SISTEM BILANGAN&KODE
Disusun oleh:
Nama : Agung Setiawan
NIM : 221011450241
UNIVERSITAS PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pembahasan kali ini yaitu mengenai sistem bilangan dan
pengkonversiannya, dimana ini sangat umum dipelajari oleh para pelajar teknik
informatika. Konversi yang akan dibahas pada artikel ini meliputi bilangan
bulat dan bilangan pecahan dari sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan
heksadesimal.
Konversi dari desimal ke biner diperlukan untuk menerjemahkan keinginan
(perintah) manusia kedalam kode-kode yang dikenali oleh sistem digital.
Sebaliknya, konversi dari biner ke desimal diperlukan untuk menterjemahkan
kode hasil pengolahan sistem digital ke dalam bentuk informasi yang
dimengerti oleh manusia. Konversi dari biner ke oktal atau heksadesimal (dan
sebaliknya) merupakan perantara konversi dari/ke biner ke/dari desimal.
Konversi ini banyak dilakukan karena disamping digit angka biner jauh lebih
banyak dibandingkan dengan angka-angka pada sistem bilangan oktal dan
heksadesimal, juga karena melakukan konversi tersebut sangat mudah.
Sebagai contoh, bilangan 314 memiliki digit 3 pada posisi ratusan, digit 1
pada posisi puluhan, dan digit 4 pada posisi satuan. Oleh karena itu,
bilangan 314 dapat ditulis sebagai:
Berikut adalah penjelasan dari beberapa jenis sistem bilangan dan cara
melakukan perhitungannya.
Sistem bilangan biner hanya menggunakan dua digit, yaitu 0 dan 1. Dalam
sistem bilangan biner, setiap digit disebut bit (binary digit).
Bit adalah satuan terkecil dalam sistem bilangan biner. Digit pertama pada
sistem biner adalah 1, diikuti oleh 2, 4, 8, dan seterusnya.
Digit kedua adalah 0, sehingga tidak mewakili satupun. Digit ketiga adalah
1, yang mewakili 2. Dan digit keempat adalah 0, sehingga tidak mewakili
satupun.
Dengan demikian, bilangan biner 1010 sama dengan bilangan desimal 10.
Cara menghitung
Contoh:
Ubah bilangan desimal 27 ke dalam bilangan biner.
27 dibagi 2 = 13 sisa 1
13 dibagi 2 = 6 sisa 1
6 dibagi 2 = 3 sisa 0
3 dibagi 2 = 1 sisa 1
1 dibagi 2 = 0 sisa 1
Dari sisa-sisa hasil bagi tersebut, digit biner yang dihasilkan adalah
11011. Oleh karena itu, bilangan desimal 27 dapat direpresentasikan
dalam bilangan biner 11011.
Cara Menghitung
Contoh:
3 dibagi 8 = 0 sisa 3
Dari sisa-sisa hasil bagi tersebut, digit oktal yang dihasilkan adalah 352.
Oleh karena itu, bilangan desimal 234 dapat direpresentasikan dalam
bilangan oktal 352.
Cara Menghitung
Tidak perlu ada konversi yang dilakukan jika kita ingin merepresentasikan
sebuah bilangan dalam sistem bilangan desimal, karena sistem bilangan
desimal merupakan sistem bilangan yang paling umum digunakan dan
sudah familiar bagi kita.
Namun, jika ingin mengonversi bilangan dari sistem bilangan lain menjadi
sistem bilangan desimal, langkah-langkahnya sebagai berikut:
Contoh:
1 x 2^3 = 8
0 x 2^2 = 0
1 x 2^1 = 2
1 x 2^0 = 1
16 + 8 + 0 + 2 + 1 = 27
Cara Menghitung
Contoh:
Contoh:
2 x 16^2 = 512
A x 16^1 = 10 x 16 = 160
5 x 16^0 = 5
Perbandingan Antara Kode BCD dan Kode Biner Langsung Penting untuk
diketahui bahwa bilangan BCD tidak sama dengan bilangan biner langsung. Kode
biner langsung mengkodekan lengkap seluruh bilangan desimal dan menyatakan
dalam biner; kode BCD mengubah tiap-tiap digit desimal menjadi biner secara
individual (satu per satu). Sebagai contoh ambil bilangan desimal 137 dan
bandingkan kode biner langsung dengan BCD-nya :
BCD digunakan dalam mesin-mesin digital apabila yang diberikan sebagai input
atau di-display sebagai output adalah informasi digital. Voltmeter digital,
pengukur frekuensi, kalkulator, dan jam digital semuanya menggunakan BCD
karena mereka menyajikan informasi output dalam desimal. BCD sering tidak
digunakan dalam komputer digital berkecepatan tinggi, oleh karena dua alasan.
Pertama, BCD membutuhkan lebih banyak bit dibanding kode biner langsung,
oleh karena itu kurang efisien. Kedua, proses aritmetik untuk BCD lebih rumit
dibanding biner langsung sehingga memerlukan rangkaian yang lebih kompleks.
Semakin kompleks akan memperlambat kecepatan operasinya.
Penjumlahan BCD
Penjumlahan bilangan-bilangan desimal yang berbentuk BCD paling mudah dipahami
melalui dua kasus yang dapat terjadi pada saat digit-digit desimal dijumlahkan. Jumlah
Samadengan Sembilan atau Kurang Penjumlahan 5 dan 4 yang menggunakan BCD untuk
menyatakan tiap-tiap digit :
5 0101 ← BCD untuk 5
4 0100 ← BCD untuk 4
Hasil 1101 tidak terdapat dalam kode BCD , ini merupakan salah satu grup kode 4 bit
terlarang. Ini terjadi karena jumlah dari dua bit tersebut melampui 9. Apabila ini terjadi
maka hasilnya harus dikoreksi dengan menambah 6 ( 0110) untuk menghindarkan enam
grup terlarang.
6 0110 ← BCD untuk 6
7 0111 ← BCD untuk 7
0111 1100
0110 ditambah 6
Kode Excess-3
Kode excess-3 ada hubungannya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan
menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan kentungan dalam operasi-operasi
aritmetik tertentu. Pengkodean excess-3 untuk bilangan desimal dilaksanakan dengan
cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa angka 3 ditambahkan pada setiap digit
desimal sebelum mengkodekan dalam biner. Misalnya, mengkode bilangan desimal 3
kedalam kode excess-3, pertama-tama kita harus
menambah 3 untuk memperoleh 7. Kemudian 7 dikodekan dalam kode biner 4-bit
ekivalennya, yaitu 0111.
Sebagai contoh lain, ubahlah 46 menjadi representasi kode excess-3.
4 6
+3 +3 tambahkan tiga untuk setiap digit
7 9
↓ ↓
0111 1001 Diubah menjadi kode biner 4-bit
Tabel 3 mencantumkan representasi kode BCD dan kode excess-3 untuk digitdigit
desimal. Perhatikanlah bahwa kedua kode tersebut hanya menggunakan 10 dari 16
kemungkinan grup-grup kode 4-bit. Tetapi bagaimanapun juga, kode exces-3 tidak
menggunakan grup-grup kode yang sama. Untuk excess-3,grup-grup kode yang terlarang
adalah 0000,0001,0010,1101,1111.
Tabel 3. Representasi kode BCD dan kode Excess-3
Desimal BCD Excess-3
0 0000 0011
1 0001 0100
2 0010 0101
3 0011 0110
4 0100 0111
5 0101 1000
6 0110 1001
7 0111 1010
8 1000 1011
9 1001 1100
BAB I11
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Rumusan Masalah
2. Pengertian sistem Biner.
3. Pengertian sistem Oktal
4. Pengertian sistem Desimal.
5. Pengertian sistem Hexadesimal
Matematika adalah suatu yang sangat berpengaruh dari segala ilmu, baik
dalam bidang teknologi ataupun lainnya. Dalam hal ini penerapan
matematika dimunculkan dalam ilmu teknologi informasi. Dalam
perkembangannya teknologi menggunakan beberapa bahasa dan rumusan
matematika, seperti perhitungan sistem oktal, sistem biner, sistem desimal,
sistem hexadesimal. Hampir semua pemograman dan aplikasi menggunakan
sistem tersebut.
4.2. Saran
Dalam kata lain matematika sangat diperlukan untuk seorang programer,
karena matematika adalah salah satu bahasa pemograman atau rumusan yang
akan sering ditemui, terutama di bidang IT. Maka dari itu matematika adalah
hal yang sangan umum yang harus dipelajari oleh seorang yang bergelut
dibidang IT.
Daftar Pustaka
Afdoli, Fahmi. 2019. BAB II PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
SISTEM BILANGAN ADALAH…
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1263/7/
UNIKOM_AFDOLI_FAHMI_BAB_I.pdf diunduh pada tanggal 24-05-2023
Hamid, Ariyanto354. 2012. MAKALAH SISTEM BILANGAN .
https://unindrapti.wordpress.com/2012/12/04/makalah-SISTEMBILANGAN diunduh
pada tanggal 24-05-2023
Rifa'i, Ahmad. 2018. MAKALAH DATABASE.
https://www.academia.edu/21982815/MAKALAH_SISTEMBILANGAN diunduh pada
tanggal 24-05-2023
Hariono. 2021. Pengantar Basis Data. https://hariono.site.unwaha.ac.id/pengantar-
basis-data/ diunduh pada tanggal 24-05-2023