Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Filsafat pendidikan
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Sudirman, S.E, M.Pd
Dwi Maya Novitri, S.Pd, M.Hum

NAMA : SURYANI LAYLA SITOMPUL


NIM : 5223343001
KELAS : REG’C 2022

PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas berkat
dan rahmatnya Saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah FILSAFAT
PENDIDIKAN ini yang berjudul ‘’Critical Journal Report’’.
Saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Sudirman, S.E, M.Pd dan Ibu Dwi Maya
Novitri, S.Pd, M.Hum yang sudah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas ini,
kepada semua yang sudah memberikan saran dan kritik,dan semua yang sudah
membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini. Saya mengharapkan agar tugas ini tidak
hanya agar terpenuhinya tugas kuliah, tetapi juga dapat bermanfaat bagi semua
pembacanya, dan semoga juga dapat menambah pengetahuan bagi saya dan pembaca.
Saya sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan Saya dan Saya juga mengharapkan
kritik dan saran dalam tugas ini agar di lain waktu Saya bisa membuat tugas dengan
lebih baik lagi.
Akhir kata Saya ucapkan terima kasih

Medan, Oktober 2022

Suryani layla sitompul

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1-3
A. Rasionalisasi pentingnya CJR................................................... 1
B. Tujuan penulisan CJR............................................................... 1
C. Manfaat penulisan CJR............................................................. 1
D. Identitas jurnal.......................................................................... 1-3
BAB II PEMBAHASAN…............................................................. 3-8
A. Jurnal 1 …………......…...………….................................... 3-5
B. Jurnal 2 ………….................................................................. 6-8
BAB III PENUTUP………..…........………...................................…8
A. Kesimpulan............................................................................... 8-9
B. Saran............................................... ............................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review
Kritik jurnal adalah analisa terhadap suatu jurnal untuk mengamati atau menilai
baikburuknya jurnal secara objektif. Kritik jurnal adalah kegiatan penganalisisan
danpengevaluasian suatu jurnal dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman,
memperluas apresiasi, atau menganalisis kelebihan dan kekurangan jurnal dan
membantu memperbaiki kesalahan pada jurnal agar tidak terjadi kekeliruan kembali.
Kegiatan mengkritik jurnal sangatlah penting mengingat bahwa pembaca dituntut
untukmemahami suatu jurnal secara kritis. Setiap jurnal yang dikritik akan menjadi
rujukanpembuatan jurnal yang lebih baik kedepannya. Apabila kegiatan ini tidak
dilakukan maka tidak akan terjadi kemajuan literasi dalam dunia pendidikan
terutama diIndonesia. Karena dari kegiatan ini kualitas jurnal yang baik dapat
diketahui secara detail dan mendalam.
Dalam hal ini pengkritik akan mengkritik dua buah jurnal yangberhubungan dengan
Filsafat Pendidikan yang bertemakan Pendidikan Berkebutuhan Khusus. Demi
terwujudnya pemahaman tentang materi pembelajaran Filsafat Pendidikan bagi
mahasiswa yang akan menjadi seorang pendidik.
B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review
1) Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan,
2) Menambah pengetahuan tentang kegunaan dalam mempelajari Filsafat Pendidikan
terutama dalam materi Pendidikan Berkebutuhan Khusus,
3) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
membandingkan serta memberi kritik pada jurnal,
4) Menguatkan pengetahuan tentang bagaimana bertindak, menilai, mempelajari,
berpendapat terhadap Filsafat Pendidikan dalam materi Pendidikan Berkebutuhan
Khusus, dan
5) Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari jurnal.
C. Manfaat Critical Journal Review
1) Membantu memahami karakteristik dalam proses belajar
2) Memahami dengan jelas materi yang terkandung di dalam jurnal
3) Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk jurnal dan perbandingan
jurnal

1
4) Memperbaiki diri menggunakan teori-teori yang tertera dalam jurnal
5) Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari jurnal
D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview
a) Jurnal Utama
Judul Artikel : FILSAFAT PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
(TOKOH TIMUR)
Nama Journal : Jurnal Filsafat Indonesia
Edisi terbit : Vol 2 No 3 Tahun 2019
Halaman : 124- 136
Pengarang artikel : Made Sugiarta, Ida Bagus Putu Mardana , Agus Adiarta, Wayan Artanayasa
Penerbit : Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Kota terbit : Bali
NomorISSN : E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990
Reviewer : Suryani Layla Sitompul
Direview : Oktober 2022
Alamat Situs ;
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/FILSAFAT_PENDIDIKAN_KI_HAJAR_DEWANTARA_
TOKOH_TIMUR.pdf

b) Jurnal Pembanding
Judul Artikel : MEMBANGUN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
Nama Journal : Jurnal Filsafat Indonesia
Edisi terbit : Vol. 2 No. 2 2019
Halaman : 75-81
Pengarang artikel : Gusti Agung Made Gede Mudana
Penerbit : STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Kota terbit : Bali
NomorISSN : E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990
Reviewer : Suryani Layla Sitompul
Direview : Oktober 2022

2
Alamat Situs :
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/darmana,+I+Gusti+Made+Gede+Mudana+75-81.pdf

PEMBAHASAN ISI JURNAL


A. Pendahuluan
Filsafat (Philosophy) berasal dari kata Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan) bahasa
Yunani yang menjadi asal muasal kata dari filosofi atau filsafat. Filosofi berarti cinta
akan kebijaksanaan. Filosofi dikatakan sebagai ilmu yang menjadi dasar dari seluruh
ilmu yang menjadi panutan manusia.Tanpa adanya sebuah filosofi maka ilmu yang lain
tidak akan berkembang. Filosofi dapat berguna untuk mengentaskan manusia dari
kehilangan jati diri yang memiliki sebuah tujuan dan arah. Secara steriotif, filsafat dapat
dipandang sebagai berpikir reflektif-kritis terhadap suatu realita, dalam rangka mencari
kebenaran/kebijaksanaan. Di sisi yang lain, pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan
dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat
yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Tokoh filsafat pendidikan yang muncul dari dunia timur yang cukup terkenal,
khususnya di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Gagasan-gagasan filosofis Ki Hajar
Dewantara telah menjadi pondasi yang cukup kokoh dalam praksis pendidikan di
Indonesia, meskipun dalan pengejewantahannya dewasa ini sering terinfiltrasi oleh
determinasi filosofi Barat. Munculnya degradasi nilai dalam masyarakat sebagai
akumulasi proses pendidikan yang lebih mengedepankan transformasi knowledge dari
pada transformasi value dalam sistem pendidikan, telah menyentakan pemangku
pendidikan di Indonesia untuk meletakkan kembali pilar filosofi kendidikan yang
dicetuskan oleh tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia. Salah satu tokoh yang memiliki
filsafah pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara, beliau adalah seorang bangsawan dari
lingkungan Kraton Yogyakarta yang peduli dengan lingkungan pendidikan.
DESKRIPSI
Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Latar Belakang Historis Filosopi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan
nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton
Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut
hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu,
ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun
hatinya.

3
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau
merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang
ia berikan begitu besar terhadap bangsanya. Banyaknya karya yang membuat Indonesia
menjadi bangga pun sering ia lakukan. Bahkan saking begitu banyak membuat
Indonesia bangga, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara menjadi hari Pendidikan Nasional.
Substansi Gagasan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Filosofi dalam pendidikan mencakup suatu kebijakan-kebijakan pendidikan yang baru,
mengusulkan cita-cita yang baru tanpa mempertimbangkan persoalan filosofis seperti
hakikat kehidupan yang baik, kemana pendidikan diarahkan. Sebuah filosofi memiliki
bagian yang penting yaitu mencari sebuah norma-norma serta tujuan. Dengan itu
filosofi dapat mendorong manusia memperluas bidang kesadaran untuk menjadi lebih
baik, lebih cerdas dan lebih aktif. Selain itu dapat menumbuhkan keyakinan akan agama
dengan fondasi yang matang secara intelektual dalam diri manusia.
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam
kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan
dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya
sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang
mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan.
Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
a. Lingkungan Keluarga (Primary Community);
Pendidikan Keluarga berfungsi:
(1). Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak,
(2). Menjamin kehidupan emosional anak,
(3). Menanamkan dasar pendidikan moral,
(4). Memberikan dasar pendidikan sosial, dan
(5). Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah;
Fungsi Sekolah antara lain:
(1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik,
(2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah,

4
(3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan,
(4). Di sekolah diberikan pelajaran etika , keagamaan, estetika, membedakan moral,
(5). Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan
menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya
anak didik
c. Lingkungan Organisasi Pemuda.
Peran organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan
sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam
kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan
(social skill) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama
manusia (social attitude).
Implikasi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Dasar yang paling penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah
adanya persamaan persepsi antara penegak atau pemimpin pendidikan tentang arti
“mendidik” itu sendiri. Beliau menyatakan bahwa mendidik itu bersifat humanisasi,
yakni mendidik adalah proses memanusiakan manusia dengan adanya pendidikan
diharapkan derajat hidup manusia bisa bergerak vertikal ke atas ke taraf insani yang
lebih baik dari sebelumnya.
Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar Dewantara memandang
adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar. Semua ini disebut
“Tripusat Pendidikan”. Tripusat Pendidikan mengakui adanya pusat-pusat
pendidikan yaitu;
1) Pendidikan di lingkungan keluarga, Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang
pertama dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga
selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari tiap-tiap
manusia.
2) Pendidikan di lingkungan perguruan, Alam perguruan merupakan pusat perguruan
yang teristimewa berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan
intelektual) beserta pemberian ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Alam
kemasyarakatan atau alam pemuda merupakan kancah pemuda untuk beraktivitas
dan beraktualisasi diri mengembangkan potensi dirinya.
3) Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan atau alam pemuda, sangat erat
kaitannya satu dengan lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, dan
memerlukan kerjasama yang sebaik-baiknya, untuk memperoleh hasil pendidikan
maksimal seperti yang dicita-citakan.

5
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Karakter
Pengertian Pendidikan Karakter
Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan pengertian pendidikan adalah ”Pendidikan,
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin dan karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa
tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras dengan dunianya” (Taman Siswa, 1977).
Definisi pendidikan yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara, menunjukkan bahwa Ki
Hadjar Dewantara memandang pendidikan moral sebagai suatu proses yang dinamis
dan berkesinambungan. Di sini tersirat pula wawasan kemajuan karena sebagai proses
pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kemajuan zaman.
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranak kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan
kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter
kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan dan perilaku.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa terdapat tiga
aspek dalam pembelajaran, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah membangun anak didik menjadi
manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya (Suparlan, 1984).
Selain tripusat pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengemukakan ajaran Trikon. Teori
Trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan nasional yang mengandung tiga unsur
yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi.
a. Dasar Kontinuitas
Dasar kontinuitas berarti bahwa budaya, kebudayaan atau garis hidup bangsa itu
sifatnya kontinu, bersambung tak putus-putus. Kemajuan suatu bangsa ialah lanjutan
dari garis hidup asalnya, yang ditarik terus dengan menerima nilai-nilai baru dari
perkembangan sendiri maupun dari luar. Jadi kontinuitas dapat diartikan bahwa dalam
mengembangkan dan membina karakter bangsa harus merupakan kelanjutan dari
budaya sendiri.
b. Dasar Konsentris
Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan harus bersikap
terbuka, namun kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar kita. Hanya

6
unsur unsur yang dapat memperkaya dan mempertinggi mutu kebudayaan saja yang
dapat diambil dan diterima, setelah dicerna dan disesuaikan dengan kepribadian bangsa.
c. Dasar Konvergensi
Dasar konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter bangsa, bersama
sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kebudayaan kesatuan
umat sedunia (konvergen), tanpa mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa
masing-masing. Kekhususan kebudayaan bangsa Indonesia tidak harus ditiadakan,
demi membangun kebudayaan dunia.
Dasar Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara mengembangkan sistem pendidikan melalui Perguruan Taman
Siswa yang mengartikan pendidikan sebagai upaya suatu bangsa untuk memelihara dan
mengembangkan benih turunan bangsa itu. Untuk itu, Ki Hadjar Dewantara
mengembangkan metode among sebagai sistem pendidikan yang didasarkan asas
kemerdekaan dan kodrat alam. Ki Hadjar Dewantara mengartikan merdeka sebagai
kesanggupan dan kemampuan untuk berdiri sendiri guna mewujudkan hidup diri
sendiri, hidup tertib, dan damai dengan kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka tidak hanya
berarti bebas, tetapi harus diartikan sebagai kesanggupan dan kemampuan, yaitu
kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi (Taman Siswa, 1977).
Pokok Ajaran/ Sistem Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara telah menciptakan sistem pendidikan yang merupakan sistem
pendidikan perjuangan. Falsafah pendidikannya adalah menentang falsafah penjajahan
dalam hal ini falsafah Belanda yang berakar pada budaya Barat.
Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem Among”
sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak sebagai sentral proses
pendidikan. Dalam Sistem Among, setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses
pendidikan diwajibkan bersikap: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
dan Tut wuri handayani (MLPTS, 1992).
a. Ing ngarsa sung tuladha
Ing ngarsa berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan lebih
berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti memberi contoh, memberi teladan
(Reksohadiprodjo, 1989). Guru harus bisa menjaga tingkah lakunya supaya bisa
menjadi teladan. Dalam pembelajaran, apabila guru mengajar menggunakan metode
ceramah, guru harus benar-benar siap dan tahu bahwa yang diajarkannya itu baik dan
benar.
b. Ing madya mangun karsa
Berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik) ketika berada di tengah harus mampu
membangkitkan semangat, berswakarsa, dan berkreasi pada anak didik. Hal ini dapat

7
diterapkan bila guru menggunakan metode diskusi. Sebagai narasumber dan sebagai
pengarah, guru dapat memberikan masukan-masukan dan arahan.
c. Tut wuri handayani
Berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik) berada di belakang, mengikuti, dan
mengarahkan anak didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Ketika guru berada di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan,
dapat terjadi anak didik akan berusaha bersaing, berkompetisi menunjukkan
kemampuannya yang terbaik (Soeratman, 1989).

PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi jurnal
jurnal yang cukup baik jika dilihat dari segi pemaparan materi hingga kelengkapan data
yang digunakan penulis, sebagai sumber untuk pembuatan jurnal dalam makalah ini.
B.Kelebihan dan kekurangan isi jurnal
1.Dilihat dari aspek ruang lingkup isi artikel Jika dilihat dari aspek ruang lingkup isi
jurnal, maka jurnal yang di review inisudah dapat di katakan sebagai jurnal yang bagus
karena penjelasan serta isinya yang sangat detail dan di susun dalam bentuk point-point.
Ditambah lagi terdapat pedahuluan yang di jelaskan secara baik, yang semakin
membuat pembaca mudah dalam menganalisis data dalam jurnal. Dalam jurnal ini juga
membahas contoh-contoh permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu,jika dilihat dari aspek ruang lingkup isi jurnal maka pembahasan isi dalam jurnal ini
sudah cukup bagus.
2.Dilihat dari aspek tata bahasa Jika di lihat dari segi tata bahasa, Jurnal yang di review
ini sudah menggunakan tatanan bahasa yang baik dan mudah di mengerti.

PENUTUP
A.Kesimpulan
Dilatarbelakangi oleh dorongan heroik terlepas dari pusaran tirani penjajahan Belanda,
telah mendorong Ki Hajar Dewantara untuk memaknai pendidikan secara filosofi
sebagai upaya memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan
kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat,
mentalitas demokratik); filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bersendikan pada tiga
pilar pemikiran pendidikan, yakni Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
dan Tutwuri handayani, kemudian dijawantahkan dalam sistem among, momong,
ngemong dalam proses pembelajaran; Bertolak dari filosofi pendidikan Ki Hajar

8
Dewantara maka pendidikan harus menjamin terjadinya proses transformasi knowledge
menuju proses transformasi nilai (value).
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah bersifat nasional. Artinya, secara
nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama dengan tidak mengabaikan
budaya lokal. Bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, ras, dan agama
hendaknya memiliki kesamaan corak dalam mengembangkan karakter anak bangsanya.
Pembentukan karakter peserta didik perlu melibatkan tri pusat pendidikan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat) secara sinergis. Pengembangan karakter peserta didik perlu
memperhatikan perkembangan budaya bangsa sebagai sebuah kontinuitas menuju ke
arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi), dan tetap memiliki sifat kepribadian di
dalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentris).
B. Saran
saran kepada penulis lainya untuk menggali lebih mendalam lagi mengenai tokoh Ki
Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan yang sangat berjasa mengembangkan
pendidikan di Indonesia pada zamannya.

Anda mungkin juga menyukai