Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : SUGIANTO, S.Pd., M.A

Disusun Oleh :

NAMA : RELASTI PADANG

NIM : 4223121039

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAM ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA S-1

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karenapenulis dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review (CJR)
ini tepat pada waktunya. Critical Jurnal Review (CBR) ini membandingkan
jurnal 1 dengan jurnal pembanding lainnya.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Critical Jurnal Review
(CJR) mata kuliah “Filsafat Pendidikan“. Penulis berharap Critical Jurnal
Review(CJR) ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila mana hendak
membandingkan isi Jurnal tentang Filsafat Pendidikan .Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan s up aya C J R u nt uk
k e d ep an n ya me n j a d i le bi h b a ik l ag i . Ak hi r k at a ,
p e nu li s mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah
memberikan tugas CJR Filsafat Pendidikan ini, agar penulis lebih
memahami mengenai tentang Filsafat Pendidikan dari beberapa Jurnal. Dan
penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya.

Medan, 11 Oktober 2022

Relasti Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...…………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..….ii

DAFTAR ISI……………………………..…………………………………………...…………iii

BAB I PENDAHULUAN……...……………...……..………………………………..…..1

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II RINGKASAN JURNAL…………………..…………………….……………….2

2.1 Jurnal I

2.2 Jurnal II

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL…………..…………………...8

3.1 Jurnal I

3.2 Jurnal II

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………………………..9

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

BAB V DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….10


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kritik jurnal adalah analisa terhadap suatu jurnal untuk mengamati atau
menilai baik buruknya jurnal secara objektif. Kritik jurnal adalah kegiatan
penganalisisan dan pengevaluasian suatu jurnal dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman,memperluas apresiasi, atau menganalisis kelebihan
dan kekurangan jurnal dan membantu memperbaiki kesalahan pada jurnal agar
tidak terjadi kekeliruan kembali. Kegiatan mengkritik jurnal sangatlah penting
mengingat bahwa pembaca dituntut untuk memahami suatu jurnal secara kritis.
Setiap jurnal yang dikritik akan menjadi rujukan pembuatan jurnal yang lebih baik
kedepannya. Apabila kegiatan ini tidak dilakukan maka tidak akan terjadi
kemajuan literasi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Karena dari
kegiatan ini kualitas jurnal yang baik dapat diketahui secara detail dan mendalam.
Dalam hal ini pengkritik akan mengkritik dua buah jurnal yang berhubungan
dengan Filsafat Pendidikan yang bertemakan Pendidikan Berkebutuhan Khusus.
Demi terwujudnya pemahaman tentang materi pembelajaran Filsafat Pendidikan
bagi Mahasiswa yang akan menjadi seorang pendidik.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengulas isi Jurnal.
2. Untuk mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam Jurnal.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
oleh Jurnal.

1
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal 1

 Identitas Jurnal
Judul : Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur)
Pengarang : I Made Sugiarta
Nama Jurnal : Jurnal Filsafat Indonesia
Tahun : 2019
Halaman : 124-136
Volume : 2
ISSN : 2620-7982

 Ringkasan Jurnal
Gagasan-gagasan filosofis Ki Hajar Dewantara telah menjadi pondasi
yang cukup kokoh dalam praksis pendidikan di Indonesia, meskipun dalan
pengejewantahannya dewasa ini sering terinfiltrasi oleh determinasi filosofi
Barat. Munculnya degradasi nilai dalam masyarakat sebagai akumulasi
proses pendidikan yang lebih mengedepankan transformasi knowledge dari
pada transformasi value dalam sistem pendidikan, telah menyentakan
pemangku pendidikan di Indonesia untuk meletakkan kembali pilar filosofi
kendidikan yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia.
Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik maupun potensi cipta, rasa, maupun karsanya
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal maka
dalam pemecahan masalah-masalah pendidikan yang komplek juga
dibutuhkan filsafah-filsafah agar solusi pemecahan masalah tersebut juga

2
dapat dirasakan manfaatnya bagi semua pihak. Salah satu tokoh yang
memiliki filsafah pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara, beliau adalah
seorang bangsawan dari lingkungan Kraton Yogyakarta yang peduli dengan
lingkungan pendidikan.

Filsafat pendidikan, secara harfiah mengandung substansi filsafat dan


pendidikan. Filsafat (Philosophy) berasal dari kata Philos (cinta) dan Sophia
(kebijaksanaan) bahasa Yunani yang menjadi asal muasal kata dari filosofi
atau filsafat. Filosofi berarti cinta akan kebijaksanaan. Filosofi dikatakan
sebagai ilmu yang menjadi dasar dari seluruh ilmu yang menjadi panutan
manusia.Tanpa adanya sebuah filosofi maka ilmu yang lain tidak akan
berkembang. Filosofi dapat berguna untuk mengentaskan manusia dari
kehilangan jati diri yang memiliki sebuah tujuan dan arah. Secara steriotif,
filsafat dapat dipandang sebagai berpikir reflektif-kritis terhadap suatu
realita, dalam rangka mencari kebenaran/kebijaksanaan. Di sisi yang lain,
pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis,
harmonis, dan dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan.

Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan


“Sistem Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan
anak sebagai sentral proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka setiap
pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap:
Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri handayani.
a.) Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan

3
atau lebih berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti memberi contoh,
memberi teladan (Ki Muchammad Said Reksohadiprodjo, 1989: 47). Jadi
ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, sebagai pendidik adalah orang
yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu menjadi
contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa
(Among).
b.) Ing Madya Mangun Karsa
Mangun karsa berarti membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk
mengabdikan diri kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur.
Sedangkan ing madya berarti di tengahtengah, yang berarti dalam pergaulan
dan hubungannya sehari-hari secara harmonis dan terbuka. Jadi ing madya
mangun karsa mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai
pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan
kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan
diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal (Momong)
c.) Tutwuri Handayani
Tutwuri berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan
penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari
pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive, protective dan
permissive yang sewenang-wenang. Sedangkan handayani berarti memberi
kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang
memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri,
supaya mereka berkembang menurut garis kodrat pribadinya (Ngemong).
Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai
“peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu
amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yng patut diperhatikan, yaitu
(a) Memberi contoh (voorbeelt),
(b) Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming),
(c) Pengajaran (wulang-wuruk),
(d) Laku (zelfbeheersching). Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa)

4
2.2 Jurnal II
 Identitas Jurnal
Judul : Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Progresivisme
Pengarang : Ika Nurma Noviyanti
Nama Jurnal : Journal of Mathematics and Mathematics Education
Tahun : 2019
Halaman : 35-43
Volume : 9
ISSN : 2089-8878

 Ringkasan Isi Jurnal


Perlu dipahami bahwa kurikulum adalah jantung pendidikan.
Kurikulum pendidikan di Indonesia sudah mengalami berbagai pergantian
yang di dasarkan pada penyempurnaan kurikulum sebelumnya begitu juga
dengan Kurikulum 2013 yang menyemprnakan kurikulum sebelumnya.
Landasan filsafat yang digunakan dalam merancang kurikulum sangatlah
penting guna menentukan tujuan pendidikan. Hasil dari penelitian bahwa
Kurikulum 2013 dapat meningkatkan perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan terhadap peserta didik untuk terwujudnya pendidikan karakter
yang lebih baik. Kurikulum 2013 memiliki sebuah tujuan yaitu melahirkan
generasi aktif, inovatif dan kreatif yang bertujuan mampu mengurangi
kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan kehidupan. Kurikulum 2013
mempunyai landasan filsafat yang mengadopsi filsafat asing atau disebut
dengan eklektik inkorporatif kemudian disinkronkan dengan sistem
pendidikan nasional Indonesia. Progresivisme adalah aliran filsafat
pendidikan yang menitik beratkan pada sebuah proses, dimana Kurikulum
2013 secara teori lebih menitik beratkan pada peserta didik. Kurikulum 2013
menggambarkan jika peserta didik harus mendapatkan pembelajaran yang
sesuai dengan berkembangnya zaman agar melahirkan generasi pembaharu

5
dan setiap kompetensi pada peserta didik dinilai secara menyeluruh baik
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia agar manusia


menjadi lebih manusiawi. Nilai kemanusiaan adalah tujuan sebuah
pendidikan baik dari segi kepribadian, keterampilan, dan kepatuhan terhadap
sang Pencipta. Nilai yang dimaksud adalah kesiapan seseorang untuk
menyerahkan diri dan patuh terhadap sang Pencipta. Pendidikan merupakan
hal yang krusial bagi keberlangsungan hidup manusia di masa mendatang.
Oleh karena itu, bidang pendidikan harus diarahkan untuk mendapatkan
hasil yang unggul dan diperlukan kesiapan berbagai bidang agar bangsa
Indonesia tidak dimangsa oleh negara lain. Dalam dunia pendidikan juga
dikenal istilah kurikulum, kurikulum ialah program pembelajaran dan
pengajaran yang dilandasi oleh sebuah lembaga pendidikan dengan
rancangan pembelajaran yang dikenakan kepada anak didik dalam kurun
waktu tertentu guna mencapai sebuah tujuan tertentu. Kurikulum
mempunyai banyak fungsi yang diantaranya sebagai sarana mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Kurikulum 2013 adalah awal dari terbentuknya tujuan pendidikan


nasional. Tujuan pendidikan nasional mengharapkan manusia agar berakhlak
mulia, bertakwa, dan beriman, berilmu, sehat, cakap, demokratis, mandiri,
bertanggungjawab, dan kreatif. Filsafat pendidikan yang hadir sebagai
landasan kurikulum yaitu rekonstruksivisme, perennialisme, progressivisme,
eksperimentalisme, dan essensialisme. Kurikulum 2013 sendiri
menggunakan landasan filsafat yang mengadopsi filsafat asing atau disebut
dengan eklektik inkorporatif kemudian disinkronkan dengan sistem
pendidikan nasional Indonesia.
Kurikulum 2013 mempunyai landasan filsafat yang mengadopsi filsafat
asing atau disebut dengan eklektik inkorporatif kemudian disinkronkan
dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Progresivisme adalah aliran

6
filsafat pendidikan yang menitik beratkan pada sebuah proses, dimana
Kurikulum 2013 secara teori lebih menitik beratkan pada peserta didik.
Kurikulum 2013 menggambarkan jika peserta didik harus mendapatkan
pembelajaran yang sesuai dengan berkembangnya zaman agar melahirkan
generasi pembaharu dan setiap kompetensi pada peserta didik dinilai secara
menyeluruh baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Mengingat pentingnya kurikulum di dunia pendidikan, dengan


demikian kurikulum harus dibuat dan dilakukan dengan baik. Artinya,
kurikulum bisa dikembangkan menuju yang lebih baik dengan
mempertimbangkan sumber daya manusianya. Berdasarkan uraian di atas,
terdapat aliran filsafat yang sejalan dengan dikehendakinya perubahan di
dunia pendidikan. Aliran filsafat pendidikan yang dimaksud yakni aliran
filsafat progresivisme dimana suatu aliran filsafat yang menginginkan
adanya perbaikan untuk sebuah pembaharuan atau perubahan.

7
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

3.1 Jurnal 1
 Kelebihan
Isi jurnal I lebih lengkap dibandingkan dengan jurnal II.
Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik, dan bahasa yang
digunakan mudah dipahami.
Jurnal ini memaparkan beberapa teori-teori dari referensi.

 Kekurangan
Penulisan angka/tiap point-point tersusun kurang rapi.

3.2 Jurnal II
 Kelebihan
Penulisan jurnal cukup rapi.
Referensi yang digunakan peneliti sudah cukup baik, dan bahasa yang
digunakan mudah dipahami.
 Kekurangan
Penulisan angka/tiap point-point tersusun kurang rapi.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jurnal tersebut sudah cukup baik bagi para pembaca yang ingin
mengetahui mengenai Filsafat Pendidikan.
Dimana penulis memaparkan isi paparan jurnal dan juga jelas dan
dilandaskan beberapa teori-teori ahli.

4.2 Saran

Semoga apa yang dibahas dalam CJR ini mengenai Filsafat Pendidkan dapat
dipahami agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

9
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Ika Nurma Noviyanti.(2019). Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filsafat

Pendidikan Progresivisme.Surakarta : Journal of Mathematics and

Mathematics Education.(9).Hlm.35-43.

I Made Sugiarta.(2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh

Timur).Singaraja : Jurnal Filsafat Indonesia.(2).Hlm. 124-136.

10

Anda mungkin juga menyukai