Anda di halaman 1dari 23

Critical Journal Review

Mk. Pendidikan Pancasila

Prodi S1 Pgsd-Fip

Skor Nilai :

Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

&

Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Melalui


Metode Role Playing di Kelas IV Sekolah Dasar

NAMA :WULAN TAHNIA SARI

NIM : 1193311108

KELAS : I EKSTENSI 2019

DOSEN PENGAMPU : MARYATUN KABATIAH, S.PD., M.PD

MATKUL : PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmad,taufik,hidayah serta inayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan Critical Journal Review sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan,bimbingan dan


arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kami ini mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan Pancasila” yang telah
membimbing kami membuat laporan Critical Journal Review ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Critical Journal Review ini masih memiliki
banyak kesalahan baik dalam segi bahasa maupun susunan penulisannya.Oleh karna itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan untuk langkah-
langkah selanjutnya.Kami berharap semoga kita semua dapat memahami kritik jurnal ini
dengan baik.

Tanjungbalai, 06 April 2021

Wulan Tahnia Sari


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
Bab I : Ringkasan ………………………………………………………………..
A. Pendahuluan................................................................................................... 4
Bab II Ringkasan Jurnal......................................................................................... 5
a. Identitas Jurnal......................................................................................... 5
b. Ringkasan Jurnal...................................................................................... 5
Bab III Pembahasan................................................................................................ 8
A. Jurnal Utama
a. Kerelevansian topik jurnal........................................................... 8
b. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan............... 8
c. Pemilihan serta cakupan kajian teori........................................... 8
d. Metodologi penelitian yang digunakan........................................ 8
e. Kerangka berfikir penulis pada bagian pembahasan................... 9
f. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis.............................. 9
g. persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi
penulis journal review terhadap jurnal…………………………
B. Jurnal Pembanding
a. Kerelevansian topik jurnal........................................................... 8
b. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan............... 8
c. Pemilihan serta cakupan kajian teori........................................... 8
d. Metodologi penelitian yang digunakan........................................ 8
e. Kerangka berfikir penulis pada bagian pembahasan................... 9
f. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis.............................. 9
g. persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi
penulis journal review terhadap jurnal…………………………
Bab IV Penutup........................................................................................................ 10
a. Kesimpulan.............................................................................................. 10
b. Saran........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pentingnya Critical Jurnal Review


Mengkritik Jurnal merupakan kegiatan mengulas suatu Jurnal agar dapat mengetahui dan
memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal. Kritik Jurnal sangat penting karena dapat
melatih kemampuan kita dalam menganalisis dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan
peneliti. Sehingga menjadi masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Sering
kali kita bingung memilih referensi jurnal untuk kita baca dan kita pahami. Terkadang kita
memilih satu jurnal, namun tidak lengkap dan kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari
segi analisis bahasa, pembahasan tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan dan Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di Kelas IV Sekolah Dasar”
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Jurnal Review ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih referensi jurnal, terkhusus pada pokok bahasan tentang “Role
Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan dan Menigkatkan
Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di
Kelas IV Sekolah Dasar” dan memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kelebihan
dan kekurangan jurnal yang dipilih.

B. Tujuan Penulisan Critical Jurnal Review


Tujuan diadakannya penulisan Critical Jurnal Review ini adalah Sebagai salah satu
referensi ilmu yang bermanfaat seperti menumbuhkembangkan wawasan dan pengetahuan
tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan dan
Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Melalui Metode
Role Playing di Kelas IV Sekolah Dasar”. Selain itu, menambah wawasan penulis maupun
pembaca dalam mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu jurnal, menjadi bahan
pertimbangan dan juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata Pendidikan Pancasila.

C. Manfaat Critical Jurnal Review


Manfaat yang ingin dicapai dalam penyusunan Critical Jurnal Review ini adalah untuk
mengajak pembacan lebih memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dari jurnal utama
yang berjudul “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan dan Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila.” dan jurnal
pembanding yang berjudul “Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di Kelas IV
Sekolah Dasar”.
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal

Jurnal Utama

a) Judul : Role Playing dalam Pembelajaran Pendidikan


Pancasila Dan Kewarganegaraan
b) Penulis : T Heru Nurgiansah, Hendri, dkk.
c) Nama Jurnal : Jurnal Kewarganegaaraan
d) Penerbit :-
e) Tahun Terbit : 2021
f) ISSN : 2745-6919
g) Volume & Halaman : 18 & 57- 64

Jurnal Pembanding

a) Judul : Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan


Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di
Kelas Iv Sekolah Dasar
b) Penulis : Rossi Iskandar dan Reza Rachmadtullah
c) Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
d) Penerbit : Universitas Trilogi, Jakarta
e) Tahun Terbit : 2017
f) ISSN : 2549-0591
g) Volume & Halaman : 1 & 135-144
B. Ringkasan Jurnal

Jurnal Utama

A. Pendahuluan

Banyak masalah yang dihadapi siswa di kelas, seperti kehilangan motivasi belajar
dikarenakan tidak menyukai mata pelajaran tertentu, rendahnya partisipasi di kelas karena
tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sampai jebloknya prestasi
akademik siswa yang dipengaruhi rasa malas belajar dan membaca. Motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku (Wibawa & Suarjana, 2019).

Pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan bakat dan minat siswa sehingga siswa
akan antusias terhadap semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah (Setiawan, 2014).
Terlebih pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan yang isi materinya
banyak dan menimbulkan rasa bosan. Tantangan dunia pendidikan saat ini yaitu menerapkan
sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh pihak, baik guru, siswa, maupun
pemerintah (Gani, 2018). Dengan begitu, permasalahan pendidikan menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

Persoalan-persoalan yang dihadapi siswa di kelas harus menjadi fokus utama seorang
guru agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan jalan keluar yang tepat, cepat dan
efisien yang salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing
atau bermain peran. Metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah
satu bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara
spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan
berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.

Metode bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran, di mana subjek


diminta untuk berpura-pura menjadi seseorang dengan profesi tertentu yang digeluti orang
tersebut. Selain itu, subjek juga diminta untuk berpikir seperti orang tersebut agar dia dapat
mempelajari tentang bagaimana menjadi seseorang dengan profesi tersebut. Dalam penelitian
ini, siswa akan berperan sebagai aparat penegak hukum yang terdiri dari kepolisian,
kejaksaan, hakim, pengacara, pelaku dan korban.
Dari berbagai peran tersebut terdapat pada materi sistem hukum dan peradilan.
Penelitian ini selain bertujuan untuk melihat partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar,
juga untuk mengenalkan kepada siswa mengenai aturan hukum yang ada di negara Indonesia.
Pemahaman siswa terhadap hukum perlu ditingkatkan agar menjadi warga negara yang baik,
berpartisipasi dan berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

B. Kajian Teori

Pendidikan seyogyanya diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran (Kusnadi,


Martini, & Nugraha, 2017). Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, guru
dan lingkungan belajar (Hanum, 2020). Tantangan dunia pendidikan saat ini yaitu
menerapkan sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh pihak, baik guru,
siswa, maupun pemerintah (Gani, 2018). Observasi berarti pengamatan secara langsung di
lokasi penelitian (Nurgiansah, 2021b).

Berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran Role Playing tersebut, dapat diketahui


kelebihan dan kekurangannya serta kendala dan solusi agar pembelajaran kedepannya lebih
baik lagi. Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah: (1) siswa memegang
kendali pembelajaran/sangat dominan. (2) materi yang didapat mudah untuk diingat karena
siswa terlibat langsung di dalamnya. (3) mampu menarik minat belajar siswa, partisipasi
siswa, motivasi siswa, dan meningkatkan pemahaman terhadap isi materi.

Meskipun begitu, model ini memiliki kekurangan, diantaranya: (1) memerlukan waktu
yang lama untuk mensimulasikan materi bahkan bisa lebih dari 1 kali pertemuan (2) sangat
mementingkan kreativitas dan daya nalar siswa yang tinggi sehingga mengakibatkan sebagian
siswa menjadi down dan tidak mau terlibat dalam pembelajaran (3) tidak semua materi dan
tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran ini.

Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


dengan model pembelajaran Role Playing, diantaranya: (1) siswa nampak kebingungan
diawal simulasi terutama kelompok 1 dikarenakan ini pertama kalinya siswa menggunakan
model pembelajaran Role Playing. Untuk menghindari kejadian serupa, guru harus selalu
menggunakan beragam model pembelajaran. Guru harus mempertimbangkan agar
menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Niska &
Gregorius, 2013). (2) kelas menjadi gaduh namun tetap kondusif dikarenakan antusiasme
siswa yang terlampau tinggi. Dengan begitu guru diharapkan mampu untuk mengelola kelas
untuk menjaga kondusifitas dalam pembelajaran. (3) tidak cukup waktu untuk kelompok
kedua dikarenakan kelompok pertama melebihi batas waktu yang telah diberikan. Hal ini
wajar terjadi karena pada pelaksanaan pertama kali akan menghabiskan banyak waktu untuk
beradaptasi.

Namun pembaharuan dari artikel ini menunjukan bahwa model pembelajaran Role
Playing ini dapat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tentu
saja disesuaikan dengan materi ajar. Penggunan model dan media pembelajaran dapat
menembus ruang dan waktu yang berarti keluwesan dan fleksibilitas dalam kegiatan belajar
dapat optimal (Nurgiansah, 2019).

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif.


Penelitian dilaksanakan di kelas X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul Yogyakarta yang berjumlah
30 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi dilaksanakan pada saat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berlangsung. Observasi berarti pengamatan secara langsung di lokasi penelitian (Nurgiansah,
2021b). Wawancara dilakukan terhadap guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dan sebagian siswa kelas X. Dokumentasi dilakukan sebagai arsip agar data yang telah
diperoleh tidak hilang maknanya. Penelitian ini dilaksanakan pada materi Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional.

Validasi data dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan langsung di dalam kelas dengan
melakukan pengukuran tingkat partisipasi dan keaktifan siswa sebelum menggunakan model
Role Playing dan sesudahnya. Selain itu, untuk memastikan keberhasilan penelitian, peneliti
mewawancarai guru dan sebagian siswa yang terlibat dalam pembelajaran.

D. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di hari selasa mulai pukul 07.00 s/d 08.30 WIB.
Penelitian dengan penggunaan Role Playing ini dilakukan selama dua kali pertemuan, dimana
pertemuan pertama penyampaian materi dan langkah-langkah model pembelajaran Role
Playing. Dan pertemuan kedua adalah praktek peradilan semu. Pembelajaran pertemuan
pertama berjalan sebagaimana mestinya. Pembelajaran diawali kegiatan apersepsi yang terdiri
dari guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, mengabsen siswa, dan menyampaikan
indikator atau tujuan pembelajaran. Kegiatan tersebut berlangsung selama 10 menit yang
kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti selama 60 menit. Kegiatan inti ini terdiri dari
penyampaian isi materi mengenai sistem hukum dan peradilan nasional, diantaranya
pengertian hukum menurut para ahli, macammacam hukum, lembaga peradilan, dan kasus
pelanggaran hukum. Selepas itu kegiatan penutup selama 20 menit yang diisi dengan tes tulis
untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah disampaikan, dan penjelasan
penggunaan model pembelajaran Role Playing yang akan dipraktekan minggu depan.

Pada pembelajaran pertemuan pertama tersebut, siswa belum terlihat partisipasi dan
motivasinya. Guru masih terlihat mendominasi pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan
dan sesekali bertanya disertai senda gurau. Begitu juga dalam prestasi belajar, siswa masih
banyak yang salah menjawab pertanyaan diakhir pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa
tanpa menggunakan model pembelajaran tertentu, maka permasalahan siswa seperti motivasi,
keaktifan, dan prestasi belajar tidak dapat diselesaikan dengan baik. Berawal dari masalah
tersebut, maka pada pertemuan kedua, siswa akan bermain peran dalam kasus pelanggaran
hukum. Siswa terbagi kedalam menjadi 2 kelompok masing-masing 15 orang dengan
beberapa peran, diantaranya: 3 siswa menjadi hakim, 1 siswa menjadi panitera, 4 siswa
menjadi penyidik kepolisian, 2 orang siswa menjadi saksi, 1 orang tersangka sekaligus
terdakwa, 1 pengacara atau kuasa hukum, 1 jaksa penuntut umum, 1 orang korban serta 1
orang menjadi dokumenter.

Kegiatan dimulai saat korban dianiaya oleh tersangka dan dilihat oleh 4 orang siswa
sebagai saksi, 2 siswa menjadi saksi yang meringankan di pengadilan, dan 2 siswa lagi
menjadi saksi yang memberatkan. Lalu korban melaporkan ke kepolisian yang selanjutnya
menangkap tersangka dan melakukan penyidikan serta memeriksa saksi dan melakukan
rekonstruksi. Setelah berkas lengkap dan siap, tersangka pun menjalani proses persidangan
yang di dalamnya terdapat penyampaian materi ajar yang berkenaan dengan sistem hukum
dan peradilan nasional.

Pelaksanaan pembelajaran pada tahap dua berbeda jauh dengan pelaksanaan


pembelajaran tahap pertama. Kali ini siswa memegang kendali pembelajaran, guru hanya
memantau dan sesekali mengarahkan atau mengklarifikasi materi ajar. Siswa sangat antusias.
Keaktifan dan motivasi belajar siswa meningkat pesat. Begitu juga dengan prestasi belajarnya
pun meningkat. Hal ini dibuktikan dengan evaluasi berupa tes diakhir simulasi persidangan
bahwa sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan, hal ini berbanding terbalik saat
pertemuan pertama saat materi disampaikan secara ceramah oleh guru.
Penelitian mengenai model pembelajaran Role Playing telah banyak dilakukan berbagai
kalangan, baik itu guru dalam Penelitian Tindakan Kelas, maupun oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsinya. Namun pada penelitian ini terdapat pembaruan diantaranya
pembuatan dan penggunaan name tag yang menarik sehingga berhasil menstimulus minat
belajar siswa jauh sebelum melaksanakan praktek. Di masa yang akan datang, peneliti bisa
berimprovisasi lagi misalkan dengan penggunaan seragam sungguhan dan rekonstruksinya
dilakukan di luar ruang kelas dengan kasus yang lebih rumit lagi seperti pencurian kendaraan
roda dua, pembunuhan berencana, atau pencurian dengan pemberatan.

Model Role Playing merupakan model pembelajaran yang digagas untuk menghasilkan
siswa yang turut berpartisipasi secara langsung. Model ini merupakan satu dari sekian banyak
model pembelajaran interaktif. Model ini biasanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia karena art Role Playing ini artinya bermain peran. Permainan peran lebih banyak
digunakan dalam materi drama. Namun pembaharuan dari artikel ini menunjukan bahwa
model pembelajaran Role Playing ini dapat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang tentu saja disesuaikan dengan materi ajar. Penggunan model dan
media pembelajaran dapat menembus ruang dan waktu yang berarti keluwesan dan
fleksibilitas dalam kegiatan belajar dapat optimal (Nurgiansah, 2019).

E. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan

Penggunaan model pembelajaran Role Playing dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila


dan Kewarganegaraan di kelas X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul pada materi Sistem Hukum
dan Peradilan Nasional telah berhasil membuat kegiatan belajar mengajar menjadi menarik
dan atraktif. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme, motivasi, dan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tanpa
menggunakan model pembelajaran Role Playing.

b. Saran
- Kedepan guru diharapkan lebih sering menggunakan beragam model dan media
pembelajaran untuk mengatasi segala persoalan belajar di dalam kelas.
- Peran guru dalam pembelajaran tidak lagi mendominasi sehingga siswa merasa
dilibatkan dalam pembelajaran, dimulai dari pemilihan kasus, pembuatan media
karton, sampai praktik peradilan semu.
Jurnal Pembanding

A. Pendahuluan

Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi seseorang, karena dengan belajar mereka bisa
mengetahui jendela dunia. Belajar sepanjang hayat merupakan semboyan bagi mereka yang
haus akan pengetahuan di setiap masanya. Hasil belajar dikatakan memuaskan apabila peserta
didik mampu mencapai kriteria ketuntasan menimal dari setiap muatan pelajaran sehingga
tujuan pembelajaran akan tercapai. Pernyataan tersebut senada dengan Sujiono
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari
suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.

Sujiono mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang
dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. (Yuliani dan
Bambang, 2010 : 138). Pendapat di atas menekankan kepada tahap pengalaman belajar dalam
kompetensi untuk mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar yang tinggi. Kompetensi
dasar merupakan payung dari kurikulum, dari kompetensi dasar pendidik menurunkan
menjadi indikator sebagai acuan agar tujuan pembelajaran tercapai. Jika pendidik membuat
indikator sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa maka secara otomatis tujuan
pemebelajaran tercapai dan hasil belajar peserta didik meningkat.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengajarkan peserta didik bagaimana


bersikap dan membentuk kepribadian baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu
sarana bagi peserta didik untuk membedakan hal yang baik dan buruk serta membentengi
dirinya dari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Pendidikan pancasila di Indonesia mengajarkan nilainilai moral sehingga tujuan
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah yaitu membentuk
watak peserta didik yang berakhlak serta berpengetahuan tinggi.

Dari penjelasan di atas kata Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki


karakteristik tersendiri dalam proses pembelajaran. Metode bermainperan dipilih untuk
memperbaiki hasil belajar siswa kelas IV dikarenakan metode bermain peran dianggap dapat
menjadikan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi peserta didik,hal ini juga di
katakana menurut Sanjaya (2006:161) adalah metode pembelajaran sebagai bagi an dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa
aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Menurut Maier (2002: 1), metode bermain peran (role playing) merupakan salah satu
metode pembelajaran yang disukai baik oleh peserta didik maupun guru. Hal tersebut
dibuktikan dengan penyataan Maier yang menyatakan bahwa: “Role playing seems to be an
educational tool favored by students and instructors alike. Students or trainees welcome role
playing because this activity brings variations, movement, and most likely, simulated life
experience into the classroom or training session. Teacher, trainers or supervisors favor role
playing as a handy means of enlivening the learning content; inparticular, this method brings
concrete study materials which are more difficult to explain by the way of lecture and
disscussion.”

Pernyataan tersebut yaitu bermain peran terlih at seperti sebuah perangkat pendidikan
yang disukai oleh peserta didik dan instruktur/guru. Peserta didik atau pelatih-pelatih
menerima bermain peran karena aktivitas ini membawa variasi gerakan, dan yang paling
disukai,pengalaman hidup yang disimulasikan dalam ruang kelas atau sesi pelatihan. Guru,
pelatih, atau pengawas menyukai bermain peran sebagai sebuah arti dari menghidupkan isi
dari pembelajaran; khususnya metode ini membawa materi pembelajaran menjadi konkret
ketika yang lebih sulit dijelaskan oleh metode ceramah dan diskusi.

B. Kajian Teori

Belajar diartikan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sebuah
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003 : 2).

Hal di atas didukung dengan pendapat Mayer dalam Charles M. Reigeluth (1999:143)
mengemukakan pengertian belajar telah berkembang dalam tiga pandangan. Pertama, belajar
terjadi ketika peserta didik memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan
respons. Kedua, belajar sebagai penambahan pengetahuan.

Menurut Hail dan Linzey,dala,Atikinson (1997) “reflection and acquisition of student


knowledge in terms of learned materials as well as indication of what competency having
been worked” menjelaskan, refleksi dan akuisisi pengetahuan siswa dari materi yang
diajarkan sebaik indikasi dari apa kompetensi yang telah dikerjakan”. Refleksi merupakan
suatu cara untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. Pendidikan pancasila di Indonesia mengajarkan nilainilai moral sehingga tujuan
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah yaitu membentuk
watak peserta didik yang berakhlak serta berpengetahuan tinggi.

Menurut Minto Rahayu (2009:17) mengatakan hakikat Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan bertujuan membekali dan memantapkan dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar hubungan warga negara Indonesia yang Pancasilais dengan negara dan
sesama warga negara. Dengan kemampuan dasar, diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir kritis,
bersikap rasional, estetis dan dinamis, berpandangan luas, bersikap demokratis dan
berkeadaban.

Metode bermain peran (role playing) memiliki beberapa kelebihan. menurut Zaini
(2008:100) diantaranya yaitu:

(1) bermain peran dapat membandingkan dan mengkontraskan posisi-posisi yang diambil
dalam pokok permasalahan,
(2) menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah,
(3) menjadikan problem yang abstrak menjadi konkret,
(4) melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang langsung dan eksperiensial,
(5) mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dalam cara yang dinamik,
(6) memfasilitasi ekspresi sikap dan perasaan peserta didik,
(7) mengembangkan pemahaman yang empatik,
(8) dan memberikan timbal balik (feedback) yang segera bagi pengajar dan peserta didik.
Langkah-langkah dalam menerapkan metode bermain peran (role playing).
C. Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan yaitu Action Reseach, menggunakan model Kemmis
dan Mc Taggart. Rancangan penelitian yang digunakan sesuai dengan kidah-kaidah
penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk perbaikan hasil
belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganeagraan melalui Metode bermain peran di kelas
IV Sekolah Dasar, melalui pemberian tindakan yang diawali dengan suatu perencanaan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan tindakan di kelas serta refleksi terhadap tindakan dan
perencanaan awal setelah pembelajaran.

D. Pembahasan

Hasil lembar observasi terhadap kinerja guru yang dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut:

Aktivitas Guru Skor Ideal Siklus Siklus


I II
Melakukan Pembelajaran 45 31 35
Mengelola interaksi kelas 30 20 23
Mendemontrasikan kemampuan khusus 30 17 22
Melaksanakan Penilaian 15 9 11
Kesan umum pelaksanaan pembelajaran 20 12 15
Jumlah 140 89 106
Presentase Skor Ideal 64 % 76%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa upaya guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran PPKn melalui metode sebesar 89 dengan prosentase keberhasilan bermain
peran mengalami peningkatan yang signifikan yaitu pada siklus I diperoleh skor 64 %,
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 106 dengan prosentase keberhasilan 76 %
skor ideal sebesar 140 Berarti bahwa kinerja guru dalam menerapkan metode bermain
perandalam kegiatan pembelajaran telah berhasil sesuai dengan harapan.

Berdasarkan hasil penelitian yang di ukur melalui hasil lembar observasi terhadap guru,
dan hasil tes evaluasi pembelajaran tiap siklusnya, maka diketahui pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan menggunakan metode pembelajaran bermain peran dapat
meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Melalui bermain peran (role playing),
para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara
memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik
dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah.
E. Simpulan dan Saran
a. Simpulan

Penerapan metoden pembelajaran bermain peran dilaksanakan secara langsung


mempengaruhi cara berpikir dan anutsiasme siswa mengikuti proses pembelajaran, peran
guru sebagai fasilitator langsung mempengaruhi aktivitas dan efektivitas yang menyebabkan
siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, penilaian dengan menggunakan lembar observasi
secara langsung mempengaruhi keluasan dan kedalaman informasi tentang perkembangan
kemampuan siswa secara menyeluruh setelah pembelajaran.

b. Saran

Guru harus pandai dalam membuat suatu metode pembelajaran atau media pembelajaran,
agar kita dapat menciptakan susana kelas yang aktif dan tidak membosankan. Apa lagi dalam
pembelajaran PPKN, guru harus bisa membuat siswa itu tidak bosan dalam mempelajari
pelajaran PPKN tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN
A. Kerelevansian antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis jurnal
Topik jurnal ini menurut saya sudah relavan dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis jurnal, dimana penulis jurnal ini yaitu bapak T Heru Nurgiansyah, Hendri dan Cep
Miftah Khoerudin. Jadi mengenai mayoritas siswa menganggap mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang membosankan. Isi materi yang
banyak, media dan model pembelajaran yang monoton, sampai kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas disinyalir menjadi penyebabnya yang mengakibatkan motivasi, keaktifan
dan prestasi siswa menjadi kurang. Diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan belajar tersebut, yakni model pembelajaran Role Playing. Dengan
adanya model pembelajaran role playing ini dapat membuat membuat suasana pembelajaran
semakin menarik, aktif, dan berhasil meningkatkan kemampuan akademik siswa khususnya
pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional. Dari salah satu penulis sebagai staf
pengajar di Universitas Pasundan, Jawa Barat, Indonesia dari jurusan Pendidikan pancasila,
posisinya tentu relevan antara bidang keahlian penulis dengan topic jurnal yang diangkatnya.
Dan karya-karya penulis banyak menjelaskan pembelajaran yang berkaitan dengan pancasila
lewat media sosial berbentuk vidio pembelajaran.
B. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan
Didalam jurnal tersebut yang merupakan pokok-pokok argumentasi penulis dalam
pendahuluan yaitu Satu hal yang paling disorot adalah peningkatan kemampuan dan
kompetensi guru. Hal tersebut diantaranya pengelolaan kelas, penyampaian materi ajar, dan
penggunaan model pembelajaran. Guru memiliki multi tugas seperti sebagai pengajar,
pembimbing, dan pelatih. Dari hasil observasi awal di Sekolah Menengah Atas PGRI 1
Kasihan Bantul, didapat fakta bahwa guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan jarang
menggunakan model pembelajaran interaktif karena kebanyakan menggunakan metode
ceramah atau presentasi kelompok. Padahal seorang guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan menggunakan beragam model pembelajaran.
Selain menitikberatkan pada permasalahan guru, yang tak kalah pentingnya adalah
perilaku siswa dalam pembelajaran. Banyak masalah yang dihadapi siswa di kelas, seperti
kehilangan motivasi belajar dikarenakan tidak menyukai mata pelajaran tertentu, rendahnya
partisipasi di kelas karena tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
sampai jebloknya prestasi akademik siswa yang dipengaruhi rasa malas belajar dan membaca.
Persoalan-persoalan yang dihadapi siswa di kelas harus menjadi fokus utama seorang
guru agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan jalan keluar yang tepat, cepat dan
efisien yang salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing
atau bermain peran. Metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah
satu bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara
spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan
berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.
C. Pemilihan serta cakupan kajian teori
D. Metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif.
Penelitian dilaksanakan di kelas X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul Yogyakarta yang berjumlah
30 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi dilaksanakan pada saat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan sebagian siswa kelas X. Dokumentasi dilakukan sebagai arsip agar
data yang telah diperoleh tidak hilang maknanya. Penelitian ini dilaksanakan pada materi
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional. Tahapan penelitian terdiri dari penyampaian materi,
menentukan kasus tindak pidana, dan praktek peradilan semu.
E. Kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan
Jurnal ini membahas tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan” jadi kerangka berfikir penulis yang gunakan yaitu menggunakan
model Role Playing, dengan menggunakan model ini apakah bisa meningkatkan keaktifan
siswa dan membuat suasa belajar yang tidak membosankan dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan Kewarganegaraan?. Maka dari itu si penulis meneliti salah satu sekolah di
Yogyakarta, untuk membuktikan apakah dengan menerapkan model Role Player itu dapat
meningkatkan pembelajaran Pancasila dan kewarganegaraan atau tidak.
F. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi pada penelitian
berikutnya
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Penggunaan model pembelajaran Role Playing
dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas X SMA PGRI 1
Kasihan Bantul pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional telah berhasil membuat
kegiatan belajar mengajar menjadi menarik dan atraktif. Hal ini dibuktikan dengan
antusiasme, motivasi, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Role Playing.
Kedepan guru diharapkan lebih sering menggunakan beragam model dan media pembelajaran
untuk mengatasi segala persoalan belajar di dalam kelas. Peran guru dalam pembelajaran
tidak lagi mendominasi sehingga siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran, dimulai dari
pemilihan kasus, pembuatan media karton, sampai praktik peradilan semu.

G. Persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi penulis journal


review terhadap jurnal.

Jurnal yang dibahas tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan”. Pada jurnal ini telah dicantumkan mulai dari Pendahulan,
Metodologi (jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrument dan teknik
pengumpulan dat, rancangan penelitian, teknik analisis data), Hasil Penelitian, Pembahasan,
Penutup dan Daftar Rujukan.

Kelebihan pada jurnal ini yaitu pada hasil pembahasan yang sangat lengkap dan
menjelaskan semua tentang masalah-masalah apa yang terjadi pada suatu sekolah pada
pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan pada bagian pendahuluan. Namun dibalik itu
adapun kekurangan dari jurnal ini yaitu terlalu sedikit kajian teori dari seorang para ahli yang
dipaparkan pada jurnal ini sehingga membuat pembaca memiliki sedikit wawasan.

Dalam jurnal ini penuliskan menjelaskan hasil dari jurnal ini yang mengatakan bahwa
model Role Playing ini dapat membuat pembelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan ini menjadi pembelajaran yang tidak membosankan, dan membuat siswa
lebih aktif dari sebelum menggunakan model pembelajaran ini.

Jurnal Pembanding

A. Kerelevansian antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian


penulis jurnal
Topik jurnal ini menurut saya sudah relavan dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis jurnal, dimana penulis jurnal ini yaitu bapak Rossi Iskandar dan Reza Rachmadtullah.
Dimana isi jurnal ini membahas tentang menigkatkan hasil belajar pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan melalui metode role playing di kelas IV sekolah dasar.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki karakteristik tersendiri dalam
proses pembelajaran. Metode bermainperan dipilih untuk memperbaiki hasil belajar siswa
kelas IV dikarenakan metode bermain peran atau role Playing dianggap dapat menjadikan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi peserta didik. Penulis sebagai staf pengajar
di Universitas Trilogi dan Universitas Negeri Jakarta jurusan PGSD, posisinya sangat relavan
dengan isi jurnalnya yang mebahas tentang permasalahan dalam pembelajaran pancasila dan
kewarganegaraan di sekolah dasar.
B. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan
Didalam jurnal tersebut yang merupakan pokok-pokok argumentasi penulis dalam
pendahuluan yaitu, belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Proses belajar yaitu
terlihat jika peserta didik paham akan materi yang disampaikan dan mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan. Hasil belajar dikatakan memuaskan apabila peserta didik mampu
mencapai kriteria ketuntasan menimal dari setiap muatan pelajaran sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengajarkan peserta didik bagaimana
bersikap dan membentuk kepribadian baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu
sarana bagi peserta didik untuk membedakan hal yang baik dan buruk serta membentengi
dirinya dari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
C. Pemilihan serta cakupan kajian teori
Pernyataan di atas senada dengan Sujiono mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar. (Yuliani dan Bambang, 2010 : 138).
D. Metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya
Metode Penelitian yang digunakan yaitu Action Reseach, menggunakan model Kemmis
dan Mc Taggart. Rancangan penelitian yang digunakan sesuai dengan kidah-kaidah
penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk perbaikan hasil
belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganeagraan melalui Metode bermain peran di kelas
IV Sekolah Dasar, melalui pemberian tindakan yang diawali dengan suatu perencanaan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan tindakan di kelas serta refleksi terhadap tindakan dan
perencanaan awal setelah pembelajaran.
E. Kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan
Adapun kerangka berfikir penulis yaitu seperti pada jurnal ini menjumpai masalah seperti
adanya penurunan dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran pancasila dan
kewarganegaaran, maka dari itu penulis berfikir untuk menerapkan metode role playing ini
kepada suatu kelas agar mengetahui apakah betul role playing ini berhasil untuk
meningkatkan suatu nilai dalam pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan atau tidak.
F. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi pada penelitian
berikutnya
Penerapan metode pembelajaran bermain peran dilaksanakan secara langsung
mempengaruhi cara berpikir dan anutsiasme siswa mengikuti proses pembelajaran, peran
guru sebagai fasilitator langsung mempengaruhi aktivitas dan efektivitas yang menyebabkan
siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, penilaian dengan menggunakan lembar observasi
secara langsung mempengaruhi keluasan dan kedalaman informasi tentang perkembangan
kemampuan siswa secara menyeluruh setelah pembelajaran. Guru harus pandai dalam
membuat suatu metode pembelajaran atau media pembelajaran, agar kita dapat menciptakan
susana kelas yang aktif dan tidak membosankan. Apa lagi dalam pembelajaran PPKN, guru
harus bisa membuat siswa itu tidak bosan dalam mempelajari pelajaran PPKN tersebut.

G. Persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi penulis journal


review terhadap jurnal.

Jurnal yang dibahas yaitu “Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di Kelas IV Sekolah Dasar”. Pada jurnal ini
telah dicantumkan mulai dari Pendahulan, Metodologi (jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, instrument dan teknik pengumpulan dat, rancangan penelitian, teknik analisis
data), Hasil Penelitian, Pembahasan, Penutup dan Daftar Rujukan.

Kelebihan pada jurnal ini yaitu pada kajian teorinya sangat lengkap, dan metode
penelitiannya diberikan penjelasan yang sangat lengkap dari penelitian dimulai sampai
menemukan hasil penelitian tersebut. Namun dibalik itu adapun kekurangan dari jurnal ini
yaitu terlalu banyak kajian teori dari seorang para ahli mengakibatkan sedikitnya pokok-
pokok argumentasi yang penulis berikan pada jurnal ini, sehingga membuat pembaca hanya
terpatok pada kajian dari seorang para ahli. Dan penulis ini membuat sebuah hasil dari
penelitiannya yaitu ia mengatakan bahwa Role Playing itu berhasil diterapkan dalam
pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan dan dengan adanya metode itu mengakibatkan
nilai belajar siswa meningkat dari sebeumnya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Demikianlah yang dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


merupakan suatu mata pelajaran di sekolah dasar yang direncanakan untuk mempersiapkan
warga Negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Metode Role Playing itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ke aktifan siswa, dan
suasana belajar yang menarik dan tidak membosankan dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan.

B. Saran
1. Bagi penulis jurnal utama ini sudah sangat lengkap isinya akan tetapi saran saya yaitu
agar kajian teorinya sebaiknya dilengkapi agar pembaca bisa menambah wawasannya.
2. Bagi penulis jurnal pembanding ini yaitu saran saya agar kajian teorinya jangan
terlalu banyak sehingga membuat pokok-pokok argumentasi dari penulis itu ada.

Anda mungkin juga menyukai