertahankan,
hal ini berbeda dengan bilangan biner yang bisa menghilangkan angka 0 didepannya.
Kode BCD ini digunakan apabila diperlukannya transfer informasi desimal masuk dan keluar
dari rangkaian atau peralatan digital.
Contoh rangkaian atau peralatan digital tersebut diantaranya seperti kalkulator, jam digital,
multimeter dan pencacahan frekuensi (frequency counter).
Contoh Aplikasi BCD
Berikut ini merupakan beberapa contoh aplikasi BCD yang bisa digunakan untuk berbagai
keperluan, diantaranya:
1.Rangkaian Elektronik
Seperti yang sudah kita ketahui ada dua jenis rangkaian elektronik, analog dan digital. Pada
dasarnya BCD yang digunakan untuk kebutuhan rangkaian digital menggunakan logika dasar
dalam bentuk kode-kode biner dalam proses kerjanya.
2.Kondisi High and Low Pada Sinyal Digital
Pada rangkaian digital hanya mengenal kondisi high (1) dan low (0). Voltase yang lebih
tinggi akan direpresentasikan sebagai kondisi high sedangkan yang lebih renda akan
diterjemahkan sebagai kondisi low.
Kode biner termasuk BCD yang dapat digunakan untuk merepresentasikan kondisi high dan
low pada suatu sistem digital.
3.-Numeric Display, 7 Segmen dan RTC
Penggunaan kode BCD lainnya yaitu digunakan dalam display yang berbasis digital,
seperti alpha-numeric, 7 segmen dan RTC.
Kalian bisa melihat angkan-angka atau huruf pada display digital terbagi-bagi
menjadi beberapa bagian yang akan menyala saling bergantian.
Pada setiap bagian tersebut terdapat LED yang dioperasikan berdasarkan logic dari
bilangan biner, BCD dapat digunakan untuk hal tersebut.
Misalnya pada RTC (Real-Time clock/jam digital) saat ini menampilkan jam 10:37:49
maka BCD-nya yaitu 0001 0000 0011 0111 0100 1001,.
4.Timer dan Counter Pada Siemens S7
Beberapa sistem kontrol PLC seperti S7 menggunakan BCD untuk timer dan counter pada struktur
datanya.
Hal tersebut karena struktur datanya yang memang mengacu pada cara kerja yang sama dengan
display 7 segment.
N = m × Re
Dimana:
M merupakan bagian bilangan pecahan yang biasa disebut significand atau mantissa
E adalah bagian bilangan bulat yang biasa disebut exponent
R merupakan basis dari suatu sistem bilangan
Bagian bilangan pecahan m merupakan p-digit bilangan dengan bentuk (±d.dddd … dd),
dimana semua digit d adalah bilangan bulat antara 0 dan R-1. Jika digit terdepan (sebelak
kiri) dari m bukan angka nol, maka bilangan ini dapat dikatakan sebagai normalized.
Sebagai contoh, bilangan desimal 0,0003754 dan 1234 dapat direpresentasi dalam notasi
floating point sebagai 3,754 × 10−4 dan 1,234 × 103. Bilangan heksadesimal 257,ABF
dapat direpresentasi sebagai 2,57ABF × 162. Dalam kasus bilangan biner normalized,
angka terdepan (MSB) selalu ‘1’ dan dengan demikian tidak perlu disimpan secara
eksplisit. Bilangan biner campuran 1100,10112 dapar direpresentasi dalam notasi floating
point sebagai 0,1101011 × 23 = 0,1101011e+0011. Disini, 0,1101011 adalah mantissa dan
e+0011 menunjukan bahwa eksponennya adalah +3. Contoh lainnya, 0,0001112 dapat
ditulis sebagai 0,111e-0011, dengan 0,111 adalah mantissa dan e-0011 menunjukkan
eksponen dari -3. Jika kita ingin merepresentasikan mantissa menggunakan delapan bit,
maka angka 0,1101011 dan 0,111 dapat ditulis seperti 0,11010110 dan 0,11100000.
Rentang Angka dan Presisi
Rentang angka dapat direpresentasikan dalam mesin apapun tergantung dari jumlah
bit dalam eksponen, sedangkan akurasi pecahan atau presisi pada akhirnya
ditentukan oleh jumlah bit dalam mantissa. Semakin tinggi jumlah bit dalam
eksponen, maka semakin besar rentang angka yang dapat direpresentasikan.
Misalnya, rentang angka yang mungkin pada format bilangan biner floating-point
yang menggunakan 6-bits untuk merepresentasi besarnya eksponen adalah 2 -
64
sampai 2+64, dimana nilai ini setara dengan rentang 10-19 sampai 10+19.
Presisi ditentukan oleh jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasi mantissa.
Hal ini biasanya direpresentasikan sebagai angka desimal presisi. Konsep presisi
sebagaimana didefinisikan terhadap notasi floating-point dapat dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut. Jika mantissa disimpan dalam jumlah n bit, maka itu
dapat merepresentasi sebuah bilangan desimal antara 0 dan 2 n-1 seperti mantissa
yang disimpan sebagai bilangan bulat tak-bertanda (unsigned). Jika M adalah
bilangan terbesar seperti 10M-1 kurang dari atau sama dengan 2n-1, maka M adalah
presisi yang dinyatakan sebagai angka desimal presisi. Misalnya, jika mantissa
dinyatakan dalam 20 bit, maka angka desima presisi dapat ditemukan sekitar 6,
seperti 220-1 sama dengan 1 048 575 dimana sedikit lebih kecil dari 10 6-1.
Format Bilangan Floating-Point
Format bilangan floating-point biner telah distandarkan oleh IEEE 754-2008 (atau
ISO/IEC/IEEE 60559:2011), yaitu meliputi format 16-bit (half), 32-bit (single-precision),
64-bit (double-precision), 80-bit (double-extended) dan 128-bit (quad-precision). Pada
artikel ini hanya akan dibahas tentang format dasar, yaitu 32-bit dan 64-bit.
Bilangan Floating-Point 32-bit (single-precision)
Bilangan floating-point 32-bit tersusun atas:
• 1 bit tanda (S)
• 8 bit eksponen (E)
• 23 bit mantisa (M)
Bit tanda (S) menyatakan bilangan positif jika S = 0 dan negatif jika S = 1. Field eksponen
adalah basis 2. Nilai eksponen bisa negatif atau positif untuk menyatakan bilangan yang
sangat kecil atau sangat besar. Format eksponen yang digunakan adalah excess-127. Nilai
127 ditambahkan dari nilai eksponen sebenarnya (Exp), yaitu Exp = E – 127. Dengan
excess-127, nilai E akan selalu positif dengan jangkauan 0 sampai 255.
Nilai ekstrem adalah untuk E = 0 dan E = 255:
E = 0 menyatakan bilangan NOL (jika M = 0) dan subnormal (jika M ≠ 0)
E = 255 menyatakan bilangan TAK TERHINGGA (jika M = 0) dan NAN/not-a-number
(jika M ≠ 0)
Nilai normal adalah 1 ≤ E ≤ 254 yang menunjukkan nilai eksponen sebenarnya dari -126
sampai 127. Contoh: Emin(1) = −126, E(50) = −77, dan Emax(254) = 127.
Saat nilai mantissa (M) dinormalisasi, most significant bit (MSB) selalu 1. Namun, bit
MSB ini tidak perlu disertakan secara eksplisit di field mantisa (Tabel diatas). Nilai
mantissa yang sebenarnya adalah 1.M, sehingga nilai bilangan floating-pointnya menjadi:
Di bilangan subnormal, nilai mantissa sebenarnya adalah 0.M, sehingga bilangan floating-
pointnya menjadi:
Dengan mantissa 23 bit ini ditambah 1 bit implisit, total presisi dari representasi floating-
point 32-bit ini adalah 24 bit atau sekitar 7 digit desimal (yaitu 24 × log10(2) = 7,225).
Dalam bahasa pemrograman, suatu bilangan single-precision ini dideklarasikan dengan
tipe data float (C, C++, Java) atau single (Pascal, VB, MATLAB).
Bilangan Floating-Point 64-bit (double-precision)
Bilangan floating-point 64-bit tersusun atas:
• 1 bit tanda (S)
• 11 bit eksponen (E)
• 52 bit mantisa (M)
Seperti halnya dengan bilangan single-precission, bit tanda (S) menyatakan bilangan
positif jika S = 0 dan negatif jika S = 1. Field eksponen adalah basis 2. Nilai eksponen bisa
negatif atau positif untuk menyatakan bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Format
eksponen yang digunakan adalah excess-1023. Nilai 1023 ditambahkan dari nilai eksponen
sebenarnya (Exp), yaitu Exp = E – 1023. Dengan excess-1023, nilai E akan selalu positif
dengan jangkauan 0 sampai 2047.
Nilai ekstrem adalah untuk E = 0 dan E = 2047:
E = 0 menyatakan bilangan NOL (jika M = 0) dan subnormal (jika M ≠ 0)
E = 255 menyatakan bilangan TAK TERHINGGA (jika M = 0) dan NAN/not-a-number
(jika M ≠ 0)
Nilai normal adalah 1 ≤ E ≤ 2047 yang menunjukkan nilai eksponen sebenarnya dari -1022
sampai 1023. Contoh: Emin(1) = −1022, E(100) = −923, dan Emax(254) = 1023.
Nilai mantisa (M) dinormalisasi, yang berarti most significant bit (MSB) selalu 1. Bit
MSB ini tidak perlu disertakan secara eksplisit di field mantisa. Nilai mantisa sebenarnya
adalah 1.M, sehingga nilai bilangan floating-pointnya menjadi:
Dengan mantissa 52 bit ini ditambah 1 bit implisit, total presisi dari representasi floatin
point 32-bit ini adalah 53 bit atau sekitar 16 digit desimal (yaitu 53 × log10(2) = 15.955).
Dalam pemrograman, suatu bilangan double-precision ini dideklarasikan dengan tipe data
double (C, C++, Java).
1. Kesimpulan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan
disebut sebagai angka atau lambang bilangan.
Ada banyak macam bilangan diantarnya adalah : Bilangan Bulat, Bilangan Genap,
Bilangan Ganjil, Bilangan Prima, Bilangan Desimal, Bilangan Cacah dan Bilangan Real.
2. Saran
Mengingat pentingnya pelajaran Matematika karena Mtematika termasuk pelajaran yang di
ujikan dalam Ujian Nasional untuk itu penulis menyarankan bagi mereka yang mendapat
nilai di bawah KKM untuk:
a. Siswa harus rajin berlatih berhitung agar mendapat nilai yang maksimal.
b. Berlatih mengerjakan soal-soal.
c. Selalu aktif dalam pembelajaran Matematika.
d. Mengerjakan tugas yang di berikan dan rajin belajar.
Karena kita tidak ada ruginya dalam belajar Matematika dan juga untuk mendapatkan nilai
yang kita inginkan dan juga jika kita mau berlatih dan berusaha semua kata sulit itu bisa
di atasi, tingkatan prestasi dan belajar andadalam pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Bentuk Akar Pangkat dan Logaritma. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://matematikaeducation-matematika.blogspot.com/2011/01/bentuk-akar-pangkat-dan-
logaritma.html
Anonymous. 2008. Perpangakatan dan Akar Bilangan. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://applikasi.wordpress.com/2008/06/06/perpangkatan-dan-akar-bilangan/
Ali Yaramadon. 2013. Tugas Pengertian dan Macam-macam Bentuk Akar. (online)
Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
http://aliyaramadonasman1.blogspot.com/2013/07/tugas-pengertian-dan-macam-
macam_6143.html
Ayu Laraswati. 2013. Pengertian Bilangan Desimal Otal dan Biner. (online) Diakses pada
tanggal 10 Juni 2014
http://ayularasswati.wordpress.com/2013/09/16/pengertian-bilangan-desimal-oktal-dan-
biner/
Ainul Wicaskono. 2012. Tugas Matematika Bilangan Bulat dan Ganjil. (online) Diakses
pada tanggal 10 Juni 2014
http://ainulwicaksono.blogspot.com/2012/10/tugas-matematika-bilangan-bulat-ganjil.html
Anonymous. 2010. Rumus Bilangan Ganjil dan Rumus Bilangan Genap. (online) Diakses
pada tanggal 10 Juni 2014
http://asimtot.wordpress.com/2010/07/25/rumus-bilangan-ganjil-dan-rumus-bilangan-
genap/
Anonymous. 2010. Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://asimtot.wordpress.com/2010/06/09/bilangan-ganjil-dan-bilangan-genap/