Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 TATA BOGA - FT

MK
Skor Nilai:

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

NAMA MAHASISWA : Mutiara Gunawan


NIM : 5193342007
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr, Julaga Situmorang M.Pd, dan
Putra Afriadi, S.Pd. M.Pd
MATA KULIAH : Filfasat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas matakuliah Filsafat Pendidikan yaitu Rekayasa Ide. Tugas ini adalah
tugas individu yang Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua mengenai Bagaimana merekayasa sebuah filsafat itu agar mendekati
sempurna. Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,saya mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas.

Saya berharap semoga tugas Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat dan memberikan
inspirasi untuk senantiasa membaca. Saya menyadari bahwa tugas ini terdapat banyak
kekurangan, untuk itu saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang tepat dalam
pembahasan.

Medan, November 2019


DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................…………………….

KATA PENGANTAR ...........................................................................…………………..

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

A. Rasionalisasi Permasalahan Isu .......................................................................................

B. Tujuan TRI.........................................................................................................

C. Manfaat TRI ..................................................................................................................

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN...........................................

A. Permasalahan Umum.................................................................................................

B. Identifikasi Permasalahan............................................................................................

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN..........................................................................

BAB IV PENUTUP..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya TRI


Sering kali kita bingung ketika masalah dalam hal filsafat penddikan muncul tanpa
kita sadari. Terkadang kita tidak sadar saat masalah filsafat itu muncul dihadapan kita.
Misalnya dari masalah filsafat pendidikan Oleh karena itu penulis membuat tugas rekayasa
ide ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih dan memilah tentang permasalahan
dalam filsafat.

B. Tujuan penulisan TRI


Melihat dan mencari permasalahan yang ada dalam konteksfilsafat pendidikan.
Setelah kita dengan teliti mencari tahu permasalahannya dalam filsafat, kita mencari solusi
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

C. Manfaat TRI
1. Untuk menambah wawasan tentang filsafat pendidikan.
2. Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat filsafat pendidikan.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang ditanam dalam filsafat pendidikan
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang


kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan
krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk
itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan
ideal yang telah teruji dan tangguh. Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada
sekarang ini perlu kembali kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keadaan
masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme
karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan
sekarang. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh
baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.

Aliran ini dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni kembali, mundur
kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan
manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk
menghadapi situasi krisis itu, Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali
kepada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Pendidikan harus lebih
banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh. Karena itu Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud
“education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan
kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.

Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi alasan
obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia kini dapat
memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai suatu asas yang
komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber
kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident, kekal
dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu
disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat
untuk abad kita sekarang dan masa depan.

A. Permasalahan umum perelianisme

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua
puluh. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada
usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang
kukuh, kuat dan teruji.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang artinya abadi atau kekal dan dapat
berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial ialah
berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil
analogi realita sosial budaya Perenialisme berarti everlasting, tahan lama atau abadi. Dalam
sejarah peradaban manusia dikenal sejumlah gagasan besar yang tetap menjadi rujukan
sampai kapan pun juga.
Aliran ini mengikuti paham realisme yang sejalan dengan aristoteles bahwa manusia
itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didisain untuk menumbuhkan kecerdasan. Siswa
seyogianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi intelektual
sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar plato dan aristoteles dan kemudian dari
Thomas Aquinas.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pendidikan, kaum
perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta
mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan
pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
B. Identifikasi Permasalahan

Dari perkembangan pemikiran para filosof yang berbeda dalam menanggapi segala
sesuatu, maka muncullah berbagai macam karakteristik pemikiran – pemikiran yang
kemudian menjadi sebuah ciri khas dari seorang filosof sebagai hasil pemikiran tertinggi.
Sejarah mencatat bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai
macam perbedaan yang jelas dari masing – masing tokoh filsafat. Begitu pula halnya dengan
filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau
aliran.

Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika memikirkan sesuatu
yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia filsafat pendidikan pun
mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang berbeda. Dalam hal ini, ada masalah –
masalah dalam aliran Perenialisme, yaitu bagaimana latar belakang munculnya aliran
Perenialisme, pandangan aliran Perenialisme tentang belajar, pandangan Aliran Perenialisme
tentang pendidikan.
BAB III

SOLUSI PERMASALAHAN

1. Pandangan Perenialisme tentang belajar


Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme, adalah latihan dan disiplin
mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntunan tersebut.
Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:

 Mental disiplin sebagai teori dasar


Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan berpikir adalah salah satu
kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan dalam proses belajar. Karena program
pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.

 Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan


Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas
berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan
hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya dari makhluk
yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan itu, yaitu aktualisasi diri manusia
sebagai makhluk rasional yang bersifat merdeka.

 Leraning to Reason (belajar untuk berpikir)


Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir.
Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan
anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan
berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan
sekolah menengah dan pendidikan tinggi.

 Belajar sebagai persiapan hidup


Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata tujuan kebajikan moral dan
kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti
pula guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu dan seni.
 Learning through teaching
Fungsi guru menurut Perenialisme berbeda dengan esensialisme. Menurut
esensialisme guru sebagai perantara antara bahan dengan anak yang melakukan proses
penyerapan. Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia
dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar
sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensi self discovery, dan ia
melakukan otoritas moral atas murid – muridnya, karena ia seorang profesional yang
memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan dengan murid – muridnya. Guru harus
mempunyai aktualitas yang lebih.

2. Pandangan Perenialisme mengenai pendidikan


Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran
secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:

1. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang
2. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
3. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
4. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
5. Sedangkan pandangan – pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik pendidikan.

1. Pendidikan Dasar dan Menengah


a) Pendidikan sebagai persiapan
Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang
“education as preparation”. Dewey dan tokoh – tokoh Progresivisme yang lain menolak
pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk kehidupan. Tetapi
Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di dalam
masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase
potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.

b) Kurikulum Sekolah Menengah

Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku


pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah
antara program, “general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20
tahun.

2. Pendidikan Tinggi dan Adult Education


a) Kurikulum Universitas
Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult
education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general
education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup
mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada
prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The
intellectual love of good”.

b) Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa


Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh – pengaruh jelek yang
ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap
bijaksana, guna merenorganisasi pendidikan anak – anaknya, dan membina kebudayaannya.
Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan
kehidupan bangsa – bangsa.

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


PERENIALISME
Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu
aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam Barnadib,
1982, Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya penggambaran singkat
yakni penggambaran hal-hal yang menjadi ciri utama masing-masing aliran filsafat
pendidikan.Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad k
edua puluh. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Keadaan
sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan,
kebingungan dan kesimpangsiuran.

Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,


dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh
karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert
Maynard Hutchins dan Mortimer Adler.

Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk
mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain.
Perenialisme mengambil jalan regresif, yakni kembali kepada prinsip umum yang telah
menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman Kuno dan Abad Pertengahan. Yakni
kepercayaan-kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman-
zaman tersebut.

Ontologi Perenialsime:
1) Asas Teleologi

Perenialisme dalam bidang ontologi berasas pada teleologi yakni memandang bahwa
realita sebagai subtansi selalu cenderung bergerak atau berkembang dari potensialitas menuju
aktualitas (teleologi). Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu
adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Di samping asas teleologi, juga
asas supernatural bahwa tujuan akhir bersifat supernatural, bahkan ia adalah Tuhan sendiri.
Manusia tak mungkin menyadari asas teleologis itu tanpa iman dan dogma. Segala yang ada
di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi,
bila dihubungan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang di dalam
hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya
akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia
dapat bergerak untuk menuju tujuan (teleologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada
supernatural (Tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu dan merupakan tujuan akhir.

2) Individual thing, essence, accident and substance

Perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut


istilah diatas. Penganut ajaran Aristatoles biasanya mengerti dari sesuatu dari yang kongkrit,
yang khusus sebagai individual thing yang kita amati di mana-mana, seperti baru, rumput,
dan aktivitas tertentu. Tetapi eksistensi realita tersebut tetap mengandung sifat asasi sebagai
identitasnya, yakni essence (esensi) sebagai wujud realita itu. Dalam suatu individual thing
terdapat suatu accident (hal-hal kebetulan), dan keseluruhan individual thing yang
mempunyai esensi dan accident yang terbentuk atas unsur-unsur jasmaniah dan rohaniah
dengan segala kepribadiannya inilah sebagai realita substance atau disebut juga
hylomorphisme.

3) Asas supernatul

Paham perenialisme memandang bahwa tujuan akhir atau supremend dari substansi
dunia adalah supernatul, bahkan ia Tuhan sendiri. Namun Tuhan sebagai sprit murni, sebagai
aktualisasi murni hanya dapat dipahami melalui iaman (faith). Seluruh realita teleologis
hanya dapat dipahami dengan iman dan biasanya bersifat dogmatis-doktriner.

Epistemologi Perenialisme:
Dalam bidang epistemologi, perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang
dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan.
Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikir dengan benda-benda.
Benda-benda yang dimaksudkan ialah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip
keabadian. Menurut perenialisme, filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika.
Sebab science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisis
empiris kebenarannya terbatas, relativ atau kebenaran probabiliti. Tetapi filsafat dengan
metode deduktif bersifat anological analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self
evidence universal, hakiki dan berjalan dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang
berpangkal pada hukum pertama, bahwa kesimpulannya bersifat mutlak asasi.

Aksiologi Perenialisme:
Dalam bidang aksiologi, perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan prinsip-
prisinsip supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam tingkah laku
manusia, maka manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai
dengan kodratnya, di samping itu ada pula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-
dorongan kearah yang tidak baik. Tindakan manusia yang baik adalah persesuaian dengan
sifat rasional (pikiran) manusia. Kebaikan yang teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan
sesudah tingkatan ini baru kehidupan berpikir rasional.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:

1. Menghendaki pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai Abad Pertengahan,


karena jiwa pada Abad Pertengahan telah merupakan jiwa yang menuntun manusia
hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah dapat menemukan adanya
prinsip-prinsip pertama yang mempunyai peranan sebagai dasar pegangan intelektual
manusia dan yang dapat menjadi sarana untuk menemukan evidensi-evidensi diri
sendiri (Imam Barnadib, 2002). Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup,
yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan.

2. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya
untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang kebenarannya pasti, dan abadi.
Kurikulum diorganisir dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan
ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Yang
dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran general education yang meliputi
bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’S (membaca, menulis,
berhitung).
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran Perenialisme dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni jalan kembali
ke kebudayaan masa lampau. Pandangan Perenialisme mengenai belajar dengan mendasarkan
pada teori belajar, Mental disiplin sebagai teori dasar, rasionalitas dan asas kemerdekaan,
belajar untuk berpikir serta belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme juga memiliki
formula mengenai jenjang pendidikan beserta kurikulum, yaitu pendidikan dasar dan
(sekolah) menengah, pendidikan tinggi dan adult education.

B. REKOMENDASI

Dapat diambil dari penjelasan di atas pada aliran Perenialisme adalah setiap manusia
diharapkan agar berpikir bebas, sehingga dalam pikirannya tidak ada tekanan Dan
menekankan pendidikan berdasarkan kurikulum yang sudah disusun.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://johanaink.blogspot.com/2008/06/aliran-perenialisme.html

http://johanaink.blogspot.com/2008/06/aliran-perenialisme.html

.https://afidburhanuddin.wordpres.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-
dalam-pembelajaran/
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,
2007), hal. 68-69.

Anda mungkin juga menyukai