Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JURNAL REVIEW

MATA KULIAH: FiLSAFAT PENDIDIKAN


Dosen pengampu: Peny Husna Handayani M.Pd

Di susun oleh
Nama : Hiu Yuri Manik
Nim : 3233121027
Kelas : E regurel

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2023/2024
Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Critical Jurnal Review
ini dengan tepat waktu. Critical Jurnal Review ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih ibu Peny Husna
Handayani M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
memberikan tugas Critical Journal Review tersebut.
Dalam penulisan Critical Jurnal Review, saya menyadari bahwa penyusunan
tugas ini masih mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu saya mohon kritik dan saran agar dapat mengembangkan dan
menyempurnakan Critical Journal Review ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih
semoga CJR ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2023

` Hiu Yuri Manik

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar..............................................................................................................................i
BAB 1............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. Rasionalisasi pentingnya Critical Jurnal Review...............................................................1
B. Tujuan penulisan Critical Jurnal Review (CJR)...............................................................1
C. Manfaat Critical Jurnal Review (CJR)..............................................................................1
D. Identitas jurnal yang di Review.........................................................................................2
BAB 2.............................................................................................................................................3
RINGKAS JURNAL............................................................................................................................3
A. JURNAL UTAMA.............................................................................................................3
B. Jurnal pembanding............................................................................................................5
BAB 3............................................................................................................................................7
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN.............................................................................................7
A. JURNAL PERTAMA........................................................................................................7
B. JURAL PEMBANDING....................................................................................................7
BAB 4............................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................8
1. Kesimpulan..............................................................................................................................8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya Critical Jurnal Review


Critical Jurnal Review (CJR) merupakan kegiatan mengulas suatu journal agar
dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal. Mengkritik
jurnal juga merupakan kegiatan penganalisisan dan pengevaluasikan suatu journal
dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau
menganalisis kelebihan dan kekurangan journal dan juga kegiatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keterkaitan minat membaca. Kegiatan mengkritik
jurnal sangatlah penting karena pembaca dituntut untuk memahami suatu jurnal secara
kritis. Setiap jurnal yang dikritik akan menjadi rujukan pembuatan jurnal yang baik
untuk kedepannya.
Critical Jurnal Review ini sangat penting buat kalangan Pendidikan terutama
buat mahasiswa atau mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka
mahasiswa atau mahasiswi dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang sama,
dapat melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik
untuk digunakan berdasarkan dari penilitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal.

B. Tujuan penulisan Critical Jurnal Review (CJR)


Critical Jurnal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan untuk membuat Critical Jurnal Review (CJR)
sehingga dapat menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan dua atau
beberapa jurnal yang baik dan benar, meningkatkan kemampuan mahasiswa atau
mahasiswi dalam meringkas, menganalisis, dan membandingkan serta memberikan
kritik pada jurnal. Hasil kritik jurnal juga akan memudahkan masyarakat dalam
memahami isi jurnal sehingga secara tidak langsung akan mengurangi kebiasaan
malas dalam membaca akibat narasi yang terlalu Panjang.

C. Manfaat Critical Jurnal Review (CJR)

1. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal


penelitian.
2. Dapat meningkatkan analisisi kita terhadap suatu jurnal.
3. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
4. Sebagai rujukan dan evaluasi bagaimana untuk menyempurnakan
sebuah jurnal dan mencari sumber bacaan yang relevan.

1
D. Identitas jurnal yang di Review

a. Jurnal Utama
Judul : Filsafat Pendidikan KI HADJAR DEWANTARA
dan sumbangannya bagi Pendidikan indonesia
Nama jurnal : Jurnal Filsafat pendidikan
Pengarang : Henricus Suparlan
Tahun : 2015
Alamat situs : https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/12614

b. Jurnal pembanding
Judul : Kurikulum 2013 dalam PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN PROGRESSIVISME
Nama jurnal : Jurnal Filsafat pendidikan
Pengarang : Fitri Al Faris
Tahun : 2015
Alamat situs : https://doi.org/10.22146/jf.12687

2
BAB 2
RINGKAS JURNAL
A. JURNAL UTAMA
Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat Pendidikan adalah sebagai usaha untuk
menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi
manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
disebut dengan Filsafat Pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi
dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-
luasnya, dipadukan dengan pemikiran esensialisme yang memegang teguh
kebudayaan yang sudah teruji selama ini.
Di pendahuluan menjelaskn globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan
pasar menyebabkan Pendidikan tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya
mencerdaskan bangsa dan proses pemerdekaan manusia tetapi mulai bergeser menuju
Pendidikan sebagai komoditas. Globalisasi juga juga telah mengakibatkan pergeseran
tujuan Pendidikan nasional dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi
hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk
menghasilkan lulusan yang menguasai Scientia.
Untuk menangkal model Pendidikan semacam itu maka konsep Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksaaan
Pendidikan di Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya
usaha kemajuan ditempuh melalui petunjuk “trikon” yaitu kontinyu dengan alam
masyarakat Indonesia sendiri, konvergen dengan alam luar, dan akhirnya bersatu
dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap
mempunyai kepribadian sendiri.
Di konsepsi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam tinjauan Filsafat
Pendidikan menjelaskan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidkan, yaitu (1.)
Pendidikan keluarga, (2) Pendidikan dalam alam perguruan, dan (3) Pendidikan dalam
alam pemuda atau masyarakat. Ketika anak didik sudah menginjak pada Pendidikan
taman muda(sd), kemudian taman dewasa dan seterusnya maka konsep Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara adalah Ngerti, Ngroso lan Nglakoni. Istilah Ki Hadjar Dewantara
“ngerti”, melainkan harus ada keseimbangan dengan ngroso(affective) serta
nglakoni(psychomotoric). Dengan demikian diharapkan setelah anak menjalani proses
belajar mengajar dapat menjalankan atau melaksanakan pengetahuan yang sudah
didapat dalam kehidupan masyarakat.
Di konsepsi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam tinjauan Filsafat
Pendidikan progresivisme menjelaskan progresivisme mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-
masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.

3
Konsep Ki Hadjar Dewantara pada system among mengatakan bahwa system
among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu pertama, kodrat alam
sebagai syarat kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaiknya, kedua,
kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan
batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak
merdeka.
Sejalan dengan konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara atas dasar kodrat
alam, maka filsafat Pendidikan progresivisme mengatakan atas dasar pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan
dapat mengatasi masalah yang bersifat mengancam manusia itu.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang
bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar
dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh lingkungan. Jadi kebudayaan
merupakan suatu proses perkembangan secara dinamis mengenai kemenangan
perjuangan hidup manusia terhadap alam dan jaman.
Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan adalah bagaimana anak
didik memperoleh pengetahuan. Bila dipandang dari progresivisme maka pandangan
Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan hanya sebagian yang memiliki kesesuaian,
karena progresivisme lebih menekankan pada pandangan pragmatism yang bersifat
empiric. Menurut penulis, pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pengetahuan lebih
lengkap karena pengetahuan itu adalah hasil cipta, rasa, dan karsa.
Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang belajar adalah Nampak pada konsep
mengenai tri pusat Pendidikan, bahwa anak didik tidak semata-mata hanya belajar di
sekolah tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Kesempurnaan
pendidikaan dalam masyarakat akan terwujud apabila orang-orang yang
berkepentingan, yaitu orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru dengan anak atau
pemuda, bersatu paham sehingga system tri pusat Pendidikan itu akan tercapai.
Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan Pendidikan
yangberbeda dengan progresivime, jika progresivisme menganggap bahwa banyak hal
itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang,
maka esensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat.
Sumbangan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bagi Pendidikan Indonesia yaitu
system paguron, menurut pandangannya merupakan suatu system Pendidikan nasional
karena system Pendidikan ini berorientasi pada nilai-nilai kultur, hidup kebangsaan
serta kemasyarakatan Indonesia.
Gagasan Ki Hadjar Dewantara menciptakan Pendidikan berbentuk pondok
asama terwujud secara fisik melalui pembangunan Sma Taruna Nusantara di
Magelang 1990. Penjalbaran system pondok ini tampak dalam bentuk kerjasama
taman siswa dengan ABRI. Sekolah ini menggunakan asrama sebagai system
Pendidikannya, sehingga semua tinggal Bersama-sama satu kompleks dengan para
guru dan pengurus sekolah, membentuk suatu masyarakat kekeluargaan dalam
kebersamaan yang tinggi.

4
Asas taman siswa mengatakan bahwa hak seseorang akan mengatur dirinya
sendiri dengan mengingatkan terbitnya persatuan di dalam kehidupan umum.
Sebenarnya, taman siswa bukanlah sekedar sekolah, namun sebuah badan perjuangan,
kebudayaan, dan pembangunan masyarakat yang berdasarkan kiprah Pendidikan
dalam arti luas.
Pengaruh budaya luar tidak bisa ditolak, jika terdapat hal yang baik, bisa
diambil dijadikan ajaran baru, sedangkan yang jelek dibuang. Filter dari semuanya
adalah kesadaran akan kodrat alam bahwa manusia mempunyai kebiasaan-kebiasaan
hidup yang berbeda-beda antara satu bangsa dengan bangsa lain.
Di pilihnya system paguron dari Ki Hadjar Dewantara karena system pondok
yang dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara besar sekali faedahnya. Yaitu pertama,
membuat murah belanja. Seorang yang hidup paguron seharusnya berani hidup
sederhana. Menurut prof. van Vollenhoven dalam tulisannya, the old glory, yang
dikutip prof dr. sukanto, Ki Hadjar Dewantara seorang diantara sedikit orang yang
memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran berdasarkan kekuatan sendiri,
yang lebih murah untuk masyarakat, seratus kali lebih berguna dan lebih baik
daripada pengajaran yang berdasarkan barat. Faedah yang kedua, guru-guru dan
murid hidup Bersama tiap hari. siang dan malam berkumpul dan bergaul Bersama
menurut pedagogic yang hidup, yakni dengan contoh-contoh keteladanan, terutama
dalam suasana kehidupan keluarga sehari-hari yang nyata dan baik.

B. Jurnal pembanding
Kurikulum Pendidikan di Indonesia telah berkembang dalam beberapa kali
namun landasan filsafat yang digunakan jarang digali.hasil penelitian ini yang utama
menemukan bahwa hakikat kurikulum Pendidikan 2013 adalah meningkatkan basis
perubahan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan pada diri peserta didik demi
terciptanya pendidikan karakter yang baik.
Dipendahuluan menjelaskan perubahan kurikulum disinyalir menjadi salah
satu alasan munculnya berbagai permasalahan dalam bidang Pendidikan. Kurikulum
menjadi amat penting dalam sebuah proses Pendidikan sebagai acuan utama untuk
mencapai tujuan Pendidikan secara umum.
Kurikulum 2013 melandaskan argument pada Menteri Pendidikan,
Muhammad nuh dirancang untuk mendorong peserta didik agar mampu lebih baik
dalam melakukan observasi/mengamati, bertanya, menalar, dan mengomunikasikan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang bagus namun persoalan yang melingkupi
kurikulum 2013 jumlahnya tidak sedikit. Kurikulum ini menjadi seperti gado-gado
yang harus diolah sedemikan rupa sehingga semua aspek, baik itu pemerintahan, guru,
peserta didik mau dan mampu menginplementasikannya.
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat se- hingga sudah
sewajarnya pemikir-pemikir filsafat memberikan kritik dan saran terhadap berbagai
permasalahan mengenai pendidikan, ti- dak terkecuali mengenai kurikulum 2013.
Progressivisme menyatakan bahwa kurikulum dapat beru- bah karena zaman dan ilmu

5
pengetahuan berubah, jadi perubahan adalah hal yang wajar. Penelitian yang
dilakukan terhadap kurikulum sekolah tahun 2013 dari sudut pandang filsafat
pendidikan progresif menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, kurikulum pendidikan di Indonesia semakin berkembang dan
membaik. Program tahun 2013 merupakan program yang fokus pada pendidikan
karakter. Hakikat kurikulum 2013 adalah meningkatkan landasan perubahan sikap,
pengetahuan, keterampilan. Ketiga keterampilan sikap, pengetahuan dan keterampilan
harus dievaluasi secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah. Tujuannya adalah
melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif untuk mengentaskan kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan peradaban.
Kedua, setiap program harus mempunyai landasan filosofis yang berfungsi
menentukan mutu, arah dan tujuan pendidikan. Program 2013 dikembangkan
berdasarkan filosofi bisnis eklektik. Eklektisisme sintetik berarti mengambil unsur-
unsur baik dari aliran filsafat asing dan mengintegrasikannya ke dalam sistem
pendidikan nasional. Landasan filosofis yang dituangkan dalam Kurikulum 2013
adalah eklektisisme sintetik yang mengeksplorasi berbagai unsur positif filosofi
pendidikan yaitu perenialisme, esensialisme, eksperimen, progresivisme, dan
rekonstruksionisme. Unsur progresif program 2013 menjadi warna utama. Alasan
utamanya adalah karena program Pendidikan tahun 2013 sangat mementingkan siswa
sebagai mata pelajaran pendidikan, guru berperan sebagai pengajar dan mengharuskan
mata pelajaran diintegrasikan dalam satu pelajaran.
Ketiga, Progresivisme sebagai aliran filsafat pendidikan yang mengedepankan
proses, berpendapat bahwa secara teoritis Kurikulum 2013 lebih menekankan pada
anak atau peserta didik sebagai objek pendidikan. Program sekolah tahun 2013
berharap agar anak-anak dan siswa tidak menjadi generasi terbelakang yang tidak
memahami perkembangan saat ini. Kemajuan pendidikan yang diinginkan pada
Kurikulum 2013 adalah kemajuan kreatif.

6
BAB 3

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN


A. JURNAL PERTAMA
1. Kelebihan jurnal pertama
Memaparkan secara jelas dan detail mulai dari penelitian hasil penelitian
dan kesimpulan, dalam jurnal ini juga banyak penyajian pendapat-pendapat
para ahli dalam menejelaskan materi ini sehingga memudahkan dalam
memahami materi ini
2. Kekurangan jurnal pertama
Jurnal ini penyajiannya banyak menggunkan Bahasa asing sehingga
membuat pembaca mencari terlebih dahulu artinya, dalam jurnal ini penyajian
yang digunakan terlalu sitematik.
B. JURAL PEMBANDING
1. Kelebihan jurnal pembanding
Jurnal ini dilengkapi dengan abstrak kata kunci dan juga daftar pustaka, hasil
dari penelitian disajikan dengan lengkap disertai dengan penejelasan dalam table
sehingga memudahkan untuk memahaminya.
2. Kekurangan jurnal pembanding
Didalam penjelasan materi penulis menyajikan kesimpulan terlalu luas
sehingga membuat pembaca kurang tertarik buat membaca jurnal tersebut.

7
BAB 4

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita Tarik kesimpulan bahwa
critical journal adalah kegiataan untuk mengkritisi sebuah jurnal untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan dalam journal, baik sistematis penulisan, penggunaan
Bahasa, isi materi dan tampilan jurnal. Dari pembahasan kelemahan dan kelebihan
yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa kedua jurnal sudah baik dan
dapat di jadi referensi untuk pembaca.

Anda mungkin juga menyukai