Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM BILANGAN&KODE

Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi


Jurusan Teknik Informatika
Tahun 2023 Semester Genap 2022/2023

Disusun oleh:
Nama : Agung Setiawan
NIM : 221011450241

UNIVERSITAS PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul "Pengantar
Database" bisa diselesaikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………….…………………... 1

1.2. Tujuan Penulisan ……….……………………………………… 2

1.3. Manfaat Penulisan ……………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

3.1. Sistem Bilangan …………………………………........................ 6

3.2 Kode Yang Mewakili Data ............................................................ 7

BAB III PENUTUP

4.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 7

4.2. Saran …………………………………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pembahasan kali ini yaitu mengenai sistem bilangan dan
pengkonversiannya, dimana ini sangat umum dipelajari oleh para pelajar teknik
informatika. Konversi yang akan dibahas pada artikel ini meliputi bilangan
bulat dan bilangan pecahan dari sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan
heksadesimal.
Konversi dari desimal ke biner diperlukan untuk menerjemahkan keinginan
(perintah) manusia kedalam kode-kode yang dikenali oleh sistem digital.
Sebaliknya, konversi dari biner ke desimal diperlukan untuk menterjemahkan
kode hasil pengolahan sistem digital ke dalam bentuk informasi yang
dimengerti oleh manusia. Konversi dari biner ke oktal atau heksadesimal (dan
sebaliknya) merupakan perantara konversi dari/ke biner ke/dari desimal.
Konversi ini banyak dilakukan karena disamping digit angka biner jauh lebih
banyak dibandingkan dengan angka-angka pada sistem bilangan oktal dan
heksadesimal, juga karena melakukan konversi tersebut sangat mudah.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah ‘Pengantar Teknologi Informasi’ dalam semester genap
2022/2023, yang diberikan oleh dosen mata kuliah ‘Pengantar Teknologi
Informasi’ yaitu Bapak Fadly Ariadi, S.Kom., M.Kom.
Dan juga mengetahui atau memahami sistem bilangan&kode dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan membaca tulisan ini diharapkan kita bisa lebih memahami
teknologi informasi, karena bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai
teknologi dan informasi. Dengan memahami system bilangan&kode maka
akan sangat memudahkan kita dalam menyelesaikan sesuatu dalam kehidupan
sehari-hari.

1.3. Manfaat penulisan


1. Dapat menambah wawasan penulis dan pembaca tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pengaruh kemajuan teknologi informasi.
2. Sebagai bahan referensi untuk pembaca.
3. Dapat melatih mahasiswa pada umumnya dan penulis khususnya dalam
mengembangkan wawasan diri untuk menyusun buah pikiran secara sistematis
dalam bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Bilangan

Mengenal Jenis-Jenis Sistem Bilangan

Sistem bilangan adalah metode untuk merepresentasikan nilai numerik


menggunakan simbol-simbol tertentu.

Dalam sistem bilangan, setiap simbol mewakili nilai numerik tertentu.


Sistem bilangan sangat penting dalam matematika dan ilmu komputer,
karena digunakan untuk melakukan perhitungan dan pengolahan data.

Sistem bilangan umumnya menggunakan angka 0 hingga 9 sebagai


digitnya. Setiap digit pada sebuah bilangan memiliki nilai yang berbeda,
tergantung pada posisinya dalam bilangan. Posisi digit dalam sebuah
bilangan menunjukkan nilai pangkat dari basis sistem bilangan tersebut.

Contohnya, dalam sistem bilangan desimal, setiap digit


merepresentasikan nilai dari 0 hingga 9. Posisi digit pada bilangan
desimal menunjukkan nilai pangkat dari basis 10.

Sebagai contoh, bilangan 314 memiliki digit 3 pada posisi ratusan, digit 1
pada posisi puluhan, dan digit 4 pada posisi satuan. Oleh karena itu,
bilangan 314 dapat ditulis sebagai:

3 x 10^2 + 1 x 10^1 + 4 x 10^0

Sistem bilangan lainnya seperti oktal, heksadesimal, dan biner memiliki


aturan yang sama dengan sistem bilangan desimal, hanya basis yang
digunakan berbeda.

Sistem bilangan oktal menggunakan 8 digit, yaitu 0 hingga 7, dengan


basis 8. Posisi digit pada bilangan oktal menunjukkan nilai pangkat dari
basis 8.

Sistem bilangan heksadesimal menggunakan 16 digit, yaitu angka 0


hingga 9 dan huruf A hingga F sebagai pengganti nilai 10 hingga 15,
dengan basis 16. Posisi digit pada bilangan heksadesimal menunjukkan
nilai pangkat dari basis 16.
Sistem bilangan biner menggunakan hanya 2 digit, yaitu 0 dan 1, dengan
basis 2. Posisi digit pada bilangan biner menunjukkan nilai pangkat dari
basis 2.

Pemahaman yang baik mengenai sistem bilangan sangat penting untuk


pengolahan data dan pemrograman komputer, karena banyak operasi
aritmatika yang dilakukan dengan menggunakan sistem bilangan biner
dan heksadesimal.

Berikut adalah penjelasan dari beberapa jenis sistem bilangan dan cara
melakukan perhitungannya.

1. Sistem Bilangan Biner

Sistem bilangan biner hanya menggunakan dua digit, yaitu 0 dan 1. Dalam
sistem bilangan biner, setiap digit disebut bit (binary digit).

Bit adalah satuan terkecil dalam sistem bilangan biner. Digit pertama pada
sistem biner adalah 1, diikuti oleh 2, 4, 8, dan seterusnya.

Setiap digit pada sistem biner merupakan hasil dari perpangkatan 2.


Sebagai contoh, digit pertama (dari kiri) pada bilangan biner 1010 adalah
1, yang mewakili 8.

Digit kedua adalah 0, sehingga tidak mewakili satupun. Digit ketiga adalah
1, yang mewakili 2. Dan digit keempat adalah 0, sehingga tidak mewakili
satupun.

Dengan demikian, bilangan biner 1010 sama dengan bilangan desimal 10.

Cara menghitung

Untuk mengonversi bilangan desimal ke bilangan biner, langkah-


langkahnya sebagai berikut:

1. Bagi bilangan desimal dengan 2.


2. Catat sisa hasil bagi sebagai digit pertama pada bilangan biner.
3. Bagi hasil bagi tersebut dengan 2, dan catat sisa hasil bagi sebagai digit
kedua pada bilangan biner.
4. Ulangi langkah ke-3 sampai hasil bagi menjadi 0.
5. Ubah urutan digit dari hasil sisa tersebut, sehingga didapatkan bilangan
biner.

Contoh:
Ubah bilangan desimal 27 ke dalam bilangan biner.

27 dibagi 2 = 13 sisa 1

13 dibagi 2 = 6 sisa 1

6 dibagi 2 = 3 sisa 0

3 dibagi 2 = 1 sisa 1

1 dibagi 2 = 0 sisa 1

Dari sisa-sisa hasil bagi tersebut, digit biner yang dihasilkan adalah
11011. Oleh karena itu, bilangan desimal 27 dapat direpresentasikan
dalam bilangan biner 11011.

2. Sistem Bilangan Oktal

Sistem bilangan oktal menggunakan delapan digit, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,


dan 7. Digit pertama pada sistem oktal adalah 1, diikuti oleh 2, 4, 8, dan
seterusnya.

Setiap digit pada sistem oktal merupakan hasil dari perpangkatan 8.


Sebagai contoh, bilangan oktal 54 adalah 5 x 8^1 + 4 x 8^0 = 40 + 4 = 44
dalam bilangan desimal.

Cara Menghitung

Untuk mengonversi bilangan desimal ke bilangan oktal, langkah-


langkahnya sebagai berikut:

1. Bagi bilangan desimal dengan 8.


2. Catat sisa hasil bagi sebagai digit pertama pada bilangan oktal.
3. Bagi hasil bagi tersebut dengan 8, dan catat sisa hasil bagi sebagai digit
kedua pada bilangan oktal.
4. Ulangi langkah ke-3 sampai hasil bagi menjadi 0.
5. Ubah urutan digit dari hasil sisa tersebut, sehingga didapatkan bilangan
oktal.

Contoh:

Ubah bilangan desimal 234 ke dalam bilangan oktal.

234 dibagi 8 = 29 sisa 2


29 dibagi 8 = 3 sisa 5

3 dibagi 8 = 0 sisa 3

Dari sisa-sisa hasil bagi tersebut, digit oktal yang dihasilkan adalah 352.
Oleh karena itu, bilangan desimal 234 dapat direpresentasikan dalam
bilangan oktal 352.

3. Sistem Bilangan Desimal

Sistem bilangan desimal merupakan sistem bilangan yang menggunakan


basis 10. Dalam sistem bilangan desimal, terdapat 10 digit yang
digunakan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Sistem bilangan desimal merupakan sistem bilangan yang paling umum


digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam perhitungan
matematika, keuangan, dan lain sebagainya.

Cara Menghitung

Tidak perlu ada konversi yang dilakukan jika kita ingin merepresentasikan
sebuah bilangan dalam sistem bilangan desimal, karena sistem bilangan
desimal merupakan sistem bilangan yang paling umum digunakan dan
sudah familiar bagi kita.

Namun, jika ingin mengonversi bilangan dari sistem bilangan lain menjadi
sistem bilangan desimal, langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Tuliskan bilangan dalam bentuk posisi dengan digit-digitnya ditulis


sebagai perkalian dari pangkat 10, dengan pangkat tertinggi pada digit
terdepan.
2. Hitung nilai dari setiap digit yang dituliskan pada langkah ke-1, dengan
cara mengalikan digit tersebut dengan pangkat 10 yang sesuai.
3. Jumlahkan hasil perkalian dari setiap digit pada langkah ke-2, sehingga
didapatkan nilai bilangan dalam sistem bilangan desimal.

Contoh:

Ubah bilangan biner 11011 ke dalam bilangan desimal.

Tuliskan bilangan biner 11011 dalam bentuk posisi:

11011 = 1 x 2^4 + 1 x 2^3 + 0 x 2^2 + 1 x 2^1 + 1 x 2^0

Hitung nilai dari setiap digit:


1 x 2^4 = 16

1 x 2^3 = 8

0 x 2^2 = 0

1 x 2^1 = 2

1 x 2^0 = 1

Jumlahkan hasil perkalian dari setiap digit:

16 + 8 + 0 + 2 + 1 = 27

Oleh karena itu, bilangan biner 11011 dapat direpresentasikan dalam


bilangan desimal 27.

4. Sistem Bilangan Heksadesimal

Sistem bilangan heksadesimal merupakan sistem bilangan yang


menggunakan basis 16. Dalam sistem bilangan heksadesimal, terdapat 16
digit yang digunakan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F.

Cara Menghitung

Untuk mengonversi bilangan desimal ke bilangan heksadesimal, langkah-


langkahnya sama seperti saat mengonversi bilangan desimal ke bilangan
oktal. Namun, dalam sistem bilangan heksadesimal, setiap digit dapat
merepresentasikan nilai hingga 15, sehingga jika terdapat hasil bagi yang
lebih dari 9, maka perlu menggunakan huruf A hingga F untuk
merepresentasikan nilai 10 hingga 15.

Contoh:

Ubah bilangan desimal 423 ke dalam bilangan heksadesimal.

1. Bagi bilangan desimal dengan 16.


2. Catat sisa hasil bagi sebagai digit pertama pada bilangan
heksadesimal.
3. Jika hasil bagi lebih besar dari 9, gunakan huruf A hingga F
sebagai pengganti nilai 10 hingga 15.
4. 4. Ulangi langkah 1-3 pada hasil bagi hingga mendapatkan sisa 0.

Berikut adalah langkah-langkahnya:


1. 423 / 16 = 26 sisa 7
2. Digit pertama pada bilangan heksadesimal adalah 7.
3. Ulangi langkah 1-2 pada hasil bagi 26.
4. 26 / 16 = 1 sisa 10, maka digit kedua pada bilangan heksadesimal
adalah A.
5. Hasil bagi sudah sama dengan 1, dan sisa adalah 1, sehingga digit
terakhir pada bilangan heksadesimal adalah 1.

Oleh karena itu, bilangan desimal 423 dapat direpresentasikan dalam


bilangan heksadesimal dengan nilai 1A7.

Untuk mengonversi bilangan heksadesimal ke bilangan desimal, langkah-


langkahnya sebagai berikut:

1. Tuliskan bilangan heksadesimal dalam bentuk posisi dengan digit-


digitnya ditulis sebagai perkalian dari pangkat 16, dengan pangkat
tertinggi pada digit terdepan.
2. Hitung nilai dari setiap digit yang dituliskan pada langkah ke-1,
dengan cara mengalikan digit tersebut dengan pangkat 16 yang
sesuai.
3. Jumlahkan hasil perkalian dari setiap digit pada langkah ke-2,
sehingga didapatkan nilai bilangan dalam sistem bilangan desimal.

Contoh:

Ubah bilangan heksadesimal 2A5 ke dalam bilangan desimal.

Tuliskan bilangan heksadesimal 2A5 dalam bentuk posisi:

2A5 = 2 x 16^2 + A x 16^1 + 5 x 16^0

Hitung nilai dari setiap digit:

2 x 16^2 = 512

A x 16^1 = 10 x 16 = 160

5 x 16^0 = 5

Jumlahkan hasil perkalian dari setiap digit:

512 + 160 + 5 = 677


Oleh karena itu, bilangan heksadesimal 2A5 dapat direpresentasikan
dalam bilangan desimal 677.

Kegunaan Sistem Bilangan

Setiap sistem bilangan memiliki kegunaan dan aplikasi yang berbeda-


beda. Berikut ini adalah beberapa penggunaan masing-masing sistem
bilangan:

Sistem Bilangan Biner

Sistem bilangan biner digunakan pada teknologi digital dan komputer.


Bilangan biner digunakan untuk merepresentasikan informasi dalam
bentuk sinyal elektronik yang dapat diproses oleh komputer.

Dalam bilangan biner, setiap digit merepresentasikan sinyal 0 atau 1,


sehingga bilangan biner digunakan untuk merepresentasikan teks,
gambar, suara, dan informasi digital lainnya.

Sistem Bilangan Oktal

Sistem bilangan oktal digunakan untuk merepresentasikan informasi


dalam bentuk kode yang digunakan pada sistem operasi Unix dan Linux.

Kode oktal digunakan untuk merepresentasikan izin akses file dan


direktori pada sistem operasi tersebut.

Sistem Bilangan Desimal

Sistem bilangan desimal merupakan sistem bilangan yang paling umum


digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem bilangan desimal digunakan dalam pengukuran, perhitungan


keuangan, dan matematika. Bilangan desimal juga digunakan dalam
komputasi ilmiah dan teknik.

Sistem Bilangan Heksadesimal

Sistem bilangan heksadesimal digunakan dalam teknologi komputer dan


informasi. Bilangan heksadesimal digunakan dalam representasi alamat
memori, alamat I/O, dan kode warna pada monitor komputer.
Selain itu, bilangan heksadesimal juga digunakan dalam pengujian
perangkat keras dan perangkat lunak pada komputer.

3.2 Kode yang mewakili data

Perbandingan Antara Kode BCD dan Kode Biner Langsung Penting untuk
diketahui bahwa bilangan BCD tidak sama dengan bilangan biner langsung. Kode
biner langsung mengkodekan lengkap seluruh bilangan desimal dan menyatakan
dalam biner; kode BCD mengubah tiap-tiap digit desimal menjadi biner secara
individual (satu per satu). Sebagai contoh ambil bilangan desimal 137 dan
bandingkan kode biner langsung dengan BCD-nya :

13710 = 100010012 (biner)

13710 = 0001 0011 0111 (BCD)

BCD digunakan dalam mesin-mesin digital apabila yang diberikan sebagai input
atau di-display sebagai output adalah informasi digital. Voltmeter digital,
pengukur frekuensi, kalkulator, dan jam digital semuanya menggunakan BCD
karena mereka menyajikan informasi output dalam desimal. BCD sering tidak
digunakan dalam komputer digital berkecepatan tinggi, oleh karena dua alasan.
Pertama, BCD membutuhkan lebih banyak bit dibanding kode biner langsung,
oleh karena itu kurang efisien. Kedua, proses aritmetik untuk BCD lebih rumit
dibanding biner langsung sehingga memerlukan rangkaian yang lebih kompleks.
Semakin kompleks akan memperlambat kecepatan operasinya.

Penjumlahan BCD
Penjumlahan bilangan-bilangan desimal yang berbentuk BCD paling mudah dipahami
melalui dua kasus yang dapat terjadi pada saat digit-digit desimal dijumlahkan. Jumlah
Samadengan Sembilan atau Kurang Penjumlahan 5 dan 4 yang menggunakan BCD untuk
menyatakan tiap-tiap digit :
5 0101 ← BCD untuk 5
4 0100 ← BCD untuk 4

9 1001 ← BCD untuk 9


Contoh lain :
4 5 0100 0101 ← BCD untuk 4 5
3 3 0011 0011 ← BCD untuk 3 3

7 8 0111 1000 ← BCD untuk 7 8


Pada contoh di atas tak satupun hasil penjumlahan dari digit-digit desimal melampaui 9,
oleh karena itu tidak dihasilkan carry-carry desimal. Untuk kasus-kasus ini proses
penjumlahan BCD adalah langsung dan sama dengan penjumlahan biner.

Jumlah Lebih Besar dari 9


Perhatikan penjumlahan BCD 6 dan 7 dalam BCD berikut ini :
6 0110 ← BCD untuk 6
7 0111 ← BCD untuk 7

13 1101 grup kode terlarang dalam BCD

Hasil 1101 tidak terdapat dalam kode BCD , ini merupakan salah satu grup kode 4 bit
terlarang. Ini terjadi karena jumlah dari dua bit tersebut melampui 9. Apabila ini terjadi
maka hasilnya harus dikoreksi dengan menambah 6 ( 0110) untuk menghindarkan enam
grup terlarang.
6 0110 ← BCD untuk 6
7 0111 ← BCD untuk 7

13 1101 grup kode terlarang dalam BCD


0110 ditambah 6 untuk koreksi

001 0011 BCD untuk 13


Sebagai contoh lain :
4 7 0100 0111 BCD untuk 4 7
3 5 0011 0101 BCD untuk 3 5

0111 1100
0110 ditambah 6

1000 0010 jumlah BCD yang benar

Kode Excess-3
Kode excess-3 ada hubungannya dengan kode BCD dan kadang-kadang digunakan
menggantikan BCD karena mempunyai keuntungan kentungan dalam operasi-operasi
aritmetik tertentu. Pengkodean excess-3 untuk bilangan desimal dilaksanakan dengan
cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa angka 3 ditambahkan pada setiap digit
desimal sebelum mengkodekan dalam biner. Misalnya, mengkode bilangan desimal 3
kedalam kode excess-3, pertama-tama kita harus
menambah 3 untuk memperoleh 7. Kemudian 7 dikodekan dalam kode biner 4-bit
ekivalennya, yaitu 0111.
Sebagai contoh lain, ubahlah 46 menjadi representasi kode excess-3.
4 6
+3 +3 tambahkan tiga untuk setiap digit

7 9
↓ ↓
0111 1001 Diubah menjadi kode biner 4-bit

Tabel 3 mencantumkan representasi kode BCD dan kode excess-3 untuk digitdigit
desimal. Perhatikanlah bahwa kedua kode tersebut hanya menggunakan 10 dari 16
kemungkinan grup-grup kode 4-bit. Tetapi bagaimanapun juga, kode exces-3 tidak
menggunakan grup-grup kode yang sama. Untuk excess-3,grup-grup kode yang terlarang
adalah 0000,0001,0010,1101,1111.
Tabel 3. Representasi kode BCD dan kode Excess-3
Desimal BCD Excess-3
0 0000 0011
1 0001 0100
2 0010 0101
3 0011 0110
4 0100 0111
5 0101 1000
6 0110 1001
7 0111 1010
8 1000 1011
9 1001 1100
BAB I11
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1.    Rumusan Masalah
2.    Pengertian sistem Biner.
3.    Pengertian sistem Oktal
4.    Pengertian sistem Desimal.
5.    Pengertian sistem Hexadesimal
Matematika adalah suatu yang sangat berpengaruh dari segala ilmu, baik
dalam bidang teknologi ataupun lainnya. Dalam hal ini penerapan
matematika dimunculkan dalam ilmu teknologi informasi. Dalam
perkembangannya teknologi menggunakan beberapa bahasa dan rumusan
matematika, seperti perhitungan sistem oktal, sistem biner, sistem desimal,
sistem hexadesimal. Hampir semua pemograman dan aplikasi menggunakan
sistem tersebut.

4.2. Saran
Dalam kata lain matematika sangat diperlukan untuk seorang programer,
karena matematika adalah salah satu bahasa pemograman atau rumusan yang
akan sering ditemui, terutama di bidang IT. Maka dari itu matematika adalah
hal yang sangan umum yang harus dipelajari oleh seorang yang bergelut
dibidang IT.
Daftar Pustaka
Afdoli, Fahmi. 2019. BAB II PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
SISTEM BILANGAN ADALAH…
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1263/7/
UNIKOM_AFDOLI_FAHMI_BAB_I.pdf diunduh pada tanggal 24-05-2023
Hamid, Ariyanto354. 2012. MAKALAH SISTEM BILANGAN .
https://unindrapti.wordpress.com/2012/12/04/makalah-SISTEMBILANGAN diunduh
pada tanggal 24-05-2023
Rifa'i, Ahmad. 2018. MAKALAH DATABASE.
https://www.academia.edu/21982815/MAKALAH_SISTEMBILANGAN diunduh pada
tanggal 24-05-2023
Hariono. 2021. Pengantar Basis Data. https://hariono.site.unwaha.ac.id/pengantar-
basis-data/ diunduh pada tanggal 24-05-2023

Rahmanudin, Abdul Aris. 2015. MAKALAH PENGANTAR BASIS DATA.


https://aarisr.wordpress.com/2015/04/26/makalah-pengantar-basis-data/ diunduh
pada tanggal 24-05-2023

Anda mungkin juga menyukai