Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL JURNAL RIVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA : ANGGUN VITANIDA SIMANJUNTAK

NIM : 4223131013

DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA M. PERANGIN-ANGIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat dan kekuatan, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Journal
Review untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Saya tidak lupa
mengucapakan terima kasih kepada orangtua yang mendukung saya lewat materi
dan moril, dan teman-teman saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Critical Journal Review


ini dapat terselesaikan karena berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang terkait. Maka dari itu saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Ibu Laurensia M. Perangin-angin selaku Dosen
Pengampu yang telah membimbing saya dan teman-teman.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu mengharapkan masukan atau saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
menambah pengetahuan kita

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi ................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................................4
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ......................................................................4
B. Tujuan Penulisan CJR ...................................................................................4
C. Manfaat CJR ....................................................................................................5
D. Identitas Jurnal Yang di Riview....................................................................5
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL .....................................................................................7
A. Ringkasan Artikel Utama .............................................................................7
B. Ringkasan Artikel Pembanding 1 ................................................................16
C. Ringkasan Artikel Pembanding 2 ................................................................19
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS................................................................................23
A. Pembahasan Isi Jurnal ...................................................................................23
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal ...........................................25
BAB IV
PENUTUP .............................................................................................................26
A. Kesimpulan .....................................................................................................26
B. Saran ................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Keterampilan membuat CJR pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisi sebuah jurnal serta membandingkan jurnal
yang dianalisis dengan jurnal yang lain, mengenal dan memberi nilai serta
mengkritik karya tulis yang dianalisis
Terkadang kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan
mengerti, dankita hanya memilih satu jurnal untuk dibaca tetapihasilnya
masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa danpembahasan,
oleh karena itu penulis membuat CJR Profesi Kependidikan ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih referensi jurnalterkhusus pada
pokok bahasa tentang supervisi pendidikan
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa pada
jenjang satra satu adalah Critical Journal Review. Secara harfiah, Critical
Journal Review adalah kegiatan mengkritisi sebuah jurnal penelitian. Namun
Critical Journal Review bukan sekedar membuat laporan atau tulisan tentang
isi sebuah penelitian atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan
sebuah penelitian, menyoroti hal yang menarik dari penelitian tersebut, serta
menganalisis pengaruh gagasan tersebut terhadap cara berpikir kita dan
menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan
kata lain, melalui Critical Journal Review kita menguji kemampuan pikiran
tingkat tinggi seseorang untuk kemudian menuliskannya kembali
berdasarkan sudut pandang, pengetahuan, dan pengalaman yang kita miliki.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan budaya membaca,
berpikir sistematis dan kritis, dan mengekspresikan pendapat (Rosen, 2006:
325) yang sebelumnya harus diawali dengan proses berpikir kritis. Dengan
berpikir kritis berarti kita mengontrol proses berpikir secara sadar (Troyka,
2006:115).

B. Tujuan Penulisan CJR


Alasan dibuat CJR :
 Penyelesaian tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan
 Menambah wawasan mahasiswa dalam menggali dan menganalisis
gagasan dalam sebuah penelitian
 Meningkatkan kemampuan nalar berpikir kritis dalam mencari
informasi yang terdapat dalam penelitian

4
 Menguatkan teori yang berhubungan dengan penyikapan profesi
kependidikan sehingga dapat disintesis menjadi gagasan utama dalam
penulisan dan/atau penelitian baru

C. Manfaat CJR
Secata sederhana, penulisan Critical Jurnal Review memiliki beberapa
manfaat sebagai berikut :
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang
Critical book report
 Memilik pengetahuan dan keterampilan tentang filsafat pendidka
 Untuk mengetahui banyak hal tentang jurnal
 Mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam suatu
jurnal
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkritisi suatu jurnal

D. Identitas Artikel dan Jurnal yang Diriview


a) Jurnal Utama
Judul Artikel :
PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONALISME GURU MELALUI
KINERJA GURU PADA SATUAN PENDIDIKAN MTS NEGERI 1
SERANG
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Islam
Edisi Terbit : Vol. 2, NO. 1,2020
Pengarang Artikel : Aep Saepul Anwar
Penerbit : Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten
Kota Terbit : Banten
Nomor ISSN : 2716-098X
Alamat Situs :
file:///C:/Users/acer/Downloads/PENGEMBANG
AN_SIKAP_PROFESIONALISME_GURU_MEL
ALUI_KI.pdf
b) Jurnal Pembanding 1
Jurnal Artikel :
PENGEMBANGAN MATERI AJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI
Nama Jurnal : Jurnal Profesi Pendidik
Edisi Terbit : Vol. 1, NO. 1, November 2014
Pengarang Artikel : Dr. Winarno, M.Si.,dkk

5
Penerbit : Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Jawa Tengah
Kota Terbit : Jawa Tengah
Nomor ISSN : 2442-6350
Alamat Situs :

file:///C:/Users/acer/Downloads/JURNAL-
PROFESI-PENDIDIK.pdf

c) Jurnal Pembanding 2
Judul Artikel :
PERAN ETIKA DAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM
MEMBANGUN NILAI-NILAI KARAKTER MAHASISWA CALON
GURU SD
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah PGSD
Edisi Terbit : Vol. 4 NO. 1, Mei 2020
Pengarang Artikel : Dewi Setiyaningsih
Penerbit : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kota Terbit : Jakarta
Nomor ISSN : 2579 – 6151
Alamat Situs :
file:///C:/Users/acer/Downloads/6553-15968-1-
SM.pdf

6
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Ringkasan Artikel Utama
A. Pendahuluan
Berbicara tentang mutu pendidikan di Indonesia tidak akan pernah
ada batasannya, hal ini tidak terlepas dari peranan berbagai pihak yang
ikut serta bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan, 1
salah satunya adalah peran tenaga kependidikan. Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Bab I pasal 1 ayat (5)
menyebutkan bahwa: “tenaga kependidikan itu adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan”, kemudian ayat (6) menyatakan bahwa “pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”. Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa
“pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan,
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi”.
Guru sebagai pendidik profesional3 mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat 1 Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan
tetapi layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan
dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada
peserta didik (leaners). Mutu pendidikan berkembang seirama dengan
tuntutan kebutuhan hasil pendidikan (output) yang berkaitan dengan
kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan
Sekolah Dasar dan Menengah dalam Teori Konsep dan Analisis (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2013), 18. 2 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 9.
Trianto menjelaskan guru merupakan profesi/jabatan yang
memerlukan keahlian khusus, hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggungjawab terhadap peserta didik, orang
tua,masyarakat, bangsa, Negara bahkan agama yang berkaitan dengan
proses pendidikan bagi generasi penerus bangsa menuju gerbang

7
pencerdasan dalam melepaskan diri dari belenggu kebodohan. Betapa
berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh pendidik dan tenaga
kependidikan ini, sehingga menuntut profesionalitas tinggi dalam
kinerjanya.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi
terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip
profesionalisme untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Kedudukan guru sebagai
agen pembelajaran berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran,
antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasaan
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Sementara
profesionalisme guru dianggap berperan penting dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal.
Berdasarkan uraian diatas dengan memperhatikan bahwa
kondusifitas yang dimiliki MTs Negeri 1 Serang merupakan salah satu
faktor yang amat penting dalam melaksanakan pembangunan sekolah
secara efektif terutama dalam melaksanakan standar proses guru
senantiasa memberikan keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan potensi dan kreativitas dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan, bahwa standar proses berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Sedangkan untuk standar tenaga pendidik dan kependidikan
dengan mengembangkan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional sejalan dengan hal ini, maka pada MTs Negeri 1 Serang telah
mengacu pada PP tersebut terutama dalam melaksanakan standar proses
dan tenaga pendidik dan kependidikan sehingga dalam penulisan jurnal
ini dapat mengangkat permasalahan yang dapat diungkap di MTs Negeri 1
Serang adalah bagaimana penerapan dan pengembangan sikap
profesionalisme guru melalui kinerja guru.

B. Metode
Metode dalam penulisan jurnal ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi lapangan (field research). Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah suatu gambaran secara faktual,
penelitian ini bersifat bersifat naturalistic, dimana peneliti akan
menggambarkan dan melukiskan realita dan konkrit yang terjadi di
lapangan. Penelitian yang dilakukan di MTs Negeri 1 Serang, yang

8
diperlukan dalam penelitian ini, adalah semua data yang berkaitan dengan
kondisi objektif MTs Negeri 1 Serang yang meliputi profil madrasah,
program kerja, struktur organisasi, dan lainnya. Sumber data penelitian ini
diperoleh melalui wawancara dengan kepala madrasah, wakil kepala
madrasah bidang kurikulum, wakil kepala bidang humas dan informasi,
dan sebagian guru sebagai data utama atau data primer. Sedangkan data
sekunder hanyalah sebatas data tambahan jika diperlukan dalam penelitian
ini, data ini diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku harian, dan
sebagainya atau catatan tentang adanya suatu peristiwa atau catatan yang
jaraknya telah jauh dari sumber orisinal.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah secara langsung
dari pihak yang berkaitan dan berbagai literatur lain yang relevan dengan
pembahasan penelitian. Selanjutnya proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen, gambar, foto dan sebagainya. Kemudian data sudah terkumpul
data perlu direduksi atau diolah mulai dari editing dan koding. Kemudian
tahap akhir analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

C. Hasil dan Pembahasan


Pengertian Sikap Profesionalisme Guru
Sikap Profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam
menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan. Profesionalisme guru sering
dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru,
sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut
disinyalir berkaitan erat dengan maju mundurnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Menurut para ahli profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta
strategi penerapannya. Maister sendiri mengemukakan bahwa
profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dana manajemen
tatapi lebih merupakan sikap, pengembangan.

Selanjutnya, dijelaskan pula menurut Arifin bahwa guru Indonesia yang


profesional memiliki beberapa yang dipersyaratkan yaitu:
a) Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap
masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad
21.

9
b) Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis
pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
hanya merupakan konsepkonsep belaka. Pendidikan merupakan
proses yang terjadi dilapangan dan bersifat ilmiah, serta riset
pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan
masyarakat indonesia.
c) Pengembangan kemampuan profesioanl berkesinambungan
profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus
dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan
Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan
terputusnya program pre-servie dan in-service karena
pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan
yang lemah

Sikap profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan


pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi keguruan.

a) Ciri-ciri Guru Profesional

1) memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

2) memiliki kemampuan intelektual yang memadai

3) kemampuan memahami visi dan misi pendidikan

4) keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi


pembelajaran

5) memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan

6) kemampuan mengorganisir dan problem solving

7) kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

b) Personaliti Guru Profesi

guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing,


membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan
yang akan ditiru anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut
tergantung dari contohnya. Guru otomatis menajdi teladan.

c) Memposisikan Profesi Guru sebagai The High Class Profesi

10
Di Indonesia sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi
yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang basa,
apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat highclass
dibandingkan guru.

d) Program Profesionalisme Guru

1) Pola rekruitmen yang berstandar dan kolektif

2) Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan kesinambungan (Long Life


Education)

3) Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi minimum


pendidikan

4) Pengembangan diri dan motivasi riset

5) Pengayaan kreativitas untuk menjadi guru karya (guru yang menjadi


bisa)

e) Peran Manajemen Sekolah

1) Fasilitator program pelatihan dan pengembangan profesi

2) Menciptakan jenjang karier yang fair dan terbuka

3) Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku

4) Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi

Pengembangan Sikap Profesional Guru

Secara umum sikap professional seorang guru dapat dilihat dari


faktor luar. Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik
potensi yang dimilikiguru sebagai seorang pendidik. Menurut PP No.74
Tahun 2008 pasal 1 ayat1 Tentang Guru menjelaskan “Guru adalah
pendidika profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan normal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”. Pengembangan sikap professional
dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu professional maupun mutu
layanan, guru juga harus meningkatkan sikap profesionalnya.
Pengembangan sikap professional dapat dilakukan selagi dalam
pendidikan prajabatan maupun selagi bertugas (dalam jabatan)

Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Pra-Jabatan.

11
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja,
tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga
pendidikan guru. Berbagai usaha, latihan, contoh-contoh, aplikasi
penerapan ilmu, keterampilan, serta sikap profesional yang dirancang dan
dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan pra-jabatan.
Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by
product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Sikap teliti dan
disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil
belajar matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut
ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah
ditentukan.

Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru


selesai mendapatkan pendidikan pra-jabatan. Banyak usaha yang
dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam
masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini
dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran
loka karya, seminar, atau informal melalui media massa televisi, radio,
koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga
meningkatkan sikap profesional keguruan.

Pengertian Kinerja Profesional Guru

Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan


kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang
sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah pembelajaran siswa
dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Kinerja guru adalah segala hasil dari
usaha guru dalam mengantarkan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut
tugasnya sebagai guru. Tugas profesional seorang guru mencakup kegiatan
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik.

Kinerja profesional terdiri dari dua kata, yaitu kinerja dan


profesional. Istilah kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi.
Istilah kinerja atau prestasi merupakan pengalih bahasaan dari kata inggris
“performance”. Terdapat beberapa pengertian mengenai kinerja yaitu
sebagai berikut:

12
1) Mangkunegara mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.

2) Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan


kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat
dinilai dari hasil kerjanya.

3) Bernandin dan Rusell mengemukakan kinerja adalah suatu hasil


kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan ataskecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.

Sikap Terhadap Anak Didik

Dalam kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti


membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang
harus dipahami seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,
yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
pembentukan manusia indonesia yang seutuhnya. Tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk manusia
indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik bukan mengajar, atau mendidik saja.

Kinerja Profesional Guru

Selanjutnya kinerja profesional guru tidak hanya ditunjukan oleh


pencapaian hasil kerja, akan tetapi juga ditentukan oleh perilaku dalam
bekerja. Lembaga Administrasi Negara menyebut kinerja sebagai;
“gambaran tentang singkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran”.20 Kriteria kinerja guru ini diterjemahkan kepada
ketentuan yang berlaku bagi PNS. Di dalam himpunan peraturan
perundang-undangan tentang kepegawaian tahun 1982 yang diterbitkan
oleh Depdikbud, kriteria kinerja guru PNS terdiri atas kesetiaan, prestasi
kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerja sama.

Menurut Saudagar dan Idrus suatu jabatan dapat termasuk kategori profesi
apabila memenuhi setidak-tidaknya lima syarat, yaitu sebagai berikut.

1) Didasarkan atas sosok ilmu pengetahuan teoritik (body of theoretical


knowledge) yang disepakati bersama.

13
2) Komitmen untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam praktek secara otonom dan berkekuatan monopoli.

3) Adanya kode etik profesi sebagai instrumen untuk memonitor


tingkat ketaatan anggotanya dan sistem sanksi yang diperlukan.

4) Adanya organisasi profesi yang mengembangkan, menjaga, dan


melindungi profesi.

5) Sistem sertifikasi bagi individu yang memiliki pengetahuan dan


keterampilan untuk dapat menjalankan profesi tersebut.

Menurut Mulyasa23 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja profesional


guru antara lain:

1) Sikap mental berupa motivasi, disiplin dan etika kerja.

2) Tingkat pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai


pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas.

3) Keterampilan, makin terampil tenaga kependidikan akan lebih


mampu bekerja sama serta mengguinakan fasilitas dengan baik.

4) Manajemen atau gaya kepemimpinan kepala sekolah, artikan dengan


hal yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan
untuk mengelola dan memimpin serta mengendalikan tenaga
pendidikan

5) Hubungan industrial, menciptakan ketenangan kerja dan


memberikan motivasi kerja, menciptakan hubungan kerja yang serasi
dan dinamis dalam bekerja dan meningkatkan harkat dan martabat
tenaga kependidikan sehingga mendorong mewujudkan jiwa yang ber
dedikasi dalam upaya peningkatan kinerjanya

6) Tingkat penghasilan atau gaji yang memadai, ini dapat


menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.

7) Kesehatan, akan meningkatkan semangat kerja.

Upaya Pengembangan Sikap Profesional Guru Melalui Peningkatan


Kinerja Guru

Kaitannya dengan pengembangan sikap profesionalitas guru dalam


meningkatkan kinerja guru dalam hal ini guru yang memiliki kemampuan
serta profesionalitas akan memberikan hasil yang maksimal serta dapat

14
meningkatkan prestasi sekolah. Dalam kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesionalitas guru terdapat beberapa program antara
lain: (1) Program peningatan kualifikasi pendidikan guru, (2) Program
penyetaraan dan sertifikasi, (3) Program pelatihan integritas berbasis
kompetensi, (4) Program supervisi pendidikan, (5) Program pemberdayaan
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), (6) Melakukan penelitian.
Berdasarkan pengamatan dan observasi serta wawancara di atas, hemat
penulis sendiri memberikan asumsi bahwa kendala utama yang dihadapi
guru yang belum memiliki kualifikasi adalah faktor biaya dan waktu. Pihak
madrasah sebenarnya telah memberikan dorongan, arahan, dan motivasi
supaya guru yang belum memiliki kualifikasi dapat mengembangkan
profesionalitasnya. Dalam hal ini menurut penulis bahwa pihak sekolah
sudah sangat berupaya guna meningkatkan program kualifikasi guru.
Upaya peningkatan kualitas guru tersebut didasarkan pada terdapatnya
kelemahan-kelemahan yang dialami oleh guru. Faktor utama yang
menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa sehubungan dengan: Tujuh
indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan
tugas utama mengajar (teaching), (a) rendahnya pemahaman tentang
strategi pembelajaran, (b) kurang kemahiran dalam mengelola kelas, (c)
rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan
kelas, (d) rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f )
rendahnya komitmen profesi, (g) serta rendahnyya kemampuan
manajemen waktu.

D. Penutup
Setelah penulis mengadakan penelitian berdasarkan obserbvasi dan
wawancara tentang pengembangan sikap profesionalisme guru melalui
kinerja guru di MTs Negeri 1 Serang, berdasarkan data yang diperoleh,
sampai saat ini sudah dilakukan dengan baik dan sudah diupayakan oleh
pihak madrasah untuk terus dapat berkembang. Akan tetapi ada beberapa
program yang memang belum dapat dilaksanakan dengan optimal, tetapi
semua itu bukan menjadi kendala pada aspekaspek yang dimaksud.
Adapun program-program pengembangan sikap profesionalisme guru
melalui kinerja guru baik melalui pendidikan dan pelatihan dengan
mengikuti beberapa agenda kegiatan yaitu Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Diklat di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, Kelompok
Kerja Madrasah (KKM), penyusunan buku ajar dan LKS serta lainnya yang
dapat menunjang pada peningkatan profesionalitas guru.

15
Hal ini bisa diikuti di lingkungan kementerian agama, Balai diklat
Kemenag RI atau lembaga-lembaga lain yang menanungi kegiatan tersebut.
Selain itu pihak madrasah melakukan pengiriman terhadap tenaga
pendidik untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh
instansi-instansi terkait. Akan tetapi, guru yang dikirimkn justru guru yang
memang telah memiliki sertifikasi guru, namun pelaksanaan di MTS
Negeri 1 Serang jarang mengadakan pelatihan dikarenakan adanya
keterbatasan waktu, tempat dan biaya.
Selain program di atas, pada program ini sebagian guru sudah
memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional, hal ini terlihat hampir
sebagian besar guru pada MTs Negeri 1 Serang sudah bersertifikat. Akan
tetapi ada beberapa guru yang belum memiliki sertifikasi guru pada
program ini sudah dilakukan guru dan pihak kepala madrasah selalu
berupaya untuk para guru dapat secara keseluruhan melakukan program
ini, hanya tinggal menunggu. Adapun kepala madrasah sampai dengan
saat ini terus memberikan dorongan dan himbauan supaya guru dapat
terus mengembangkan profesionalitas yang dimilikinya.

B. Ringkasan Artikel Pembanding 1

A. Pendahuluan

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bentuk


dari pendidikan kewarganegaraan dalam dimensi kurikuler di
perguruan tinggi. Sebagaimana kita ketahui pendidikan
kewarganegaraan memiliki 3 (tiga) dimensi atau domain yang meliputi
program kurikuler, program sosial politik, dan program akademik
(Sapriya, 2007). Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program
kurikuler adalah pendidikan kewarganegaraan yang dilaksanakan di
jenjang sekolah maupun perguruan tinggi. Misal melalui mata pelajaran
atau mata kuliah

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, pendidikan


kewarganegaraan dimunculkan melalui mapel PPKn berdasar
kurikulum 2013. Dinyatakan bahwa ruang lingkup PPKn kurikulum
2013 meliputi Pancasila, UUD NRI1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika (Udin S Winataputra, 2014) Jika
pada pendidikan kewarganegaraan jenjang pendidikan dasar dan
menengah telah menyesuaikan substansi kajiannya dengan tuntutan
perubahan sebagaimana tertuang dalam kurikulum PPKn 2013 maka

16
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi perlu pula melakukan
perubahan terkait substansi kajiannya.

Tuntutan perubahan bahan ajar pendidikan kewarganegaraan di


perguruan tinggi semakin kentara dengan keluarnya Undang-Undang
No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pada Pasal 35 ayat 3
dikatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata
kuliah agama, Pancasila, kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Pada
bagian penjelasan ayat tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud mata
kuliah kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk
membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasar perkembangan di atas, mata
kuliah PKn perlu dilakukan perubahan isi atau bahan ajarnya. Isi PKn
yang selama ini ada dan telah banyak diwujudkan dalam bentuk buku
bahan ajar, dimungkinkan berubah, terutama dengan masuknya 4
(empat) pilar kebangsaan sebagai substansi kajian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini berupa kualitatif deskriptif ditunjang studi


pengembangan dengan tahap studi pendahuluan, pengembangan,
pengujian model, dan deseminasi produk. Kualitatif deskriptif telah
dilakukan pada penelitian tahun pertama, sedang tahun kedua dengan
pendekatan pengembangan. Oleh karena penelitian ini merupakan
penelitian tahun kedua, maka digunkaan pendekatan pengembangan
melalui langkah mendesain produk berupa bahan ajar Pendidikan
Kewarganegaraan, memvalidasi produk, memproduksi model, menguji
coba melalui sosialisasi, merevisi lalu memproduksi ulang di tahun
berikutnya.

Kegiatan mendesain produk bahan ajar dilakukan dengan langkah-


langkah sebagai berikut:

1. Menyusun silabus mata kuliah PKn berdasar hasil penelitian


tahun pertama

2. Mengidentifikasi isi materi atau kajian PKn berdasar silabus

3. Menuliskan bahan ajar tiap-tiap bab dalam buku ajar PKn

17
4. Menuliskan bahan ajar PKn dalam sebuah sistematika buku ajar
PKn perguruan tinggi sebagai produk awal Kegiatan memvalidasi
produk dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang
diikuti oleh pakar bidang PKn, pakar pendidikan dan dosen PKn
yang terlibat sebelumnya pada penelitian tahun pertama. Kegiatan
Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada hari Minggu, 2
Nopember 2014. Hasil Focus Group Discussion (FGD) adalah
masukan dan revisi yang digunakan untuk memperbaiki draf buku
ajar yang sudah tersusun.

C. Hasil Pembahasan

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang selanjutnya


disingkat PKn merupakan mata kuliiah wajib umum (MKWU) yakni
mata kuliah yang berlaku bagi semua mahasiswa baik program diploma
maupun sarjana pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kelompok
MKWU (Mata Kuliah Wajib Umum). Mata kuliah PKn ini berstatus
kurikulum wajib oleh karena telah diamanatkan baik dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengembangkan
semangat kebangsaan dan cinta tanah air pada peserta didik yang isinya
membahas secara utuh terintegratif Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka
Tunggal Ika dan NKRI.

Mata kuliah ini membahas kajian pokok kewarganegaraan untuk


Indonesia yang meliputi

1) Identitas,

2) Kewarganegaraan,

3) Negara Hukum dan Konstitusi,

4) Demokrasi,

5) HAM dan KAM

6) Wawasan Nusantara dan

7). Ketahanan Nasional.

Kompetensi inti (KI) mata kuliah adalah mahasiswa memiliki wawasan


kebangsaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai nilai
Pancasila, norma Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

18
semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta mampu berpartisipasi menyelesaikan masalah
kebangsaaan

B. Ringkasan Artikel Pembanding ke 2

A. Pendahuluan

Manusia tidak terlepas dari kehidupan yang ia alami sehari-sehari,


dalam hal ini tentu kita akan menjumpai bahkan mengalami langsung
setiap perubahan yang terjadi di kehidupan. Tidak dipungkiri bahwa
saat ini kita sedang mengalami tren kehidupan yang memaksa perilaku
serta gaya hidup kita juga berubah sesuai dengan apa yang terjadi. Hal
seperti ini bisa memberikan dampak positif maupun negatif, namun
cenderungnya bagi kaum muda tren ini lebih banyak membawa ke
dalam hal yang negatif. Saat ini bisa dikatakan bahwa Bangsa kita
sedang mengalami kemrosotan moral. Fenomena degradasi moral ini
sangat membudaya dikalangan generasi muda yang dicap sebagai
penerus bangsa serta kalangan masyarakat umum dalam bentuk free sex,
narkoba, KKN, perkelahian, radikalisme, banyaknya permasalahan ini
telah menjadi keprihatinan banyak pihak dimana hal ini disebabkan oleh
hilangnya pendiidkan karakter dalam dunia Pendidikan.

Permasalahan yang terjadi ini sangat diperlukan adanya pemecahan


masalah yang mendasar, pemecahan masalah ini terkait dengan moral
dan motivasi diri, gerakan pendidikan karakter yang akan
diimplementasikan ke dalam perkuliahan merupakan rangkaian solusi
untuk menjawab masalah-masalah yang ada. Pendidikan karakter sudah
diterapkan sejak dini, dan dilanjutkan di jenjang pendidikan salah
satunya di perguruan tinggi. Pendidikan karakter merupakan komponen
yang penting di dalam membangun nilai-nilai karakter itu sendiri.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan itu sendiri memiliki tugas


yang sangat besar dalam membangun nilai-nilai karakter peserta
didiknya dan memgembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri
peserta didiknya. Dalam mewujudkan hal ini tentunya seorang guru
juga harus dituntut mempunyai karakter serta nilai-nilai moral yang
baik agar dapat memberikan contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai
karakter kepada peserta didiknya.

19
Oleh karena itu, seorang yang berprofesi sebagai guru harus
memiliki etika. Seorang guru juga harus memilliki watak kerja yang
professional, guru yang memiliki jiwa profesionalisme adalah guru yang
memiliki pandangan, sikap, selalu berpikir, bekerja dengan sungguh –
sungguh, bekerja kelas, sepenuh waktu, loyalitas tinggi dan penuh
dedikasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Tugas guru dalam menceerdaskan bangsa harus memiliki
kecerdasan yang tinggi, namun sampai disini guru harus memiliki jiwa
yang halus, karakteristik yang baik dalam memberikan bimbingan,
pengajaran dan pengiring cita – cita anak bangsa.

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode


deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menggambarkan suatu
keadaan atau fenomena secaca nyata. Penelitian ini diadakan di
Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Ilmu Pendidikn Bidang
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sampel penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini adalah mahasiswA semester genap tingkat 2.
Pengambilan sampel ini menggunakan teknik purposive sampling
(sampel berdasarkan tujuan). Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah, angket, dan pedoman wawancara.

C. Hasil dan Pembahasan

Pendidikan karakter tidak bisa dipandang sebelah mata, pendidikan


karakter ini ditujukan untuk memperkuat seseorang terutama dalam hal
ini adalah mahasiswa calon guru sd yang dimana mereka bukan hanya
dituntut untuk mempunyai intelektual yang tinggi tetapi juga harus
mempunyai moral dan nilai karakter yang kuat agar saat mereka sudah
menjalani pekerjaanya sebagai sorang guru dan terjun langsung di
masyarakat tidak berperilaku menyimpang.

Factor kompetemsi yang dimiliki oleh seorang guru sangatlah


penting, karena target dari pekerjaannya adalah keberhasilan bagi
peserta didiknya. Bagaikan kertas putih, gurulah yang paling tau apa
yang akan ia gambarkan di kertas tersebut. Keberhasilan peserta
didiknya dapat diukur dengan bagaimana guru bisa memposisikan
dirinya sebagai seorang pendidik yang memiliki kemampuan serta
komptensi professional untuk membangun setiap individu peserta
didiknya untuk memiliki karakter dan mental yang baik.

20
Penyusunan Pedoman Perkuliahan Etika Profesi dan Kependidikan
dengan menanamkan nilai-nilai karakter

Pedmoman perkuliahan merupakan ujung tombak dalam penylenggraan


perkuliahan etika profesi dan kependidikan dengan menanamkan nilai-
nilai karakter. Tim pengampu akan melakukan berbagai macam analisis
kebutuhan (need assessment).

Integritas Mata Kuliah Etika Profesi dan Kependidikan dalam


membangun Karakter Mahasiswa

Etika profesi dan kependidikan adalah salah satu mata kuliah yang ada
di prodi pendidikan guru sekolah dasar. Bidang studi ini membahas
hakikat ajaran moral untuk memperoleh orientasi kritis sebagai bekal
mahasiswa untuk menumbuhkan pemahaman moral, perasaan moral
dan tindakan moral terkait dengan profesi guru dan profesi tenaga
kependidikan lainnya. Dalam perkuliahan etika dan profesi
kependidikan dosen pengampu beserta tim memodifikasi perkuliahan
dengan harapan capaian kompetensi mahasiswa dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dapat tercapai dengan baik. Model
perkuliahan yang diterapkan adalah dengan model pembelajaran aktif
yang mengajak mahasiwa untuk terlibat secara langsung sehingga
perkuliahan tidak monoton dan membosankan.

Evaluasi Proses Penerapan Mata Kuliah Etika Dan Profesi


Kependidikan

Setelah penerapan nilai-nilai karakter yang diimplementasikan ke dalam


perkuliahan etika dan profesi kependidikan terlaksana sesuai dengan
pedoman langkah-langkah pelaksanannya, kemudian pada tahap ini
dilakukan evaluasi proses yang dilakukan dengan menyebarkan angket
mengenai kepuasaan mahasiswa terhadap perkuliahan etika dan profesi
kependidikan dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter.

D.Simpulan
Pembangunan nilai-nilai karakter di dalam perkuliahan
mahasiswa calon guru SD sangatlah diperlukan. Dalam hal ini mata
kuliah etika profesi dan kependidikan menjadi wadah yang bisa
membantu dalam menanamkam nilai-nilai karakter mahasiswa calon
guru SD. Proses perkuliahan yang dilaksanan terlebih dahulu dirancang
dengan sebaik mungkin agar nilai karakter yang diharapkan bisa
terbangun di dalam diri mahasiswa. Melalui perkuliahan yang sudah di

21
bentuk dengan model pembelajaran yang aktif mampu membuat nilai-
nilai karakter mahasiswa yang tadinya tidak aktif menjadi lebih aktif.
Dengan konstribusi mata kuliah Etika dan Profesi Kependidikan
diharapkan mahasiswa calon guru SD bisa meningkatkan dan
mengembangakan ke empat kompetensi professional yang harus
dimiliki oleh seorang guru SD dengan turut serta megimplementasikan
nilai-nilai karakter yang mulia pada saat terjun langsung di masyarakat,
agar pekerjaan yang mereka tekuni tidak menyimpang dari ajaran nilai
dan norma yang ada, serta dapat menjadi teladan bagi para peserta
didiknya.

22
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS

A. Pembahasan dan Isi Jurnal


Dalam hal ini ketiga jurnal dapat kita lihat sama menganalisis Penyikapan
Profesi Kependidikan, maka dapat dibandingkan bahwa:
1. Dari Segi Pendahuluan
Dalam Jurnal Utama menjelaskan materi yang teliti berdasarkan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003, Bab I pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa: “tenaga
kependidikan itu adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan”
Dalam Jurnal Pembanding 1, penjelasan materi yang diteliti
berdasarkan Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Pada Pasal 35 ayat 3 dikatakan bahwa
kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama,
Pancasila, kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Pada bagian
penjelasan ayat tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud mata
kuliah kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka
Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga
negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dalam Jurnal Pembanding 2 , mereka hanya menyajikan
penjelasan materi hanya berdasarkan teori- teori yang bersifat
umum
2. Dari Segi Metode Penelitan
 Dari segi metode pada jurnal utama menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi lapangan (field
research). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
23
adalah suatu gambaran secara faktual, penelitian ini
bersifat bersifat naturalistic
 Dari segi metode pada jurnal pembanding 1 penelitian ini
berupa kualitatif deskriptif ditunjang studi pengembangan
dengan tahap studi pendahuluan, pengembangan,
pengujian model, dan deseminasi produk. Kualitatif
deskriptif telah dilakukan pada penelitian tahun pertama,
sedang tahun kedua dengan pendekatan pengembangan.
 Dari segi metode pada jurnal pembanding 2 Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menggambarkan
suatu keadaan atau fenomena secaca nyata.
3. Dari Segi Pembahasan
 Pada Jurnal Utama menjelaskan bahwa dalam hal ini
menurut penulis bahwa pihak sekolah sudah sangat
berupaya guna meningkatkan program kualifikasi guru.
Upaya peningkatan kualitas guru tersebut didasarkan
pada terdapatnya kelemahan-kelemahan yang dialami
oleh guru. Faktor utama yang menunjukkan lemahnya
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa
sehubungan dengan: Tujuh indikator yang
menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam
melaksanakan tugas utama mengajar (teaching), (a)
rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran,
(b) kurang kemahiran dalam mengelola kelas, (c)
rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan
penelitian tindakan kelas, (d) rendahnya motivasi
berprestasi, (e) kurang disiplin, (f ) rendahnya komitmen
profesi, (g) serta rendahnyya kemampuan manajemen
waktu.
 Pada Jurnal Pembanding 1 menjelaskan bahwa Mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang selanjutnya
disingkat PKn merupakan mata kuliiah wajib umum
(MKWU) yakni mata kuliah yang berlaku bagi semua
mahasiswa baik program diploma maupun sarjana pada
jenjang pendidikan tinggi merupakan kelompok MKWU
(Mata Kuliah Wajib Umum). Mata kuliah PKn ini
berstatus kurikulum wajib oleh karena telah

24
diamanatkan baik dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-
undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
mengembangkan semangat kebangsaan dan cinta tanah
air pada peserta didik yang isinya membahas secara
utuh terintegratif Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka
Tunggal Ika dan NKRI.
 Pada Jurnal Pembanding 2 menjelaskan bahwa seorang
yang berprofesi sebagai guru harus memiliki etika.
Seorang guru juga harus memilliki watak kerja yang
professional, guru yang memiliki jiwa profesionalisme
adalah guru yang memiliki pandangan, sikap, selalu
berpikir, bekerja dengan sungguh – sungguh, bekerja
kelas, sepenuh waktu, loyalitas tinggi dan penuh
dedikasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Tugas guru dalam menceerdaskan
bangsa harus memiliki kecerdasan yang tinggi, namun
sampai disini guru harus memiliki jiwa yang halus,
karakteristik yang baik dalam memberikan bimbingan,
pengajaran dan pengiring cita – cita anak bangsa.

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal


a. Jurnal Utama
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikelnya lengkap dan juga
banyak terdapat pendapat-pendapagt para ahli ini
merupakan poin yang sangat bagus karena memudahkan
memahami materi dan menambah pengetahuan pembaca.
Namun ada beberapa kata yang baru sehingga para pembaca
akan mengalami kesulitan untuk memahaminya
2. Dari aspek tata bahasa, artikel sudah bagus dan mudah untuk
di pahami karena tidak menggunakan kata yang bertele-tele
b. Jurnal Pembanding 1
1. Dari aspek ruang lingkup isi artiklnya lengkap dan juga
banyak terdapat pasal-pasal yang bisa menambah wawasan
pembacanya, juga terdapat banyak tabel pembahasan yang
memudahkan pembacanya mengerti.
2. Dari aspek tata bahasa, artikel sudah bagus dan mudah di
pahami

25
c. Jurnal pembanding 2
1. Dari aspek ruang lingkup isi artikelnya kurang banyak karna
hanya berisikan materi-materi umum secara luas dan tidak
detail.
2. Dari aspek tata bahasa, artikel sudah bagus dan mudah di
pahami

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hal ini, menurut saya penyikapan profesi guru ini memang harus
ditingkatkan karena semakin berkembangnya tahun maka semakin banyak
timbul masalah-msalah yang terjadi baik pada anak-anak sampai orang
dewasa. Oleh karena itu profesi guru ini memang sangat di perlukan untuk
mendidik dan mengarahkan ke arah yg lebih baik lagi sampai berkurang
atau bahkan hilangnya masalah-masalah yang dialami oleh anak.

Dan kesimpulan yang saya dapat dari tugas critical jurnal review ini adalah
bahwa dari ketiga artikel maupun jurnal yang saya bandingkan
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi pada
dasarnya saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu
menganalisis Penyikapan Profesi Kependidikan. Jadi pada intinya factor
yang memepengaruhi penyelenggaraan dalam pendidikan ini meliputi baik
dari dalam maupun dari luar.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca critical journal review ini pembaca


lebih mengerti dan tahu bagaimana Penyikapan Profesi Kependidikan, dan
apa saja factor.

Saya mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas critical jurnal


review ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan
pengetahuan yang saya miliki oleh karena itu saya mengharapkan
rekomendasi dan saran ataupun kritik yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas saat ini agar dalam pembuatan tugas yang sama
kedepannya jauh lebih baik

26
Daftar Pustaka
Anwar,SA (2020). Pengembangan Sikap Profesionalisme Guru Melalui Kinerja
Guru Pada Satuan Pendidikan MTS Negeri 1 Serang.Jurnal Pendidikan
Islam,2(1).147-171
Setiyaningsih (2020). Peran Etika dan Profesi Kependidikan Dalam
Membangun Nilai-Nilai Karakteristik Mahasiswa Calon Guru
SD.Jurnal Ilmiah PGSD,4(1). 27-36
Winarno (2014). Pengembangan Materi Ajar Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Jurnal Profesi Pendidik,1(1).23-30

27

Anda mungkin juga menyukai