Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JOURNAL REVIEW

ETIKA DAN ESTETIKA

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Risma Sitohang, M.Pd

OLEH :

Nama : Mutiara Gunawan

Nim : 5193342007

Kelas : 1B

Program Studi : Pendidikan Tata Boga

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kesehatan dan waktu untuk dapat menyelesaikan tugas critical journal review pada mata
kuliah perkembangan peserta didik.

Juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Miswanto selaku dosen pengampu
mata kuliah perkembangan peserta didik atas bimbingannya, sehingga saya dapat
menyelsaikan tugas ini.

Tugas Critical Journal Review ini dapat disusun dan dibuat dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Saya menyadari bahwa banyak kesalahan
serta kekurangan dari tugas yang saya buat ini. Saya juga menginginkan saran dan kritikan
membangun dari dosen pengampu maupun pembaca agar critical journal review ini dapat
lebih baik lagi kedepannya. Sekian dan terima kasih.

Medan, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR....................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan CJR................................................................................................................4

C. Manfaat CJR.............................................................................................................................4

D. Identitas Jurnal..........................................................................................................................4

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL..................................................................................................6

1. JURNAL UTAMA....................................................................................................................6

 PENDAHULUAN.....................................................................................................................6

 DESKRIPSI ISI.........................................................................................................................6

3. JURNAL PEMBANDING.........................................................................................................9

 PENDAHULUAN.....................................................................................................................9

 DESKRIPSI ISI.........................................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN / ANALISIS............................................................................................16

1. JURNAL UTAMA..................................................................................................................16

2. JURNAL PEMBANDING.......................................................................................................20

BAB IV PENUTUP............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR
Referensi sangatlah diperlukan dalam pengkajian ilmu tertentu. Buku saja tidak cukup
bila dijadikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan sumber lain seperti
jurnal-jurnal. Maka dari itu, pentingnya Critical Journal Review agar mempermudah
kita dalam menelaah dan mengkaji suatu jurnal.

B. Tujuan Penulisan CJR


1. Memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2. Mengetahui ringkasan pembahasan suatu materi dalam jurnal-jurnal ini
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam jurnal-jurnal ini

C. Manfaat CJR
1. Menambah wawasan serta ilmu lain yang terdapat dalam jurnal
2. Mengetahui alasan kenapa jurnal itu dibuat

D. Identitas Jurnal
1. Identitas Jurnal Pembanding
 Judul Artikel : Analisis Perkembangan Sosial Emosional
Tercapai Siswa Usia Dasar
 Nama Jurnal : Jurnal Inventa
 Edisi Terbit : Maret 2019
 Pengarang Artikel : Eka Tusyana, Rayi Trengginas dan Suyadi
 Penerbit :-
 Kota Terbit :-
 Nomor ISSN : 2598-6244
 Alamat Situs : file:///G:/1804-Article%20Text-5121-1-10

2. Jurnal Pembanding 3
 Judul Artikel : Pentingnya Memahami Perkembangan Anak
Untuk Menyesuaikan Cara Mengajar Yang
Diberikan
 Nama Jurnal : Jurnal Studi Islam

4
 Edisi Terbit : April 2017
 Pengarang Artikel : Samiudin
 Penerbit :-
 Kota Terbit :-
 Nomor ISSN : 2598-6244
 Alamat Situs : file:///G:/2901-Article%20Text-7656

5
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL
1. JURNAL UTAMA
 PENDAHULUAN

Perkembangan adalah proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan
dan pemaksaan dalam belajar dan terjadilah suatu organisasi atau struktur
tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam proses perkembangan sifat individu dan
sifat lingkungan menentukan tingkah laku menjadi aktual dan terwujud.

 DESKRIPSI ISI
Perkembanagan sosial siswa Sekolah Dasar pada perkembangan sosialnya
anak mulai bisa berkompetensi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
telah mampu mandiri dan berbagi, sementara dari sisi emosi siswa Sekolah
Dasar dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, dan dapat
mengontrol emosi. (Zusnani, 2013)
Perkembangan sosial-emosional siswa usia dasar yang dilakukan dalam
penelitian ini melalui tahap analisis. Perkembangan sosial-emosional
merupakan dua perkembangan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena keduanya saling berhubungan. Ketika peserta didik siswa usia dasar
mempunyai perkembangan sosialemosional yang baik maka siswa tersebut
akan mudah bergaul dan berinteraksi secara baik kepada semua orang maupun
lingkungan belajar dan aktivitas lingkungan sosial.
Dalam perkembangan dunia pendidikan sosial-emosional menempati
kedudukan yang sangat penting selain perkembanagan kognitif siswa. Karena
perkembagan sosialemosional siswa sangat berpengaruh dilingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial-emosional siswa usia
Dasar sangat berpengaruh terhadap perilaku, pengendalian, penyesuaian dan
dengan aturan-aturan. Ketika siswa mampu mengkondisikan diri dengan
lingkungannya maka fungsi sosialemosionalnya akan semakin baik.
Perkembangan sosial-emosional siswa dipengaruhi oleh yaitu faktor
lingkungan sosial dan lingkungan keluarga.

6
Dalam tahap perkembangan sosialemosional tidak semua siswa dapat
melewati perkembangan secara baik, disisi lain siswa mengalami suatu
permasalahan untuk mengembangkan sosial-emosional karena ada pengaruh
negatif dari lingkungan sosial dan keluarga yang kurang mendukung. Oleh
sebab itu peran orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sosialemosi siswa usia dasar dengan cara memberi bimbingan
dan pengarahan terhadap perkembangan sosial-emosional siswa usia dasar
agar tercapainya perkembangan sosialemosional yang diharapkan.
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial
dan proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok
tradisi dan moral. Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar
ditandai dengan adanya perluasan hubungan di dalam proses pembelajaran
dikelas maupun saat bermain di luar kelas, disamping dengan keluarga juga
dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau
teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Oleh sebab itu perkembangan sosialemosional di dalam proses pembelajaran
maupun saat bermain siswa harus memiliki kesadaran untuk mengembangkan
prilaku sosial-emosional berdasarkan lingkungannya.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri,
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerjasama) atau mementingkan
kepentingan orang lain. Perkembangan emosi pada siswa usia dasar ditandai
dengan kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan
latihan (pembiasaan). Perkembangan emosi pada siswa usia dasar ditandai
dengan marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan
kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia). (Yusuf, 2012)
Menurut Karina Priliani M.Psi dalam Health-Detik.com "Sebenarnya ini
adalah bagian perkembangan anak, di mana di usia sekolah 6-12 tahun itu
mereka mulai mencari pertemanan. Ini karena mereka belajar beradaptasi di
lingkungan di luar keluarga," (detik, 2018)
Perkembangan menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang
berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.
Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu
bentuk tahap ke bentuk tahap berikutnya, yang semakin hari semakin
bertambah maju. (Desmita, 2012)

7
Perkembangan sosial-emosional adalah suatu teori yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan emosi
harus bersinggungan dengan perkembangan sosial anak. Keduanya saling
terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh. Perkembangan sosialemosional
dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara,
mengasuh, dan mendidik anaknya. (Suyadi, 2010)
Perkembangan sosial-emosional anak, maka dinyatakan bahwa perkembangan
sosial dan emosional pada masa Sekolah Dasar dipengaruhi oleh lingkungan
rumah, masyarakat, dan sekolah. Perkembangan sosial-emosional pada masa
kanak-kanak akhir yakni umur 6-12 tahun selain peran orang tua maka sekolah
juga harus terlibat untuk berperan karena anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktunya disekolah, pada usia 6-12 tahun merupakan anak-
anak mulai memasuki jenjang Sekolah Dasar. Perkembangan sosial-emosional
yang baik sangat berperan dalam kesiapan anak untuk sekolah dan
memperoleh prestasi belajar yang baik. (Soetjiningsih, 2012)
Perkembangan sosial emosional adalah proses perkembangan kemampuan
anak untuk menyelesaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Pada
masa ini, anak menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan perasaan
orang lain. Siswa akan lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam
situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain. Pada
masa perkembangan sosial-emosional siswa peran orang tua dan guru sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya perkembangan sosial-emosional yang
baik.
Perkembangan sosial-emosional usia dasar perlu diperhatikan untuk
mendapatkan perhatian khusus dari pihak orang tua maupun pihak sekolah
karena perkembangan sosial-emosional merupakan pengarah bagi siswa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara baik kepada setiap kelompok sosial dan
mampu menyesuaikan diri terhadap emosi yang dimiliki. Dari beberapa
penjelasan di atas, penulis akan melakukan penelitian di SD Jaranan yang
dikhususkan untuk mengetahui perkembangan sosial-emosional tercapai
dalam kelompok teman sebaya dengan judul penelitian “Analisis
Perkembangan Sosial Emosional Siswa Usia Dasar (tercapai)”.

8
2. JURNAL PEMBANDING
 PENDAHULUAN
Dalam masyarakat memahami perkembangan anak masih belum secara utuh, ada
yang mengatakan perkembangan anak itu di tentukan oleh faktor-faktor yang
terdapat pada waktu dilahirkan.
Disamping itu ada pula yang berpendapat bahwa anak itu berkembang karena faktor
pengaruh lingkungan termasuk pendidikan. Sebagaimana aliran yang ada termasuk
pendidikan “ imperisme “ bahwa seorang lahir kedunia ini tidak membawa atau
memiliki bakat sama sekali, akan tetapi perkembangannya ditentukan oleh lingkugan
/ pendidikan dan pengalaman yang diterima sejak dari kecil.

 DESKRIPSI ISI
Analisis Substansi
1. Fase-fase perkembangan
Pembagian fase-fase perkembangan yang pada umumnya dapat diterima. karena
dimengerti. Sesudah itu tidak diajukan pendapat-pendapat tersebut adalah berdasar
pandangan paham, ataupun keyakinan mereka masing-masing yang tentu saja
dengan argumentasinya sendiri-sendiri yang semuanya bersifat teoritis. Karena
sifatnya yang teoretis itulah maka teori-teori tersebut baru diketengahkan di sini: 0 –
7 tahun (masa kanak-kanak), 7 - 14 tahun (masa anak sekolah), dan 14 - 21 tahun
(masa pubertas). Masa peralihan antara masa anak sekolah sampai masa pubertas,
dinamakan masa pueral. Masa ini berlangsung dari umur 12 tahun sampai umur 14
tahun.
Sifat-sifat fase ini yaitu:
1) tidak mau diperlakukan sebagai anak lagi
2) mulai sadar akan dinnya sendiri
3) pemberani
4) dinamis
5) berbicara dan berbuat serba keras
6) gemar mengusik dan bertengkar
7) ingin selalu dikagumi
8) mulai melakukan sosialisasi eksploratif
9) ingin mendapatkan perhargaan.
Masa pubertas itu sendiri terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:

9
1) masa prapubertas (usia 12-13 tahun bagi anak wanita, usia 13-14 tahun bagi
anak laki-laki)
2) masa pubertas (usia 13-18 tahun bagi anak wanita, usia 14-18 tahun bagi anak
laki-laki)
3) masa adolesen (usia 18-21 tahun bagi anak wanita, usia 19-23 bagi anak laki-
laki).
Bigot, menggolongkan umur 19-20 tahun, sebagai masa adolesen. Ruth Strong
berpendapat adolesen bermula sejak anak umur 10 - 20 tahun, yang dibagi atas tiga
fase, yakni:
1) piae pubertas (10 - 15 tahun)
2) early adolescence (15-18 tahun)
3) later adolescence (umur 18-21 tahun)
Arnold Diesel dalam bukunya youth, the years from ten to sixten, membatasi periode
adolesen dari 10 - 16 tahun. Jersild menyusun periodesasi yang agak berbada dengan
lain-lainnya. Ia membagi seluruh perkembangan atas masa kanak-kanak, masa
adolesen, dan masa dewasa. Ia menamakan adolcsentie itu sebagai: a period during
wich the growing person, makes the translation from childhood to aulthood. Baginya
tak ada batas tertentu yang dapat dipergunakan sebagai ukuran.
Yang penting bukannya pembagian fase-fase, melainkan menyadari adanya sifat-
sifat tertentu, yang sama sekali lain, dibanding dengan masa anak dan masa
adolesen. Sesudah menyadari sifat-sifat tertentu tersebut, barulah periodesasi itu ada
faedahnya. Sebab kemungkinan bias terjadi bahwa seseorang tidak dapat memiliki
sifat adolesen, walaupun mereka dalam usia adolesen.
Karena itu yang penting dalam penelitian pemuda menjelang dewasa ini adalah: 1)
diketemukannya ciri-ciri dari suatu perkembangan.
2) Periodesasi diadakan dalam pengertian yang fleksibel.
Sedangkan menurut Nazarudin, perkembangan anak pada beberapa periode sebagai
berikut.
A. Periode Sekolah Dasar (SD)
Dalam psikologi perkembangan usia peserta didik Sekolah Dasar (SD) berada dalam
periode 'late childhood' (akhir masa kanak-kanak), yakni kira-kira berada dalam
rentan usia antara cnam/tujuh sampai tiba saatnya individu menjadi matangsecara
seksual sekitar usia tiga belas tahun. Periode ini ditandai dengan kondisi yang sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Freud memberi

10
nama fase usia Sekolah Dasar (SD) ini fase "latent", dimana dorongan-dorongan
'seakan-akan mengendap (laten), tidak menggelora seperti masamasa sebelumnya
dan sesudahnya.
Masa usia Sekolah Dasar (SD) ini dapat dirinci menjadi dua fase, yaitu:
(a) masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar (umur 6/7 sampai 9 tahun
(b) masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar (usia 9/10 sampai kira-kira 13 tahun).
Karekteristik masa akhir kanak-kanak biasa diidentikkan dengan sebutansebutan
untuk menandai kecenderungan umum yang terjadi pada masa ini, misalnya; usia
yang menyulit-kan, usia tidak rapi, usia bertengkar, usia berkelompok, usia
penyesuaian diri, usia kreatifdan kritis; usia bermain. Karakteristik yang hampir
bersifat universal pada masa kanak-kanak akhir tersebut, yaitu:
(1) meningginya emosi, yang intensitasnya seiring/bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis;
(2) perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dimainkan, memmbulkan masalah baru
(3) dengan berubahnya minat dan pola perilaku, nilai-nilai juga berubah.
Kesemuanya ini, pada akhirnya berdampak pada perkembangan aspek kognitif
(kecerdasan), afektif (perasaan), maupun psikomotor (gerak).
1. Perkembangan Aspek Kognitif
Kemampuan koginitf berkaitan dengan kemampuan berfikir, mencakup kemampuan
intelektual, mulai dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan
memecahkan masalah. Kemampuan kognitif dapat dikelompokkan menjadi enam,
yaitu pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.3 Sifat khas anak usia SD atau masa akhir kanak-kanak amat realistik, ingin
tahu, ingin belajar. Sebagian besar anak pada masa ini belum mampu memahami
konsep-konsep abstrak. Masa ini disifatkan sebagai masa realisme, yaitu realisme
naif (umur 8 sampai 10 tahun) dan realisme kntis (umur 10 samapi 12 tahun).
Adanya perhatian kepada kehidupan yang prakus dan konkret tersebut membawa
kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2. Perkembangan Aspek Afektif Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan,
cmosi, system nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu. Kemampuan efektif ini terdiri dari yang paling sederhana, yaitu
memperhatikan suatu fenomena atau yang kompleks yang merupakan faktor internal
individu. Kemampuan respon. penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan

11
pengamalan. ini dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu pengenalan/penerimaan,
pemberian. Pada emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak hampir sama
dengan pola pada awal masa kanak-kanak, perbedaan-nya terletak pada jenis situasi
yang membangkitkan emosi dan bentuk ungkapannya. Perubahan tersebut lebih
merupakan akibat dari meluasnya pengalaman dan belajarnya daripada proses
pematangan diri. Dengan bertambah besarnya badan, anak-anak mulai
mengungkapkan amarah dalam bentuk murung, menggerutu dan berbagai ungkapan
kasar. Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak senng mengalami
emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan,maka dalam
periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat
dimana anak menjadi sulit dihadapi. Meningginya emosi tersebut dapat disebabkan
karena keadaan fisik dan lingkungan, misalnya karena sakit atau lelah dan karena
keadaan keluarga yang mengalami keretakan, kematian atau perceraian. 3.
Perkembangan Aspek Psikomotor
Perkembangan psikomotor yang dUaiui peserta didik pada usia kanak-kanak akhir
(peserta didik SD) memiliki kekhususan yang anatar lain ditandai oleh perubahan-
perubahan ukuran tubuh proporsi tubuh, ciri kelamin yang primer, dan dari kelamm
sekunder. Lingkungan dan status ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan psikomotorik anak. Anak-anak yang berasal dari tingkat
sosial ekonomi atas cenderung mempunyai lebih sedikit keterampilan daripada anak
yang berasal dan tingkat yang lebih rendah. Juga, keterampilan yang dipelajari lebih
terpusat dalam bidang keterampilan menolong yang bersifat sendiri dan sosial,
sedangkan anak dan tingkat sosial menengah dan lebih tinggi terpusat pada
kelompok keterampilan bermain.
B. Periode SMP
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya.Dalam tahap
perkembangannya, siswa usia SMP berada pada tahap periode perkembangan yang
sangat pesat dari segala aspek. Benkut ini disajikan perkembangan yang sangat erat
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif.
1. Perkembangan Aspek Kognitif Menurut Piaget (1970), periode yangdimulai pada
usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SMP merupakan
'period of formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah
kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna

12
(mean ingfully) tanpa memerlukan objek yang konkret, bahkan objek yang visual.
Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.
Implikasinya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bahwa belajar akan
bermakna apabila input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat siswa.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan berhasil apabila penyusun silabus dan
guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta
karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple
Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu:
(1) kecerdasan lmguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional)
(2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berpikir runtut)
(3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan
irama)
(4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentangrealitas)
(5)kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorikyang
halus)
(6) kecerdasan in-tra-pnbadi (kemampuan untuk mengenal din sendin dan
mengembangkan jati diri)
(7) kecerdasan antarpribadi (ke mampuan memahami orang lain).
Ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan dan filosoft
Pendidikan Agama Islam, dan akan dapat berkembang pesat apabila dapat diman-
faatkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam berlatih mengeksplorasi gejala
alam, baik gejala kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun
konsep diri sebagai hamba Allah yang beriman, berilmu dan beramal shaleh.
2. Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh
guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap tersebut
di antaranya:
Tahap kognitif Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan
lambat. Hal ini terjadi karena siswa masih dalam taraf belajar unruk mengendalikan
gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada
tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi
yang tinggi.
Perkembangan anak menurut Aliran dalam pendidikan

13
1. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada
waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannva. Menurut kaum
nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau
benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan
tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pessimism pedagogis.
2. Aliran Naturalisme

Nature artinya alam atau apa vang dibawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran
nativisme, maka aliran ini (naturalisme) berpendapat bahwa pada hakikatnva semua
anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannva
kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan vang diterimanva atau yang
mempengaruhinya. Jika pengaruh/ pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia;
akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya.

Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini, yaitu J. J. Rousseau sebagai berikut, "Semua
anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua
menjadi rusak di tangan manusia". Oleh karena itu, sebagai pendidik Rousseau
mengajukan "pendidikan alam". Artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan
berkembang sendiri menurut alamnya; manusia atau masvarakat jangan banyak
mencampurinya.

3. Aliran Empirisme

Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena


berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama
sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang
diterimanva sejak kecil.

Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah vang baik maupun ke arah
yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknva. Dalam pendidikan,
pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis. Kaum
behavioris pun sependapat dengan kaum empiris itu. Sebagai contoh kamj
kemukakan di sini kata-kata VVaston, seorang behavioris tulen dari Amerika
"Berilah sava sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya
butuhkan; dan dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter,

14
seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dihendaki, menjadi
seorang pengemis atau seorang pencuri."

4. Hukum Konvergensi

Hukum ini berasal dan ahli ilmu jivva bangsa Jerman, bernama William Stem. Ia
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia.

Menurut Islam: manusia lahir dalam keadaan fitrah, fitrah di sini bukan saja
diterjemahkan kepada "suci", akan tetapi dapat juga diartikan"pembawaan asal",
"potensi yang dapat dikembangkan", hal ini diperkuat dengan hadits riwayat Baihaqi
“ tidaklah manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka dua orang tua (ayah, ibu)
mereka yang dapat mempengaruhi untuk beragama Yahudi, Nasrani, dan Majusi”.

Fitrah atau potensi yang dapat dikembangkan memiliki keterkaitan dengan orang tua
sebagai pendidik untuk mengembangkannya, dengan demikian anak itu berkembang
atas faktor pembauran dan lingkungan”.

15
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS

1. JURNAL UTAMA
Judul Analisis Perkembangan Sosial Emosional Tercapai Siswa Usia
Dasar
Jurnal Jurnal Inventa
Download File:///G:/1804-Article%20Text-5121-1-10-20190321.pdf
Volume Vol.III No.1
Tahun 2019
Penulis 1. Eka Tusyana
2. Rayi Trengginas
3. Suyadi
Reviewer Ade Nurul Hanifah
Tanggal 30 September 2019
Tujuan 1. untuk mengetahui perkembangan sosial emosional siswa di
Penelitian dalam pembelajaran
2. untuk mengetahui perkembangan sosial emosional siswa
diluar pembelajaran
3. untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan sosial
emosional siswa
Subjek Narasumber yang tertera pada jurnal yakni seorang guru.
Penelitian
Assement Data Dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif
Metode Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis kualitatif deskriptif
Penelitian
Langkah Data yang tertera pada jurnal yakni dengan langkah sebagai
Penelitian berikut:
1. wawancara
2. observasi
3. dokumentasi
Teknik 1. Pengumpulan Data
Pengumpulan 2. Reduksi Data
Data 3. Penyajian Data
4. Penarik Kesimpulan atau Verifikasi

16
Hasil Penelitian perkembangan sosial emosional salah satu siswa menunjukkan
sosial emosional yang baik yakni mudah bergaul saat bermain,
dan mudah beriteraksi dengan sesaman teman saat bermain
bersama, mengajak teman lain untuk ikut serta dalam permainan,
membantu teman lain saat membutuhkan pertolongan saat
bermain, dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan
kelompok bermain dan mampu memelihara kelompok bermain
agar tidak terjadi perselisihan, dan mengayomi teman lain saat
bermain.
perkembangan sosial emosional adalah perkembangan perilaku
dalam pengendalian dan peneyesuaian diri dengan aturan
masyarakat. Perkembangan sosialemosional sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial emosional yakni orang tua, guru dan
teman sebaya.
Maka siswa dalam perkembangan sosial emosionalnya
membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan
kebutuhan dan usianya dalam dunia pendidikan baik saat
berhubungan dengan lingkungan sosial, maupun keluarga’’.
(Latipah, 2017). Maka dalam perkembangan sosial-emosional
siswa perlu adanya bimbingan, arahan, dari pihak orang tua
maupun guru untuk mendorong tercapainya perkembangan
sosial-emosional dan mempertahankan perkembangan
sosialemosional yang telah dimiliki oleh siswa yang baik dimasa
masa yang akan datang dan Guru menciptakan hubungan
perkembangan sosial-emosional yang baik terhadap siswa selain
itu guru juga harus bersikap sebagai figur yang harus dicontoh
yang baik kepada siswa.

Kekuatan Jurnal ini memiliki metode penelitian yang sistematis karena


Penelitian tersusun secara runtut. Dan hasil penelitian yang dilakakukan
pun secara mendetail mulai dari wawancara dan lainnya.
Penulis mencoba mengaplikasikannya dalam bentuk jurnal
karena akan ada latar belakang serta tujuan penulis melakukan
penelitian ini.

17
Kelemahan Tidak adanya saran yang disampaikan penulis terkait hasil
Penelitian penelitian yang dilakukan.
Aliran-aliran yang ia tuangkan kedalam jurnal mempunyai arti
yang tidak saya pahami dan tidak tahu apa hubungannya dengan
pembahasan ini.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis
perkembangan sosial-emosional siswa tergolong perkembangan
sosial-emosional baik dan tercapai.
Hal ini di buktikan berdasarkan hasil penelitian salah satu siswa
siswa tersebut tergolong perkembangan sosial-emosional sangat
baik hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian didalam kelas
menunjukkan perkembangan sosial emosional dengan sikap
kasih sayang, selalu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
menunkukkan komunikasi dan interaksi yang baik, mampu
menyesuaikan diri dalam kelompok belajar, menunjukkan rasa
percaya diri, mempunyai rasa ingin tau yang tinggi, dan mampu
mengekspresikan emosi yang sesuai.
Hasil penelitian perkembangan sosial emosional salah satu siswa
diluar kelas menunjukkan perkembangan sosialemosional
tercapai dan baik hal ini dibuktikan dengan sikap siswa dapat
mengontrol emosi dengan baik saat bermain bersama dengan
teman, membantu siswa lain saat membutuhkam pertolongan
saat bermain, mendorong teman untuk ikut bermain bersama,
tidak memaksakan kehendak sendiri ketika bermain, menerima
bantuan orang lain ketika merasakan kesulitan saat bermain,
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik saat
bermain, dan mampu menyelesaikan konflik ketika terjadi
permasalahan saat bermain.
Berdasarkan hasil analisis perkembangan sosial-emosional salah
satu siswa baik didalam kelas maupun diluar kelas menunjukkan
perkembangan sosialemosional tergolong baik karena siswa
tersebut menunjukkan indikator perkembangan sosial-emosional
yang sesuai dengan kriteria berdasarkan teori yang ada.
Saran Sebaiknya aliran-aliran yang terdapat dalam pembahasan mohon

18
diterjemahkan ulang dengan bahasa sehari-hari agar pembaca
tidak bingung dalam menafsirkan artinya.
Referensi Arifin, Z. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma
Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Detik, c. (2018, 11 minggu). Memahami Anak SD yang Mulai
Ngegeng. Diambil kembali dari http//health.detik.com.
Haditono, S. R. 2006. Psikologi Perkembanag Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Halida, A. d. 2017. Peran Guru Dalam Mengembangkan Sosial
Emosional di Kelas B3 TK Gembala Baik Kota Pontianak.
Latifa, U. 2017.
Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar Masalah dan
Perkembangan. Jurnal of Multidisciplinary Studies. Vol.1 No.2.
hlm 189. diakses Desember 2017.
Latipah, L. F. 2017. Pengembangan Kemampuan Kognitif dan
Sosial Emosional Melalui Penerapan Media Balok dan Bermain
Peran Pada Siswa TK Kuntum Mekar Lampung. AlAthfal:Jurnal
Pendidikan Anak. Vol.3.No.2. hlm. 188. diakses 5 Desember
2017.
Mulyana, D. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nurjanah. 2017. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Emosional
Anak Usia Dini Melalui Keteladanan. Jurnal Bimbingan
Konseling dan Dakwah Islam.Vol.14,No.1.hlm 51. diakses 1
Juni 2017.
Nuryanto, R. R. 2005. Efektivitas Pelatihan untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5. Jurnal
Berkala Ilmiah Psikologi . Vol.7,No.1.hlm 53. diakses Mei
2005.
Soetjiningsih, C. H. 2012. Perkembangan Anak Sejak
Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta:

19
Prenadamedia Group.
Suryati, E. 2016. Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial-
Emosional Melalui Kegiatan Permainan Tradisional Ular Naga
Pada Anak Kelompok B. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Ganesha.Vol.4.No.1. diakses Tahun
2016.

2. JURNAL PEMBANDING
Judul Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk
Menyesuaikan Cara Mengajar Yang Diberikan
Jurnal Jurnal Studi Islam
Download File:///G:/2901-Article%20Text-7656-1-10-
20170531%20(3).pdf
Volume Vol. 12 No. 1
Tahun 2017
Penulis Samiudin
Reviewer Ade Nurul Hanifah
Tanggal 01 September 2019
Tujuan Penelitian Perhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
Makhluk hidup selalu mengalami perubahan /
perkembangan termasuk manusia yang
berpengalaman.
Sebelum menyampaikan materi dan metode
pengajaran kepada anak-anak, saya perlu tahu
sebelumnya tentang perkembangan anak kandung.
Keberhasilan pendidikan yang ditentukan oleh
kesesuaian perkembangan anak dengan materi yang
diberikan. Sedangkaan setiap anak di alam membawa
variasi dan ritme perkembangannya sendiri dan
melalui beberapa fase.
Subjek Penelitian Anak anak, remaja dan orang dewasa.
Assement Data Dilakukan dengan metode analisis substansi
Metode Penilitian Jenis penelitian yang digunakaan dalam penulisan ini
adalah jenis penelitian substansi
Langkah Penelitian 1. Observasi
2. Dokumentansi
Teknik Pengumpulan Data 1. Deskripsi

20
2. Analisis
3. Kesimpulan
Hasil Penelitian Perubahan-perubahan fisik yang dialami perserta didik
usia SMA mempengaruhi perkembangan tingkah laku,
yang4 ditampakkan pada perilaku yang canggung
dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dari
pergaulan, perilaku emosional dan Iain-lain
Kekuatan Penelitian 1. Jurnal ini banyak membahas tentang perkembangan
anak
2. adanya pembahasan yang banyak mengenai tahap
perkembangan anak
3. Di bagian akhir penulisan terdapat pula 4 cara
mendidika anak menurut Nabi, karena jurnal ini
adalah jurnal studi islam.
Kelemahan Penelitian Adanya aliran yang disampaikan berkaitan dengan isis
jurnal membuat pembaca tidak mengerti konsep
penulisan jurnal.
Kesimpulan Perkembangan anak ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1) pembawaan yang dibawa sejak lahir
2) lingkungan atau pendidikan dan pengalamannya
yang diterima sejak kecil dan oleh pembawaan dan
lingkungan.
Sedangkan cara pembelajaran yang akan
dipergunakan sebaiknya menyesuaikan dengan
kondisi/tingkatan yang ada pada anak agar anak
dengan mudah memahami materi yang diberikan
Saran Sebaiknya aliran yang terdapat dalam jurnal diperjelas
dan ditambahkan lagi artikelnya.
Referensi Agoes Soejanto. Psikologi perkembangan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2005.
Martinis Yamin. Kiat membelajarkan siswa. Ciputat:
Gp Press Group, 2013.
Nazaruddin. Manajemen pembelajaran. Yokyakarta:
Sukses offset, 2007.

21
Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan
praktis. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
Segaf Hasan Baharun. Anakku investasi Akhiratku.
Bangil, ma’had Darul Iughoh waddaiwah, 1436 H.

BAB IV PENUTUP

Didalam Jurnal ada tiga jurnal yang dibandingkan yakni jurnal utama yaitu jurnal
berbahasa inggris, yakni membahas tentang kompetensi GII memungkinkan orang untuk
hidup dan bekerja secara efektif dengan orang lain dari berbagai latar belakang budaya.
Selanjutnya pengembangan kompetensi GII dapat mendorong pengembangan keterampilan
kepemimpinan yang penting untuk partisipasi dan kepemimpinan yang efektif dalam
lingkungan global yang semakin kompleks dan beragam.

Dalam jurnal pembanding I membahas tentang perkembangan sosial pada murid


sekolah dasar pada perkembangan sosialnya anak mulai bisa berkompetensi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu mandiri dan berbagi, sementara dari sisi emosi

22
siswa Sekolah Dasar dapat mengapresiasikan meski terhadap orang lain dan dapat
mengontrol emosi.

Dalam jurnal pembanding ke II membahas tentang perkembangan anak masih belum


secara utuh, ada yang mengatakan perkembangan anak itu di tentukan oleh faktor-faktor yang
terdapat pula pada waktu dilahirkan. Disamping itu pula ada yang berpendapat bahwa anak
itu berkembang karena faktor pengaruh lingkungan termasuk pendidikan.

Jadi dalam penutup ini yang ingin saya sampaikan adalah saya membandingkan jurnal
hanya 2 judul yang berkesinambungan yakni tentang perkembangan sosial yang terjadi pada
murid sekolah dasar dan yang satu jurnal membahas tentang perkembangan anak yang
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, sedangkan pada jurnal berbahasa inggris pula
pembahasan mengenai sifat kepemimpinan dan perkembangan yang terjadi pada mahasiswa
namun tidak sepenuhnya dibahas secara rinci.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Detik, c. (2018, 11 minggu). Memahami Anak SD yang Mulai Ngegeng. Diambil kembali
dari http//health.detik.com.
Haditono, S. R. 2006. Psikologi Perkembanag Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

23
Halida, A. d. 2017. Peran Guru Dalam Mengembangkan Sosial Emosional di Kelas B3 TK
Gembala Baik Kota Pontianak. Latifa, U. 2017.
Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar Masalah dan Perkembangan. Jurnal of
Multidisciplinary Studies. Vol.1 No.2. hlm 189. diakses Desember 2017.
Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan praktis. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2007. Segaf Hasan Baharun. Anakku investasi Akhiratku. Bangil, ma’had Darul Iughoh
waddaiwah, 1436 H.
Bennett, M. J. (1993). Towards ethnorelativism: A developmental model of intercultural
sensitivity. In R. M. Paige (Ed.), Education for the intercultural experience (2nd ed., pp. 21-
71). Yarmouth, ME: Intercultural Press.

24

Anda mungkin juga menyukai