Anda di halaman 1dari 24

Critical Book Report Nilai :

Desain Pembelajaran

“Desain Pembelajaran”

DosenPengampu :
Dra.FATMA TRESNO INGTIAS, M.Si.

Disusun :

Liwa ushidqi 5223342021

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATABOGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report dalam mata kuliah
DESAIN PEMBELAJARAN.
Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Dra.FATMA TRESNO
INGTIAS, M.Si.yang telah menjelaskan meteri tentang desain pembelajaran sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.
Namun dalam pembuatan makalah ini saya memiliki banyak kekurangan baik dari
segi teknik penulisan maupun penggunaan bahasa yang tidak tepat. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tugas dilain waktu.
Saya sangat berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 4 April 2023

Liwa ushidqi
5223342021

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi i


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Rasionalisasinya CBR................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan CBR............................................................... 1
1.3. Manfaat Penulisan CBR............................................................. 1
1.4. Identitas Buku............................................................................ 1
BAB II INTI SARI BUKU
2.1. Intisari Buku Utama................................................................... 3
2.2. Intisari Buku Pembanding.......................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................. 19
a. Buku Utama........................................................................... 19
b. Buku Pembanding................................................................. 19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan................................................................................. 20
4.2. Saran........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 21

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critcal book adalah hasil bandingan tentang suatu topik yang dipilih untuk
menyelesaikan tugas kuliah. Penulisan critical book/CBR pada dasarnya adalah
membandingkan dua buku dengan judul yang sama dan yang dibandingkan adalah isi
dari dua buku tersebut.
Dengan pembuatan CBR kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari isi buku yang kita bandingkan. Juga dapat menambah pengetahuan dan
memperdalam dalam mengetahui materi yang telah diajarkan.

1.2. Tujuan Penulisan CBR


1. Untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
3. Meningkatkan keterampilan dalam menulis.
4. Untuk mengetahui tentang desain pembelajaran.

1.3. Manfaat CBR


1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penampilan umum dari buku.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam desain pembelajaran.

1.4. IDENTITAS BUKU


a. Buku Utama
Judul : Desain Pembelajaran
Pengarang : Susilahudin Putrawangsa, S.Pd.,
M.Sc
Kota Terbit : Mataram
Edisi :1
Penerbit : CV. Reka Karya Amerta (Rekarta)
Tahun Terbit : 2018
Tebal Buku : 114 Halaman
ISBN : 978-602-51986-0-1

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 1


b. Buku Pembanding
Judul : Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran
Pengarang : Dr. Muhammad Yaumi,M.Hum.,M.A.
Kota Terbit : Jakarta
Edisi :2
Penerbit : Kencana, Prenadamedia Gruop
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 368
ISBN :-

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 2


BAB II
INTISARI BUKU
2.1. Intisari Buku Utama

A. Kata Pengantar
Buku “Desain Pembelajaran” yang ditulis oleh Susilahudin Putrawangsa, S.Pd.,
M.Sc , Terdiri dari IV bab pokok bahasan , dari keempat bab tersebut yang dibahas
yaitu bab I tentang Pendahuluan , bab II tentang Belajar dan Pembelajaran dan bab III
tentang desain pembelajaran.

Ringkasan Isi dari Bab I “PENDAHULUAN”


a. Desain Pembelajaran sebagai Kompetensi Pendidik
Istilah desain pembelajaran merujuk pada seperangkat kegiatan merancang dan
mengembangkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dengan memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
tersebut.
Selain memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, UU No. 14 Tahun 2015
menegaskan bahwa pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki empat
kompetensi dasar guru profesional, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesionalitas, dan kompetensi sosial. Kompetensi
pedagogik dalam hal ini adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Sedangkan, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi
profesional yang dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sedangkan, yang dimaksud
dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Keterampilan merancang pembelajaran adalah salah satu kamampuan pembentuk
kompetensi pedagogis soerang pendidik, yaitu mampu merancang pembelajaran untuk
mencapau tujuan pembelajaran dengan memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, seperti karakteristik dan perkembangan peserta
didik, karakterisik materi aja, budaya belajar, dan sebagainya. Kemampuan seorang

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 3


pendidik dalam merancang pembelajaran pembelajaran akan memperngaruhi
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar. Dalam hal ini, bagaimana guru
merancang pembelajaran akan mencerminkan tindakannya dalam pembelajaran, atau
sebaliknya apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah cerminan dari
rancangan pembelajarannya. Dengan demikian, keberhasilan guru dalam merancang
pembelajaran akan mencerminkan keberhasilannya dalam melaksanakan
pembelajaran.

b. Perubahan Orientasi Pendidikan


Akibat dari kompleksitas dan tantangan zaman ini, terjadi perubahan orientasi
pendidikan di dunia yang juga mempengarhui orientasi pendidikan di Indonesia.
Pendidikan yang berorientasi pada penguasaan prosedur penyelesaian kini sudah tidak
relevan lagi dengan tantangan dan tuntutan era saat ini. Melainkan, pendidikan saat ini
diharapkan dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk memiliki
keterampilan pemecahan masalah, keterampilan berpikir secara kritis dan kreatif
secara simultan, serta keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi.
Perubahan orientasi pendidikan di Indonesia ditandai dengan perubahan
paradigma kurikulum di Indonesia, yaitu dengan munculnya sistem kurikulum
berparadigma konstruktivis, seperti KTSP dan K13. Akibat dari perubahan ini,
pendidik diharuskan memiliki kompetensi pedagogik dalam merancang pembelajaran
yang relevan dengan paradigma konstruktivis tersebut, yaitu kemampuan merancang
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa adalah pusat dari proses
pembelajaran dan mereka aktif serta bertanggung jawab atas pembelajaran tersebut.
Dalam hal ini, siswa dijadikan sebagi pusat dan subjek pembelajaran (student
centered), bukan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran
(teacher centered).

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 4


Ringkasan Isi dari Bab II “ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN”
a. Implikasi dari Konsepsi tentang Belajar
Memang tidak dapat kita pungkiri, apa yang kita pahami tentang istilah belajar
akan mempengaruhi cara dan pandangan kita tentang pembelajaran. Orang yang
memandang belajar sebagai proses perubahan perilaku yang dapat diamati akan
cenderung melakukan proses pembelajaran yang pusat kegiatannya adalah pada
kegiatan latihan-latihan yang dilakukan secara berulang kali (drill) agar perubahan
perilaku yang diharapkan dapat terjadi. Sedangkan, orang yang memandang belajar
sebagai proses perkembangan berpikir peserta didik akan cenderungmenekankan
proses pembelajarannya pada kegiatan berpikir yang bermakna bagi peserta didik,
misalnya pembelajaran melalui kegiatan penyelesaian masalah, pemecahan kasus, dan
sejenisnya.
Perbedaan cara pandang tentang belajar ini juga mempengaruhi pandangan
sesorang mengenai kedudukan dan peran pengajar dalam suatu proses pembelajaran.
Pengajar yang memandang belajar sebagai proses perubahan perilaku pada peserta
didik akan cenderung menjadikan dirinya sebagai pusat kegiatan pembelajaran, yaitu
peserta didik harus mengikuti instruksi dan arahan pengajar agar perubahan perilaku
yang diharapkan dapat terwujud dengan baik. Dalam hal ini, pengajar atau guru
memiliki peranan sentral untuk menciptakan dan mengontrol suasana atau kondisi
belajar sedemikian sehingga perubahan perilaku yang diharapkan dapat terjadi.
Sedangkan pengajar yang memandang belajar sebagai proses pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik akan cenderung menjadikan peserta didik sebagai
pusat proses pembelajaran. Pengajar, dalam hal ini, berperan sebagai fasilitator atau
pendamping peserta didik dalam proses belajar tersebut melalu kegiatan pemberian
stimulasi atau arahan tidak langsung sedemikian sehingga peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya yang kemudian nantinya dijadikan sebagai
dasar untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah.
Selain perbedaan proses pembelajaran dan kedudukan pengajar dalam suatu
proses pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, perbedaan cara memaknai
arti belajar juga mempengaruhi terjadinya perbedaan cara menilai keberhasilan dari
suatu proses pembelajaran. Pengajar yang memandang belajar sebagai proses
perubahan perilaku yang nampak akan menilai keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran melalui tesatau ujian dimana peserta didik diminta untuk menunjukkan
kemampuannya untuk melakukan perilaku yang diharapkan, misalnya memberikan

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 5


soal-soal matematika untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal matematika; meminta peserta didik untuk mempraktikan suatu tindakan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perubahan perilaku yang diharapkan; dan
sebagainya. Sedangkan pengajar yang memandang belajar sebagai suatu proses
pengembangan berpikir peserta didik akan menilai keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran dari kemampuan peserta didik dalam melakukan sintesis pengetahuan
antara pengetahuan lama dengan yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang lebih
baik, creatif, inovatif, dan bermanfaat.

b. Definisi Belajar
Kedua aliran teori belajar ini sangat fundamental dalam kajian pada bidang
pendidikan karena mendasari sejumlah aliran teori belajar lainnya. Aliran
behaviorisme, misalnya, mengilhami lahirnya teori belajar sosial (Social Learning
Theory). Sedangkan, aliran kognitvisme mendasari lahirnya sejumlah teori belajar
yang paling dominan digunakan saat ini di negara-negara maju, yaitu aliran
konstruktivisme, sosio-konstruktivisme, dan cybernetisme.
Perbedaan yang mendasar antara behaviorisme dan kognitivisme adalah pada
makna ‘perubahan’ pada individu yang belajar akibat dari proses belajar.
Behaviorisme memandang bahwa proses belajar dianggap berhasil jika terjadi
perubahan perilaku yang dapat diamati secara kasat mata. Sedangkan, kognitivisme
memandang keberhasilan proses belajar jika terjadi perubahan yang bersifat progresif
pada struktur berpikir (schema) pada individu yang belajar akibat dari pemprosesan
informasi baru terhadap informasi yang sudah ada (interaksi antara pengalaman lama
dan pengalaman baru).
Penting untuk disadari bahwa aliran behaviorisme memiliki keterbatasan cakupan
makna belajar, yaitu terbatas pada makna belajar sebagai perubahan perilaku yang
dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar yang sifatnya tidak dapat diamati secara
langsung kurang mendapatkan perhatikan dalam aliran ini, seperti pemerosesan
informasi, pembentukan konsep, proses belajar dari bacaan, pemecahan masalah,
kreativitas, abstraksi penomena, berpikir kritis, dan berbagai konsep penting lainnya
dalam teori pendidikan tidak dapat dijelaskan dengan baik dalam aliran belajar ini.
Jika aliran behaviorsime kurang dapat menjelaskan penomena belajar yang tidak
nampak, maka berbeda halnya dengan aliran kognitivisme, hampir semua proses
pembelajaran terutama yang tidak nampak dapat dijelaskan dengan baik dalam teori

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 6


belajar kognitivisme. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan indikator makna
belajar yang digunakan dalam kedua teori tersebut, yaitu behaviorisme memaknai
belajar sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati (nampak), sedangkan
kognitivisme memaknai belajar sebagai perubahan struktur berpikir individu akibat
dari interaksi informasi lama dan baru (tidak nampak). Sedangkan kita ketahui bahwa
perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh atau bersumber dari pikiran individu
tersebut.
Meskipun demikian, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa teori belajar
kognitivisme lebih unggul dari pada behaviorisme. Kedua-duanya memiliki kelebihan
dan kelemahan masing-masing. Slavin (2006), misalnya, menegaskan bahwa
meskipun behaviorisme memiliki kelemahan dalam mengkaji proses belajar yang
bersifat tidak nampak, teori-teori dalam aliran ini banyak digunakan dalam kajian-
kajian psikologi. Teori-teori dalam behaviorisme sangat penting peranannya dalam
menjelaskan perilaku manusia, bahkan sangat bermanfaat digunakan untuk merubah
perilaku manusia. Penomena perilaku manusia ini tidak mudah dijelaskan dalam
aliran kognitivisme.
Dengan perbedaan ini, banyak orang beranggapan bahwa behaviorisme dan
kognitivisme adalah dua teori belajar yang saling berlawanan, meskipun memang
benar terdapat beberapa prinsip tentang belajar dipandang secara berlawanan antara
behaviorisme dan kognitivisme. Misalnya, pandangan mengenai kedudukan peserta
didik dalam suatu proses belajar. Behaviorisme memandang peserta didik sebagai
individu yang pasif dan pengetahuannya dibentuk oleh pengajar, sedangkan
kognitivisme berpandangan bahwa peserta didik adalah individu yang aktif, dimana
dia bertanggung jawab atas pembentukan pengetahuannya sendiri dan pengajar dalam
hal ini memfasilitasi proses tersebut.
Memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teori belajar
tersebut, maka akan lebih baik jika kedua teori belajar tersebut dipandang sebagai dua
teori belajar yang saling melengkapi (complementary) dari pada memandangnya
sebagai dua teori yang saling bertentangan. Hal ini dikarenakan masing-masing dari
mereka dikembangkan untuk menjelaskan penomena atau menyelesaikan masalah
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kombinasi dari keduanya sangat ideal
untuk menyelesaikan kompleksitas masalah pendidikan.
Menjembatani perbedaan tersebut, Gagne & Briggs (1979) mengemukakan
definisi belajar sebagai: “A natural process that leads to change in what we know,

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 7


what we can do, and how we behave” (Hal. 1). Dalam definisi ini, Gagne & Briggs
(1979) menunjukkan bahwa perubahan akibat dari proses belajar dapat terjadi pada
ranah pengetahuan atau pemikiran (Know), ranah tindakan (Do), dan ranah perilaku
(Behave).
Sejalan dengan Gagne & Briggs (1979), Heinich dkk. (2015) dalam Pribadi
(2009) mendefinisikan belajar sebagai: “… development of new knowledge, skills, or
attitudes as individual interact with learning resources.” (Hal. 6). Dalam hal ini,
Heinich dkk (2015) memandang belajar sebagai proses pengembangan pengetahuan
baru, keterampilan baru, atau sikap baru sebagai akibat dari interaksi dengan sumber
belajar.
Makna belajar yang lebih umum disampaikan oleh Driscoll (2000) dan Slavin
(2006). Driscoll (2000) berpandangan bahwa belajar adalah perubahan pada sesorang
akibat dari pengalaman. Dalam definisi ini, ada dua komponen penting dalam belajar,
yaitu: (1) adanya perubahan pada individu pembelajar, dimana (2) perubahan tersebut
diakibatkan oleh pengalaman. Perubahan dalam hal ini bukanlah perubahan yang
disebabkan oleh perkembangan biologis seorang individu, misalnya berubah semakin
tinggi atau semakin gemuk.

c. Pengajaran atau Pembelajaran?


Gagne (1977) mendefinisikan pengajaran sebagai “any activity on the part of one
person intended to facilitate learning on the part of another”. Definisi ini
menjelaskan bahwa pengajaran adalah segala bentuk aktifitas seseorang yang
bertujuan untuk membantu proses belajar orang lain. Definisi ini jelas-jelas
menunjukkan bahwa aktifitas pengajaran sangat berpusat pada pengajar (pendidik,
guru, dosen, instruktur, dan sebagainya), yaitu pengajar dalam suatu proses
pembelajaran memainkan peranan yang sangat penting dan dominan.
Istilah pengajaran dalam definisi di atas lebih ditekankan pada aktivitas pendidik
atau guru. Karena penekanannya kepada pendidik, istilah pengajaran saat ini sudah
mulai ditinggalkan dan digantikan dengan istilah pembelajaran yang penekananya
lebih kepada peserta didik. Hal ini disebabkan salah satunya karena adanya perubahan
paradigma dan ideologi di kalangan pendidik dan ahli pendidikan mengenai makna
pengajaran yang pada mulanya memandang perserta didik sebagai objek pengajaran
(yang cenderung pasif dan terbatasi tindakan dan pikirannya) bergeser ke pandangan

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 8


yang menganggap peserta didik sebagai pelaku utama atau subjek dari suatu proses
pengajaran (yang cenderung aktif dalam berfikir dan bertindak).
Suparman (2014) berpendapat bahwa perubahan paradigma ini mengakibatkan
istilah pengajaran digantikan dengan istilah pembelajaran untuk memberikan
penegasan bahwa dalam pembelajaran menghendaki adanya situasi atau proses
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses pengajaran, yaitu
peserta didik secara aktif membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
Dalam hal ini, pengajar tidak lagi dipandang sebagai pemegang otoritas satu-satunya
di dalam kelas, akan tetapi cenderung berperan sebagai fasilitator yang mempercepat
atau menjamin proses belajar peserta didik berjalan dengan efektif.
Dengan demikian, jika meninjau definisi belajar pada bagian sebelumnya, maka
pembelajaran dimaknai sebagai aktivitas yang dirancang untuk memfasilitasi proses
belajar individu dimana individu tersebut berperan aktif untuk mencapai perubahan
mental dan perilaku yang diharapakan pada dirinya yang bersifat relatif permanen
akibat dari aktivitas tersebut.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 9


Ringkasan Isi dari Bab III “Desain Pembelajaran”
a. Definisi Desain Pembelajaran
Istilah Desain Pembelajaran dalam literatur asing dikenal dengan istilah
Instructional Design. Hal ini dikarenakan istilah instruction atau instructional dalam
istilah teknis pendidikan di dunia Barat semakna dengan istilah pembelajaran
(Suparman, 2014). Sedangkan kata ‘desain’ secara bahasa adalah kata serapan dari
Bahasa Inggris, yaitu ‘design’, dimana kata ini menurut Hokanson dan Gibbons
(2014) berasal dari Bahasa Latin ‘designare’ yang berarti merancang, menjelaskan,
menunjukan, atau menandai. Makna yang lebih elaboratif mengenai kata desain
disampaikan oleh Koberg dan Bagnall (1976), sebagai berikut: “Design is a process
of making dreams come true”, yaitu desain adalah suatu proses menjadikan harapan
atau mimpi menjadi kenyataan. Dengan demikian, istilah desain pembelajaran
memiliki kesamaan makna dengan instructional design dalam literatur-literatur
berbahasa Inggris.
Istilah desain pada mulanya digunakan pada dunia arsitektur, industri, dan digital.
Misalnya istilah desain bangunan dalam dunia arsitektur, desain produk dalam dunia
industri, desain grafis dalam dunia digital, dan sebagainya. Desain dalam konteks-
konteks ini memiliki prinsip dasar yang sama, yaitu:
1. Berorientasi pada penyesuaian dengan kebutuhan pengguna;
2. Dilakukan dalam proses yang sistematis;
3. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas, yaitu peningkatan efektivitas dan efisiensi
produk;
4. Berdampak pada hasil atau perubahan yang berkelanjutan.
Para ahli pendidikan mendefinisikan desain pembelajaran dengan berbagai cara.
Berikut adalah sejumlah definisi desain pembelajaran (instructional design)
berdasarkan pandangan sejumlah ahli dari tahun 1970an hingga 2010an agar
pemahaman kita mengenai desain pembelajaran lebih kaya dan komprehensif
1. Hamrius (1971) dalam Twelker dkk. (1972) menyatakan bahwa desain
pembelajaran adalah “A systematic process of bringging relevant goal into
effective learning activity”, yaitu desain pembelajaran adalah suatu proses yang
sistematis dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan
pembelajaran yang efektif.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 10


2. Gustafson (1971) Twelker dkk. (1972) mengemukakan bahwa desain
pembelajaran adalah “A process for improving the quality of instruction”, yaitu
suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kaulitas pembelajaran.
3. Koberg dan Bagnall (1976) menegaskan bahwa desain pembelajaran adalah “...
processes and techniques for producing efficient and effective instruction.” yaitu
sekumpulan proses dan cara untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, sintesis tentang definisi desain pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai berikut: Desain pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan secara sistematis untuk menyelesaikan masalah pembelajaran,
meningkatkan kualitas pembelajaran, atau untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu yang terdiri atas serangkaian kegiatan perancangan bahan/produk
pembelajaran, pengembangan dan pengevaluasian rancangan guna menghasilkan
rancangan yang efektif dan efisien. Bahan atau produk pembelajaran dalam hal ini
dapat berupa kegiatan pembelajaran, program pembelajaran, sistem pembelajaran, isi
pembelajaran, media pembelajaran, sistem evaluasi pembelajaran dan sebagainya.

b. Desain Pembelajaran atau Pengembangan


Pembelajaran?
Memperhatikan sejumlah definisi desain pembelajaran di atas, seperti yang
dikemukakan oleh Gustafson dan Branc (2007), Richey, dkk. (2011) dan Suparman
(2014), terlihat bahwa dalam desain pembelajaran terdapat unsur proses
pengembangan, yaitu pengembangan bahan atau produk pembelajaran untuk tujuan
tertentu. Ini menunjukkan bahwa desain pembelajaran mengandung makna kegiatan
pengembangan pembelajaran di dalamnya.
Selain itu, desain pembelajaran seperti yang dikemukan dalam definisi-definisi di
atas mengungkap bahwa desain pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya menghasilkan pembelajaran yang efektif
(Hamrius, 1971), meningkatkan kualitas pembelajaran (Gustafson, 1971);
menghasilkan pembelajaran yang efisien dan effektif (Koberg dan Bagnall, 1976),
membantu pencapaian hasil pembelajaran dan penguasaan kecakapan (Richey, dkk.,
2011; Suparman, 2014). Tujuan dari desain pembelajaran ini tentu tidak dapat dicapai
jika desain pembelajaran yang dihasilkan tidak melalui mekanisme realisasi atau uji

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 11


coba rancangan, evaluasi, dan perbaikan. Uji coba, evaluasi, dan perbaikan adalah
karakteristik dasar dari proses pengembangan.
Berdasarkan uraian argumentasi di atas, dalam buku ini kegiatan desain
pembelajaran dipandang sebagai hal yang sama dengan kegiatan pengembangan
pembelajaran, meskipun dalam tataran konseptual setiap model desain atau model
pengembangan pembelajaran memiliki kekhususan dan penekanan tersendiri yang
membedakan antara yang satu dengan yang lain.

c. Tahapan Desain Pembelajaran


Dalam buku ini, tahapan desain pembelajaran yang digunakan terinspirasi dari
prinsip dan langkah pengembangan pembelajaran pada Educational Design Research
(Van den Akker dkk., 2006; Plomp & Nieveen, 2010; McKenney & Reeves, 2012)
yang secara umum dapat digambarkan dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan Analisis dan Perumusan Kerangka Konseptual Rancangan Pada tahapan
ini, minimal terdiri atas kegiatan beriktu ini:
a) Klarifikasi dan pendefinisian masalah
b) Analisis konteks rancangan
c) Perumusan tujuan dan kriteria rancangan
d) Perumusan proposisi/hipotesis rancangan
2. Tahapan Perancangan dan Pengembangan Kerangkan konseptual yang telah
dirumuskan pada bagian sebelumnya kemudian direalisiasikan dalam suatu prototipe
rancangan (draf desain awal rancangan). Kerangka konseptual rancangan beserta
prototipenya disebut sebagai bentuk intervensi rancangan. Selanjutnya, intervensi
rancangan tersebut diuji coba kualitasnya melalui siklus kegiatan yang terdiri atas tiga
kegiatan, yaitu: uji coba, evaluasi (formatif) dan refleksi, dan revisi/redesain. Siklus
ini terus berjalan dan terhenti jika rancangan yang tersebut dianggap sudah sesuai
dengan harapan, yaitu dapat mencapai tujuan pengembangannya.
3. Tahapan Evaluasi Sumatif Pada tahapan ini, evaluasi secara menyeluruh terhadap
dua tahapan sebelumnya dilakukan untuk menemukan prinsip dan karakteristik pada
rancangan pembelajaran (teori intervensi) yang berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan perancangan.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 12


2.2. Intisari Buku Pembanding

A. Kata Pengantar
Buku “Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran” yang ditulis oleh Dr. Muhammad
Yaumi,M.Hum.,M.A. , Terdiri dari X bab pokok bahasan , dari kesepuluh bab
tersebut yang dibahas yaitu bab I tentang Memahami Desain Pembelajaran dan bab II
tentang Landasan Psikologi Desain Pembelajaran.

Isi dari Bab I “Memahami Desain Pembelajaran”


a. Pengertian Desain Pembelajaran
Walapun kajian desain pembelajaran merupakan disiplin tertua dalam studi
teknologi pembelajaran, istilah desain masih menimbilkan banyak penafsiran. Banyak
definisi diberikan secara berbeda-beda antara satu ilmuwan dengan lainnya. Seels dan
Richey (1994 :30 ) memberikan definisi tentang desain is proscess of specifying
conditions for learning (desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar)
Definisi ini menekankan pada proses disamping kondisi belajar, sehingga ruang
lingkupnya mencangkup sumber belajar atau kompeten sistem, lingkungan, dan
berbagai aktivitas yang membentuk proses pembelajaran. Disamping itu, desain
diberikan secara berbeda antara satu ilmuwan dan yang lainnya. Seels dan Richy
(1994 : 30 ) memberikan definisi tentang design is process of specifiying for learning
(desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar).
Definisi ini menekankan pada proses di samping kondisi belajar, sehingga ruang
lingkupnya mencakup sumber belajar atau komponen sistem, lingkungan, dan
berbagai aktivitas yang membentuk proses pembelajaran. Disamping itu, desain juga
dapat dipahami dari hasil suatu proses desain, seperti pernyataan berikut : the desain
component of the intructional systems design process in a plan or blueprint of guiding
the development of instruction (Gagne, dkk.,26). maksudnya adalah komponen desain
dari suatu proses desain sistem pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau
blueprint untuk mengarahkan pengembangan pembelajaran.
Penggunaan istilah desain pembelajaran dan pengembangan pembelajaran sering
digunakan secara bergantian. Sebagian yang lainnya berpandangan keduanya
memiliki pengertian yang berbeda. Morrison, Ros, dan Kemp (2004), Rotwel dan
Kazanas (2004), Gagne dkk., (2005), dan Dick & Carey (2009) menggunakan istilah
desain pembelajaran. Adapun Gentry (1994) menggunakan istilah pengembangan

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 13


pembelajaran. Reigeluth dan Carr-Chellman (1883) mengatakan bahwa desain
pembelajaran berhubungan dengan memahami, memperbaiki, dan menerapkan
metode pembelajaran. Sebagai suatu kegiatan profesional yang dilakukan oleh guru,
dosen, atau pengembang pembelajaran, desain pembelajaran merupakan proses untuk
memutuskan metode pembelajaran yang sesuai untuk membawa perubahan
pengetahuan dan ketrampilan dalam suatu materi pembelajaran.
Rothwell dan Kazanaas (2004 ; 3) mengatakan bahwa desain pembelajaran berarti
lebih dari menciptakan pembelajaran secara harfiah. Artinya, desain pembelajaran
berhubungan dengan konsep yang luas dalam menganalisis permasalahan kinerja
manusia secara sistematis, mengidentifikasi akar pemasalahan, menawarkan
pemecahannya, dan melaksanakan solusi yang didesain untuk meminimalisisr
konsekuensi yang diinginkan dari tindakan korektif.
Applied Research Laboratory, Pen State University mengatakan bahwa definisi
desain pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni :
1) Desain pembelajaran sebagi suatu proses adalah pengembangan sistematik
tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajara dan
pembelajaran untuk mencapai kualitas pembelajaran.
2) Desain pembelajaran sebagai suatu disiplin adalah cabang ilmu
pengentahuan yang berhubungan dengan penelitian dan teori tentang strategi
pembelajaran dan proses untuk mengembangkan dan implementasi strategi-
strategi tersebut.
3) Desain pembelajaran sebagai suatu sains adalah ilmu yang mempelajari
bagimana menciptakan spesifikasi perinci untuk pengembangan,
implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan situasi yang dapat memfasilitasi
belajar tentang satuan kecil dan besar dari mata pelajaran atau mata kuliah
dalam berbagai tingkat kesulitan.
4) Desain pembelajaran sebagai suatu realitas dapat dimulai dari titik mana saja
dalam proses desain.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 14


b. Karakterisktik Desain Pembelajaran
Bagimanapun bentuk dan modelnya suatu desain pembelajaran, karakteristik
utama dapat diklasifikasi kedalam enam bagian, yakni :
1) Desain Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Desain pembelajaran seharusnya mempertimbangkan suatu pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiklah yang
memperngaruhi konten, aktivitas, materi dan fase belajar. Pendekatan ini
memosisikan peserta didik pada pusat proses belajar. Pendidikan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara independen dan saling
membantu satu antara yang lainnya , serta melatih mereka dengan memperhatikan
keterampilan yang dibutuhkan untuk berbuat secara efektif.

2) Desain Pembelajaran Berorientasi Tujuan


Mendesain pembelajaran dengan menyajikan tujuan secara akurat merupakan titik
sentra dalam proses desain pembelajaran. Tujuan seharusnya menjadi pijakan dasar
utama dalam mengembangkan materi, strategi, dan metode pembelajaran, media, dan
evaluasi. Desain pembelajaran tidak menjadikan tujuan sebagai inti pengembangan
dapat menimbulkan pelaksanaan pembelajaran yang tidak sistematis, sistemik, dan
cenderung pasial dan tidak utuh.

3) Desain Pembelajaran Terfokus Pada Pengmbangan Atau Perbaikan Kinerja


Peserta Didik
Desain harus diarahkan pada upaya perbaikan yang berarti suatu perbuatan untuk
meningkatkan atau membuat lebih baik dalam hal kualitas, nilai atau kegunaan.
Memperbaiki artinya harus dapat membuat suatu menjadi kredibel (dapat dipercaya)
untuk menawarkan beberapa manfaat yang dapat berlaku secara umum.

4) Desain Pembelajaran Mengarahkan Hasil Yang Dapat Diukur Melalui Cara Yang
Valid Dan Dapat Dipercaya.
Mengembangkan isntrumen pengukuran hasil belajar ayng valid dan dapat
dipercaya tentu merupakan harapan semua pendidik. Namun, sering terjadi
pengukuran yang keliru karena tidak mencakup aspek-aspek yang diukur atau tidak
dapat mengembangkan isntrumen yang sesuai dengan objek yang diukur.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 15


5) Desain Pembelajaran Bersifat Empiris, Berulang, dan Dapat Dikoreksi Sendiri
Data merupakan jantungnya proses desain pembelajaran pengumpulan data
dimulai sejak analisis awal dan berlanjut hingga sampai pada tahap implementasi.
Misalnya, selama fase analisis data dapat dikumpulkan sehingga dapat dibandingkan
apa yang telah dipahami peserta didik dengan apa yang diperlukan untuk dipahami.
Bimbingan dan umpan balik dari ahli mata pelajaran/kuliah menentukan ketepatan
dan relevansi keterampilan dan pengetahuan untuk diajarkan.

6) Desain Pembelajaran Adalah Upaya Tim


Memang Benar bahwa mungkin saja desain pembelajaran dapat dilakukans
sendiri , baik dalam menyediakan sumber, kerangka desain, maupun dalam hal
penyeleksian dan pengembangan media, materi, dan metode yang digunakan. Tetapi
keterlibatan pihak lain dalam suatu tim sangat dibutuhkan karena pihalk lain dalam
suatu tim sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek desain merupakan usaha
bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 16


Isi dari Bab II “ Landasan Psokologi Desain Pembelajaran”
a. Teori-Teori Belalajar
1) Teori Belajar Behaviorisme
Sebagai tokok behaviorisme radikal, skinner mengatakan bahwa belajar dapat
dipahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat
diamati, yakni perilaku peserta didik beserta anteseden dan konsekuensi
lingkungannya.
Oleh karena itu , belajara adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurutu kaum behavoris
menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal
balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai perespons tindakan
stimulus yang diberikan.
Kontribusi terori belajar behavioral dalam desain pembelajaran antara lainnya
adalah :
a) Tujuan Instruksional khusus.
b) Evaluasi formatif.
c) Umpan balik (feedback).

2) Teori Pemrosesan Informasi


Teori pemeosesan informasi memandang aspek lingkungan memegang peranan
penting dalam belajar. Namun, secara hakikatnya kedua teori ini memiliki perbedaan
satu sama lain. Teroi pembelajaran yang dijelaskan oleh Brynes(1996) memandang
belajar sebagai suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan
informasi melalui memori jangka pendek dan memori jangka panjang, dalam hal ini
belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik.
Adapun landasan penting teori pemrosesan informasi yang dimaksud antara lain
adalah :
a) Prior knowledge (pengetahuan awal).
b) Rancangan tujuan yang berorientasi kognitif.
c) Umpan balik atau feedback.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 17


3) Teori Skema Dan Mutan Kognitif
Istilah skema merupakan bentuk tunggal dari schemata yang menggambarkan
suatu pola pemikiran atau perilaku yang terorganisasi. Teori skemata pertama kali
disampaikan oleh piaget pada tahun 1926, ketika membahas proses belajarr yang
melibatkan asimilasi, akomodasi, dan skemata. Disini dia mengatakan skema adalah
gambaran atau pola mental sederhana dari suatu tindakan, suatu bentuk informasi
yang terorganisasi untuk mengiterpretasi yang dilihat, didengar, dicium dan diraba.
Teori cognitive load theory atau dalam hal ini penulis menerjemahkannya dengan
teori muatan kognitif, pertama kali dikenalkan pada tahun1980-an dan terus
mengalami perkembangan yang subtansial pada tahun 1990-an dan berlangsung
hinggan saat ini oleh kebanyakan para peneliti diseluruh dunia.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 18


BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kelebihan & Kekurangan Buku

a. Buku Utama
1. Dilihat dari tampilan buku (Face Value), buku yang direview memiliki kualitas
sampul buku yang bagus dan tetapi dalam sisi pewarnaan pada buku ini tidak
terlalu menarik sehingga membuat pembaca kurang tertarik untuk membaca buku
tersebut.
2. Dari aspek layout dan tata letak , serta tata tulis,termasuk penggunaan font
buku yang diriview sudah bagus, layout serta tata letak yang digunakan
memudahkan pembaca untuk memahami isi buku.
3. Diisi buku yang direview ditambahkan beberapa tabel yang memudahkan
pembaca dalam memahami materi yang di sampaikan.

b.Buku Pembanding
1. Dilihat dari tampilan buku (Face Value), buku yang direview memiliki kualitas
sampul buku yang bagus tetapi dalam sisi pewarnaan pada buku ini tidak terlalu
manarik sehingga membuat pembaca kurang tertarik untuk membaca buku
tersebut.
2. Dari aspek layout dan tata letak , serta tata tulis,termasuk penggunaan font
buku yang diriview sudah bagus, layout serta tata letak yang digunakan
memudahkan pembaca untuk memahami isi buku.
3. Materi yang disampaikan cukup menjelaskan semuanya dan memudahkan
pembaca memahami isi dari buku yang dibaca.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 19


BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Prsoes desain sistem
pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau blueprint untuk mengarahkan
pengembangan pembelajaran. Blueprint disebut pula prototipe , suatu versi fungsional
dari satuan pembelajaran biasanya masih dalam bentuk yang belum selesai, dimana
efektivitasnya dan efisiensinya masih perlu diuji.

3.2. Saran
Demikian tugas ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema’afkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba tuhan yang tak luput dari salah, khilaf,dan lupa.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 20


DAFTAR PUSTAKA
 Putrawangsa,Susilahudin , S.Pd., M.Sc . (2018) . Desain Pembelajaran .
Mataram: CV. Reka Karya Amerta (Rekarta).
 Dr. Muhammad Yaumi,M.Hum.,M.A . (2013) . Prinsip-Prinsip Desain
Pembelajaran . Jakarta: Kencana, Prenadamedia Gruop.

CBR DESAIN PEMBELAJARAN-liwa ushidqi 21

Anda mungkin juga menyukai