MK
Skor Nilai:
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas matakuliah Filsafat Pendidikan yaitu Rekayasa Ide. Tugas ini adalah
tugas individu yang Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua mengenai Bagaimana merekayasa sebuah filsafat itu agar mendekati
sempurna. Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,saya mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas.
Saya berharap semoga tugas Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat dan memberikan
inspirasi untuk senantiasa membaca. Saya menyadari bahwa tugas ini terdapat banyak
kekurangan, untuk itu saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang tepat dalam
pembahasan.
ABSTRAK.......................................................................................…………………….
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
B. Tujuan TRI.........................................................................................................
A. Permasalahan Umum.................................................................................................
B. Identifikasi Permasalahan............................................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat TRI
1. Untuk menambah wawasan tentang filsafat pendidikan.
2. Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat filsafat pendidikan.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang ditanam dalam filsafat pendidikan
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Aliran ini dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni kembali, mundur
kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan
manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk
menghadapi situasi krisis itu, Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali
kepada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Pendidikan harus lebih
banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh. Karena itu Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud
“education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan
kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi alasan
obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia kini dapat
memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai suatu asas yang
komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber
kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident, kekal
dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu
disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat
untuk abad kita sekarang dan masa depan.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua
puluh. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada
usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang
kukuh, kuat dan teruji.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang artinya abadi atau kekal dan dapat
berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial ialah
berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil
analogi realita sosial budaya Perenialisme berarti everlasting, tahan lama atau abadi. Dalam
sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar yang tetap menjadi rujukan
sampai kapan pun juga.
Aliran ini mengikuti paham realisme yang sejalan dengan aristoteles bahwa manusia
itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didisain untuk menumbuhkan kecerdasan. Siswa
seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi intelektual
sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar plato dan aristoteles dan kemudian dari
Thomas Aquinas.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pendidikan, kaum
perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta
mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan
pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
B. Identifikasi Permasalahan
Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam menanggapi segala
sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik pemikiran – pemikiran yang
kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi.
Sejarah mencatat bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai
macam perbedaan yang jelas dari masing – masing tokoh filsafat. Begitu pula halnya dengan
filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau
aliran.
Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika memikirkan sesuatu
yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia filsafat pendidikan pun
mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda. Dalam hal ini, ada masalah –
masalah dalam aliran Perenialisme, yaitu bagaimana latar belakang munculnya aliran
Perenialisme, pandangan aliran Perenialisme tentang belajar, pandangan Aliran Perenialisme
tentang pendidikan.
BAB III
SOLUSI PERMASALAHAN
1. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang
2. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
3. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
4. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
5. Sedangkan pandangan – pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik pendidikan.
Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk
mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain.
Perenialisme mengambil jalan regresif, yakni kembali kepada prinsip umum yang telah
menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman Kuno dan Abad Pertengahan. Yakni
kepercayaan-kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman-
zaman tersebut.
Ontologi Perenialsime:
1) Asas Teleologi
Perenialisme dalam bidang ontologi berasas pada teleologi yakni memandang bahwa
realita sebagai subtansi selalu cenderung bergerak atau berkembang dari potensialitas menuju
aktualitas (teleologi). Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu
adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Di samping asas teleologi, juga
asas supernatural bahwa tujuan akhir bersifat supernatural, bahkan ia adalah Tuhan sendiri.
Manusia tak mungkin menyadari asas teleologis itu tanpa iman dan dogma. Segala yang ada
di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi,
bila dihubungan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang di dalam
hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya
akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia
dapat bergerak untuk menuju tujuan (teleologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada
supernatural (Tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu dan merupakan tujuan akhir.
3) Asas supernatul
Paham perenialisme memandang bahwa tujuan akhir atau supremend dari substansi
dunia adalah supernatul, bahkan ia Tuhan sendiri. Namun Tuhan sebagai sprit murni, sebagai
aktualisasi murni hanya dapat dipahami melalui iaman (faith). Seluruh realita teleologis
hanya dapat dipahami dengan iman dan biasanya bersifat dogmatis-doktriner.
Epistemologi Perenialisme:
Dalam bidang epistemologi, perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang
dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan.
Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikir dengan benda-benda.
Benda-benda yang dimaksudkan ialah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip
keabadian. Menurut perenialisme, filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika.
Sebab science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisis
empiris kebenarannya terbatas, relativ atau kebenaran probabiliti. Tetapi filsafat dengan
metode deduktif bersifat anological analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self
evidence universal, hakiki dan berjalan dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang
berpangkal pada hukum pertama, bahwa kesimpulannya bersifat mutlak asasi.
Aksiologi Perenialisme:
Dalam bidang aksiologi, perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan prinsip-
prisinsip supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam tingkah laku
manusia, maka manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai
dengan kodratnya, di samping itu ada pula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-
dorongan kearah yang tidak baik. Tindakan manusia yang baik adalah persesuaian dengan
sifat rasional (pikiran) manusia. Kebaikan yang teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan
sesudah tingkatan ini baru kehidupan berpikir rasional.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:
2. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya
untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang kebenarannya pasti, dan abadi.
Kurikulum diorganisir dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan
ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Yang
dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran general education yang meliputi
bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’S (membaca, menulis,
berhitung).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran Perenialisme dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni jalan kembali
ke kebudayaan masa lampau. Pandangan Perenialisme mengenai belajar dengan mendasarkan
pada teori belajar, Mental disiplin sebagai teori dasar, rasionalitas dan asas kemerdekaan,
belajar untuk berpikir serta belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme juga memiliki
formula mengenai jenjang pendidikan beserta kurikulum, yaitu pendidikan dasar dan
(sekolah) menengah, pendidikan tinggi dan adult education.
B. REKOMENDASI
Dapat diambil dari penjelasan di atas pada aliran Perenialisme adalah setiap manusia
diharapkan agar berpikir bebas, sehingga dalam pikirannya tidak ada tekanan Dan
menekankan pendidikan berdasarkan kurikulum yang sudah disusun.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://johanaink.blogspot.com/2008/06/aliran-perenialisme.html
http://johanaink.blogspot.com/2008/06/aliran-perenialisme.html
.https://afidburhanuddin.wordpres.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-
dalam-pembelajaran/
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,
2007), hal. 68-69.