Anda di halaman 1dari 36

CRITICAL BOOK REVIEW

1. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiano)


2. PPROSES BELAJAR MENGAJAR (Prof. Dr. Oemar Hamalik)

Nama Mahasiswa : Lilis Suryanti Sirait

Nim : 2182111020

Dosen Pengampu : Dra. Rumasi Simaremare, M.Pd.

Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

SEMESTER GENAP 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini merupakan laporan dari
Critical Book Review yang telah saya selesaikan sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga
merupakan salah satu dari 6 tugas KKNI pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan.

Berbagai halangan dan rintangan saya alami dalam penulisan makalah ini,
namun berkat bantuan doa, serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikirannya. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Rumasi Simaremare, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia yang sudah membimbing Kami.
Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua terhadap proses belajaran terhadap pembelajaran. Saya
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini
terdapat kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas. Oleh karena itu, saya sangat
menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khusunya bagi saya yang menyusun makalah ini dan
akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 16 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review ...................................................... 1

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review ..................................................................... 1

C. Manfaat Critical Book Review ........................................................................................ 2

D. Identitas Buku yang Direview ...................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................................. 4

A. Ringkasan Buku Utama ................................................................................................... 4

B. Ringkasan Buku Pembanding ..................................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................................29

A. Pembahasan Isi Buku .................................................................................................. 29

B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku........................................................................... 30

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................32

A. Simpulan........................................................................................................................... 32

B. Saran .................................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review

Critical Book Review (CBR) adalah pengkajian atau menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis. Critical Book Review ini membahas tentang Perencanaan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk mengenal lebih dalam mengenai
Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seringkali kita bingung
memilih buku referensi untuk kita baca dalam memahami proses belajar mengajar
dalam mendidik peserta didik kita. Dan juga terkadang kita hanya memilih satu buku
untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Misalnya dari segi analisis
bahasa dan pembahasan, serta konstruksi yang dimiliki buku tersebut seperti cover,
layout dan tata penulisan. Oleh karena itu penulis membuat Critical Book Review ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasan tentang hakikat Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
yang sesungguhnya.

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review

Adapun tujuan penulisan Critical Book Review ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk pemenuhan salah satu tugas dari 6 tugas kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia .
2) Untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang preses belajara
mengajar dalam pembelajaran.
3) Untuk meningkatkan kemampuan daya nalar mahasiswa dalam meringkas,
menganalisa, serta memberi kritik terhadap buku.
4) Memperkuat pemahaman pembaca terhadap teori atau pembahasan yang
terdapat dalam buku tersebut dan dapat mengaplikasikannya.

1
C. Manfaat Critical Book Review

Adapun manfaat penulisan Critical Book Review ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai rujukan dalam menyempurnakan sebuah buku dan mencari sumber


bacaan yang relevan.
2) Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi
sebuah buku.
3) Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara meringkas,
menganalisa, serta menilai kelebihan-kekurangan yang dimiliki dari buku-
buku tersebut.

D. Identitas Buku yang Direview


1. Buku Utama

1) Judul : Belajar dan Pembelajaran


2) Edisi : Ketiga
3) Pengarang : Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiano
4) Penerbit : PT. RINEKA CIPTA
5) Kota Terbit : Jakarta
6) Tahun Terbit : 2006

2
7) ISBN : 979-518-823-2
8) Jumlah Halaman : 298 Halaman
2. Buku Utama

a) Judul : Proses Belajar Mengajar


b) Edisi : Ketujuh
c) Pengarang : Prof. Dr. Oemar Hamalik
d) Penerbit : PT. BUMI AKSARA
e) Kota Terbit : Jakarta
f) Tahun Terbit : 2008
g) ISBN : 979-526-767-1
h) Jumlah Halaman : 238 Halaman

3
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama


1. Bab I Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan perilaku yang kompleks. Skinner misalnya, memandang


perilaku belajar dari segi perilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya
program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar dan kondisi eksternal
beajar yang bersifat interaktif. Oleh karena itu guru seyogianya mengatur acara
pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki.
Piaget memandang belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan linkungan
sehingga perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungannya sehingga terjadi
perkembangan intelek individu. Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dalam pembelajaran. Prinsip itu adalah bahwa pelajar memiliki
kekuatan menjadi manusia, belajar hal bermakna, menjadi bagian yang bermakna bgi diri,
bersikap terbuka, berpartisipasi secar bertanggungjawab, belajar secara berkesinambungan
dan dengan penuh kesungguhan. Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku
kompleks, tindak interaksi antara pembelajar dan pembelajar yang bertujuan. Oleh karena
berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi
oleh pelaku belajar dan lingkungan pembelajar. Dinamika pembelajar yang bersifat
internal, terkait dengan peningkatan hirearki raah-ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, kesemuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan dinamisasi
dari luar dapat berasal dari guru atau pembelajar diluarnya. Usaha guru mendinamisasikan
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa mnghadai bahan belaja, penciptaan
suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan
memaksimalkan peran sebagai pembelajar.

2. Bab II Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkapkan


batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam

4
memilih tindakan yang tepat. Guru tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tapi
nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan
prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk
menunjang peningkatan belajar siswa. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individu. Oleh karena itu, pesan guru bukan
sebagai satu-satunya pembelajar tetapi sekedar pembimbing, fasilitator, dan pengarah.
Belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individu yang
unik. Guru juga dituntut untuk memusatkan perhatian, menganalisis, dan
mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi belajar siswa,
keaktifan siswa, optimalisasi keterlibatan siswa, melakukan pengulangan-pengulangan
belajar, pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab, memberikan balikan dan
penguatan terhadap siswa, dan mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan
individual siswa.

3. Bab III Motivasi Belajar

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir;
menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman
sebaya; mengarahkan kegiatan belajar; membesarkan semangat belajar; menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.
Motivasi belajar juga sangat penting bagi diketahui oleh seorang guru yaitu:
membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai
berhasil; mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam
ragam; meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih peran sebagai penasihat,
fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik;
memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Sebagai kekuatan mental,
motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer, dan motivasi
sekunder. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan motivasi
eksternal. Di samping itu ada ahli yang membedakan adanya motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Maslow dan Rogers misalnya, mengakui pentingnya motivasi intrinsik dan

5
ekstrinsik bagi acara pembelajaran. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah cita-cita atau aspirasi siswa; kemampuan siswa; kondisi siswa; kondisi lingkungan
siswa; unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran; dan upaya guru dalam
membelajarkan siswa. Dan adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar adalah
optimalisasi penerapan prinsip belajar; optimalisasi unsur dinamis belajar dan
pembelajaran; optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa;
pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.

4. Bab IV Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses dan Pembelajaran

Pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah


pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses belajaran,
dengan pelibatan fisik siswa apabila di diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/fisik
siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan
akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang
terdapat disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir
secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih
tampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang
bermakna baginya.CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila
pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah
pmbelajaran cenderung berorientasi kepada guru. Hakikat CBSA adalah keterlibatan
intelektual-emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, maka perlu
mengenal terlebih dahulu rambu-rambu penyelenggaraan CBSA. Yang dimaksud dengan
rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik
dalam program maupun dalam proses pembelajaran. Adanya konsekuensi dari penerapan
pembelajaran berdasarkan siswa yang akan dapat meningkatkan kadar CBSA suatu proses
pembelajaran lebih jauh menuntut agar guru: memiliki khasanah pengetahuan yang luas
tentang teknik/cara penyampaian atau sistem peyampaian, memiliki kriteria tertentu untuk
memilih sistem penyapaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.

6
5. Bab V Pendekatan Pembelajaran

Perilaku belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan wakti.


Cepatnya informasi melalui radio,televisi, film, wisatawan, surat kabar,majalah, dapat
mempermudah belajar. Meskipun informasi dengan mudah diperoleh, tidak dengan
sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan,pengalaman dan
keterampilan dari padanya. Guru professional memerlukan pengetahuan dan
keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga
siswa berkebiasaasn belajar sepanjang hayat. Pendekatan pembelajaran dapat berarti
anutan pembelajaran yang berusaha meingkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengelolahan pesan sehingga tercapai sasaran
belajar. Dalam belajar tentang penekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat
pengorganisasian siswa, posisi guru-siswa dalam pengelolaan pesan dan pemerolehan
kemampuan dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan


dengan (i) pembelajaran secara individual, (ii) pembelajaran secara kelompok, dan (iii)
pembelajaran secara klasikal. Pada tiga pengorganisasian siswa tersebut tujuan
pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-
beda. Pada ketiga pengorganisasian tersebut seyoiganya digunakan untuk membelajarkan
siswa yang menghadapi kecenderungan informasi pada masa kini. Sehubungan dengan
posisi guru siswa dalam pengelolaan pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori,
strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositori masih terpusat pada guru, dan
strategi discovery dan inkuiri berpusat pada siswa. Dalam kedua strategi belajar ini siswa
dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan
dan merasa senang.

Dalam pembelajaran terjadi peningkatan kemampuan. Semula ia memiliki


kemampuan pra-belajar, dalam proses belajar pada kegiatan belajar tertentu, ia
menigkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kogitif, afektif dan
psikomotorik berdasarkan evaluasi guru dan ujuk kerja siswa dalam pemecahan masalah.
Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengelolaan pesan secara deduktif
dan induktif atau induktif tergantung pada karakteristik bidang studinya.

7
6. Bab VI Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran

Kegiatan belajar yang memuat tindakan interaksi antara pembelajar dan pebelajar
beriorientasi pada sasaran belajar, berakhir pada evaluasi. Kegiatan evaluasi terdiri dari
kegiatan evaluasi hasil belajar dan kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi merupakan bagian integral dari kegiatan
pembelajaran/pendidikan. Evaluasi berarti sebagai proses sistematis menetapkan nilai
tentang sesuatu hal, seperti objek proses, proses, untuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan dan
hal lain, berdasarkan criteria tertentu melalui penilaian evaluasi belajar adalah proses
penentuan pemerolehan hasilbelajar erdasarkan criteria tertentu. Evaluasi belajar adalah
proses penentuan nilai nilai tentang proses pembelajaran berdasarkan criteria tertentu.
Dalam penilaian tersebut orang dapat melakukan pengukuran, pembandingan, penilaian
dan kemudian pemutusan. Evaluasi bersifat berkesinambungan, dari tahap satu ketahap
lain selama jenjang pendidikan atau sepanjang hayat.

Evaluasi dalam proses penilaian dituntut memenuhi syarat-syarat berupa (i)


kesahihan, (ii) keterandalan,dan (iii) kepraktisan. Untuk memperoleh hal tersebut
seorang evaluator dituntut mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dalam kegiatan
penilaian. Hasil kegitan evaluasi hasil belajar berfungsi untuk (i) diagnostik dan
pengembangan, (ii) seleksi, (iii) kenaikan perangkat belajar, dan (iii) penempatan siswa.
Adapun sasaran evaluasi hasil belajar beriorientasi pada perbaikan dan peningkatan
kemampuan pada ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Evaluasi
pembelajaran memiliki fungsi dan tujuan , sasaran, dan prosedur tertentu.

Pada umumnya fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran beriorientasi pada


pengembangan pembelajaran dan akreditas. Adapun sasaran evaluasi pembelajaran
tertuju pada tujuan pembelajaran, dinamika pembelajaran, pengelolaan
pembelajarandan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran umumnya terdiri dari lima
tahap berupa tahap-tahap penyusunan rancangan, penyusunan istrumen, pengumpulan
data, analisis data, dan penyusunan laporan evaluasi pembelajaran. Pada tempatnya
seorang guru professional dapat melakukan kegiatan sebagai evaluator pembelajaran.

7. Bab VII Masalah-Masalah Belajar

8
Pembelajaran yang menimbulkan interaksi belajar mengajar antara guru-siswa
mendorong perilaku belajar siswa. Siswa merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan
ketercapaian sasaran belajar. Dengan demikian, bagi siswa perilaku belajar merupakan
proses belajar yang dialami dan dihayati dan sekaligus merupakan aktivitas belajar
tentang bahan belajar dan sumber belajar di lingkungannya. Bagi siswa, dalam kegiatan
belajar tersebut terdapat tiga tahap, yaitu tahap sebelum belajar, kegiatan selama proses
belajar dankegiatan sesudah belajar. Pada kegiatan sesudah belajar diharapkan siswa
memiliki hasil belajar sebagai suatu kemampuan yang lebih baik. Sedangkan bagi guru,
prilaku belajar bagi siswa tersebut merupakan hal yang diamati dan dapat dievaluasi. Bagi
guru yang bertindak membelajarkan siswa, kegiatan belajar siswa tersebut merupakan
akibat tindakan pengorganisasian belajar, bahan belajar, dan sumber belajar, serta
tindakan evaluasi hasil belajar. Interaksi belajar mengajar dilakukan siswa sebagai pelajar
dengan guru sebagai pembelajar dapat menimbulkan masalah belajar, dari sisi siswa yang
bertindak belajar akan menimbulkan masalah-masalh intern belajar yang meliputi hal-hal
seperti (i) sikap terhadap belajar, (ii) motivasi belajar, (iii) konsentrasi belajar, (iv)
kemampuan mengolah bahan belajar, (v) kemampuan menyimpan perolehan hasil
belajar. (vi) kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, (vii) kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar, (viii) rasa percaya diri, (ix) intelegensi dan
keberhasilan belajar, (x) kebiasaan belajar, dan (xi) cita-cita siswa. Faktor-faktor ini akan
menjadi masalah sejauh siswa tidak menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil
belajar yang lebih baik.

Dari sisi guru, yang memusatkan perhatian pada pembelajar yang belajar, maka
hasil akan muncul faktor-faktor ekstern yang memungkinkan terjadinya belajar. Hal
tersebut meliputi: (i) guru sebagai pembina belajar, (ii) prasarana dan sarana belajar, (iii)
kebijakan penilaian, (iv) lingkungan sosial siswa disekolah, dan (v) kurikulum sekolah.
Guru sebagai pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan dan dan diharapkan
memecahkan masalah-masalah belajar siswa.

Dalam pencarian dan penemuan masalah-masalah tersebut guru dapat


melakukan langkah-langkah berupa (i) pengamatan perilaku belajar, (ii) analisi hasil
belajar, dan (iii) melakukan tes hasil belajar. Dengan langkah-langkah tersebut guru

9
memperoleh peluang menghimpun data siswa berkenaan dengan proses belajar.
Sedangkan guru professional, diharapkan guru memiliki kemampuan melakukan
penelitian secara sederhana agar dapat menemukan masalah-masalah belajar dan
memecahkan masalah belajar.

8. Bab VIII Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga beriorientasi pada tujuan
kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru juga eriorientasi pada tujuan kuriulum.
Pada satu sisi lain, guru adalah pembelajar siswa yang secara kreatif membelajarkan siswa
sesuai dengan kurikulum sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tugas pembelajaran
dipersyaratkan agar guru memahami kurikulum. Kurikulum adalah jalan yang berisi
sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yang harus dilalui untuk meraih
ijazah.

Para ahli sepeti Zais, Winecoff, Bondi, dan Tanner telah mempelajari kurikulum.
Mereka mengemukakan prinsip dan teori yang berbeda-beda. Meskiun demikian mereka
jua mengemukakan hal-hal yang serupa. Mereka mengemukakan arti kurikulum sebagai
jalan meraaih ijazah, mata pelajaran dan isi mata pelajaran, rencanna kegiatan
pembelajaran, hasil belajar yang direncanakan, dan pengalaman belajar. Terbentuknya
kurikum tersebut dilandasi oleh berbagai landasan pemikiran seperti landasan filosofis,
sosial-budaya-agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, landasan kenutuhan
masyarakat, dan landasan perkembangan masyarakat. Sebagai suatu program, maka
kurikulum terdiri dari beberapa komponen penting, seperti tujuan, pengalaman belajar,
organisasi pengalaman belajar, dan evaluasi. Dalam tugas pengembangan, guru
berurusan dengan komponen-komponen kurikulum, selanjutnya dalam pengembangan
kurikulum. Diantara prinsip pengembangan tersebut adalah prinsip relevansi, prinsip
kontinuitas dan prinsip fleksibilitas.

Para ahli kurikulum juga mengemukakan model-model pengembangan kurikulum.


Diantara model pengembangan kurikulum tersebut adalah model administratuf, model
Grass- Roots,model beuachamp, model arah terbalik Taba dan model Rogers. Para ahli
juga mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum. Pada sisi

10
lain banyakahli mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan kurikulum
terapan atau kurikulum dalam kegiatan/aksi. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dan
kurikulum merupakan dua konsep yang tak terpisah. Gyry sebagai pengajar mengetahui
kondisi dan situasi serta bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain
guru juga bertanggungjawab atas keberlakuan dalam pengembangan kurikulum. Oleh
karena itu, sewajarnya guru berperan optimal dalam pengembangan kurikulum. Peran
guru dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Perumusan tujuan khusus pengajaran, perencanaan kegiatan pembelajaran ang efektif,
pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya, mengevaluasi
proses belajar dan hasil belajar siswa dan mengevaluasi interaksi antara komponen-
komponen kurikulum yang diimplementasikan. Kelima hal tersebut merupakan tuntutan
bagi guru profesional.

B. Ringkasan Buku Pembanding

1. Bab I Konsep Didaktik

Sejak adanya manusia dimuka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula
pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan pengajaran. Namun berbeda dengan
sekarang, dimana pendidikan pengajaran itu didapatkan disekolah maka pada masa lampau
kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-kelompok masyarakat, yang dewasa ini kita
sebut dengan istilah pendidika formal. Sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan
pengajaran kepada murid-muridnya.lembga pendidikan ini memberikan pendidikan secara
formal. Berbeda dengan keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan secara
informal.

Masyarakat tradisional pada mulanya tidak membutuhkan sekolah. Akan tetapi


seiring berjalannya waktu maka kemudian masyarakat merasa perlu mendirikan sekolah
diluar keluarga dan masyarakat itu sendiri. Beberapa faktor yang mendorong berdirinya
sekolah adalah sebagai berikut

a. Orang tua menyadari bahwa ank-anak mereka perlu memiliki pengetahuan yang
tingkatannya melebihi pengetahuan dan pengalaman orang tua sendiri.

11
b. Umumnya orang tua bekerja dan memiliki bberbagai kesibukan untuk
kehidupan keluarganya.
c. Lambat laun masyarakat menjadi semkin bertambah maju.
d. Pertumbuhan penduduk menjadi faktor yang besar pula pengaruhnya.
e. Para ahli pendidikan tidak hanya tinggal diam, mereka mengadakan
serangkaian penelitian dan percobaan dalam bidang pengajaran dan pendidikan.

Kata didaktik atau didactin sampai sekarang digunakan oleh guru-guru. Ini bukan
berarti bahwa kita melepaskan atau menyampingkan begitu daja hal-hal yang berkenan
dengan masalah kurikulum, learning dan audip visual aids.melainkan hal-hal tersebut
merupakan integral daripada didaktik dan diperkaya leh hal-hal tersebut. Istilah didactik
berasal dari kata didasco, didaskien. Artinya saya mengajar atau jalan pelajaran, bahkan
ada yang menyebutkan sebagai imlu tentang belajar mengajar. Ditinjau dari dua segi, yaitu
yang pertama segi ilmu Didaktik dipandang sebagai ilmu pendidikan yang diterapkan,
yang dipraktekkan, terutama dalam pengajaran disekolah. Perkembanagan didaktik yang
pesat tidak saja mendorong kemajuan pengajaran, tetapai telah memberikan bahan-bahan
yang lebih lengkap bagi ilmu pendidikan. Bahkan masalah yang dihadapi oleh guru dan
murid dalam hubungan proses belajar dan mengajar telah mendorong pemikiran-pemikiran
baru secara filosofis pedagogis. Yang kedua, ditinjau dari segi alat Didaktik berfungsi
dalam masyarakat, budaya dan teknologi. Komunikasi dan interaksi soaial dapat berjalan
lancer apabila individu-individu yang berkomunikasi dan berinteraksi mampu
melakukannya secara efektif dan baik.

Didaktik tidak hanya bermanfaat bagi guru saja di sekolah. Akan tetapi Didaktik
menunjukkan bahwa ilmu ini digunakan dimana-mana bahkan pada masyarakat, lembaga
dan badan-badan, perusahaan, pemerintahan, kemiliteran, dll. Guru yang baik tidak saja
harus menguasai spesialisasi ilmunya, akan tetapi harus mengenal proses belajar manusia,
cara-cara mengajar, penggunaan alat-alat peraga, teknik penilaian, dan sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa didaktik sangat bermanfaat, manfaat penting lainnya antara lain:

a. Petunjuk tentang pembuatan perencanaan.


b. Petunjuk tentang bagaimana cara membuat tujuan-tujan yang diinginkan.
c. Petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan pengalaman dan
pengetahuan yang efektif.
d. Petunjuk bagaimana cara melakukan penilaian secara efektif
12
e. Petunjuk cara-cara mempelajari Sesuatu dan berhasil
f. Petunjuk bagaimana mengumpilkan informasi yang diperlukan, dan
g. Memberikan petunjuk tentang apa yang dilakukan oleh masyarakat dan
orang tua guna membantu berhasilnya pekerjaan sekolah.

Didaktik adalah sebuah ilmu, yang memiliki objek yaitu situasi pengajaran dengan
komponen-komponen yang ada didalamnya. Didalam pengetahuan kita mengenal berbagai
macam metode berpikir yaitu:

a. Metode berpikir induksi, yaitu metode berpikir dari yang bersifat khusus
menuju kesimpulan.
b. Metode berpikir deduktif, yaitu dimulai dari kesimpulan umum menuju ke
hal-hal yang khusus.
c. Metode berpikir generalisasi, yaitu mengambil keputusan umum atas
kejadia-kejadian sejenis.
d. Metode berpikir kausalitas, yaitu metode berpikir yang beranggapan adanya
sebab dan akibat.
e. Metode berpikir pemcahan masalah.
f. Metode berpikir logis sitematis, menjelaskan suatu masalah dengan
terperinci menggunakan unsur 5W+1H

Menurut pandangan lama didaktik terdiri atas didaktik umum dan didaktik khusus.
Didaktik khusus terbagi atas metodik dan rencana pengajaran sedangkan didaktik umum
membicarakan tentang asas-asas mengajar seperti apresiasi, motivasi, aktivitas, pengajaran,
dan sebagainya. Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang demikain pesatnya, maka
didaktik pun berkembang dengan pesat pula. Ilmu didaktik gaya baru mebicarakan
masalah-masalah yang menyangkut pengajaran, maka secara operasional ilmu didaktik itu
meliputi studi yang luas dalam bidang-bidang berikut:

a. Prinsip-prinsip pengajaran (basic principles of teaching).


b. Teori dan prinsip-prinsip belajar (principle of learning activity dan theory of
learning).
c. Metodologi pengajaran (methods of teaching).

13
d. Metode khusus, cara mengajar berbagai mata pelajaran seperti teaching and
language art,teaching in science.
e. Perencanaan pengajaran (segmen dari studi pengembangan kurikulum).
f. Media pengajaran (audio visual aids).

Metode pendekatan didaktik ini terbagi atas tujuh, diantaranya adalah:


a. pendekatan biologis (biological approach), dilakukan dari kondisi dalam arti
jasmaniah
b. pendekatan psikologis (psychological approoach), dilakukan dari sudut
kejiwaan.
c. pendekatan fenomenologis (phenomenological approach), melihat segala
sesuatu dari gejala yang masih ada.
d. Pendekatan situasional-kondisional (situasional-conditional approach=sikon),
meninjau segala sesuatu dari kondisi dan situasi yang ada.
e. Pendekatan fungsional (functional approach), meninjau segala sesuatu dari
fungsinya.
f. Pendekatan ekologis (ecological approach), meninjau sesuatu dari lingkuangan
hidup.
g. Pendekatan integritas (integrated approach), meninjau segala sesutau dari sudut
keseluruhan yang bulat secara komperehensif.

Sumber-sumber bahan dari didaktik ini antara lain: (a) filsafat pendidikan; (b)ilmu
pendidikan; (c) psikologi perkembangan; (d) psikologi perkembangan; (e) administrasi
pendidikan; (f) sosiologi; (g) antropologi budaya; (h)ilmu manajeman; (i) ilmu hukum; (j)
penelitian dan statistic.

2. Bab II Belajar dan Teori Belajar

Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan memulai pengalaman


(learning is define as the modification or strengthening of behaviour thourgh
experiencing). Sejalan dengan hal ini, belajar juga diartikan sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan suatu
tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-
langkah atau prosesdur yang harus ditempuh. Belajar dengan jalan mengalami, pengalaman

14
adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang
merupakan suatu kesatuan disekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu
dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid. Pengalaman pribadi adalah pengalaman
yang dialami oleh perorangan,sifatnya tidak sistematisdan subjektif. Disebut dengan
pengalaman bangsa jika bersifat objektif dan tersusun sitematis. Bukti bahwa sesorang
telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku ornag tersebut. Tingkah laku memiliki
unsur subjektif yaitu unsur rohaniah, dn unsur motoris yaitu unsur jasmaniah.

Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional. Faktor-


faktor itu diantaranya dalah: faktor kegiatan; belajar memerlukan latihan; belajar siswa
lebih berhasil; siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya; faktor asosiasi; pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perannya dalam proses belajar; faktor
kesiapan belajar; faktor minat dan usaha; faktor-faktor fisiologis, dan faktor-faktor
intelegensi. Hasil belajar siswa dalam belajar harus dapat dilaksanakan dalam aituasi diluar
sekolah. Tentang transfer hasil belajar terdapat tiga teori yaitu seagai berikut:

a. Teori disipilin formal (the formal discipline theory). Menyatakan bahwa ingatan,
sikap, pertimbangan, imajinasi dan sebagainya dapat diperkuat melalui latihan-
latihan akademik.
b. Teoriunsur-unsur yang identik (the identical elements theory). Menyatakan hwa
transfer terjadi apabila diantara dua situasi, atau dua kegiatan terdapat unsur-unsur
yang bersamaan (identik).
c. Teori generalisasi (the generalization theory). Menekankan pada kompleksitas dari
apa yang dipelajari.

Dalam sejarah perkembangan psikologi, terdapat teori yang berhubungan dengan


teori belajar yakni:

a. Teori psikologi kalsik tentang belajar, menurut teori ini manusia terdiri atas
jiwa (mind), dan badan (body) atau zat (matter)
b. Teori psikologi daya (faculity psychology) dan belajar, menurut teori ini, jiwa
manusoa terdiri dariberbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan,
dan sebagainya. Dimanasetiap daya memiliki fungsi sendiri-sendiri.

15
c. Teori mental state, teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang
dikembanhkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusa terdiri dari
kesan/tanggapan yang masuk melalui pengindaraan.
d. Teori psikologi behaviorisme dan belajar
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia, timbunya aliran ini
disebabkan rasa tidak puas terhadap teory psikologi daya dan teori mental state.
Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi
kesadaran saja.
e. Teori connectionism dan hokum-hukum belajar, teori ini mempunyai doktrin
pokok, yakni hubungan antara stimulus dengan respond an asosiasi-asosiasi
dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat.
f. Teori psikologi Gelstat tentang belajar, menurut aliran ini jiwa manusia adalah
suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari
bagian-bagian atau unsut-unsur. Unsure-unsur itu berada dalam keseluruhan
menurut struktur yang telah tertentu dam saling berinteraksi satu denganyang
lain.
g. Teori psikologi field theory tentang belajar. Bahwa belajar dimulai dari suatu
keseluruhan; keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian dan bagian
terjadi dalam suatu keseluruhan.

3. Bab III Mengajar dan Pengajaran

Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau murid di


sekolah. kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang bersikap pada mata
pelajaran yang disebut formal atau tradisional. Implikasi dari teoritersebut antara lain: (1)
pengajaran dipandang sebagai persiapan hidup; (2) pengajaran adalah suatu proses
penyampaian; (3) penguasaan pengetahuan adalah tujuan utama; (4) guru dianggap yang
paling berkuasa; (5) murid selalu bertindak sebagai penerima; (4) pengajaran hanya
berlangsung didalam kelas. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasi dari rumusan ini antara lain: (1)
pendidikan bertujuan membentuk manusa berbudaya; (2) pengajaran berarti suatu proses
pewarisan; (3) bahan pengajaran bersumber dari kebudayaan; (4) siswa adalah generasi
muda sebagai ahli waris; Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.implikasi dari rumusan ini adalah (1) pendidikan
16
bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa; (2) kegiatan pengajaran
adalah dalam mengorganisasikan lingkungan; (3) siswa dipandang sebagai suatu
organisme yang hidup;

a. Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
b. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang
baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. Implikasi dari rumusan ini adalah (1)
tujuan pendidikan; (2) pendidikan berlangsung dalam suasana kerja; (3) anak
dipandang sebagai calon warga Negara yang memiliki poteni untuk bekerja; (4)
guru sebagai pimpinan dan pemimpin bengkel kerja
c. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.implikasi dari rumusan ini adalah (1) tujuan pendidikan mempersiapkan
siswa untuk hidup dalam masyarakatnya; (2) kegiatan pengajaran berlangsung
dalam hubungan sekolah dan masyarakat; (3) anak-anak bekerja secara aktif; (3)
tugas guru lainnya adalah sebagai sebagai komunikator.

Pandangan tentang istilah pengajaran terus-menerus berkembang dan mengalami


kemajuan. Tingkat kemajuan itu dapat kita lihat dalam uraian berikut:

a. Pengajaran maksudnya sama dengan kegiatan mengajar


b. Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar
c. Pengajaran sebagai suatu system
d. Pengajaran identik dengan pendidikan.

Pengajaran disekolah terus-menerus berkembang mulai dari pengajaran lama atau


tradisional menjadi pengajaran baru yang menggunakan prinsip-prinsip pengajaran yang
baru, siswa yang belajar, menghormati individu siswa, perkembangan pribadi, metode dan
teknik mengajar yang baru, konsep tentang disiplin, pengukuran dan evlaluasi, dan
penggunaan alat-alat audio visual.

4. Bab IV Pengembangan Kurikulum

Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan


(sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan

17
tujuan pendidikan yang telah diterapkan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
penyusunan kurikulum adalah tujuan pendidikan nasional, tahap perkembangan peserta
didik, kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian dan kesesuaian dengan jenis dan jenjang
suatu pendidikan. Sedangkan faktor penting yang mesti diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum adalah filsafat pendidikan, masyarakat, siswa dan proses belajar, dan bentuk-
bentuk kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari berbagai bentuk, dan masing-masing
memiliki cirri tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)


Contoh: sejarah, ilmu bumi, ilmu pasti, bahasa Indonesia,
b. Mata pelajaran-mata pelajaran berkorelasi (correlated)
Dilakukan dengan usaha mengurangi kelemahan dan pemisahan mata pelajaran.
c. Broad field
Beberapa jenis mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama dikolaborasikan
dalam satu bidang yang luas, contoh: broad field bahasa yang meliputi bercerita,
mengarang dan berbicara.
d. Program yang berpusat pada siswa (child centered program)
Orientasi baru dimana kurikulum menitikberatkan kepada kegiatan-kegiatan siswa,
bukan pada mata pelajaran.
e. Core program
Merupakan suatu program inti, berupa suatu unit atau masalah. Keberhasilan dari
program ini bergantung pada banyak faktor, terutama faktor guru.
f. Elecic program
Merupakan suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum
yang berpusat pada mata pelajaran dan yang berpusat pada siswa.

5. Bab V Tujuan Pendidikan dan Pengajaran

Tujuan memiliki nilai yang sangat penting dalam pengajaran, bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan merupakan faktor yang terpenting dalam proses pengajaran. Nilai
dalam tujuan pengajaran antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan mengajarkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam
proses pengajaran.

18
b. Tujuan pendidikan adalah memberi motivas kepada guru dan siswa.
c. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka
memilih dan memnentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan egi
siswa.
d. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat
peraga pendidikan yang akan digunakan.
e. Tujuan pendidikan penting dalam memnentukan alat/teknik penilaian guru terhadap
hasil belajar siswa.

Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibagi menjadi empat tingkatan/jenjang


sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingktan
tersebut adalah: tujuan pendidikan nasional, tujuan lembaga pendidikan, tujuan mata
pelajaran, dan tujuan mengajar dan mengajar. Berbeda dengan pendapat Thompson
tingakatan pembagiannya antara lain sebagai berikut: tujuan masyarakat yang lebih luas
dan tujuan umum, tujuan masyarakat yang lebih khusus atau tujuan dari kelompok-
kelompok sosial tertentu, tujuan guru, dan tujuan siswa. Tujuan menajar adalah tujuan
yang bersifat operasional. Tujuan dalam waktu yang singkat dapat tercapai, yakni setelah
selesai jam pelajaran tertentu. Tujuan mengajar harus memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Tujuan itu bertitik tolak dari perubahan tingkah laku siswa


b. Tujuan harus dirumuskan sekhusus mungkin
c. Tujuan dirumuskan secara sederhana, singkat, tetapi jelas agar mudah dipahami.
d. Tujuan itu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, yakni sehabis jam pelajaran.
e. Perumusan tujuan jangan disatukan dengan kegiatan mencapai tujuan.

6. Bab VI Peserta Didik (Siswa)


1. Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa ialah
a. Pertumbuhan, yaitu pertambahan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang
umumnya ditandai dengan perubahan-perubahan biologis pada diri seseorang menuju
kematangan
b. Kematangan dan muturasi, yaitu kematangan adalah tingkat atau keadaan yang harus
dicapai dalam proses perkembangan perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagai
mana mestinya pada bermacam-macam tingkat pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan
emosional.

19
c. Perkembangan, yakni perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi yang
besifat keseluruhan misalnya perkembangan intelektual, emosional, spiritual adalah
hubungan satu sama lain.
d. Perkembangan normal, ditinjau dari dua segi yakni: perkembangan moral dilihat dari
segi pola perkembangan individu siswa dan perkembangan normal dilihat dari segi usia
kronologis.

2. Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan

Belajar ialah mengalami, menunjukkan adanya perubahan kelakuan dan sikap,


kesiapan untuk sesuatu tugas belajar ditantukan oleh pertumbuhan siswa secara
keseluruhan, individu berbuat sebagai suatu keseluruhan, kesiapan untuk sesuatu tugas
belajar ditentukan oleh pertumbuhan siswa secara keseluruhan, tiap-tipa komponen (sifat)
menal, fisik, sosial, emosional perkembangan dengan rute yang berlainan, setiap siswa
mwmiliki keunikan dalam pola pengembangannya, siswa akan menyerap pengaruh
lingkungan untuk memperoeh kesiapan dan pengalaman, para siswa ada kesamaan dalam
banyak hal.

3. Tentang kebutuhan-kebutuhan murid

Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan murid


(pemuda) antara lain:

a) Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sebagai berikut:


1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis: bahan-bahan dan keadaan yang
esensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual.
2) Kebutuhan-kebutuhan sosial atau status: menerima dan diterima, dan
menyukai orang lain.
3) Kebutuhan-kebutuhan ego atauintegratif: kontak dengan kenyataan,
simbolisasi progresif, menambah kematangan diri sendiri, keseimbangan
antara berhasil dan gaga, menentukan individualitasnya sendiri.
b) Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologi akan timbul ini
terpenuhi, diantarany adalah:
1) Kebutuhan akan keselamatan (safe needs)

20
2) Kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and love needs)
3) Kebutuhan akan penghargaan (asteem needs)
4) Kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing needs).

4. Kebutuhan murid dan fungsi sekolah

Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi memenuhi/memuaskan kebutuhan-


kebutuhan murid. Harapan-harapan murid terhadap pendidikan sekolah adalah belajar dan
sukses di sekolah, pertumbuhandan perkembangan kesehatan dan kemanusiaan,
kemampuan sosial, hubungan antara laki-laki dan perempuan, penyesuaian jabatan,
menemukan filsafat hidup, perkawinan dan kehidupan keluarga, persolan finance,
spending, dan security, pengertian dan perdamaian dunia, waktu senggang,pengertian atas
bangsa sendiri, dan warga negara yang aktif.

Banyak aspek dari pribadi murid yang perlu dikenal, diantaranya adalah latar
belakang masyarakat, latar belakang keluarga, tingkat intelegensi, hasil belajar, kesehatan
badan, hubungan-hubungan antar pribadi, hubungan-hubungan emosional, sifat-sifat
kepribadian, bermacam-macam minat belajar. Cara dan alat mengenal murid, guru dapat
menggunakab bermacam-macam alat seperti: cumulative record, anecdotal record,
percakapan-percakapan dan wawancara informal, observasi, angket, diskusi formal, tes,
projective techniques, sosiometri, konfersi antara orangtua dan guru, dan studi kasus (case
study).

7. Bab VII Tenaga Kependidikan (Guru)

Guru adalah suatu pekerjaan yang mulia dan telah merangsang banyak pemuda
yang berminat terjun kedalamnya. Namun guru bukanlah sembarangan pekerjaan karena
menjadi seorang guru memiliki syarat yaitu memerlukan keahlihan khusus, guru adalah
manusia pancasilais sejati, guru harus memiliki keahlian dalam mengajar, guru harus
memiliki kelakuan yang baik dan terintegrasi, guru harus memiliki mental dan badan yang
sehat, memiliki pemahaman dan wawasan yang luas, guru harus menjadi seorang warga
Negara yang baik, dan guru merupakan pendidikan yang berlangsung seumur hidup.

Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams & Dickey bahwa peran
guru sesungguhnya sangat luas meliputi: guru sebagai pengajar, pembimbing, pemimpin,

21
ilmuwan, sebagai pribadi, penghubung, pembaru dan pembangun. Guru tidak pernah dari
yang namanya tanggung jawab yang meliputi: menuntut murid-murid belajar, membina
kurikulum sekolah, melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan
jasmaniah), member bimbingan kepada murid, melakukan diagnosis atau kesulitan-
kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar, menyelenggarakan
penelitian, mengenal masyarakat dan ikut serta secara aktif, menghayati dan mengamalkan
serta mengamankan pancasila, turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan
bangsa dan perdamaian dunia, turut menyukseskan pembangunan, dan tanggung jawab
meningkatkan peranan professional guru.

8. Bab VIII Perencanaan Pengajaran

Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks, oleh sebab
banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya. Guru yang
baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang
membawa keberhasilan itu ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan belajar
sebelummya. Tahap- tahap perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan permulaan (preliminary planning),


Perencanaan ini sangat diperlukan bagi guru-guru baru dan guru yang baru
memulai tugasnya di suatu sekolah.
b. Perencanaan tahunan.
Berfungsi sebagai rencana jangka panjang (general long planing) untuk sekolah.
Disusun berdasarkan kurikulum course of studies yang memberikan bahan-
bahan pengetahuan tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi
murid pada setiap kelas.
c. Perencanaan untuk hari pertama
Perencanaan ini dibuat agar guru dapat menghadapi hari pertama dari tugasnya
secara efektif dan menimbulkan kesan.
d. Perencanaan terus-menerus
Perencanaan ini bersifat fleksibel, artinya setiap saat apabila perlu dapat
dirubah, dilengkapi atau dikurangi.
e. Perencanaan bersama
Menjadi tanggung jawab bersama dari semua guru, kepala sekolah, penilik dan
pengawas. Mereka bersama-sama di dalam suatu kelompok kerja menyusun

22
suatu renana yang luas yang dapat menjadi pegangan atau pedoman bagi semua
guru (resource unit).
f. Mengikutsertakan murid dalam perencanaan
g. Perencanaan jangka panjang
Merupakan suatu rencana dalam rangka melaksanakan rencana permulaan yang
bersifat umum. Rencana umum tersebut pada hakikatnya hanya berisi saran-
saran tentang kegiatan-kegiatan dan sumber-sumber bahan.
h. Perencanaan pengajaran unit.
i. Perencanaa harian dan mingguan
Merupakansuatu rencana pengajaran yang disusun untuk selama satu minggu,
dimana didalamnya berisi rencana harian untuk setiap mata pelajaran.
j. Rencana kerja harian
Terdiri atas dua kegiatan, yaitu resitas dan directed study yang saling
berhubungan dengan tujuan unit dan tujuan pembelajaran.

9. Bab IX Evaluasi Pengajaran


Evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu system instruksional. Karena itu,
penialaian mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pokok sebagai
berikut
a. Fungsi edukatif, bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan
system dan/atau salah satu substansi pendidikan
b. Funngsi institusional, berfungsi mengumpulkan informasi akurat tentang input
dan output pembelajran disamping proses pembelajaran itu sendiri.
c. Fungsi diagnostic, berfungsi untuk mengetahui kesulitan masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa dalam poses pembelajaran .
d. Fungsi administrative, menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa, yang
pada gilirannya berguna untuk memberikan sertifikasi untuk melanjutkan studi
lebih lanjut.
e. Fungsi kurikuler,, menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya
guna bagipengembangan kurikulum.
f. Fungsi manajemen, bagian integral dalam system manajemen, hasil evaluasi
belajar berdaya guna sebagai bahan bagi pemimpin untuk membuat keputusan
manajemen pada semua jenjang menajemen.

23
Penentuan teknik evaluasi bergantung pada jenis informasi yang diharapkan,
apakah mengenai hasil perubahan tingkah laku (KAP) atau tentang operasi pelaksanaan
system instruksional. Itu sebabnya disarankan menggunakan suatu system tenkik evaluasi.
Sumber-sumber informasi meliputi: (1) hasil dan assessment terhadap siswa; (2) kuesioner
dan wawancara bagi siswa (likert scales, semantic differential technique, objectives rating,
komentar siswa dan wawancara); (3) observasi terhadap pelaksanaan system instruksional;
(3) observasi terhadap pelaksanaan system instruksional; (4) umpan balik dari staf pengajar
yng langsung terlibat dalam system instruksional; (5) umpan balikan dari orang-orang yang
berkaitan tak langsung dengan system instruksional.

10. Bab X Pengajaran Berbasis Motivasi


Motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi)seseorang yang ditamdai
dengan timbilnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki dua
komponen yaitu komponen dalam (inner component), merupakan perubahan dalam diri
seseorang, keadaan merasa tidakpuas dan ketegangan psikologi. Dan komponen luar (outer
component) yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya.
Fungsi dari motivasi antara lain adalah: Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan, Sebagai pengarahan, dan sebagai penggerak.
Motivasidibagi menjadi dua jenis: (1) motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang
tercakup dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan murid-murid, dan
berasal dari diri sendiri sering disebut mitivasi murni; (2) motivasi instrinsik, yaitu bersifat
riil dan motivasi sesungguhnya, disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
sering disebut sound motivation. Sebagai seorang guru dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa dengan cara: member angka, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan,
tujuan dan level of aspiration, penilaian, sarkasme, karya wisata dan ekskursi, film
pendidikan dan belajar melalui perkembangan teknologi yang ada.

11. Bab XI Pengajaran Berbasis Aktivitas

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang
serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem
penuangan lebih mudah pelaksanannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan;
guru cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Disisi lain,
siswa hanya bertugas menerima dan menelan mereka diam dan bersikap pasif atau tidak

24
aktif. Penggunaan aktivitas dalam pengajaran a) sekolah tradisional menggunakan asas ini
dalam bentuk mendengarkan, menulis, dan oral dalam hal-hal yang sangat terbatas dan
sekolah Maria Montessori, menggunakan asas ini dalam kegiatan bermain dan mengenal
benda-benda.

12. Bab XII Pengajaran Berbasisi Perbedaab Individual

Pengajaran tradisional menitikberatkan pada pengajaran klasikal. Guru mengajarkan


bahan yang sama dengan metode yang sama dengan penilaian yang sama kepada semua
siswa, dan dianggap akan menghasilkan hasil yang sama bagi semua siswa. Sekolah-
sekolah modern berpandangan sebaliknya. Mereka menganggap mustahil, kendatipun guru
mengajar suatu kelas namun yang melakukan belajar adalah individu-individu itu sendiri.
Cara melayani perbedaan individual yaitu: Akselerasi dalam program tambahan;
Pengajaran individual; Pengajaran unit; Kelas khusus bagi siswa yang cerdas; Kelas
remedi bagi para siswa yang lamban.

13. Bab XII Pengajaran Berbasis Lingkungan

Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antar individu dan lingkungan.
Lingkungan menyediakan rangsangan( stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respon terhadap lingkungan.Lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah
faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar
yang penting. Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk
pengajaran yang memadukan antar sekolah dengan masyarakat dengan cara membawa
sekolah kedalam masyarakat dan membawa masyarakat kedalam sekolah guna mencapai
tujuan pengajaran/pendidikan yang telah ditetapkan.

Model pengajaran berpusata pada masyarakat memberdayakan secara optimal


semua sumber masyarakat untuk kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara
keseluruhan memiliki bernagai dimensi seperti keluarga, pendidikan, tenologi, ekonomi,
politik, rekreasi, budaya, sosial, dan dimensi kehidupan lainnya. Dimensi-dimensi tersebut
masing-masing mengandung aspek-aspek manusiawi, kelembagaan,sistem kehidupan,
metode kerja, dan kondisi situasi dengan karakteristiknya tersendiri.

14. Bab XIV Pusat Belajar Modular

Suatu pusat belajara modular dikelas dapat ditentukan sebagai wahana yang
menyediakan pengalaman yang bersifat self contained dan self directed dimana para siswa
berinteraksi dengan materian dan memperolrh balikan langsung tentang belajar tersebut.
Pelaksanaan pusat belajar modular secara efektif berdasaran 3 prisip, yakni: (1) guru yang
bebas, (2) motivasi instrinsik, (3) balikan yang kontiniu.

Pengembangan suatu pusat belajar modular yaitu:

25
1. Tentukan apakah anda akan mengembangkan suatu pusat motivasi, suatu pusat
konsep, atau suatu pusat proses.
2. Mengembangkan tujuan pusat belajar.
3. Tentukan hambatan-hambatan yang mungkin ada sehubungan deengan tujuan
tersebut.
4. Meleksanakan penilaian terhadap pengetahuan para siswa yang terkait dengan
tujuan.
5. Menyusun daftar kegiatan sehubungan dengan tujuan dan material yang diperlukan
barkaitan dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
6. Merencanakan evaluasi untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pusat oleh
siswa.

15. Bab XV Pengajaran Berdasarkan Pengalaman

Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa dengan suatu alternatif


pengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya
metode ceramah. Strategi pengajaran ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Cara ini
mengarahkan para siswa kedalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung kedalam
suatu situasi pemecahan masalah/daerah mata pelajaran tertentu.

Pelaksanan teknik pengajaran berdasarkan pengalaman

a. Guru merumuskan secara saksama suatu rencana pengalaman belajar yang


bersifat terbuka.
b. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pemgalaman.
c. Siswa dapat bekerja secara individual/ bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil/ keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
d. Para siswa ditempatkan di dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah,
bukan dalam situasi pengganti.
e. Siswa aktif berpartisipasi didalam pengalaman yang tersedia.
f. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan
dengan mate pelajaran tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru
melaksanakan pertemuan yang membahas bermacam-macam pengalaman
tersebut.

16. Bab XVI Pengajaran Bedasarkan Inkuiri

Pengajaran Inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus
menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya. Dalam Inkuiri,
seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan, melakukan eksperimen, dan mampu
melakukan proses mental berinkuiri adalah sebagai berikut.

26
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.
b. Merumuskan masalah-masalah
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis
d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen
e. Melaksanakan eksperimen
f. Mensisntesiskan pengetahuan
g. Memiliki sikap ilmiah.

Inkuiri berorientasi diskoveri menunjukkan pada situasi-situasi akademik dimana


kelompok-kelompok kecil siswa berupaya menemukan jawaban-jawaban atas topik-topik
inkuiri. Dalam situasi-situasi tersebut para siswa dapat menemukan konsep atau rincian
informasi. Para guru dalam pelaksanaan strategi inkuiri ini adalah sebagai konselor,
pembina, dan pengarah. Guru harus senantiasa siap memberikan bantuan kepada kelompok
dalam melaksanaan interaksi, mengungkapkan argumentasi, mengumpulkan bukti, dan
mengarahkan diskusi. Guru tidak melakukan atau memimpin kelompok dalam pertemuan-
pertemuan inkuiri, kecuali pada waktu pertemuan pendahulaun.

17. Bab XII Pengajaran Advokasi

Dalam rangka belajar advokasi, para siswa berpartisipasi dalam suatu debat antara
dua regu, yang masing-masing terdiri dari dua orang siswa. Namun gur dapat membuat
keputusan lain, misalnya ada suatu topik yag dianggap penting, guru menunjuk 4 orang
siswa untuk menyajikan debat dalam kelas tersebut. Dalam proses debat terdapat dua regu,
yakni regu yang mendukung suati kebijakan, dan regu lawannya adalah regu oposisi (
negatif). Masing-masing regu menyampaikan pendapatnya disertai dengan argumentasi,
bukti dan berbagai landasan, serta menunjukkan bahwa pandangan pihak lawannya
memiliki kelemahan sedangkan pandangan regunya sendiri ialah yang terbaik. Setiap regu
bertanggung jawab secara menyeluruh atas posisi regunya. Tanggung jawab berikutnya
adalah menyajikan Prima Fasie Case bagi posisi mereka.

Prima Fasia Case ini pada gilirannya merangsang kegiatan debat selanjutnya, jika
tidak maka berarti kelompok negatif dianggap menang dan debat berhenti. Pada waktu
menyampaikan Prima Fasie Case, pendukung perlu mengisolasikan isu-isu,
merumuskannya menjadi masalah yang dipertentangkan, dan kemudian mensubstansikan
masalah tersebut dengan bukti dan logika. Bila tidak ada kebutuhan untuk berubah, suatu
kebutuhan untuk berubah tetapi tidak ada metode untuk memecahkannya akan
menghasilkan kerugian yang sangat banyak dibandingkan dengan keuntungan, berarti tidak
ada kebutuhan untuk memperdebatkan proposisi.

27
18. Bab XVIII Pengajaran Dengan Bantuan Komputer

Pemberdayaan teknologi dalam pengajaran merupakan pemberdayaan unsur


kekuatan luar yang mengakibatkan materi pengajaran, bukan ditentukan berdasarkan
keputusan kurikuler, melainkan keputusan bergantung pada guru. Jenis teknologi yang
digunakan dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual dan komputer. Media-media
tersebut paling efektif penggunaannya dalam pengajaran sebagai penunjang tujuan
instruksional khusus, baik tujuan kognitif maupun tujuan afektif. Sumber-sumber
audiovisual tersebut dipilih oleh guru tentunya tergantung pada dana yang tersedia, adanya
sumber-sumber setempat, dan kebutuhan pembelajaran para siswa sesuai dengan urutan
instruksional. Komputer menjadi suatu teknologi penting dalam masyarakat, karena
banyak digunakan dalam kegiatan bisnis, disekolah, dan dirumah. Pengajaran dasar-dasar
pemrograman dan pemecahan masalah dengan komputer adalah perluasan daripada
Computer Literacy. Proses ini bermanfaat karena untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis, logis, dan memecahkan masalah. Pengajaran yang diatur komputer
menunjuk pada perangkat lunak yang menjamin kemajuan siswa dalam uraian
instruksional yang terencana. Program ini mengukur keterampilan dan mencatat skor siswa
serta mengkorelasinya dengan para siswa lainnya.

28
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku

Belajar menurut buku utama yang ditulis oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:7)
adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sedangkan belajar menurut buku
pembanding yang ditulis oleh Hamalik (2008: 27) adalah suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses ataupun suatu kegiatan yang
mengubah tindakan dan perilaku setiap individu.

Kurikulum menurut buku utama yang ditulis oleh Dimyati dan Mudjiono
(2006:268) adalah wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan
dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan kurikulum menurut buku
pembanding yang ditulis oleh Hamalik (2008:1) suatu perencanaan yang menyeluruh
yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan
kesempatan secara luas bagi siswa. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu perencanaan yang menyeluruh yang
mencakup kegiatan dan pengalaman untuk mendukung proses belajar/mengajar
sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan
sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.

Motivasi menurut buku utama yang ditulis oleh Dimyati dan Mudjiono
(2006:80) adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Sedangkan motivasi menurut buku pembanding
yang ditulis oleh Hamalik (2008:158)merupakan perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan dan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar.

29
B. Kelebihan dan Kekurangan

1. Buku Utama

a. Kelebihan

1) Dilihat dari aspek tampilan buku, buku utama yang ditulis oleh Dr.
Dimyati dan Drs. Mudjiona, judul buku yang tercantum pada sampul
dapat dengan jelas di lihat oleh pembaca, dan gambar yang di
cantumkan pada sampul sesuai dengan isi buku mengenai
pembelajaran dan belajar.

2) Dari aspek layout, tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
pada buku utama penggunaan font jelas, terdapat penulisan huruf
miring pada kata asing dan juga tata letak penulisan sangat terstruktur.

3) Dari aspek isi buku, pada buku utama isi pembahasan materi yang
dijelaskan oleh penulis tidak rancu dengan perikop atau judul yang
dibahas dan penulis juga mencantumkan sumber dari kajian materi isi
buku tersebut.

4) Dari aspek tata bahasa, buku tersebut menggunakan bahasa baku dan
mudah untuk dipahami serta dimengerti oleh pembaca.

b. Kekurangan

1) Dilihat dari aspek tampilan buku, buku utama yang ditulis oleh Dr.
Dimyati dan Drs. Mudjiona, memilikirona sampul yang gelap sehingga
gambar yang tercantum pada gambar terlihat samar-samar.

2) Dari aspek isi materi yang disampaikan terlalu banyak dan banyak
kalimat yang bertele-tele sehingga membuat bosan pembaca.

3) Dlihat dari aspek tata bahasa, buku tersebut meskipun penggunaan


bahasa pada buku ini sudah dikatakan cukup baik, akan tetapi masih
saja ada bagian atau kata istilah yang kurang dimengerti pembaca yang
dapat menyulitkan pembaca memahami maksud tulisan tersebut.

30
2. Buku pembanding

a. Kelebihan

1) Dari aspek tampilan buku, buku pembanding yang ditulis oleh Prof. Dr.
Oemar Hamalik memiliki tulisan judul buku yang jelas terlihat dan
penggunaan warna tidak mempengaruhi objek lain yang terdapat pada
buku.

2) Dari aspek layout, tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
pada buku pembanding ini menggunaan font jelas, terdapat penulisan
huruf miring pada kata asing dan juga tata letak penulisan sangat
terstruktur.

3) Dari aspek isi buku materi yang disampaikan jelas, lengkap, serta
materi yang disampaikan saling berkaitan dan sesuai dengan judul
buku.

4) Dari aspek bahasa, penggunaan bahasa baku namun mudah untuk


dipahami pembaca.

b. Kekurangan

1) Dari aspek tampilan buku, buku pembanding yang ditulis oleh Prof. Dr.
Oemar Hamalik, tidak mencantumkan gambar sehingga kita tidak
langsung dapat mengetahui apa kajian dari buku tersebut.

2) Pada tata bahasa, walaupun mudah untuk dipahami pembaca, namun


terdapat kata istilah yang sulit untuk dimengerti pembaca.

3) Dari aspek layout, tata letak serta tata tulis pada buku pembanding
tersebut pada penomoran telah sesuai dengan tata ejaan yang berlaku
namun karena terlalu banyak penomoran-penomoran yang digunakan
sehingga pembaca sulit mengenali penomoran sub-sub bab berapa
yang dibaca.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari.


Perkembangan dialami dan dihayati oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan
merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut, pendidik bertindak
mendidik peserta didik. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa
menjadi mandiri. Untuk dapat menjadi mandiri siswa harus belajar. Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami
oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar
tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

B. Saran

Sebagai seorang pendidik kita perlu mempelajari atau memahami lebih dalam
mengenai pembelajaran yang akan kita terapkan kepada peserta didik kita supaya
proses belajar mengajar yang kita terapkan dapat berjalan efektif dan efisien.
Makalah Critical Book Report ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca agar dapat memperbaiki
penulisan makalah Critical Book Review berikutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. BUMI AKSARA

33

Anda mungkin juga menyukai