Prodi S1 Pgsd-Fip
Skor Nilai :
&
NIM : 1193311108
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmad,taufik,hidayah serta inayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan Critical Journal Review sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Critical Journal Review ini masih memiliki
banyak kesalahan baik dalam segi bahasa maupun susunan penulisannya.Oleh karna itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan untuk langkah-
langkah selanjutnya.Kami berharap semoga kita semua dapat memahami kritik jurnal ini
dengan baik.
Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
Bab I : Ringkasan ………………………………………………………………..
A. Pendahuluan................................................................................................... 4
Bab II Ringkasan Jurnal......................................................................................... 5
a. Identitas Jurnal......................................................................................... 5
b. Ringkasan Jurnal...................................................................................... 5
Bab III Pembahasan................................................................................................ 8
A. Jurnal Utama
a. Kerelevansian topik jurnal........................................................... 8
b. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan............... 8
c. Pemilihan serta cakupan kajian teori........................................... 8
d. Metodologi penelitian yang digunakan........................................ 8
e. Kerangka berfikir penulis pada bagian pembahasan................... 9
f. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis.............................. 9
g. persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi
penulis journal review terhadap jurnal…………………………
B. Jurnal Pembanding
a. Kerelevansian topik jurnal........................................................... 8
b. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan............... 8
c. Pemilihan serta cakupan kajian teori........................................... 8
d. Metodologi penelitian yang digunakan........................................ 8
e. Kerangka berfikir penulis pada bagian pembahasan................... 9
f. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis.............................. 9
g. persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi
penulis journal review terhadap jurnal…………………………
Bab IV Penutup........................................................................................................ 10
a. Kesimpulan.............................................................................................. 10
b. Saran........................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
RINGKASAN JURNAL
A. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
Jurnal Pembanding
Jurnal Utama
A. Pendahuluan
Banyak masalah yang dihadapi siswa di kelas, seperti kehilangan motivasi belajar
dikarenakan tidak menyukai mata pelajaran tertentu, rendahnya partisipasi di kelas karena
tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sampai jebloknya prestasi
akademik siswa yang dipengaruhi rasa malas belajar dan membaca. Motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku (Wibawa & Suarjana, 2019).
Pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan bakat dan minat siswa sehingga siswa
akan antusias terhadap semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah (Setiawan, 2014).
Terlebih pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan yang isi materinya
banyak dan menimbulkan rasa bosan. Tantangan dunia pendidikan saat ini yaitu menerapkan
sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh pihak, baik guru, siswa, maupun
pemerintah (Gani, 2018). Dengan begitu, permasalahan pendidikan menjadi tanggung jawab
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Persoalan-persoalan yang dihadapi siswa di kelas harus menjadi fokus utama seorang
guru agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan jalan keluar yang tepat, cepat dan
efisien yang salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing
atau bermain peran. Metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah
satu bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara
spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan
berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.
B. Kajian Teori
Meskipun begitu, model ini memiliki kekurangan, diantaranya: (1) memerlukan waktu
yang lama untuk mensimulasikan materi bahkan bisa lebih dari 1 kali pertemuan (2) sangat
mementingkan kreativitas dan daya nalar siswa yang tinggi sehingga mengakibatkan sebagian
siswa menjadi down dan tidak mau terlibat dalam pembelajaran (3) tidak semua materi dan
tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran ini.
Namun pembaharuan dari artikel ini menunjukan bahwa model pembelajaran Role
Playing ini dapat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tentu
saja disesuaikan dengan materi ajar. Penggunan model dan media pembelajaran dapat
menembus ruang dan waktu yang berarti keluwesan dan fleksibilitas dalam kegiatan belajar
dapat optimal (Nurgiansah, 2019).
C. Metodologi Penelitian
Validasi data dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan langsung di dalam kelas dengan
melakukan pengukuran tingkat partisipasi dan keaktifan siswa sebelum menggunakan model
Role Playing dan sesudahnya. Selain itu, untuk memastikan keberhasilan penelitian, peneliti
mewawancarai guru dan sebagian siswa yang terlibat dalam pembelajaran.
D. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di hari selasa mulai pukul 07.00 s/d 08.30 WIB.
Penelitian dengan penggunaan Role Playing ini dilakukan selama dua kali pertemuan, dimana
pertemuan pertama penyampaian materi dan langkah-langkah model pembelajaran Role
Playing. Dan pertemuan kedua adalah praktek peradilan semu. Pembelajaran pertemuan
pertama berjalan sebagaimana mestinya. Pembelajaran diawali kegiatan apersepsi yang terdiri
dari guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, mengabsen siswa, dan menyampaikan
indikator atau tujuan pembelajaran. Kegiatan tersebut berlangsung selama 10 menit yang
kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti selama 60 menit. Kegiatan inti ini terdiri dari
penyampaian isi materi mengenai sistem hukum dan peradilan nasional, diantaranya
pengertian hukum menurut para ahli, macammacam hukum, lembaga peradilan, dan kasus
pelanggaran hukum. Selepas itu kegiatan penutup selama 20 menit yang diisi dengan tes tulis
untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah disampaikan, dan penjelasan
penggunaan model pembelajaran Role Playing yang akan dipraktekan minggu depan.
Pada pembelajaran pertemuan pertama tersebut, siswa belum terlihat partisipasi dan
motivasinya. Guru masih terlihat mendominasi pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan
dan sesekali bertanya disertai senda gurau. Begitu juga dalam prestasi belajar, siswa masih
banyak yang salah menjawab pertanyaan diakhir pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa
tanpa menggunakan model pembelajaran tertentu, maka permasalahan siswa seperti motivasi,
keaktifan, dan prestasi belajar tidak dapat diselesaikan dengan baik. Berawal dari masalah
tersebut, maka pada pertemuan kedua, siswa akan bermain peran dalam kasus pelanggaran
hukum. Siswa terbagi kedalam menjadi 2 kelompok masing-masing 15 orang dengan
beberapa peran, diantaranya: 3 siswa menjadi hakim, 1 siswa menjadi panitera, 4 siswa
menjadi penyidik kepolisian, 2 orang siswa menjadi saksi, 1 orang tersangka sekaligus
terdakwa, 1 pengacara atau kuasa hukum, 1 jaksa penuntut umum, 1 orang korban serta 1
orang menjadi dokumenter.
Kegiatan dimulai saat korban dianiaya oleh tersangka dan dilihat oleh 4 orang siswa
sebagai saksi, 2 siswa menjadi saksi yang meringankan di pengadilan, dan 2 siswa lagi
menjadi saksi yang memberatkan. Lalu korban melaporkan ke kepolisian yang selanjutnya
menangkap tersangka dan melakukan penyidikan serta memeriksa saksi dan melakukan
rekonstruksi. Setelah berkas lengkap dan siap, tersangka pun menjalani proses persidangan
yang di dalamnya terdapat penyampaian materi ajar yang berkenaan dengan sistem hukum
dan peradilan nasional.
Model Role Playing merupakan model pembelajaran yang digagas untuk menghasilkan
siswa yang turut berpartisipasi secara langsung. Model ini merupakan satu dari sekian banyak
model pembelajaran interaktif. Model ini biasanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia karena art Role Playing ini artinya bermain peran. Permainan peran lebih banyak
digunakan dalam materi drama. Namun pembaharuan dari artikel ini menunjukan bahwa
model pembelajaran Role Playing ini dapat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang tentu saja disesuaikan dengan materi ajar. Penggunan model dan
media pembelajaran dapat menembus ruang dan waktu yang berarti keluwesan dan
fleksibilitas dalam kegiatan belajar dapat optimal (Nurgiansah, 2019).
b. Saran
- Kedepan guru diharapkan lebih sering menggunakan beragam model dan media
pembelajaran untuk mengatasi segala persoalan belajar di dalam kelas.
- Peran guru dalam pembelajaran tidak lagi mendominasi sehingga siswa merasa
dilibatkan dalam pembelajaran, dimulai dari pemilihan kasus, pembuatan media
karton, sampai praktik peradilan semu.
Jurnal Pembanding
A. Pendahuluan
Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi seseorang, karena dengan belajar mereka bisa
mengetahui jendela dunia. Belajar sepanjang hayat merupakan semboyan bagi mereka yang
haus akan pengetahuan di setiap masanya. Hasil belajar dikatakan memuaskan apabila peserta
didik mampu mencapai kriteria ketuntasan menimal dari setiap muatan pelajaran sehingga
tujuan pembelajaran akan tercapai. Pernyataan tersebut senada dengan Sujiono
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari
suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Sujiono mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang
dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. (Yuliani dan
Bambang, 2010 : 138). Pendapat di atas menekankan kepada tahap pengalaman belajar dalam
kompetensi untuk mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar yang tinggi. Kompetensi
dasar merupakan payung dari kurikulum, dari kompetensi dasar pendidik menurunkan
menjadi indikator sebagai acuan agar tujuan pembelajaran tercapai. Jika pendidik membuat
indikator sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa maka secara otomatis tujuan
pemebelajaran tercapai dan hasil belajar peserta didik meningkat.
Menurut Maier (2002: 1), metode bermain peran (role playing) merupakan salah satu
metode pembelajaran yang disukai baik oleh peserta didik maupun guru. Hal tersebut
dibuktikan dengan penyataan Maier yang menyatakan bahwa: “Role playing seems to be an
educational tool favored by students and instructors alike. Students or trainees welcome role
playing because this activity brings variations, movement, and most likely, simulated life
experience into the classroom or training session. Teacher, trainers or supervisors favor role
playing as a handy means of enlivening the learning content; inparticular, this method brings
concrete study materials which are more difficult to explain by the way of lecture and
disscussion.”
Pernyataan tersebut yaitu bermain peran terlih at seperti sebuah perangkat pendidikan
yang disukai oleh peserta didik dan instruktur/guru. Peserta didik atau pelatih-pelatih
menerima bermain peran karena aktivitas ini membawa variasi gerakan, dan yang paling
disukai,pengalaman hidup yang disimulasikan dalam ruang kelas atau sesi pelatihan. Guru,
pelatih, atau pengawas menyukai bermain peran sebagai sebuah arti dari menghidupkan isi
dari pembelajaran; khususnya metode ini membawa materi pembelajaran menjadi konkret
ketika yang lebih sulit dijelaskan oleh metode ceramah dan diskusi.
B. Kajian Teori
Belajar diartikan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sebuah
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003 : 2).
Hal di atas didukung dengan pendapat Mayer dalam Charles M. Reigeluth (1999:143)
mengemukakan pengertian belajar telah berkembang dalam tiga pandangan. Pertama, belajar
terjadi ketika peserta didik memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan
respons. Kedua, belajar sebagai penambahan pengetahuan.
Metode bermain peran (role playing) memiliki beberapa kelebihan. menurut Zaini
(2008:100) diantaranya yaitu:
(1) bermain peran dapat membandingkan dan mengkontraskan posisi-posisi yang diambil
dalam pokok permasalahan,
(2) menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah,
(3) menjadikan problem yang abstrak menjadi konkret,
(4) melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang langsung dan eksperiensial,
(5) mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dalam cara yang dinamik,
(6) memfasilitasi ekspresi sikap dan perasaan peserta didik,
(7) mengembangkan pemahaman yang empatik,
(8) dan memberikan timbal balik (feedback) yang segera bagi pengajar dan peserta didik.
Langkah-langkah dalam menerapkan metode bermain peran (role playing).
C. Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan yaitu Action Reseach, menggunakan model Kemmis
dan Mc Taggart. Rancangan penelitian yang digunakan sesuai dengan kidah-kaidah
penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk perbaikan hasil
belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganeagraan melalui Metode bermain peran di kelas
IV Sekolah Dasar, melalui pemberian tindakan yang diawali dengan suatu perencanaan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan tindakan di kelas serta refleksi terhadap tindakan dan
perencanaan awal setelah pembelajaran.
D. Pembahasan
Hasil lembar observasi terhadap kinerja guru yang dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang di ukur melalui hasil lembar observasi terhadap guru,
dan hasil tes evaluasi pembelajaran tiap siklusnya, maka diketahui pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan menggunakan metode pembelajaran bermain peran dapat
meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Melalui bermain peran (role playing),
para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara
memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik
dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah.
E. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
b. Saran
Guru harus pandai dalam membuat suatu metode pembelajaran atau media pembelajaran,
agar kita dapat menciptakan susana kelas yang aktif dan tidak membosankan. Apa lagi dalam
pembelajaran PPKN, guru harus bisa membuat siswa itu tidak bosan dalam mempelajari
pelajaran PPKN tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kerelevansian antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis jurnal
Topik jurnal ini menurut saya sudah relavan dengan karya-karya dan bidang keahlian
penulis jurnal, dimana penulis jurnal ini yaitu bapak T Heru Nurgiansyah, Hendri dan Cep
Miftah Khoerudin. Jadi mengenai mayoritas siswa menganggap mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang membosankan. Isi materi yang
banyak, media dan model pembelajaran yang monoton, sampai kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas disinyalir menjadi penyebabnya yang mengakibatkan motivasi, keaktifan
dan prestasi siswa menjadi kurang. Diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan belajar tersebut, yakni model pembelajaran Role Playing. Dengan
adanya model pembelajaran role playing ini dapat membuat membuat suasana pembelajaran
semakin menarik, aktif, dan berhasil meningkatkan kemampuan akademik siswa khususnya
pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional. Dari salah satu penulis sebagai staf
pengajar di Universitas Pasundan, Jawa Barat, Indonesia dari jurusan Pendidikan pancasila,
posisinya tentu relevan antara bidang keahlian penulis dengan topic jurnal yang diangkatnya.
Dan karya-karya penulis banyak menjelaskan pembelajaran yang berkaitan dengan pancasila
lewat media sosial berbentuk vidio pembelajaran.
B. Pokok-pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan
Didalam jurnal tersebut yang merupakan pokok-pokok argumentasi penulis dalam
pendahuluan yaitu Satu hal yang paling disorot adalah peningkatan kemampuan dan
kompetensi guru. Hal tersebut diantaranya pengelolaan kelas, penyampaian materi ajar, dan
penggunaan model pembelajaran. Guru memiliki multi tugas seperti sebagai pengajar,
pembimbing, dan pelatih. Dari hasil observasi awal di Sekolah Menengah Atas PGRI 1
Kasihan Bantul, didapat fakta bahwa guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan jarang
menggunakan model pembelajaran interaktif karena kebanyakan menggunakan metode
ceramah atau presentasi kelompok. Padahal seorang guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan menggunakan beragam model pembelajaran.
Selain menitikberatkan pada permasalahan guru, yang tak kalah pentingnya adalah
perilaku siswa dalam pembelajaran. Banyak masalah yang dihadapi siswa di kelas, seperti
kehilangan motivasi belajar dikarenakan tidak menyukai mata pelajaran tertentu, rendahnya
partisipasi di kelas karena tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru,
sampai jebloknya prestasi akademik siswa yang dipengaruhi rasa malas belajar dan membaca.
Persoalan-persoalan yang dihadapi siswa di kelas harus menjadi fokus utama seorang
guru agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan jalan keluar yang tepat, cepat dan
efisien yang salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Role Playing
atau bermain peran. Metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah
satu bentuk drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara
spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan
berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.
C. Pemilihan serta cakupan kajian teori
D. Metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif.
Penelitian dilaksanakan di kelas X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul Yogyakarta yang berjumlah
30 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Observasi dilaksanakan pada saat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan sebagian siswa kelas X. Dokumentasi dilakukan sebagai arsip agar
data yang telah diperoleh tidak hilang maknanya. Penelitian ini dilaksanakan pada materi
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional. Tahapan penelitian terdiri dari penyampaian materi,
menentukan kasus tindak pidana, dan praktek peradilan semu.
E. Kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan
Jurnal ini membahas tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan” jadi kerangka berfikir penulis yang gunakan yaitu menggunakan
model Role Playing, dengan menggunakan model ini apakah bisa meningkatkan keaktifan
siswa dan membuat suasa belajar yang tidak membosankan dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan Kewarganegaraan?. Maka dari itu si penulis meneliti salah satu sekolah di
Yogyakarta, untuk membuktikan apakah dengan menerapkan model Role Player itu dapat
meningkatkan pembelajaran Pancasila dan kewarganegaraan atau tidak.
F. Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi pada penelitian
berikutnya
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Penggunaan model pembelajaran Role Playing
dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas X SMA PGRI 1
Kasihan Bantul pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional telah berhasil membuat
kegiatan belajar mengajar menjadi menarik dan atraktif. Hal ini dibuktikan dengan
antusiasme, motivasi, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Role Playing.
Kedepan guru diharapkan lebih sering menggunakan beragam model dan media pembelajaran
untuk mengatasi segala persoalan belajar di dalam kelas. Peran guru dalam pembelajaran
tidak lagi mendominasi sehingga siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran, dimulai dari
pemilihan kasus, pembuatan media karton, sampai praktik peradilan semu.
Jurnal yang dibahas tentang “Role Playing Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan”. Pada jurnal ini telah dicantumkan mulai dari Pendahulan,
Metodologi (jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrument dan teknik
pengumpulan dat, rancangan penelitian, teknik analisis data), Hasil Penelitian, Pembahasan,
Penutup dan Daftar Rujukan.
Kelebihan pada jurnal ini yaitu pada hasil pembahasan yang sangat lengkap dan
menjelaskan semua tentang masalah-masalah apa yang terjadi pada suatu sekolah pada
pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan pada bagian pendahuluan. Namun dibalik itu
adapun kekurangan dari jurnal ini yaitu terlalu sedikit kajian teori dari seorang para ahli yang
dipaparkan pada jurnal ini sehingga membuat pembaca memiliki sedikit wawasan.
Dalam jurnal ini penuliskan menjelaskan hasil dari jurnal ini yang mengatakan bahwa
model Role Playing ini dapat membuat pembelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan ini menjadi pembelajaran yang tidak membosankan, dan membuat siswa
lebih aktif dari sebelum menggunakan model pembelajaran ini.
Jurnal Pembanding
Jurnal yang dibahas yaitu “Menigkatkan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan Melalui Metode Role Playing di Kelas IV Sekolah Dasar”. Pada jurnal ini
telah dicantumkan mulai dari Pendahulan, Metodologi (jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, instrument dan teknik pengumpulan dat, rancangan penelitian, teknik analisis
data), Hasil Penelitian, Pembahasan, Penutup dan Daftar Rujukan.
Kelebihan pada jurnal ini yaitu pada kajian teorinya sangat lengkap, dan metode
penelitiannya diberikan penjelasan yang sangat lengkap dari penelitian dimulai sampai
menemukan hasil penelitian tersebut. Namun dibalik itu adapun kekurangan dari jurnal ini
yaitu terlalu banyak kajian teori dari seorang para ahli mengakibatkan sedikitnya pokok-
pokok argumentasi yang penulis berikan pada jurnal ini, sehingga membuat pembaca hanya
terpatok pada kajian dari seorang para ahli. Dan penulis ini membuat sebuah hasil dari
penelitiannya yaitu ia mengatakan bahwa Role Playing itu berhasil diterapkan dalam
pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan dan dengan adanya metode itu mengakibatkan
nilai belajar siswa meningkat dari sebeumnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode Role Playing itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ke aktifan siswa, dan
suasana belajar yang menarik dan tidak membosankan dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan.
B. Saran
1. Bagi penulis jurnal utama ini sudah sangat lengkap isinya akan tetapi saran saya yaitu
agar kajian teorinya sebaiknya dilengkapi agar pembaca bisa menambah wawasannya.
2. Bagi penulis jurnal pembanding ini yaitu saran saya agar kajian teorinya jangan
terlalu banyak sehingga membuat pokok-pokok argumentasi dari penulis itu ada.