Anda di halaman 1dari 20

Mata kuliah : Filsafat Pendidikan

CRITICAL JOURNAL REVIEW


“PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK “
“TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME
DAN ESENSIALISME
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu :
Andri Kristanto Sitanggang,S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Megawati Br Saragih S (6192411014)

Kelas:
B Reguler 2019

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
Critical Journal Review mata kuliah Kepemimpinan. Terima kasih penulis sampaikan
kepada dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan yang telah membimbing
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi acuan dan pedoman bagi para pembaca.
Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada para pembaca. Mungkin makalah ini tidak sesuai atau banyak memiliki
kekurangan didalamnya. Penulis harapkan sudilah kiranya pembaca untuk
memberikan kritikan serta masukan yang bersifat membangun sehingga dapat
meningkatkan kualitas makalah ini nantinya.

Medan, September
2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

....................................................................................................................... i

Daftar Isi

................................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Jurnal Review

.......................................... 1

B. Tujuan Penulisan Critical Jurnal Review .......................................................

C. Manfaat Critical Jurnal Review .....................................................................

BAB II : PEMBAHASAN JURNAL

A. Identitas

Jurnal ............................................................................................... 4

B. Isi Jurnal .........................................................................................................

C. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal 1

............................................................. 13

D. Keunggulan dan Kelemahan Jurnal 2

............................................................. 14

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................

15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Jurnal Riview

Dewasa ini, pendidikan Indonesia mengalami transformasi yang luar biasa.


Hal ini dapat dilihat pergeseran paradigma pendidikan yang didominasi oleh aspek
kognitif saja menuju pendidikan yang lebih menekankan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang berdasarkan proses dan pengalaman belajar. Selain itu, aspek
kognitif yang dilatih bukan hanya pada level mengingat, memahami, dan menerapkan
saja, namun telah meningkat pada kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, dan
kemampuan mencipta.

Pendidikan di abad ini penting untuk menjamin peserta didik—siswa maupun


mahasiswa—memiliki keterampilan belajar dan berinovasi serta terampil
menggunakannya sebagai life skill. Keterampilan belajar dan berinovasi meliputi
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, serta
kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi. Kemampuan mengomunikasikan
hasil pemikiran dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa pada
jenjang satra satu adalah Critical Journal Review. Secara harfiah, Critical Journal
Review adalah kegiatan mengkritisi sebuah jurnal penelitian. Namun Critical Journal
Review bukan sekedar membuat laporan atau tulisan tentang isi sebuah penelitian
atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan
analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan sebuah penelitian, menyoroti hal
yang menarik dari penelitian tersebut, serta menganalisis pengaruh gagasan
tersebut terhadap cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu
bidang kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui Critical Journal Review kita menguji
kemampuan pikiran tingkat tinggi seseorang untuk kemudian menuliskannya
kembali berdasarkan sudut pandang, pengetahuan, dan pengalaman yang kita miliki.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan budaya membaca, berpikir


sistematis dan kritis, dan mengekspresikan pendapat (Rosen, 2006: 325) yang
sebelumnya harus diawali dengan proses berpikir kritis. Dengan berpikir kritis berarti
kita mengontrol proses berpikir secara sadar (Troyka, 2006:115). Critical Journal
Review menggunakan langkah-langkah dalam proses berpikir kritis terdiri dari
beberapa tahap, yaitu: merangkum (menyatakan kembali), menganalisis (menggali
informasi tersirat), mensistesiskan (menghubungkan apa yang telah dirangkum dan
dianalisis dengan pengetahuan dan pengalaman kita), dan mengevaluasi (membuat
penilaian).

Berdasarkan uraian di atas, maka Critical Journal Review menjadi kegiatan


pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang komprehensif.
Critical Journal Review pula sangat bermanfaat ketika membahas isu-isu atau
permasalahan yang sentral. Dalam laporan ini, penulis mereview sebuah penelitian
yang membahas tentang komunikasi interpersonal.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review


Critical Journal Review ini disusun bertujuan untuk:

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan;

2. Menambah wawasan mahasiswa dalam menggali informasi dan


menganalisis gagasan dalam sebuah penelitian;

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan


membandingkan jurnal;

4. Meningkatkan kemampuan nalar dan berpikir kritis dalam mencari informasi


yang terdapat dalam sebuah penelitian;

5. Menguatkan teori yang berhubungan dengan psikologi komunikasi sehingga


dapat disintesis menjadi gagasan utama dalam tulisan dan/atau penelitian
baru;

C. Manfaat Critical Journal Review

Secara sederhana, penulisan Critical Journal Review memiliki beberapa


manfaat sebagai berikut:

1. Merangkum gagasan yang dituangkan dalam penelitian yang dilaporkan;

2. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan


mencari sumber bacaan yang relevan;

3. Melatih kemampuan berpikir kritis analitis serta menuangkannya kembali


dalam gagasan tertulis;

4. Menambah pengetahuan tentang filsafat pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL

A. IDENTITAS JURNAL

Jurnal 1 Jurnal 2
Judul PERSPEKTIF FILSAFAT TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN
PENDIDIKAN TERHADAP PROGRESIVISME DAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ESENSIALISME
HUMANISTIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN
Nama Jurnal Jurnal Sains Psikologi Jurnal Cakrawala Pendas
Download https://media.neliti.com/media https://jurnal.unma.ac.id/index.php/CP
/publications/128781-ID- /article/view/319
perspektif-filsafat-pendidikan-
terhadap.pdf
Volume dan Jilid 6, No.1 halaman 31-36 Vol. 2, NO. 1, 11 Halaman
Halaman
Tahun Maret 2017 Januari 2016
Penulis Fadhil Hikmawan H. A. Yunus
Reviewer Megawati Br Saragih S Megawati Br Saragih S
Tanggal 19 September 2019 19 September 2019

B. ISI JURNAL
Jurnal 1

Tujuan Tujuan ditulisnya perspektif filsafat pendidikan terhadap


Penelitian psikologi humanistik adalah untuk mendeskripsikan
secara kritis perspektif filsafat pendidikan yang ada
dalam psikologi pendidikan humanistik.
Subjek / objek Subjek / objek penelitian adalah perspektif filsafat
Penelitian pendidikan terhadap Psikologi humanistik
Metode Metode dalam kajian ini adalah penelitian kepustakaan
penelitian (library research). Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dokumen. Data dalam penelitian ini
adalah buku dan jurnal yang relevan dengan filsafat,
filsafat pendidikan, dan psikologi pendidikan
humanistik. Teknik analisis data dalam kajian ini adalah
analisis tematik.
Pembahasan Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek
kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif),
merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai
ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari
objek yang dipelajari (Hanurawan, 2012).
Masalah-masalah kemanusiaan utama dalam hidup ini
meliputi 3 hubungan penting manusia dalam
kehidupannya, yaitu:
 Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan.
 Hubungan manusia dengan keberadaan alam
semesta.
 Hubungan manusia dengan keberadaan manusia, baik
secara individual maupun kelompok.
Seorang tokoh filsafat pendidikan Indonesia, Barnadib
(1994) menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis. Filsafat bersifat menyeluruh
karena filsafat bukan hanya pengetahuan, melainkan
juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di
balik pengetahuan itu sendiri. Filsafat bersifat
sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara
sadar, teliti, dan teratur sesuai dengan hukum-hukum
yang ada.
Cabang-Cabang filsafat Cabang-cabang filsafat yang
utama adalah sebagai berikut :
 Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang
filsafat yang mempelajari hakekat realitas terdalam dari
segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang
bersifat non fisik.
 Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan
penelaahan tentang hakekat pengetahuan manusia.
Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-
kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya
perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-
tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh
pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan.
 Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
hakekat nilai. Berdasar pada pokok penekanannya,
aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang
baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan
estetika atau filsafat keindahan.
Cabang filsafat khusus itu antara lain adalah: filsafat
manusia, filsafat ketuhanan, filsafat alam (kosmologi),
filsafat agama, filsafat sosial dan politik, filsafat seni,
filsafat politik, filsafat ekonomi dan filsafat pendidikan
(Hanurawan, 2012).
Filsafat pendidikan adalah cabang filsafat yang
mempelajari hakekat pendidikan Filsafat pendidikan
memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang
perlu dikaji.
Apabila ditelaah secara lebih mendalam filsafat
pendidikan merupakan salah satu cabang filsafat maka
dapat dikemukakan bahwa dasar dasar berpikir dalam
melakukan perenungan filsafat pendidikan harus
mengacu pada dasar dasar filsafat yang utama, yaitu :
 Dasar metafisika (ontologi) dalam bidang pendidikan
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan proses analitis atas hakikat fundamental
mengenai keberadaan dan realitas terdalam dari
sesuatu.
 Dasar epistemologi dalam bidang pendidikan
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
 Dasar Aksiologi dalam bidang pendidikan Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana dasar aksiologi dalam bidang-bidang
pendidikan, seperti dalam pembuatan tujuan pendidikan,
kurikulum pendidikan, dan metode pendidikan.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari dan
menjelaskan fenomena mental dan perilaku manusia.
Santrock (2010) menjelaskan bahwa psikologi
pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
secara khusus mendeskripsikan, menganalisis, dan
meramal proses pengajaran dan belajar dalam
lingkungan pendidikan.
Psikologi pendidikan humanistik adalah aliran psikologi
pendidikan yang terkonstruksi berdasar paradigma
psikologi humanistik. Ini berarti psikologi pendidikan
humanistik adalah psikologi pendidikan yang
menerapkan prinsipprinsip dan teori-teori yang ada
dalam psikologi humanistik ke dalam masalah-masalah
pendidikan dan pengajaran.
Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi
pendidikan humanistik dapat ditinjau dari tiga aspek
kefilsafatan yang ada dalam pendidikan, yaitu dasar
metafisika dalam pendidikan, dasar epistemologi dalam
bidang pendidikan, dan dasar epistemologi dalam
bidang pendidikan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan filsafat pendidikan
psikologi pendidikan humanistik adalah filsafat
pendidikan yang memandang pendidikan sebagai
proses memanusiakan peserta didik sehingga mampu
berkembang dan beraktualisasi diri dengan segenap
potensi asli yang ada dalam dirinya.
Kesimpulan Menurut hasil penelitian ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Filsafat pendidikan psikologi
pendidikan humanistik adalah filsafat pendidikan yang
memandang pendidikan sebagai proses memanusiakan
peserta didik sehingga mampu berkembang dan
beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli yang
ada dalam dirinya. Perspektif filsafat pendidikan
terhadap psikologi pendidikan humanistik dapat dilihat
dari aspek ontologi pendidikan, epistemologi
pendidikan, dan aksiologi pendidikan. Dari sudut
ontologi kependidikan, psikologi pendidikan humanistik
menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses
memanusiaan subjek didik atau peserta didik sebagai
manusia yang memiliki potensi-potensi baik untuk
mencapai aktualisasi diri. Dasar epistemologi psikologi
pendidikan humanistik adalah plural (rasional,
intuisionisme, dan fenomenologi). Berbeda dari
psikologi pendidikan behavioristik yang cenderung
memiliki pendekatan bebas nilai (value free approach),
psikologi pendidikan humanistik memiliki pendapat
bahwa proses pendidikan semestinya adalah lekat nilai
atau terkandung nilai (value laden).
Daftar Pustaka Barnadib, Imam. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem
dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.
Bugenthal, J. 1964. The Third Force in Psychology.
Journal of Humanistic Psychology, 4 (1): 19-26.
Hanurawan, F. 2012. Filsafat Ilmu Psikologi. Malang:
BKP Universitas Negeri Malang.
Hanurawan, F., Syam, M., & Samawi. 2006. Filsafat
Pendidikan. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Saifulah, A. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

Jurnal 2

Subjek Subjek penelitian ini adalah Peserta didik


Penelitian
Teori yang Teori pendidikan yang dirancang berdasarkan filsafat
digunakan progresivisme yang digagas Jhon Dewey, pada
dasarnya mengutamakan lima hal, yaitu :
a) Kurikulum yang baik disusun berdasarkan
pengalaman edukatif bersifat eksperimental, disusun
secara sistematis dan teratur serta tidak
memaksakan diri untuk mengikuti kehendak pembuat
kurikulum.
b) Guru harus memiliki keunggulan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan sekaligus menguasai bidang ilmu
tersebut. Dalam proses mendidik, guru tidak
sepatutnya bertindak otoriter terhadap peserta didik,
sehingga tugas guru adalah mengarahkan dan
membimbing bagaimana cara belajar yang baik dan
benar bagi peserta didik. Dalam hal ini, guru dapat
dikatakan memiliki fungsi sebagai petunjuk jalan yang
bijak.
c) Peserta didik memiliki potensi masing-masing
(individual) yang harus diberi kesempatan untuk
berkembang secara wajar, aktif, kreatif, dan memiliki
kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinyadalam
menentukan langkah dan tujuannya.
d) Lingkungan merupakan hal penting yang tidak
dapat dipisahkan dengan proses pendidikan sebagai
penunjang keberhasilan. e) Metode yang digunakan
dalam proses pendidikan harus diutamakan dibanding
materi ajar, karena metode menunjang proses.
Pembahasan Perkembangan Semula, dalam menempuh
perjalanan hidup dan kehidupannya selama
berabadabad silam manusia menghadapi dunia ini
hanya dengan kekuatan ototnya. Dengan cara
tersebut tidak banyak yang dihasilkan, tidak banyak
pula kemajuan yang dialami, sehingga berpengaruh
kepada tingkat peradaban masyarakat.
2. Pandangan Tentang Pendidikan
a. Pendidikan Aliran progresivisme ini pernah
berjaya di Amerika. Dalam pendidikan, progresivisme
merupakan bagian dari gerakan reformis umum
bidang sosialpolitik yang menandai kehidupan orang
Amerika. Progresivisme merupakan teori yang mucul
dalam reaksi terhadap pendidikan tradisional yang
selalu menekankan kepada metode formal
pengajaran. Pada dasarnya teori ini menekankan
beberapa prinsip, antara lain; 1) Proses pendidikan
berawal dan berakhir pada peserta didik; 2) Peserta
didik adalah sesuatu yang aktif, bukan pasif; 3) Peran
guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pengarah; 4) Sekolah harus menciptakan iklim yang
bersifat kooperatif dan demokratif; 5) Aktifitas
pembelajaran lebih focus pada pemecahan masalah
bukan untuk mengajarkan materi kajian.

b. Kurikulum Dalam pendidikan, terutama jalur


pendidikan formal, kurikulum memegang peranan
penting. Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak
saja dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran
yang dirancang untuk disajikan dalam sebuah
program sekolah, melainkan memiliki arti yang lebih
luas.

c. Pendidik
Menurut pandangan filsafat progresivisme guru
adalah penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan
sebagai orang pemegang otoritas penuh yang dapat
berbuat apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Guru
disebut sebagai pembimbing karena mempunyai ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang banyak di bidang
pendidikan

d. Peserta Didik
Di Indonesia, menurut UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada Pasal 1 angka 4, dinyatakan
bahwa “Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu”.
e. Pandangan Belajar
Menurut Gagne (1977), “belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan
tingkah laku, yang kebaradaannya berbeda dari
sebelum individu ada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu”.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman
atau latihan.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan Upaya memanusiakan


manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma
yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan
tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat yang
dapat dijadikan acuan sebagai landasan, diantaranya
adalah aliran progresivisme dan essensialisme yang
masing-masing memiliki karakter dan ciri tersendiri.
Pendidikan esensialisme merupakan suatu aliran
yang kurang setuju terhadap praktek pendidikan
progressivisme, dengan alasan bahwa pergerakan
progresivisme dianggap akan merusak standar
intelektual dan moral kaum muda dengan
diberikannya kebebasan. Bagi aliran essensial,
metode yang digunakan adalah metode tradisional
yang menekankan pada inisiatif guru. Dalam hal ini,
guru harus orang terdidik dan menguasai ilmu
pengetahuan. Selain itu, seluruh aktifitas kelas harus
berada di bawah kendali dan penguasaan guru.
Secara kelembagaan, esensialis menginginkan agar
sekolah berfungsi sebagai subjek proses pewarisan
budaya dan sejarah yang mengandung nilainilai luhur
dari para filosof sebagai ahli pengetahuan dimana
nilai-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga dan
diterapkan dalam tata kehidupan seharihari. Nilai-nilai
moral yang berakar pada budaya masyarakat
dijadikan dasar bagi pembentukan mental para
peserta didik. Di Indonesia, para pengambil kebijakan
bidang pendidikan perlu meningkatkan intensitasnya
dalam mengkaji aliran-aliran filsafat tersebut guna
diambil manfaatnya demi kemajuan pendidikan
secara menyeluruh. Mewaspadai kelemahan disertai
dengan mempertimbangkan keunggulan dari aliran
progresivisme dan esensialisme merupakan tindakan
bijak.
Kesimpulan Menurut hasil penelitian ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Upaya memanusiakan manusia
melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas,
guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang
ingin dicapai. Banyak aliran filsafat yang dapat
dijadikan acuan sebagai landasan, diantaranya adalah
aliran progresivisme dan essensialisme yang masing-
masing memiliki karakter dan ciri tersendiri. Teori
pendidikan yang dirancang berdasarkan filsafat
progresivisme yang digagas Jhon Dewey, pada
dasarnya mengutamakan lima hal, yaitu :
a) Kurikulum yang baik disusun berdasarkan
pengalaman edukatif bersifat eksperimental, disusun
secara sistematis dan teratur serta tidak
memaksakan diri untuk mengikuti kehendak pembuat
kurikulum.
b) Guru harus memiliki keunggulan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan sekaligus menguasai bidang ilmu
tersebut. Dalam proses mendidik, guru tidak
sepatutnya bertindak otoriter terhadap peserta didik,
sehingga tugas guru adalah mengarahkan dan
membimbing bagaimana cara belajar yang baik dan
benar bagi peserta didik. Dalam hal ini, guru dapat
dikatakan memiliki fungsi sebagai petunjuk jalan yang
bijak.
c) Peserta didik memiliki potensi masing-masing
(individual) yang harus diberi kesempatan untuk
berkembang secara wajar, aktif, kreatif, dan memiliki
kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya. dalam
menentukan langkah dan tujuannya.
d) Lingkungan merupakan hal penting yang tidak
dapat dipisahkan dengan proses pendidikan sebagai
penunjang keberhasilan.
e) Metode yang digunakan dalam proses pendidikan
harus diutamakan dibanding materi ajar, karena
metode menunjang proses. Pendidikan esensialisme
merupakan suatu aliran yang kurang setuju terhadap
praktek pendidikan progressivisme, dengan alasan
bahwa pergerakan progresivisme dianggap akan
merusak standar intelektual dan moral kaum muda
dengan diberikannya kebebasan. Di Indonesia, para
pengambil kebijakan bidang pendidikan perlu
meningkatkan intensitasnya dalam mengkaji aliran-
aliran filsafat tersebut guna diambil manfaatnya demi
kemajuan pendidikan secara menyeluruh.
Mewaspadai kelemahan disertai dengan
mempertimbangkan keunggulan dari aliran
progresivisme dan esensialisme merupakan tindakan
bijak.
Daftar Pustaka Abudin, Nata. 1996. Filsafat Pendidikan Islam.
Ciputat: Wacana Ilmu dan Pemikiran.
---------------, 2003. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group As’adi.
Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu AlGhazali Dimensi
Ontologi dan Aksiologi. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam
Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.
Al-Abrasyi, Muhammad, Athiyah. 1974. Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Islam. terj. Bustami Abdul Ghani
dan Bohar Bahri. Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Barnabid, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan, Sistem
dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset
----------------. 1994. Filsafat Pendidikan, Sistem dan
Metode. Yogyakarta.
Djumransyah. 2004. Filsafat Pendidikaan, Malang:
Bayu Media.
Edward, P. dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan,
Medan: UNIMED Press.
Muis, I.S. (2004). Pendidikan Partisiptif Menimbang
Konsep Fitrah dan Progesivisme Jhon Dewey,
Yogyakarta: Safaria Insania Press.
Pidarta, M. 2000. Landasan Kepedidikan, Jakarta :
Rineka Cipta.
Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu Mengurai
Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN JURNAL 1

KEUNGGULAN KELEMAHAN

 Identitas Jurnal lengkap  Terdapat beberapa istilah asing


 Pembuatan penelitian dilakukan sehingga pembaca yang baru
secara berurutan sehingga melihat kalimat tersebut akan sulit
Pembahasan mudah untuk untuk memahaminya
dimengerti
 Cara penyajian isi permasalahan
terlihat efektif dan efisien terbukti
dengan pola-pola pengembangan
pembahasan berdaya guna dan
bertepat guna yang
mempermudah pembaca dalam
meriview jurnal.
 Rangkuman yang terletak setelah
penjabaran materi menyimpulkan
poin-poin penting yang dibahas.
Hal ini sangat baik untuk
membantu pembaca mereview
kembali hal-hal pokok yang mesti
diingat dan dipahami dengan baik.
 Sumber-sumber acuan dalam
daftar pustaka yang ada
mempermudah pembaca mencari
sumber asli jika digunakan
sebagai acuan untuk
memperdalam pemahamannya.
 Terdapat judul kecil sesuai
pembahasan mempermudah
pembaca mengetahui masihkah
berada pada pembahasan yang
sama atau tidak.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN JURNAL 2

KEUNGGULAN KELEMAHAN

 Cara penyajian isi permasalahan  Tidak tertera teori yang digunakan


terlihat efektif dan efisien terbukti peneliti
dengan pola-pola pengembangan  Tidak tertera metode yang
pembahasan berdaya guna dan digunakan oleh peneliti
bertepat guna yang  Terlalu banyak pembahasan
mempermudah pembaca dalam  Tidak ada penjabaran dari peneliti
meriview jurnal.
 Rangkuman yang terletak setelah mengenai apa yang menjadi tujuan
penjabaran materi menyimpulkan penelitian berdasarkan jurnal
poin-poin penting yang dibahas.
Hal ini sangat baik untuk tersebut.
membantu pembaca mereview
kembali hal-hal pokok yang mesti
diingat dan dipahami dengan baik.
 Sumber-sumber acuan dalam
daftar pustaka yang ada
mempermudah pembaca mencari
sumber asli jika digunakan
sebagai acuan untuk
memperdalam pemahamannya.
 Penulisan desain dengan
temperamen sesuai dengan
perkembangan zaman.
 Terdapat judul kecil sesuai
pembahasan mempermudah
pembaca mengetahui masihkah
berada pada pembahasan yang
sama atau tidak.
 Penulis menggunakan istilah
peserta didik, karena istilah
tersebut mengandung arti lebih
luas dan lebih sopan dibanding
menggunakan istilah anak didik
atau objek didik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil review yang telah penulis lakukan maka penulis menyimpulkan
bahwa kedua jurnal membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua jurnal memiliki
kelemahan dan kelebihan dalam setiap bentuk,isi maupun materi penelitian yang
dilakukan.Namun,secara keseluruhan jurnal ini sudah baik dan cocok untuk para
pembaca yang menyukai materi filsafat pendidikan dan juga dapat digunakan
sebagai pembantu dalam proses belajar mengajar mata kuliah filsafat pendidikan di
perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai