Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE) ELEKTRONIKA DIGITAL (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika

Digital) Dosen Pengampu: Agus Krisbiantoro, M.T

OLEH Nur Khamidah Mochamad Aji Saputro 11640030 11640037

JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NOPEMBER 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT berkat rahmat dan karunia-Nya kami diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Sistem Bilangan Biner dan Sandi. Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah Elektronika Digital yang diampu oleh bapak Agus Krisbiantoro, M.T Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Agus dan rekanrekan yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi dan sebagainya. Maka kami mengharapkan kritik juga saran untuk penyusunan makalah di masa mendatang. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan konstribusi dalam pengembangan keilmuan civitas akademika Jurusan Fisika, juga civitas akademika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang umumnya. Demikianlah sebagai pengantar kami, penyusun berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi tercapainya karya yang relevan sebagai bahan pembelajaran juga sebagai rujukan. Malang, 7 Maret 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI COVER .......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 BAB II Latar Belakang ..................................................................................................1 Rumusan Masalah ............................................................................................2 Tujuan ..................................................................................................................2 PEMBAHASAN

2.1. Sistem Bilangan Biner ........................................................................................3 2.1.1. Konversi Bilangan Biner .............................................................................4 2.1.2. Operasi Aritmethic Bilangan Biner ........................................................7 2.1.3. Aplikasi Bilangan Biner ..............................................................................7 2.2. Sistem Sandi (Kode) ............................................................................................8 1. Sandi BCD (Biner Code Desimal) ...............................................................9 2. Sandi Excess-3 (XS-3) .....................................................................................11 3. Sandi GrayS ........................................................................................................11 4. Sandi ASCII .........................................................................................................14 5. Bit Paritas............................................................................................................15 2.2.1.Aplikasi Sistem Bilangan Dan Sandi ..........................................................17 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.............................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................20

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bilangan dan kode (sandi) biasanya banyak digunakan dalam rangkaian elektronika digital. Pada sistem bilangan dan kode (sandi) akan dibahas tentang bilangan desimal, bilangan biner, hexadesimal, BCD ( Binary Code Desimal ), dan ACSII. Tetapi sesuai dengan judul makalah ini kami hanya akan terfokus pada satu sistem bilangan, yaitu bilangan biner. Bilangan biner atau bilangan basis 2 atau pembobotan 2n bilangan dasar yang sering digunakan dalam sistem digital. Sistem digital memproses dengan sistem atau cara atau bentuk yang terputus-putus (diskrit) yang dituangkan dalam angka, bilangan, huruf atau simbol. Selain menjalankan, mengukur dan mengubah bentuk; sistem digital melakukan penyimpanana data dan informasi yang telah diproses tadi. Data dan informasi yang disimpan dapat digunakan dan diolah lagi sewaktu-waktu di waktu yang akan datang. sebab sistem digital secara garis besar hanya berada dalam dua keadaan yang berbeda, yang dapat dinyatakan dengan 0 dan 1. Karena dinyatakan hanya dengan dua keadaan inilah maka sistem ini dinyatakan dengan bialangan Biner (Bi = dua). Elektronika digital menggunakan sistem bilangan biner karena sistem tersebut hanya terdiri dari angka 0 dan 1, yang dapat dituangkan secara sederhana dalam sebuah sistem digital dengan dua level tegangan, sedemikian sehingga +5 Volt = 1 dan 0 Volt = 0. Adanya 1 dan 0 tersebut disebut binary digit atau bit. Dalam rangkaian elektronika komputer, bit 0 dinyatakan sebagai tegangan rendah (low), sedangkan bit 1 dinyatakan sebagai tegangan tinggi (high).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud bilangan biner? 2. Bagaimana mengkonversikan bilangan biner ke dalam bentuk lain? 3. Apa saja macam-macam sandi (kode) dalam sistem digital? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud sistem bilangan biner? 2. Untuk mengetahui bagaimana mengkonversikan bilangan biner ke dalam bentuk lain 3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam sandi (kode) dalam sistem digital

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Bilangan Biner Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital. Diantaranya yaitu; a. b. c. d. e. Bilangan Desimal Bilangan Biner Bilangan Oktal Bilangan Heksadesimal Bilangan BCD Dalam bab ini akan membahas mengenai Sistem Biner. Sistem bilangan Biner atau bilangan basis dua merupakan sebuah sistem penulisan angka menggunakan dua simbol, yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibnis pada abad ke 17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital.1 Digit bilangan biner disebut binary digit atau bit. Empat bit dinamakan nibble, delapan bit dinamakan byte. Sejumlah bit yang terdiri dari karakter berupa huruf, angka atau lambang khusus dinamakan word.2 Bit di paling kanan dikenal sebagai Least Significant Bit (LSB), sedangkan bit paling kiri dikenal sebagai Most Significant Bit (MSB). 4 Bits 8 Bits 16 Bits 32 Bits 64 Bits Nibble Byte Word Double Word Quad Word/Paragraph

dikutip dari http://kepala-blog.blogspot.com/2011/12/sistem-bilangan-biner.html, diakses tanggal 5 Maret 2013 2 Azizmur, Sistem Bilangan dan Format Data, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h.16

Ciri bilangan biner adalah adanya tambahan subskrip bin atau 2 di akhir suatu bilangan. Contoh: 1010011bin = 10100112 Keadaan biner dapat dianalogikan sebagai berikut:3

2.1.1 Konversi Bilangan Biner Bilangan biner dapat dikonversikan ke jenis sistem bilangan lain seperti bilangan desimal, oktal dsb. Manusia sering menggunakan bilangan desimal dalam kehidupannya sehari-hari. Bilangan biner dan jenis sistem bilangan lainnya saling menyusun satu sama lain. Misalnya bilagan biner 00000010 merupakan angka 2 dalam bilangan desimal. Begitupun sebaliknya, apabila angka 2 desimal maka berarti angka 00000010 dalam bilangan biner.4 Mengubah Bilangan Desimal menjadi Bilangan Biner

Desimal

Biner

3 4

Ir. Wijaya Wijanarka, Teknik Digital, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.5 Putri Nurul Adha, Bilangan Biner dalam http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalahbilangan-biner.html , diakses tanggal 08 Maret 2013

Cara menyelesaikannya: kalikan setiap bilangan biner dengan faktor bobot terdekat dan jumlahkan hasilnya. 5 Contoh 1:

Sebuah piranti digital memiliki data yang dinyatakan dengan bilangan biner 10112 (Ini dibaca: bilangan biner, satu nol satu satu. Bukannya seribu sebelas). Terjemahkan bilangan tersebut dalam bilangan yang dikenal sehari-hari (bilangan desimal)

Jadi 1011 dalam bilangan biner setara atau ekivalen dengan 11 dalam bilangan desimal. Contoh 2:

Ubahlah atau konversikan bilangan biner 1011,10012 menjadi desimal.

Jadi bilangan biner 1011,1001 setara dengan bilangan desimal 11,5625. Mengubah Bilangan Biner Menjadi Bilangan Desimal
Biner Desimal

Ir. Wijaya Wijanarka, Teknik Digital, (Jakarta: Erlangga, 2006),h.6

Untuk mengubah angka desimal menjadi angka biner digunakan metode pembagian dengan angka 2 sambil memperhatikan angka sisanya. Contoh: 1. 205(10) 205 102 51 25 12 6 3 :2 :2 :2 :2 :2 :2 :2 = 102 sisa 1 = 51 = 25 = 12 =6 =3 =1 sisa 0 sisa 1 sisa 1 sisa 0 sisa 0 sisa 1

1 sebagai sisa akhir 1 Note: Untuk menuliskan notasi binernya, pembacaan dilakukan dari bawah yang berarti 11001101(2) 2. 60(10) 60 30 15 7 3 :2 :2 :2 :2 :2 = 30 sisa 0 = 15 sisa 0 =7 =3 =1 sisa 1 sisa 1 sisa 1

1 sebagai sisa akhir 1 Note: Dibaca dari bawah menjadi 111100(2) atau lazimnya dituliskan dengan 00111100(2). Ingat bentuk umumnya mengacu untuk 8 digit! Kalau 111100 (ini 6 digit) menjadi 00111100 (ini sudah 8 digit).

2.1.2 Operasi Aritmethic Bilangan Biner 1. Penambahan Biner A 0 0 1 1 B 0 1 0 1 A+B 0 1 1 0 Carry 0 0 0 1 Result 0 1 1 0

2. Pengurangan Biner A 0 0 1 1 B 0 1 0 1 A-B 0 0 1 0 Borrow 0 0 1 0 Result 0 1 1 0

2.1.3 Aplikasi Bilangan Biner Bilangan biner umum digunakan dalam dunia komputasi. komputer menggunakan bilangan biner agar dapat saling berkomunikasi antar sesama (hardware) maupun sesama komputer. Komputer hanya menggunakan bahasa mesin, yaitu apabila komputer menggunakan

sinyal listrik atau tegangan (volt), berarti bernilai 1. Apabila komputer tidak mendapatkan sinyal listrik atau tegangan listrik, berarti bernilai 0.6 Bilangan biner digunakan untuk menyusun suatu data ataupun file yang terdapat didalam komputer. Misalanya terdapat suatu file berukuran 1 MB (MegaByte). Apabila 1 Byte = 8bit berarti file tersebut tersusun atas beratus-ratus bit menjadi sebuah file tersebut. Bilangan biner juga digunakan untuk berkomunikasi antar sesama komputer dalam suatu jaringan. Karena komputer hanya mengerti bilangan biner, maka komputer mentransmisikan sinyal-sinyal listrik ke perangkat jaringan untuk bisa berkomunikasi satu sama lain, dalam hal ini bilangan biner diterapkan dalam penentuan IP adress. IP adress terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat dituliskan kedalam 4 kelompok 8 bit (oktet) dan dipisahkan oleh tanda titik. Contoh: 11000000.10101000.00000000.00000001 dapat ditulis: 192.168.0.1 2.2 Sistem Sandi (Kode) Pada mesin digital, baik intruksi (perintah) maupun informasi (data) diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat memahami data dalam bentuk biner. Kita sering menggunakan mesinmesin digital seperti jam digital, multimeter digital, thermometer digital, kalkulator, computer dan sebagainya. Tampilan yang langsung dapat dilihat berupa angka desimal atau kumpulan huruf latin yang dikenal dalam keseharian, padahal proses yang terjadi di dalam mesin-mesin tersebut berbentuk biner. Sedangkan instruksi maupun informasi dalam bentuk biner tidsk disukai karena diluar kebiasaan sehingga terasa rumit dan kurang praktis. Kita telah terbiasa dengan huruf latin A sampai Z dsn angka-angka dari 0, 1, 2, , sampai 9. Sehingga apabila disajikan bilangan atau kata dalam bentuk biner tidak segera dapat diketahui maknanya.
6

Bilangan Biner

Penulisan dalam Bilangan Desimal

Putri Nurul Adha, Bilangan Biner dalam http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalahbilangan-biner.html , diakses tanggal 08 Maret 2013

Misalnya pada sederet bit biner 00010111, kita tidak segera tahu bahwa deretan bit itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit tersebut dapat menunjukkan bilangan 1716 atau 2310. Agar deretan bit 00010111 dapat tampil sebagai bilangan 1716 atau 2310 diperlukan teknik atau rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 1716 atau 2310 dapat dikenali oleh suatu mesin digital sebagai 00010111 juga diperlukan teknik atau rangkaian tertentu.7 Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan melalui tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi biner. Sebaliknya bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator mengalami proses pengubahan dari bentuk biner ke dalam format 7-segmen yang umumnya berbentuk desimal. 1. Sandi BCD (Biner Code Desimal) Dalam mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk desimal. Sedangkan proses komputasi dalam mesin digital dalam bentuk biner, kita mengalami hambatan atau bahkan sulit memahaminya, karena kita tidak biasa dengan bilangan yang tampil dalam bentuk biner. Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke desimal dan sebalikya. Sebagai contoh bilangan desimal 25 dan 43 masingmasing disandikan dalam biner sebagai berikut: 2510 4310 = 110012 = 1010112.

Sembarang bilangan desimal dapat disajikan dalam bentuk biner yang setara. Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk biner dapat dipikirkan sebagai penggambaran sandi suatu bilangan desimal. Dua contoh diatas memperlihatkan bahwa setiap angka biner mempunyai nilai sesuai dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam contoh diatas semua digit dilangan desimal disandikan langsung, atau sebaliknya semua pernyataan biner menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit yang disandikan.

Sumarna, Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi), (Yogyakarta, 2006),h.30

Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9 disandikan sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan suatu bilangan desimal lebih dari satu digit, maka setiap digitnya disandikan sendiri. Salah satu sistem sandi yang cukup terkenal adalah BCD atau desimal yang disandikan biner. Karena digit desimal terbesar 9, maka diperlukan 4 bit biner untuk menyandi setiap digit. Susunan 4 bit biner tersebut menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda, tetapi hanya diperlukan 10 kombinasi di antaranya. Untuk menyatakan bilangan desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner. Untuk bilangan bulat, kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan, kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga merupakan ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal 468 (terdiri dari 3 digit) memerlukan 3 kelompok masing-masing 4 bit seperti tampak pada table berikut: Desimal BCD Bobot 4 0100 800 400 200 100 6 0110 80 40 20 10 8 1000 8421

Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang setara. Perlu dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap digit. Dengan demikian sandi 4 bit biner yang digunakan adalah dari 0000, 0001, 0011, , hingga 1001. Dalam BCD tidak digunakan sandi sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111. Jika sembarang bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin yang menggunakan sandi BCD, maka biasanya akan terjadi indikasi terjadi kesalahan. Tampaknya penulisan dengan cara BCD ini merupakan pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk melambangkan 16 bilangan (pada BCD hanya 10). Tetapi keuntungannya kita tidak perlu menuliskannya bilangan yang lebih besar dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B, , F), sehingga BCD sangat cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan mengubah setiap karakter BCD mejadi bilangan desimal yang diinginkan. 2. Sandi Excess-3 (XS-3)
10

Sandi XS-3 ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk melambangkan sebuah digit desimal. Sandi ini untuk bilangan desimal dibentuk dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa 3 tambahan pada setiap digit desimal sebelum penyandian ke binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3, pertama kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian 8 disandikan dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000. 5+3=8 1000. Sandi XS-3 hanya menggunakan 10 dari 16 kelompok sandi 4 bit yang mungkin. kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang) pada sandi XS-3 adalah 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111. 3. Sandi Gray Merupakan sistem sandi tak berbobot karena posisi bit dalam kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu. Dengan demikian sandi gray cocok dalam operasi aritmatik, dan aplikasinya banyak dijumpa berdekati dalam piranti input/output dan ADC. Dalam sandi gray, antara sandi yang berdekatan mengalami perubahan bit minimum, Karena sifatnya yang hanya berubah satu bit dalam kelompok apabila berubah dari satu digit bilangan ke digit bilangan berikutnya. Hal ini dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam transisi perubahan apabila lebih dari satu bit mengalami perubahan dari desimal 7 (binernya 0111) menjadi desimal 8 (binernya 1000) yang seluruhnya bitnya mengalami perubahan yang kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner 1111 (desimal 15). Kejadian 1111 tersebut sebenarnya hanya sementara tetapi dapat menimbulkan operasi yang dapat mengacau unsur-unsur yang dikendalikan bit tersebut. Aturan untuk mengubah biner ke sandi gray adalah sebagai berikut: a. Bit pertama (paling kiri) sandi gray sama dengan bit pertama dari bilangan biner.

11

b. Bit kedua sandi gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan bit ke dua bilangan biner. (EX-OR: sama dengan 1 bila kedua bit biner itu berbeda, dan 0 bila sama). c. Bit sandi gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke tiga bilangan biner. d. Dan seterusnya, perhatikan gambar dibawah ini yang merupakan gerbang EX-OR untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam sandi gray, kecuali bit pertama.

Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam sandi gray (hasilnya 11101) adalah sebagai berikut:

Selanjutnya untuk mengubah sandi gray menjadi biner digunakan langkah-langkah (yang berlawanan dengan cara mengubah biner ke sandi gray) sebagai berikut: a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi gray .

12

b. Bila bit sandi gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan yang pertama, dan bila bit sandi gray ke dua 1 maka bit biner ke dua adalah kebalikan dari bit biner pertama. c. Bila bit sandi gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan yang ke dua, dan bila bit sandi gray ke tiga 1 maka bit biner ke tiga adalah kebalikan darri bit biner ke dua. d. Demikian seterusnya. Sebagai contoh mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya adalah 1001, seperti tampak pada ilustrasi berikut:

Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh dengan mencari EX-OR dari bit sandi gray yang sesuai dan bit biner sebelumnya, perhatikan gambar berikut!

13

Contoh berikutnya mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya adalah 1001.

4. Sandi ASCII Sandi alpanumerik merupakan sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang diperlukan itu meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar, 10 tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda maupun fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc, Insert, Page Up, dan seterusnya. Untuk menampilkan 87 karakter yang berbeda tersebut dengan sandi biner setidaknya diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi biner yang berbeda. Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII (American Standard Code for Information Interchange) yang digunakan oleh hampir seluruh computer. Pada table berikut ini dikemukakan sandi ASCII.

14

Tabel sandi ASCII (7 bit). LSB 000 0000 0001 0010 0011 0100 0101 0110 0111 1000 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111 NUL SOH STX ETX EOT ENQ ACK BEL BS HT LF VT FF CR SO SI 001 DLE DC1 DC2 DC3 DC4 NAK SYN ETB CAN EM SUB ESC FS GS RS US 010 SP ! # $ % & ( ) * + , . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? MSB 011 100 @ A B C D E F G H I J K L M N O 101 P Q R S T U V W X Y Z [ \ ] 3/4 A B C D E F G H I J K L M N O 110 111 p q r s t u v w x y z { 1/2 } ~ DEL

Sebagai contoh seorang operator komputer memasukkan suatu pernyataan dari papan kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya memerintah komputer untuk menghentikan suatu program, maka sandi biner yang dikenali komputer adalah sebagai berikut:

101 0011 S 5. Bit Paritas

101 0100 T

100 01111 O

101 0000 P

Merupakan bit tambahan yang disertakan ke dalam sekelompok sandi yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Bit

15

paritas dapat berguna 0 atau 1 tergantung pada banyaknya angka 1 yang dimuat di dalam kelompok sandi itu, sehingga dikenal paritas genap dan paritas ganjil. Pada metode paritas genap, nilai bit paritas dipilih sedemikian hingga banyaknya angka 1 dalam suatu kelompok sandi (termasuk bit paritas) berjumlah genap. Sebagai contoh suatu kelompok sandi 100 0011 yang merupakan huruf C pada sandi ASCII. Kelompok sandi itu memiliki 1 sebanyak 3 buah (ganjil, tidak termasuk bit paritas). Selanjutnya akan ditambahkan bit paritas 1 untuk membuat banyaknya angka 1 berjumlah genap(4 termasuk bit paritasnya). Kelompok sandi yang baru, termasuk bit paritas,kemudian menjadi 1 100 0011 Bit ditambahkan. Jika suatu kelompok sandi berisi 1 dalam jumlah genap, maka bit paritas yang ditambahkan bernilai 0. Sebagai contoh, suatu kelompok sandi 100 0001 (Sandi ASCII untuk huruf A) akan ditandai dengan bit paritas 0, sehingga diperoleh sandi yang baru (termasuk bit paritas) yaitu 0 100 0001. Metode paritas ganjil digunakan dengan cara yang persis sama kecuali bahwa bit paritas dipilih sedemikian jumlah angka 1 (termasuk bit paritas) adalah ganjil. Sebagai contoh, untuk kelompok sandi 100 0001 diberi bit paritas 1 sehingga diperoleh sandi baru sebagai 1 100 0001. Untuk kelompok sandi 100 0011 dikenai bit paritas 0 dan diperoleh sandi baru yakni 0 100 0011. Terlepas dari paritas genap atau ganjil yang digunakan, bit paritas menjadi bagian yang nyata dari suatu sandi. Penambahan bit paritas kepada sandi ASCII 7 bitmenghasilkan sandi 8 bit. Sehingga bit paritas diperlakukan seperti bit-bit lainya didalam sandi tersebut. Bit paritas digunakan untuk mendeteksi kesalahan bit tunggal yang terjadi selama pemindahan data dari suatu tempat ke tempat lain. Sehingga ilustrasi paritas yang

16

akan dipindahkan huruf A dan digunakan paritas ganjil. Kode yang dipindahkan berupa : 1 100 0001 2.2.1 Aplikasi Sistem Bilangan Dan Sandi Suatu rumah bersalin memiliki 3 buah inkubator untuk

menempatkan anak-anak yang memerlukan perawatan khusus. Keadaan temperature (T), kadar oksigen (O), kelembaban (M), dan suara (V) pada setiap inkubator dapat dimonitor dari ruang lain menggunakan computer. Kapan saja temperature, kadar oksigen, kelembaban dan suara melebihi atau atau kurang dari (keadaan bahaya) nilai normal yang telah ditentukan, maka sensor-sensor besaran pada setiap inkubator akan memberikan data 1 kepada computer. Jika semua keadaan besaran tersebut normal, maka computer akan menerima data 0. Ilustrasi sistem tersebut dapat dilihat pada gambar. a. Jika computer membaca data $000 (BCD : 0000 0000 0000), maka setiap inkubator dalam keadaan normal atau aman atau tidak membahayakan atau tidak ada hal yang mencurigakan. b. Jika computer membaca $A51 (BCD : 1010 0101 0001), maka ada kejadian bahwa T2, M2, O1, V1, dan V0 dalam keadaan tidak normal atau ada yang membahayakan pada anak di dalam inkubator yang bersangkutan.

17

Gambar sistem monitor inkubator.

c. Jika computer membaca $0F0 (BCD: 0000 1111 0000), maka ada kejadian bahwa T1, O1. M1, dan V1 atau inkubator 1 dalam keadaan tidak normal atau membahayakan pada anak di dalam inkubator tersebut. d. Jika anak-anak yang ditempatkan dalam ketiga inkubator tersebut semua menangis, sedangkan hal-hal lain dalam keadaan normal, maka computer akan menerima pesan atau data $111 (BCD : 0001 0001 0001). e. Dan seterusnya.

18

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Bilangan biner merupakan bilangan basis dua dengan menggunakan simbol angka 0 dan 1 2. Cara mengkonversikan bilangan biner menjadi bilangan desimal yaitu dengan mengalikan setiap bilangan biner dengan faktor bobot terdekat dan dijumlahkan hasilnya. 3. Bilangan biner bisa di gunakan dalam penentuan IP address dan ini berguna untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan komputer yang lain. 4. Macam-macam sandi (kode) dalam sistem digital diantaranya: a. Sandi BCD b. Sandi Excess-3 (XS-3) c. Sandi Gray d. Sandi Sandi ASCII e. Bit Paritas

19

DAFTAR PUSTAKA

Azizmur.2012.Sistem Bilangan dan Format Data.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press (online) dalam http://kepala-blog.blogspot.com/2011/12/sistem-bilangan-biner.html, diakses tanggal 5 Maret 2013 Putri Nurul Adha.2012. Bilangan Biner. (dalam http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalah-bilangan-biner.html , diakses tanggal 08 Maret 2013) Sumarna. 2006. Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi). Yogyakarta: Graha Ilmu Wijanarka, Wijaya. 2006. Teknik Digital.Jakarta: Erlangga

20

Anda mungkin juga menyukai