Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM BILANGAN DAN KODE

Disusun oleh :
1.Theresya V.M.Lumban Tobing(5203331006)

2.Sofiana Natalia Siregar(5201131002)

3.Zihan Syabila (5203131029)

Kelas. : PTE-A

Dosen Pengampu: Bakti Dwi Waluyo S.Pd.,MT

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Karunia – Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang mata kuliah Programmable Logic Controller
(PLC).Pnulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Mata kuliah Programmable Logic
Controller (PLC).
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak ,Oleh karena itu
kami mengucapkan terimakasih Kepada bapak Bakti Dwi Waluyo S.Pd.,MT selaku
pengampu dalam pembuatan makalah ini dan juga kepada Orang tua yang memberikan
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.Dengan bantuan dana serta kawan-
kawan yang memberikan partisipasi dalam Pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak Kekurangan baik
secara teknis maupun materi , mengingat kemapuan yang penulis Miliki . Untuk itu penulis
berharap mendapat kritik dan saran yang membangun Guna sempurnanya makalah ini .
Akhir kata , Penulis sangat berharap semoga laporan makalah ini dapat Memberikan mamfaat
bagi penulis dan menambah wawasan dan pengetahuan baru Bagi pembaca.

Medan, April 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................,........................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................,.............................,..,..........iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................,.......................4
A.Latar Belakang.........................................................................,.................................4
B.Rumusan Masalah.........................................................................,..............................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................,.......................5
A.Sistem.Bilangan Desimal.........................................................................,.....................5
B.Sistem Bilangan Biner.........................................................................,..........................5
C.Sistem.bilangan oktal........,.............................................................................................6
D.Sistem.bilangan hexadesimal..........................................................................................7
E.Sistem bilangan Binary Coded Decimal (BCD) ...........................................................10.

F.Sistem bilangan ASCII.................................................................................


H.Sistem bilangan Arithmetic .........................................................................14
I.Sistem bilangan floating point’ Arith...........................................................15
III PENUTUP.........................................................................,..........................17
A.Kesimpulan.........................................................................,......................17
B.Saran.........................................................................,................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................,............18
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pembahasan kali ini yaitu mengenai sistem bilangan dan pengkonversiannya,
dimana ini sangat umum dipelajari oleh para pelajar teknik informatika. Konversi yang akan
dibahas pada artikel ini meliputi bilangan bulat dan bilangan pecahan dari sistem bilangan
desimal, biner, oktal, dan heksadesimal.
Konversi dari desimal ke biner diperlukan untuk menerjemahkan keinginan (perintah)
manusia kedalam kode-kode yang dikenali oleh sistem digital. Sebaliknya, konversi dari
biner ke desimal diperlukan untuk menterjemahkan kode hasil pengolahan sistem digital ke
dalam bentuk informasi yang dimengerti oleh manusia. Konversi dari biner ke oktal atau
heksadesimal (dan sebaliknya) merupakan perantara konversi dari/ke biner ke/dari desimal.
Konversi ini banyak dilakukan karena disamping digit angka biner jauh lebih banyak
dibandingkan dengan angka-angka pada sistem bilangan oktal dan heksadesimal, juga karena
melakukan konversi tersebut sangat mudah.

B.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,yaitu:
-Sistem bilangan desimal
-Sistem bilangan biner
-Sistem bilangan oktal
-Sistem bilangan hexadesimal
-Sistem bilangan Binary Coded Decimal(BCD)
-Sistem bilangan ASCII
-Sistem bilangan Arithmetic
-Sistem bilangan floating point Arithmetic
BAB II PEMBAHASAN
A.Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal adalah sistem standar yang melambangkan bilangan bulat dan
bukan bilangan bulat. Sistem bilangan ini merupakan perluasan untuk bilangan
dari sistem bilangan Hindu–Arab. Cara melambangkan bilangan dalam bentuk sistem
desimal seringkali disebut sebagai notasi desimal.
Bilangan desimal (juga seringkali disebut desimal, atau istilah yang kurang
tepat, bilangan desimal) mengacu pada notasi suatu bilangan dalam sistem bilangan
desimal. Desimal terkadang dapat diidentifikasi dengan pemisah desimal, yakni suatu
bilangan yang biasanya menggunakan tanda titik "." atau tanda koma "," sebagai
pemisah. Sebagai contoh, 25.9703 atau 3,1415 Desimal juga dapat mengacu
khususnya pada digit setelah pemisah desimal, sebagai contoh "3,14 merupakan
hampiran dari nilai π dengan dua desimal". Digit-digit nol setelah pemisah desimal
memiliki tujuan khusus untuk menandai ketepatan suatu nilai.
Bilangan yang dapat diwakili dalam sistem desimal merupakan pecahan dengan
bentuk a10 n, dimana a bilangan bulat dan n bilangan bulat taknegatif. Pecahan tersebut
disebut pecahan desimal.
Sistem bilangan desimal telah diperluas ke desimal takhingga untuk mewakili
setiap bilangan real, dengan mengunakan sebuah barisan digit takhingga setelah
pemisah desimal (lihat representasi desimal). Pada konteks ini, bilangan desimal
dengan jumlah terhingga dari digit bukan nol setelah pemisah desimal terkadang
disebut terminating decimal. Desimal berulang merupakan sebuah desimal takhingga
yang mengulangi barisan digit yang sama, yang terletak pada barisan tersebut
(sebagai contoh, 5,123144144144144... = 5.123144). Sebuah desimal takhingga
mewakili sebuah bilangan rasional jika dan hanya jika barisannya merupakan desimal
berulang atau memiliki jumlah terhingga dari digit bukan nol.

B.Sistem Bilangan Biner


Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem penulisan angka
dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan biner modern ditemukan
oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada abad ke-17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari
semua sistem bilangan berbasis digital. Dari sistem biner, kita dapat mengkonversinya ke
sistem bilangan Oktal atau Hexadesimal. Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit,
atau Binary Digit. Pengelompokan biner dalam komputer selalu berjumlah 8, dengan istilah 1
Byte/bita. Dalam istilah komputer, 1 Byte = 8 bit. Kode-kode rancang bangun komputer,
seperti ASCII, American Standard Code for Information Interchange menggunakan system
peng-kode-an 1 Byte.
Sistem bilangan biner adalah salah satu dari 4 sistem bilangan yang digunakan komputer.
Sistem bilangan biner merupakan bilangan yang menggunakan basis 2 serta 2 macam simbol
bilangan 0 dan 1. Contoh dari bilangan biner seperti 1110.
Landasan Teori
Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai
beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik, pemrosesan data dan operasi logika.
Tipe data :
-Data Numerik : merepresentasikan integer dan pecahan fixed-point, real floatingpoint dan
desimal berkode biner.
-Data Logikal : digunakan oleh operasi logika dan untuk menentukan atau memriksa kondisi
seperti yang dibutuhkan untuk instruksi bercabang kondisi.
-Data bit-tunggal : untuk operasi seperti SHIFT, CLEAR dan TEST.
-Data Alfanumerik : data yang tidak hanya dikodekan dengan bilangan tetapi juga dengan
huruf dari alpabet dan karakter khusus lainnya
Guna lebih paham mengenai apa itu sistem bilangan biner, maka dapat mengkonversi
bilangan biner 1110 ke bilangan desimal. Nilai 1110=14 (bilangan desimal). Pertambahan
bilangan biner dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pertambahan bilangan desimal.
Berikut ini adalah dasar pertambahan untuk masing-masing digit bilangan biner.
0+0=0
1+0=1
0+1=1
1+1=0
Dengan carry of 1 keadaan normal 1+1=2, akan tetapi digit terbesar biner yaitu 1, maka perlu
dikurangi dengan 2 atau basis. Sehingga 2-2=0 dengan carry of 1.

C.Sistem Bilangan Oktal


Oktal atau sistem bilangan basis delapan adalah sebuah sistem bilangan berbasis delapan.
Simbol yang digunakan pada sistem ini adalah 0,1,2,3,4,5,6,7. Konversi Sistem Bilangan
Oktal berasal dari Sistem bilangan biner yang dikelompokkan tiap tiga bit biner dari ujung
paling kanan (LSB atau Least Significant Bit).
Sistem bilangan adalah kumpulan simbol khusus dan sesuai standar kesepakatan
internasional.
Kegunaan sistem bilangan yakni adalah untuk membangun sebuah bilangan pada jaringan
komputasi.
Maka, pengertian bilangan oktal berarti sistem bilangan berbasis delapan yang menggunakan
angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 sebagai simbolnya.
Tabel berikut akan membantu kamu bisa membedakan sistem bilangan oktal dengan sistem
bilangan biner.

Fungsi bilangan oktal dan penggunaannya dalam komputasi


Bilangan biner adalah dasar semua bilangan digital yang dapat terbaca oleh sistem komputer.
Meski begitu, programer tetap memerlukan bilangan oktal sebagai alternatif lain.
Adanya bilangan oktal memudahkan programer membuat program sebelum
mengimplementasikannya ke mesin.
Lebih lanjut, Bilangan oktal membantu programer tidak perlu menuliskan berderet bilangan
biner yang rumit, maupun bilangan desimal dan heksadesimal yang membutuhkan proses
konversi panjang.
Salah satu contoh bilangan oktal dalam komputasi yakni guna mengetahui common
properties pada arsip atau file HTML sebuah server.
Common properties berperan sebagai penentu siapa saja yang dapat mengakses, membaca,
mengedit, hingga menghapus arsip. Hasilnya, website dapat terproteksi maksimal.

D.Sistem Bilangan Hexadecimal


Bilangan heksadesimal merupakan bilangan yang memiliki 16 basis. Ingat! Kalau bilangan
desimal punya 10 basis sedangkan bilangan biner punya 2 basis.
Bilangan heksadesimal sering digunakan untuk memberi kode warna di dunia komputer,
misalnya warna putih akan diberi kode warna #FFFFFF sedangkan warna warna hitam akan
diberi kode warna #000000.
Contoh bilangan heksadesimal dengan 16 basisnya bisa dilihat di bawah ini.

Untuk mengetahui cara merubah bilangan desimal ke heksadesimal, kita gunakan contoh-
contoh soal.
Ubahlah bilangan desimal berikut 35, 420, 5500 dan 6060 ke dalam bilangan heksadesimal!
Jawab:
Perhitungannya berturut-turut sebagai berikut:
35/16 = 2 (3/16) -> sisa 310 = 316
2/16 = 0 -> sisa 210 = 216
Sehingga 3510 = 2316
420/16 = 26 (4/16) -> sisa 410 = 416
26/16 = 1 (10/16) -> sisa 1010 = A16
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 110
Sehingga 42010 = 1A410
5500/16 = 343 (12/16) -> sisa 1210 = C16
343/16 = 21 (7/16) -> sisa 710 = 716
21/16 = 1 (5/16) -> sisa 510 = 516
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 116
Sehingga 550010 = 157C16
6060/16 = 378 (12/16) -> sisa 1210 = C16
378/16 = 23 (10/16) -> sisa 1010 =A16
23/16 = 1 (7/16) -> sisa 710 = 716
1/16 = 0 (1/16) -> sisa 110 = 116
Sehingga 606010 = 17AC16
Contoh 2:
Tiga buah bilangan desimal ditulis berturut-turut sebagai berikut ini: 1350, 4000 dan 8875.
Bagaimana penulisan ketiga bilangan desimal tersebut ke dalam bilangan heksadesimal?
Jawab:
Cara yang kita gunakan masih sama dengan contoh sebelumnya yakni:
1350/16 = 84 (6/16) -> sisa 610 = 616
84/16 = 5 (4/16) -> sisa 410 = 416
5/16 = 0 (5/6) -> sisa 510 = 516
Sehingga 135010 = 54616
4000/16 = 250 (0/16) -> sisa 00 = 00
250/16 = 15 (10/16) -> sisa 1010 = A16
15/16 = 0 (15/16) -> sisa 1510 = E16
Sehingga 400010 = FA016
8875/16 = 554 (10/16) -> sisa 1010 = A16
554/16 = 34 (10/16)-> sisa 1010 = A16
34/16 = 2 (2/16) -> sisa 210 = 210
2/16 = 0 (2/16) -> sisa 210 = 210
Sehingga 55410 = 22A16

E.Sistem Bilangan Binary Coded Decimal(BCD)


Pada sebuah sistem komputasi atau rangkaian logika lainnya diperlukan konversi antara
bahasa yang dimengerti oleh mesin ke bahasa yang dipahami manusia dan sebaliknya. Salah
satu metode yang sering digunakan saat ini yaitu BCD (Binary Coded Decimal.
Nah pada artikel kali ini mimin akan membahas mengenai pengertian BCD (Binary Coded
Decimal) secara lengkap. Untuk itu simak pembahasannya dibawah ini.
BCD (Binary Coded Decimal) adalah sistem pengkodean biner dari angka desimal dimana
setiap digit desimal diwakili oleh sejumlah bit, biasanya terdiri dari 4 bit. Setiap kelompok
akan disimpan dalam 1 byte.
Maka dari itu, dalam proses konversi bilangan desimal akan dipisahkan digit per digit
kemudian dikonversikan satu per satu ke bilangan biner (4 atau 8 bit).
Oleh karena itu, BCD membutuhkan ruang penyimpanan lebih besar karena tiap digit desimal
menjadi 1 byte biner.
Tetapi proses konversinya juga menjadi kelebihan dari BCD karena setiap bilangan desimal
bisa dikonversikan dengan pola 4 bit.
Sehingga BCD dapat menggunakan metode natural (BCD) (NBCD) atau dikenal dengan
sebutan “8421” encoding yang merupakan pola pengkodean yang paling mudah dan jelas.
Cara Konversi Bilangan Desimal ke Kode Bilangan BCD
Dalam proses konversinya, setiap angka dari bilangan desimal dikonversikan satu per satu
menjadi 1 kelompok bilangan biner (4 bit) seperti contoh dibawah ini:
Langkah pertama yaitu pisahkan angka desimal sesuai dengan bobotnya lalu tuliskan kode
BCD yang ekuivalen untuk mewakili setiap digit desimal yang bersangkutan.
Konversi Bilangan Desimal 48910 ke kode BCD :
4 : 0100
8 : 1000
9 : 1001
Bilangan desimal 48910 yang dikonversikan ke kode BCD yaitu menjadi 0100 1000 1001
atau 010010001001BCD.
Cara Konversi Kode Bilangan BCD menjadi Bilangan Desimal
Untuk bisa mengkonversikan kode bilangan BCD ke bilangan desimal, cukup dengan
membagikan bilangan biner ke dalam kelompok 4 bit biner lalu tuliskan angka desimal yang
diwakilkan oleh masing-masing kelompok 4 bit tersebut, seperti contoh dibawah ini:
Konversikan kode bilangan BCD 1001 0011 menjadi bilangan desimal :
1001 : 9
0011 : 3
Jadi, kode bilangan BCD 1001 0011 yang dikonversikan menjadi desimal yaitu 9310.
Nilai tertinggi dari suku bilangan desimal yaitu angka 9 yang diwakilkan oleh bilangan biner
1001. Dengan begitu, hanya bilangan biner 4 bit dari 0000 hingga 1001 yang digunakan.
Tabel dibawah ini menunjukkan kode BCD. Masing-masing digit desimal (0 – 9) diwakili
oleh bilangan biner ekuivalennya. Karena 1 digit desimal bisa mencapat nilai tertingginya
yakni angka 9, maka diperlukan 4 bit untuk pengkodean BCD-nya.

Perlu kalian ketahui bahwa setiap digit desimal pasti diberikan 4 bit bilangan biner meskipun
bilangan desimal yang diwakilkannya kurang 4 bit bilangan biner, seperti contoh desimal 2
yaitu sama dengan 0010.
Dengan menggunakan cara ini, rangkaian digital yang menggunakan kode BCD selalu
menangani 1 kelompok bilangan biner yang terdiri dari 4 bit bilangan biner.
Jika menggunakan kode BCD, perlu kalian ingat bahwa semua angka 0 harus dipertahankan,
hal ini berbeda dengan bilangan biner yang bisa menghilangkan angka 0 didepannya.
Kode BCD ini digunakan apabila diperlukannya transfer informasi desimal masuk dan keluar
dari rangkaian atau peralatan digital.
Contoh rangkaian atau peralatan digital tersebut diantaranya seperti kalkulator, jam digital,
multimeter dan pencacahan frekuensi (frequency counter).
Contoh Aplikasi BCD
Berikut ini merupakan beberapa contoh aplikasi BCD yang bisa digunakan untuk berbagai
keperluan, diantaranya:
1.Rangkaian Elektronik
Seperti yang sudah kita ketahui ada dua jenis rangkaian elektronik, analog dan digital. Pada
dasarnya BCD yang digunakan untuk kebutuhan rangkaian digital menggunakan logika dasar
dalam bentuk kode-kode biner dalam proses kerjanya.
2.Kondisi High and Low Pada Sinyal Digital
Pada rangkaian digital hanya mengenal kondisi high (1) dan low (0). Voltase yang lebih
tinggi akan direpresentasikan sebagai kondisi high sedangkan yang lebih renda akan
diterjemahkan sebagai kondisi low.
Kode biner termasuk BCD yang dapat digunakan untuk merepresentasikan kondisi high dan
low pada suatu sistem digital.
3.-Numeric Display, 7 Segmen dan RTC
Penggunaan kode BCD lainnya yaitu digunakan dalam display yang berbasis digital,
seperti alpha-numeric, 7 segmen dan RTC.
Kalian bisa melihat angkan-angka atau huruf pada display digital terbagi-bagi
menjadi beberapa bagian yang akan menyala saling bergantian.
Pada setiap bagian tersebut terdapat LED yang dioperasikan berdasarkan logic dari
bilangan biner, BCD dapat digunakan untuk hal tersebut.
Misalnya pada RTC (Real-Time clock/jam digital) saat ini menampilkan jam 10:37:49
maka BCD-nya yaitu 0001 0000 0011 0111 0100 1001,.
4.Timer dan Counter Pada Siemens S7

Beberapa sistem kontrol PLC seperti S7 menggunakan BCD untuk timer dan counter pada struktur
datanya.

Hal tersebut karena struktur datanya yang memang mengacu pada cara kerja yang sama dengan
display 7 segment.

F.Sistem Bilangan ASCII


ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan Kode Standar
Amerika untuk Pertukaran Informasi atau sebuah standar internasional dalam pengkodean
huruf dan simbol seperti Unicode dan Hex tetapi ASCII lebih bersifat universal. Pada materi
kali ini sobat akan menemukan 8 bit, 256 karakter ASCII, menurut ISO 8859-1 dan Microsoft
Windows Latin-1 dengan peningkatan karakter, yang tersedia dalam program tertentu seperti
Microsoft Word.
Dalam bahasa komputer 0 dan 1 tidak ada cara lain untuk mewakili huruf dan karakter yang
bukan nomer. Semuanya harus menggunakan 0 dan 1. Salah satu jalan untuk berbahasa
dengan komputer dengan cara menggunakan tabel ASCII. Tabel ASCII merupakan tabel atau
daftar yang bersi semua huruf dalam alfabet romawi ditambah beberapa karakter tambahan.
Dalam tabel ini setiap karakter akan selalu diwakili oleh sejumlah kode yang sama. Misal
untuk huruf “b” (b kecil) selalu diwakili oleh urutan nomer 98, dan kalo dipresentasi
menggunakan 0 dan 1 dalam bilangan biner, 98 adalah bilangan biner 110 0010.
Contoh lainya adalah 125 yang merupakan karakter “}”. Simbol tersebut selalu digunakan
dalam bahasa komputer. Bukan hanya komputer tetapi juga beberapa teknologi yang
berbahasa komputer seperti Telepon Genggam.
Sebenarnya Kode ASCII mempunyai komposisi bilangan biner sebanyak 7 bit. Akan tetapi
ASCII disimpan menadi 8 bit dengan menambahkan satu angka 0 sebagai tanda significant
paling tinggi. Bit tambahan itu sering digunakan untuk uji prioritas.
Jumlah kode ASCII sendiri ialah sebanyak 255 kode. Kode ASCII dengan Nilai ANSI ASCII
(Desimal) 0 sampai 127 adalah kode ASCII manipulasi teks sedangkan kode ASCII dengan
Nilai ANSI ASCII 128 sampai 255 adalah kode ASCII untuk manipulasi Gambar/Grafik.
-Kode yang tidak terlihat simbolnya seperti Kode 8 (Backspace), 10 (Pergantian baris / Line
feed), 13 (Pergantian baris / carriage return), 32 (Spasi)
-Kode yang terlihat simbolnya seperti numerik (0...9), abjad (a...z), karakter khusus
(!”$#&‘%()*+,-./:;?@)
-Kode yang tidak ada di keyboard namun bisa ditampilkan. Kode ini biasanya untuk kode-
kode grafik dengan Nilai ANSI ASCII 128 sampai 255.

G.Sistem Bilangan Arithmetic


Arithmatic Logical Unit (ALU), adalah salah satu bagian/komponen dalam sistem
komputer yang berfungsi melakukan operasi/perhitungan aritmatika dan logika. Contoh
operasi aritmatika adalah operasi penjumlahan dan pengurangan, sedangkan contoh
operasi logika adalah logika AND dan OR. ALU bekerja besama-sama memori, di mana
hasil dari perhitungan di dalam ALU di simpan ke dalam memori.
Arithmetic Logical Unit (ALU) merupakan unit penalaran secara logic. ALU ini
merupakan Sirkuit CPU berkecepatan tinggi yang bertugas menghitung dan
membandingkan. Angka-angka dikirim dari memori ke ALU untuk dikalkulasi dan
kemudian dikirim kembali ke memori. Jika CPU diasumsikan sebagai otaknya komputer,
maka ada suatu alat lain di dalam CPU tersebut yang dikenal dengan nama Arithmetic
Logical Unit (ALU), ALU inilah yang berfikir untuk menjalankan perintah yang diberikan
kepada CPU tersebut.
 ALU terdiri dari dua bagian, yaitu unit arithmetika dan unit logika boolean, yang masing
– masing memiliki spesifikasi dan tugas tersendiri. Fungsi-fungsi yang didefinisikan pada
ALU adalah Add (penjumlahan), Addu (penjumlahan tidak bertanda), Sub (pengurangan),
Subu(pengurangan tidak bertanda), and, or,xor, sll (shift left logical), srl (shift right
logical), sra (shift right arithmetic), dan lain-lain.
Perhitungan dalam ALU menggunakan kode biner, yang merepresentasikan instruksi yang
akan dieksekusi (opcode) dan data yang diolah (operand). ALU biasanya menggunakan
sistem bilangan biner two’s complement. ALU mendapat data dari register. Kemudian data
tersebut diproses dan hasilnya akan disimpan dalam register tersendiri yaitu ALU output
register, sebelum disimpan dalam memori.
ALU sendiri merupakan suatu kesatuan alat yang terdiri dari berbagai komponen
perangkat elektronika termasuk di dalamnya sekelompok transistor, yang dikenal dengan
nama logic gate, dimana logic gate ini berfungsi untuk melaksanakan perintah dasar
matematika dan operasi logika. Kumpulan susunan dari logic gate inilah yang dapat
melakukan perintah perhitungan matematika yang lebih komplit seperti perintah “add”
untuk menambahkan bilangan, atau “devide” atau pembagian dari suatu bilangan. Selain
perintah matematika yang lebih komplit, kumpulan dari logic gate ini juga mampu untuk
melaksanakan perintah yang berhubungan dengan logika, seperti hasil perbandingan dua
buah bilangan.
Instruksi yang dapat dilaksanakan oleh ALU disebut dengan instruction set. Perintah yang
ada pada masing-masing CPU belum tentu sama, terutama CPU yang dibuat oleh pembuat
yang berbeda, katakanlah misalnya perintah yang dilaksanakan oleh CPU buatan Intel
belum tentu sama dengan CPU yang dibuat oleh Sun atau perusahaan pembuat
mikroprosesor lainnya. Jika perintah yang dijalankan oleh suatu CPU dengan CPU lainnya
adalah sama, maka pada level inilah suatu sistem dikatakan compatible. Sehingga sebuah
program atau perangkat lunak atau software yang dibuat berdasarkan perintah yang ada
pada Intel tidak akan bisa dijalankan untuk semua jenis prosesor,kecuali untuk prosesor
yang compatible dengannya.
Pada saat sekarang ini sebuah chip/IC dapat mempunyai beberapa ALU sekaligus yang
memungkinkan untuk melakukan kalkulasi secara paralel. Salah satu chip ALU yang
sederhana (terdiri dari 1 buah ALU) adalah IC 74LS382/HC382ALU (TTL). IC ini terdiri
dari 20 kaki dan beroperasi dengan 4×2 pin data input (pinA dan pinB) dengan 4 pin
keluaran (pinF).
H.Sistem Bilangan Floating Point Arithmetic
Floating point adalah sebuah bilangan yang digunakan untuk menggambarkan sebuah nilai
yang sangat besar atau sangat kecil. Bilangan tersebut dapat diwujudkan dalam notasi
ilmiah, yaitu berupa angka pecahan desimal dikalikan dengan angka 10 pangkat bilagnan
tertentu. Bilangan seperti ini dapat direpresentasikan menjadi dua bagian, yaitu
bagianmantisa dan bagian eksponen (E). Bagian mantisa menentukan digit dalam angka
tersebut, sedangkan eksponen menentukan nilai berapa besar pangkat pada bagian mantisa
tersebut (jarak dari titik posisi desimal). Contoh :
Misalkan terdapat sebuah bilangan 8934000000 maka bilangan ini dapat dituliskan dalam
bentuk bilangan floating point. 8934E6 yang secara matematis artinya : 8934 x 10⁶
Bagian mantisanya adalah 8934 dan bagian eksponennya adalah E6
Cara penulisan angka seperti ini merupakan cara singkat untuk menuliskan angka yang
nilainya sangat besar maupun sangat kecil atau disebut floating point number. Bilangan
seperti ini banyak digunakan dalam pemrosesan grafik dan kerja ilmiah. Proses aritmatika
bilangan floating point memang lebih rumit dan prosesor membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mengerjakannya, karena mungkin akan menggunakan beberapa siklus detak
(clock cycle) prosesor.
Oleh karena itu beberapa jenis komputer menggunakan prosesor sendiri untuk menangani
bilangan floating point. Prosesor yang khusus menangani bilangan floating point
disebutFloating Pont Unit (FPU) atau disebut juga dengan nama math co-processor.
Otasi floating-point dapat digunakan untuk merepresentasikan baik bilangan yang sangat
besar (|N| » 0), bilangan yang sangat kecil atau dekat dengan nol (|N| « 1), maupun
bilangan yang terdiri dari keduanya. Floating-point membuat proses operasi aritmatika
menjadi relatif lebih mudah. Floating-point merepresentasi bilangan nyata dalam bentuk
persamaan:

N = m × Re

Dimana:
M merupakan bagian bilangan pecahan yang biasa disebut significand atau mantissa
E adalah bagian bilangan bulat yang biasa disebut exponent
R merupakan basis dari suatu sistem bilangan
Bagian bilangan pecahan m merupakan p-digit bilangan dengan bentuk (±d.dddd … dd),
dimana semua digit d adalah bilangan bulat antara 0 dan R-1. Jika digit terdepan (sebelak
kiri) dari m bukan angka nol, maka bilangan ini dapat dikatakan sebagai normalized.
Sebagai contoh, bilangan desimal 0,0003754 dan 1234 dapat direpresentasi dalam notasi
floating point sebagai 3,754 × 10−4 dan 1,234 × 103. Bilangan heksadesimal 257,ABF
dapat direpresentasi sebagai 2,57ABF × 162. Dalam kasus bilangan biner normalized,
angka terdepan (MSB) selalu ‘1’ dan dengan demikian tidak perlu disimpan secara
eksplisit. Bilangan biner campuran 1100,10112 dapar direpresentasi dalam notasi floating
point sebagai 0,1101011 × 23 = 0,1101011e+0011. Disini, 0,1101011 adalah mantissa dan
e+0011 menunjukan bahwa eksponennya adalah +3. Contoh lainnya, 0,0001112 dapat
ditulis sebagai 0,111e-0011, dengan 0,111 adalah mantissa dan e-0011 menunjukkan
eksponen dari -3. Jika kita ingin merepresentasikan mantissa menggunakan delapan bit,
maka angka 0,1101011 dan 0,111 dapat ditulis seperti 0,11010110 dan 0,11100000.
Rentang Angka dan Presisi
Rentang angka dapat direpresentasikan dalam mesin apapun tergantung dari jumlah
bit dalam eksponen, sedangkan akurasi pecahan atau presisi pada akhirnya
ditentukan oleh jumlah bit dalam mantissa. Semakin tinggi jumlah bit dalam
eksponen, maka semakin besar rentang angka yang dapat direpresentasikan.
Misalnya, rentang angka yang mungkin pada format bilangan biner floating-point
yang menggunakan 6-bits untuk merepresentasi besarnya eksponen adalah 2 -
64
 sampai 2+64, dimana nilai ini setara dengan rentang 10-19 sampai 10+19.
Presisi ditentukan oleh jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasi mantissa.
Hal ini biasanya direpresentasikan sebagai angka desimal presisi. Konsep presisi
sebagaimana didefinisikan terhadap notasi floating-point dapat dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut. Jika mantissa disimpan dalam jumlah n bit, maka itu
dapat merepresentasi sebuah bilangan desimal antara 0 dan 2 n-1 seperti mantissa
yang disimpan sebagai bilangan bulat tak-bertanda (unsigned). Jika M adalah
bilangan terbesar seperti 10M-1 kurang dari atau sama dengan 2n-1, maka M adalah
presisi yang dinyatakan sebagai angka desimal presisi. Misalnya, jika mantissa
dinyatakan dalam 20 bit, maka angka desima presisi dapat ditemukan sekitar 6,
seperti 220-1 sama dengan 1 048 575 dimana sedikit lebih kecil dari 10 6-1.
Format Bilangan Floating-Point
Format bilangan floating-point biner telah distandarkan oleh IEEE 754-2008 (atau
ISO/IEC/IEEE 60559:2011), yaitu meliputi format 16-bit (half), 32-bit (single-precision),
64-bit (double-precision), 80-bit (double-extended) dan 128-bit (quad-precision). Pada
artikel ini hanya akan dibahas tentang format dasar, yaitu 32-bit dan 64-bit.
Bilangan Floating-Point 32-bit (single-precision)
Bilangan floating-point 32-bit tersusun atas:
• 1 bit tanda (S)
• 8 bit eksponen (E)
• 23 bit mantisa (M)
Bit tanda (S) menyatakan bilangan positif jika S = 0 dan negatif jika S = 1. Field eksponen
adalah basis 2. Nilai eksponen bisa negatif atau positif untuk menyatakan bilangan yang
sangat kecil atau sangat besar. Format eksponen yang digunakan adalah excess-127. Nilai
127 ditambahkan dari nilai eksponen sebenarnya (Exp), yaitu Exp = E – 127. Dengan
excess-127, nilai E akan selalu positif dengan jangkauan 0 sampai 255.
Nilai ekstrem adalah untuk E = 0 dan E = 255:
E = 0 menyatakan bilangan NOL (jika M = 0) dan subnormal (jika M ≠ 0)
E = 255 menyatakan bilangan TAK TERHINGGA (jika M = 0) dan NAN/not-a-number
(jika M ≠ 0)
Nilai normal adalah 1 ≤ E ≤ 254 yang menunjukkan nilai eksponen sebenarnya dari -126
sampai 127. Contoh: Emin(1) = −126, E(50) = −77, dan Emax(254) = 127.
Saat nilai mantissa (M) dinormalisasi, most significant bit (MSB) selalu 1. Namun, bit
MSB ini tidak perlu disertakan secara eksplisit di field mantisa (Tabel diatas). Nilai
mantissa yang sebenarnya adalah 1.M, sehingga nilai bilangan floating-pointnya menjadi:
Di bilangan subnormal, nilai mantissa sebenarnya adalah 0.M, sehingga bilangan floating-
pointnya menjadi:
Dengan mantissa 23 bit ini ditambah 1 bit implisit, total presisi dari representasi floating-
point 32-bit ini adalah 24 bit atau sekitar 7 digit desimal (yaitu 24 × log10(2) = 7,225).
Dalam bahasa pemrograman, suatu bilangan single-precision ini dideklarasikan dengan
tipe data float (C, C++, Java) atau single (Pascal, VB, MATLAB).
Bilangan Floating-Point 64-bit (double-precision)
Bilangan floating-point 64-bit tersusun atas:
• 1 bit tanda (S)
• 11 bit eksponen (E)
• 52 bit mantisa (M)
Seperti halnya dengan bilangan single-precission, bit tanda (S) menyatakan bilangan
positif jika S = 0 dan negatif jika S = 1. Field eksponen adalah basis 2. Nilai eksponen bisa
negatif atau positif untuk menyatakan bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Format
eksponen yang digunakan adalah excess-1023. Nilai 1023 ditambahkan dari nilai eksponen
sebenarnya (Exp), yaitu Exp = E – 1023. Dengan excess-1023, nilai E akan selalu positif
dengan jangkauan 0 sampai 2047.
Nilai ekstrem adalah untuk E = 0 dan E = 2047:
E = 0 menyatakan bilangan NOL (jika M = 0) dan subnormal (jika M ≠ 0)
E = 255 menyatakan bilangan TAK TERHINGGA (jika M = 0) dan NAN/not-a-number
(jika M ≠ 0)
Nilai normal adalah 1 ≤ E ≤ 2047 yang menunjukkan nilai eksponen sebenarnya dari -1022
sampai 1023. Contoh: Emin(1) = −1022, E(100) = −923, dan Emax(254) = 1023.
Nilai mantisa (M) dinormalisasi, yang berarti most significant bit (MSB) selalu 1. Bit
MSB ini tidak perlu disertakan secara eksplisit di field mantisa. Nilai mantisa sebenarnya
adalah 1.M, sehingga nilai bilangan floating-pointnya menjadi:
Dengan mantissa 52 bit ini ditambah 1 bit implisit, total presisi dari representasi floatin
point 32-bit ini adalah 53 bit atau sekitar 16 digit desimal (yaitu 53 × log10(2) = 15.955).
Dalam pemrograman, suatu bilangan double-precision ini dideklarasikan dengan tipe data
double (C, C++, Java).

Metode Komplemen Bilangan


Komplemen digunakan dalam komputer digital untuk merepresentasikan dan manipulasi
bilangan negatif atau untuk menyederhanakan operasi pengurangan dan manipulasi logika.
Ada dua jenis komplemen untuk setiap sistem bilangan dengan basis R, yaitu komplemen
R dan komplemen R-1. Jika nilai basis tersebut disubsitusikan, maka dua jenis komplemen
untuk sistem bilangan desimal, biner oktal, dan heksadeimal adalah sebagai berikut:
- Bilangan desimal (basis-10) : Komplemen 10 dan komplemen 9
-Bilangan biner (basis-2) : Komplemen 2 dan komplemen 1
-Bilangan oktal (basis-8) : Komplemen 8 dan komplemen 7
-Bilangan heksadesimal (basis-16) : komplemen 16 dan komplemen 15
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan
disebut sebagai angka atau lambang bilangan.
Ada banyak macam bilangan diantarnya adalah : Bilangan Bulat, Bilangan Genap,
Bilangan Ganjil, Bilangan Prima, Bilangan Desimal, Bilangan Cacah dan Bilangan Real.

2. Saran
Mengingat pentingnya pelajaran Matematika karena Mtematika termasuk pelajaran yang di
ujikan dalam Ujian Nasional untuk itu penulis menyarankan bagi mereka yang mendapat
nilai di bawah KKM untuk:
a. Siswa harus rajin berlatih berhitung agar mendapat nilai yang maksimal.
b. Berlatih mengerjakan soal-soal.
c. Selalu aktif dalam pembelajaran Matematika.
d. Mengerjakan tugas yang di berikan dan rajin belajar.

Karena kita tidak ada ruginya dalam belajar Matematika dan juga untuk mendapatkan nilai
yang kita inginkan dan juga jika kita mau berlatih dan berusaha semua kata sulit itu bisa
di atasi, tingkatan prestasi dan belajar andadalam pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Bentuk Akar Pangkat dan Logaritma. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://matematikaeducation-matematika.blogspot.com/2011/01/bentuk-akar-pangkat-dan-
logaritma.html

Anonymous. 2008. Perpangakatan dan Akar Bilangan. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://applikasi.wordpress.com/2008/06/06/perpangkatan-dan-akar-bilangan/

Ali Yaramadon. 2013. Tugas Pengertian dan Macam-macam Bentuk Akar. (online)
Diakses pada tanggal 10 Juni 2014
http://aliyaramadonasman1.blogspot.com/2013/07/tugas-pengertian-dan-macam-
macam_6143.html

Ayu Laraswati. 2013. Pengertian Bilangan Desimal Otal dan Biner. (online) Diakses pada
tanggal 10 Juni 2014
http://ayularasswati.wordpress.com/2013/09/16/pengertian-bilangan-desimal-oktal-dan-
biner/

Ainul Wicaskono. 2012. Tugas Matematika Bilangan Bulat dan Ganjil. (online) Diakses
pada tanggal 10 Juni 2014
http://ainulwicaksono.blogspot.com/2012/10/tugas-matematika-bilangan-bulat-ganjil.html

Anonymous. 2010. Rumus Bilangan Ganjil dan Rumus Bilangan Genap. (online) Diakses
pada tanggal 10 Juni 2014
http://asimtot.wordpress.com/2010/07/25/rumus-bilangan-ganjil-dan-rumus-bilangan-
genap/

Anonymous. 2010. Bilangan Ganjil dan Bilangan Genap. (online) Diakses pada tanggal 10
Juni 2014
http://asimtot.wordpress.com/2010/06/09/bilangan-ganjil-dan-bilangan-genap/

Anda mungkin juga menyukai