Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANALISIS BIDANG STUDI PPKN DITINJAU DARI PERSEKTIF FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu : Dr. Jawatir Pardosi , M.Si

Disusun Oleh :

Melda Nur Ulandari

PPKN A

NIM : 2205056032

PROGRAM STUDI PPKN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

KALIMANTAN TIMUR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah tentang “Analisis Bidang Studi PPKn
ditinjau dari persektif Filsafat Ilmu” dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat, serta para pengikutnya hingga
akhir zaman nanti.
Adapun makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu. Makalah ini berisikan tentang Analisis Bidang Studi PPKn ditinjau dari persektif
Filsafat Ilmu. Semoga makalah “Analisis Bidang Studi PPKn ditinjau dari persektif Filsafat
Ilmu” ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat khususnya
mahasiswaserta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kitasemua.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin makalah ini
masihjauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yangmembangun dari pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk penulis dan
parapembaca. Untuk kedepannya, penulis berharap agar memperbaiki bentuk dan isi
makalah menjadi lebih baik lagi

Samarinda, 28 November 2022

Melda Nur Ulandari

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah PPKn ............................................................................................................... 3
B. Definisi PPKn ............................................................................................................... 7
C. Runag Lingkup PPKn................................................................................................... 7
D. Objek PPKn.................................................................................................................. 8
E. Metode PPKn................................................................................................................ 10
F. Kekuatan dan Kelemahan PPKn ................................................................................... 11
G. Kedudukan PPKn dalam Pohon Ilmu Pengetahuan ..................................................... 13
H. Metode Pengembangan PPKn ...................................................................................... 16
I. Manfaat PPKn.............................................................................................................. 19
J. Tanggung Jawab Ilmuwan PPKn ................................................................................ 20
K. Apa Peran yang Anda Lakukan Untuk Perkembangan PPKn .................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 21
B. Saran ............................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh


dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. ilmu terebut sering disebut
dengan civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai
democracy education.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


memfokuskanpada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dankewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil, dan
berkarakter yangdiamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
membahas berbagaiaspek dalam kehidupan, yaitu pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosial kultural,bahasa, usia, dan suku bangsa. Dengan penyempurnaan kurikulum
tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan
membahas tentang hubungan antara warga negaradengan negara. Sebutan Pendidikan
Kewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan.Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengannegara. Kalau kaitan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam lingkup Filasafat Ilmu menjadi kajiandalam penerapan
Pendidikan Kewarganegaraan sendiri dan menjadi dasar pengembangan ilmupengetahuan.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas pemahaman PendidikanKewarganegaraan yang
berkaitan serta berkedudukan dalam bidang Filsafat Ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Sejarah PPKn dan Tokoh yang paling berpengaruh dalam setiap
perkembangannya.
2. Menjelaskan Definisi PPKn.
3. Menjelaskan Ruang Lingkup PPKn.
4. Menjelaskan Objek PPKn.
5. Menjelaskan Metode PPKn.
6. Menjelaskan Kekuatan dan Kelemahan PPKn.
7. Menjelaskan Kedudukan PPKn dalam pohon ilmu pengetahuan.
8. Menjelaskan Metode Pengembangan PPKn.

1
9. Menjelaskan Manfaat PPKn.
10. Menjelaskan Tanggung Jawab Ilmuan PPKn.
11. Bagaimana peran yang anda lakukan untuk pengembangan PPKn.

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui Sejarah PPKn dan Tokoh yang paling berpengaruh dalam
setiap perkembangannya.
2. Agar dapat mengetahui Definisi PPKn.
3. Agar dapat mengetahui Ruang Lingkup PPKn.
4. Agar dapat mengetahui Objek PPKn.
5. Agar dapat mengetahui Metode PPKn.
6. Agar dapat mengetahui Kekuatan dan Kelemahan PPKn.
7. Agar dapat mengetahui Kedudukan PPKn dalam pohon ilmu pengetahuan.
8. Agar dapat mengetahui Metode Pengembangan PPKn.
9. Agar dapat mengetahui Manfaat PPKn.
10. Agar dapat mengetahui Tanggung Jawab Ilmuan PPKn.
11. Agar dapat memahami peran yang anda lakukan untuk pengembangan PPKn.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Analisis
Bidang Studi PPKn ditinjau dari perseftif Filsafat Ilmu, serta juga diharapkan sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam mengimplementasikan

pengetahuan penulis tentang Analisis Bidang Studi PPKn ditinjau dari perseftif Filsafat Ilmu.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan Analisis Bidang
Studi PPKn ditinjau dari perseftif Filsafat Ilmu , bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini.
BAB 2

PEMBAHASAN

2
A. Sejarah PPKn dan Tokoh yang berpengaruh dalam Perkembangan PPKn

Kewarganegaraan dalam Bahasa lain disebut Civic, selanjutnya dari kata Civic ini dalam
Bahasa inggris artinya mengenai warga negara atau kewarganegaraan. Dari kata Civic, ilmu
kewarganegaraan dan Civic Education, Pendidikan Kewargenegaraan , Pelajaran Civics
diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1790 dalam rangka “Mengamerikakan bangsa
Amerika” atau yang terkenal dengan nama Theory of Americanization”. Sebab seperti
diketahui, bangsa Amerika berasal dari berbagai bangsa yang dating di Amerika Serikat dan
untuk menyatukan menjadi bangsa Amerika maka perlu diajarkan Civics bagi warga negara
Amerika Serikat. Dalam taraf tersebut, pelajaran Civic membicarakan masalah pemerintahan,
hak , kewajiban warga negara dan civics merupakan bagian dari ilmu politik.

Sebelum Indonesia Merdeka, atau tepatnya sebelum proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya telah ada, yaitu pada masa Hindia Belanda. Istilah
Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat di masa ini yaitu Burgerkunde. Pelajaran ini pada
hakikatnya untuk kepentingan penguasa colonial, yang pada saat itu diberikan di sekolah
guru, sedangkan kebanyakan sekolah lanjutan mendapat pelajaran Staats Inrichting (Tata
Negara) terdapat dua buku pelajaran Civics yang digunakan, yaitu :

a. Indische Bugerschapkunde, disusun oleh P. Tromps dan diterbitkan oleh penerbit J.B
Wolters Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag, Batavia, 1934 , yang dibicarakan
dalam buku tersebut, masalah masyarakat pribumi , pengaruh barat , bidang sosial,
ekonomi, hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan, masalah pertanian, masalah
perburuhan. Kaum menengah dalam industry dan perdagangan, perubahan ataupun
pertumbuhannya dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (Volsraad), masalah
Pendidikan, Kesehatan masyarakat, pajak , tentara dan Angkatan laut.
b. Rech en Plich (Bambang Daroeso), 1986 karangan J.B. Vortman yang dibicarakan
dalam buku tersebut yaitu : Badan pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana kita
hidup, obyek hukum dimana dibicarakan eigondom Eropa dan hak-hak atas tanah.
Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-kewajiban warga negara dalam
pemerintahan Hindia Belanda, Masalah Undang-Undang, sejarah alat pembayaran dan
kesejahteraan.

Adapun tujuan dari dibuatnya buku tersebut, yakni : agar rakyat jajahan lebih memahami
hak dan kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda, sehingga diharapkan tidak

3
menganggap pemerintah Belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan dukungan dengan
penuh kesadaran dalam jangka waktu yang Panjang.

Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang disetujui
Volksrad, bahwa setiap guru harus memiliki izin mengajar. Dalam pertimbangannya adalah
banyak guru sekolah partikelir bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak mengajar
hanyalah lulusan sekolah guru, Sedangkan lewat Pendidikan non-formal terutama dilakukan
oleh para tokoh pergerakan nasional yakni bung Karno dab Bung Hatta. Pelaksanaan
Pendidikan politik baik yang dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir maupun yang
dilakukan para tokoh pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat dinyatakan sebagai “cikal
bakal” Pendidikan politik atau PKn di zaman Indonesia Merdeka.

Kemudian, tahun 1950, dalam suasana Indonesia merdeka, kedua buku teks tersebut di
atas menjadi buku pegangan guru Civics di sekolah menengah atas, tetapi dalam mata
pelajaran yang termuat pada sekolah menengah atas tahun 1950 itu dikatakan bahwa :
Kewarganegaraan diberikan di samping tata negara adalah tugas dan kewajiban warga negara
terhadap pemerintah, masyarakat, keluarga, dan diri sendiri, misalnya hal-hal yang berkaitan
dengan : (1) Akhlak; Pendidikan, pengajaran, dan ilmu pengetahuan. (2) Kehidupan rakyat,
Kesehatan, imigrasi, perusahaan, perburuhan, agrarian, kemakmuran rakyat, kewanitaan, dan
lain-lain. (3) Keadaan dalam dan luar negari , pertahanan rakyat, perwakilan, pemerintah dan
soal-soal internasional. Pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan melainkan
sebagai dasar yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan yang baik.

Sebagai mata pelajaran di setiap sekolahan, Pendidikan Kewarganegaraan telah


mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal
tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja
disesuaikan dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis,
pendidikan kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan
diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan
materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept.
P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya
berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi,
ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan
tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal
tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun
secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata
4
negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan
umum yang di dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civics dan Pendidikan
Kewargaan Negaradigunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai
nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan
civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968
digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan
Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata
pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD
1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan
kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969).
(Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan
(Somantri, 2001:298)

Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan
dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran
PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan.
Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan
berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu
berorientasi pada value inculcationdengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
(Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan


Nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang
pendidikan (Pasal 39), Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tahun 1994
mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas

5
dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4
dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau
spiral of concept development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila
Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan
dalam setiap kelas.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun


2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi
tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara
substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum
yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini
dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimplementasian PKn sebagaimana diuraikan
diatas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang sekaligus
mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis
operasional kurikuler.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :
(a) Kewarganegaraan (1956)
(b) Civics (1959)
(c) Kewarganegaraan (1962)
(d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)
(f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
(g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Tokoh yang Berpengaruh


Adapun tokoh tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pendidikan
Kewarganegaraan yang mana tokoh tersebut antara lain adalah:
a. Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi.
b. Winataputra dkk seorang yang mewakili Penggunaan istilah “Pendidikan
Kewarganegaraan” dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE
(2005: 6) sebagai ilmu yang mempelajari di bidang kewarganegaraan.
c. Lemhannas dan Dirjen Dikti,sebagai penyusun dan penyempurnaan kurikulum mengenai
PKN

6
B. Definisi PPKn

Adapun pengertian yang di kemukakakn oleh para ahli yang mengangkut definisi
Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
• Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan adalah:
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin
hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu
saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.
• Menurut Branson 1999:4
Civic education dalam demokrasi adalah pendidikan – untuk mengembangkan dan
memperkuat – dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government). Pemerintahan
otonom demokratis berarti bahwa warga negara aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri;
mereka tidak hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi tuntutan orang lain.
• Somantri, 2001:158:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial, ilmu Kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan
dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuanpendidikan
IPS. Menurut saya , Definis Pendidikan Kewarganegaraan adalah

C. Ruang Lingkup PPKn

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek


sebagai berikut :

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, merupakan perpaduan yang sangat erat untuk
menggambarkan makna yang tergantung dalam keberagaman yang ada di Indonesia yang
meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi
dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,


Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional,
Hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melakat pada diri manusia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dari sejak dilahirkan ke dunia yang tidak dapat dicabut atau

7
diganggu oleh siapa pun. meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, penghormatan dan perlindungan
HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang


pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,


Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya
politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi


negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.

8. Globalisasi adalah suatu proses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan di


salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu maupun
masyarakat di daerah jauh. Globalisasi mendorong adanya perubahan yang terjadi dalam
bebrapa bidang meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.

D. Objek PPKn
1. Objek Materi

Objek materi adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau
cabang ilmu.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala
sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1) Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
2) Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

8
a. Objek Materi Filsafat

Muhammad Noor (1981) berpendapat bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek materiil
dan non materiil.

b. Objek Materi PPKn

Objek material PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang
empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan, sikap, dan perilaku warga negara
dalam kesatuan bangsa dan negara.
Objek pembahasan PKn menurut Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/Kep./ 2000 meliputi pokok
bahasan sebagai berikut:
1) Pengantar PKn
a) Hak dan kewajiban warga negara
b) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
c) Demokrasi Indonesia
d) Hak Asasi Manusia
2) Wawasan Nusantara
3) Ketahanan Nasional
4) Politik dan Strategi Nasional
Obyek material merupakan bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang
atau cabang ilmu. Materi pokok yang dijadikan fokus pembelajaran PKn, yaitu
1) Masalah-masalah sosial, politik, yuridis, dan ideologis yang ada dalam masyarakat
sekitar.
2) Hubungan fungsional masalah-masalah dengan berbagai dimensi kebijakan publik.
3) Strategi pemecahan masalah yang mencerminkan konsep dan prinsip demokrasi.
4) Strategi komunikasi untuk mempengaruhi kebijakan publik atas dasar pemecahan
masalah. 5) Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan dijabarkan lebih rinci
yang meliputi pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1) Filsafat Pancasila,
2) Identitas Nasional,
3) Negara dan Konstitusi,
4) Demokrasi Indonesia,
5) Rule of law dan Hak Asasi Manusia,
6) Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara,
7) Geopolitik Indonesia,
8) Geostrategi Indonesia

2. Objek Formal

Definisi

9
Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek
material tersebut. (Contoh Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari
sudut pandangan yang berbeda-beda).
a. Objek Formal Filsafat
Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang menyeluruh,
yang secara umumdapat mencapai hakikat dan objek materiilnya.
b. Objek Formal PPKn
Obyek formal PKn adalah hubungan antara warga negara dengan Negara dan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara
Indonesia dan upaya pembelaan negara Indonesia.
Yang terpenting dalam obyek studi PKn adalah manusia Indonesia, yaitu Warga
Negara Indonesia. Status atau kedudukan seseorang membawa serta peranan seseorang.
Disinilah seseorang dituntut dapat senantiasa menampilkan dirinya sesuai dengan hakikat
manusia. Pangkal tolak untuk supaya manusia itu dapat sesuai dengan statusnya adalah
pengendalian diri.

E. Metode PPKn

Dilihat dari segi pedagogis dan filosofinya, metode yang tepat dalam pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus yang berorientasi pada misi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi dan pembangunan
nilai atau karakter agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas.
Dilihat dari sejarahnya, metode mengajar civics yang terkesan doktriner sehingga
perlu adanya pencerahan atau perbaikan dengan berorientasi mengajarnya pada
mendorongnya partisipasi peserta didik aktif, mempunyai sifat inquiry, dan pendekatan
pemecahan masalah (Somantri, 1976). Metode tersebut secara terencana, dan terukur harus
dilaksanakan di dalam proses pembelajaran civics sebagai upaya menghindari penyakit
pembelajaran tradisional yang cenderung hafalan, isi buku yang sangat dipengaruhi oleh
verbalisme, indoktrinasi, ground covering technique, dan yang sejenisnya adalah yang paling
gampang, serta kurangnya kegiatan-kegiatan penulisan ilmiah mengenai metode
menyebabkan penyebaran prinsipprinsip metode yang tercantum dalam rencana pembelajaran
akan sulit untuk dilaksanakan.
Dalam proses pembelajaran civics atau pendidikan kewarganegaraan perlu
dikembangkan sesuai dengan pendekatan field psychology yaitu strategi pembelajaran yang
mengkombinasikan antara inkuiri dengan ekspositori. Melalui pendekatan inquiry peserta
didik dapat termotivasi untuk belajar secara kontekstual sesuai dengan gejala-gejala
/fenomena kewarganegaraan yang sedang terjadi yang kemudian guru bersama peserta didik
mencari solusi atau jawabannya. Sedangkan dengan pendekatan ekspositori maka
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih bermakna dengan penyampaian materi
secara optimal melalui materi-materi yang faktual dan aktual.
Metode yang dianggap paling cocok untuk memfasilitasi keperluan strategi dan
metode belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antara lain.

10
1) Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
peserta didik. Metode tersebut merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
2) Model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning). Portofolio merupakan
kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas
peserta didik berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji
oleh mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas
berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta grafik photography, dan karya
seni asli.
3) Pendekatan pembelajaran lainnya yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL) yaitu konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorongnya untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Wuryan &
Syaifullah, 2008 : 57).
4) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat menuntut sumber daya
manusia cepat tanggap terhadap persaingan di era globalisasi khususnya dalam bidang
pendidikan.

F. Kekuatan dan Kelemahan PPKn

1. Kekuatan PPKn

Kekuatan PPKn sangat memiliki pengaruh terhadap penguatan karakter setiap orang.
Dimana hal ini dapat dilihat adanya nilai nilai moral ataupun norma yang dilakukan oleh
seseorang atau siswa baik dalam kelas maupun lingkungan sekolah. Seperti halnya juga pada
percaya diri dan mandiri pada pembelajaran, menyelesaikan tugas serta memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi dalam melakukan atau melaksanakan sesuatu. Pembentukan
serta penguatan karakter sangat penting pemuda/pemudi penerus bangsa agar dapat menjadi
manusia yang memiliki rasa saling menghargai sesama manusia dan menghormati orang yang
lebih tua. Karena dimana dalam pembelajaran PPKn memiliki materi dan bertujuan agar
dapat memiliki nilai-nilai dan norma yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peran guru juga harus memberi contoh yang baik kepada siswa, menjadi sebagai
contoh teladan yang baik sebelum mereka memberi pembelajaran kepada siswa. Serta
gurupun harus mengetahui perubahan atau kemajuan diluar seperti di zaman sekarang ini agar
memiliki penyesuaian terhadap pola kehidupan siswa. Karena harus kita sadari bahwa siswa
dapat terjerumus dengan kondisi perkembangan zaman, akibatnya dapat merusak karakter
yang baik dalam diri siswa. Hal ini menunjukkan semua harus berperan aktif dan bekerja

11
sama dalam membina generasi muda. Sehingga dapat menciptakan generasi yang berkarakter
baik, bertanggung jawab, mandiri, religius, serta baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Pentingnya pelaksanaan pembelajaran yang baik akan sangat berpengaruh terhadap


hasil belajar siswa, maka dari itu perlu adanya koordinasi yang baik seluruh elemen sekolah
untuk mengelola dan mengatur proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar yang
sesuai diharapkan kurikulum.

2. Kelemahan PPKn dan Upaya Perbaikannya

Pertumbuhan sains dan teknologi yang semakin moderen akhir akhir ini menuntut
moralitas dan paham nasionalisme yang tinggi, sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak
dibarengi dengan tingkat nasionalisme dan moralitas yang tinggi menyebabkan pendidikan
khususnya pendidikan kewarganegaraan (PKn) kehilangan keutamaannya sebagai wadah
yang humanis. Tidak sedikit orang memiliki pengetahuan kewarganegaraaan yang baik dan
prestasi yang gemilang secara formal akademik tetapi tidak memberikan keuntungan yang
bermakna dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi penyakit masyarakat yang
sangat membahayakan bagi keberadaan budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena semangat
nasionalismenya dan moralitasnya rendah. Pengaruh Negatif globalisasi Tidak sedikit kasus
amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah maupun oleh para intelektual, baik
melalui siaran televisi maupun media masa. Bagaimana seorang anak membunuh ayahnya
maupun ibunya sendiri, kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri
dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini
belum menyentuh ranah kesadaran siswa.
Upaya Perbaikannya adalah Pertama, generasi muda harus berpandangan bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup dan dasar negara, memegang peranan penting untuk dapat menjadi
filter nilai-nilai baru sehingga generasi muda mampu mempertahankan niali budaya asli
Indonesia karena Pancasila akan memilah-milah nilai-nilai mana saja yang seyogyanya bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya akan tetap berada di bawah kepribadian bangsa dan Pancasila
benar-benar dipegang teguh sebagai pandangan hidup yang harus tetap menjadi pijakan dalam
bersikap. Kedua, kemampuan generasi muda beradaptasi dengan dunia yang berubah cepat.

12
G. Kedudukan PPKn Dalam Pohon Ilmu

1. Hubungan PPKn dengan ilmu lainnya yang terdekat

a. Kedudukan PKN dalam filsafat Ilmu


Pendidikan Kewarganegaraan atau sekarang di sebut PKN sebagai cabang dari
pendidikan Filsafat Ilmu secara substantif didesain untuk mengembangkan warga negara
yang cerdas serta mempunyai intelektual yang di dasari oleh nilai nilai pancasila baik untuk
seluruh jalur dan jenjang pendidikan.
Yang mana hingga saat ini PKN memiliki kedudukan di dalam pendidikan nasional
indonesia sebagai ilmu pengetahuan yang mana terdiri dalam lima status yaitu diantaranya: a.
Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah
b. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi
c. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan filsafat ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru
d. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau sejenisnya yang pernah dikelola
oleh
Pemerintah sebagai suatu crash program
e. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok
pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai
pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan Program Pendidikan Filsafat Ilmu Sosial
sebagai program pendidikan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
b. Kedudukan PKN dalam Pendidikan Agama
Interaksi Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Agama sangat dekat dan
erat, karena dalam studi PKn banyak pembahasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

13
Ketuhanan dimana studi tentang Ketuhanan itu masuk dalam ilmu agama. Seperti yang
terdapat dalam sila pertama, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
c. Kedudukan PKN dalam Ilmu Sejarah
Memang Benar Pendidikan Kewarganegaraan bukan merupakan bagian dari ilmu
sejarah, namun sejarah mempunyai hubungan yang berkaitan dengan Pendidikan
Kewarganegaraan, ibarat tidak ada masa depan kalau tidak ada masa lalu (sejarah) begitu juga
ilmu PKN. Tidak mungkin lahir Ilmu PKn jika tidak ada sebab dan akibat (sejarah). Dalam
hal ini PKn membahas mengenai kewarganegaraan, yang mana menyangkut dengan Negara
dan munculnya suatu negara berhubungan dengan sejarah.
d. Kedudukan PKN dalam Ilmu Politik
Inti dari politik adalah Kekuasaan, dan kekuasaan pasti berhubungan dengan
organisasi, yang mana negara juga termasuk dalam sebuah organisasi dunia. PKn
mempelajari mengenai kewarganegaraan dalam arti luas mempelajari mengenai Warga
(rakyat) dan Negara. Dalam kasus ini ilmu politik mempunyai hubungan dengan PKn yang
mana politik dengan kekuasaannya memimpin suatu organisasi yang bernama Negara dan
warga (rakyat)lah yang menjadi tujuan dan sumber dibentuknya suatu Negara tersebut.
e. Kedudukan PKN dalam Ilmu Hukum
Ilmu Hukum secara spesifikasi dimaksudkan adalah Hukum Pidana, Hukum Acara,
Hukum Adat, Hukum Perkawinan, Hukum Agraria yang mana inti dari Hukum tersebut
adalah sangsi (Hukuman). Dalam PKN mempelajari sebuah Negara dan negara juga pasti
terbentuk dengan bermodalkan aturan-aturan yang berbentuk HUKUM sebagai landasan
Negaranya. Oleh karena itu, PKN berhubungan dengan Ilmu hukum yang mana PKN sebagai
Bentuk Negaranya dan Ilmu Hukum sebagai aturannya.
f. Kedudukan PKN dalam Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di
dalamnya. Di dalam PKN juga mempelajari mengenai warga masyarakat (rakyat) yang mana
rakyat menjadi salah satu unsur terbentuknya suatu negara dan rakyatlah yang menjalankan
HAM. Dalam hal ini sosiologi mempelajari hubungan antar masyarakat satu dengan yang lain
dari segi masyarakat sebagai komponen Negara atau sebagai warga Negara

2. Hubungan PPKn dengan ilmu lainnya yang jauh

a) Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam
masyarakat di dalam PKn juga mempelajari mengenai Warganegara /masyarakat yang mana
tentunya masyarakat tersebut terkait dengan faktor ekonomi dalam menjalankan kehidupan
sehari hari.

b) Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental masyarakat. Di
dalam PKn masyarakat atau warganegara merupakan obyek kajian PKn yang mana psikologis

14
juga mempelajari tingkah laku ataupun mental warganegara atau masyarakat terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara.

c) Bahasa Indonesia

Bahasa indonesia mempelajari mengenai bahasa indonesia yang benar dan salahnya,
dalam hal ini bahasa indonesia identik dengan Negara Indonesia yang mana sebagai bahasa
pemersatu bangsa, sedangkan PKn sebagai ilmu kewarganegaraan juga identik dengan negara
Indonesia yang mana lewat nilai- nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. PKn dan bahasa Indonesia mempunyai keidentikan yang sama yaitu
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan negara Indonesia, kedua ilmu tersebut
mempunyai hubungan tetapi hubungan tersebut sangat jauh.

H. Metode Pengembangan PPKn

Metode dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam


menyampaikan pelajaran secara tepat masih belum memenuhi harapan. Untuk itulah
diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai solusi, yaitu menggunakan
model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning) yang diharapkan mampu
melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan
mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu
kebebasan berfikir, berpendapat, aktif dan kreatif.
Model pembelajaran portofolio dapat membangkitkan minat pemahaman nilai-nilai
kemampuan berpartisipasi secara efektif, serta diiringi suatu sikap tanggung jawab.
Alasan penggunaan model pembelajaran portofolio dalam pembelajaran PKn mengacu pada
pendekatan sistem Contextual Teaching Learning (CTL), model kegiatan sosial dan PKn,
metode bercerita, model pembelajaran induktif, dan model pembelajaran deduktif.

1. Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Karakteristik Model Contextual Teaching Learning (CTL) sebagai berikut:

• Keadaan yang memengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajarannya.


• Dengan menggunakan waktu, yaitu masa lalu, sekarang, dan akan datang.
• Lawan dari texbook centered.
• Lingkungan budaya, sosial, pribadi, ekonomi, dan politik.
• Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
15
• Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
• Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu
permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain.

2. Model Kegiatan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan

Model yang dipelopori oleh Fred Newman ini mencoba mengajarkan pada siswa
bagaimana memengaruhi kebijakan umum. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba
memperbaiki kehidupan siswa dalam masyarakat atau negara, dengan mencoba
mengembangkan kompetensi lingkungan dan memberikan dampak pada keputusan-keputusan
kebijakan, memiliki tingkat kompetensi dan komitmen sebagai pelaksana yang bermoral.
Model ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
dalam masyarakat.

3. Metode Bercerita

Menciptakan pembelajaran PKn yang menyenangkan dengan metode bercerita, sangat


baik dalam membangun karakter dan kepribadian siswa. Dalam kegiatan ini guru harus
pandai memilih cerita yang sesuai dengan perkembangan anak, juga disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang sedang ditanamkan. Ajaklah para siswa duduk melingkar di atas
karpet, perlihatkan buku yang akan dibacakan, kondisikan siswa agar fokus pada cerita yang
akan disampaikan.
Guru juga dapat melibatkan anak dalam alur cerita. Setelah bercerita, guru dapat
mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis sesuai cerita yang telah
didengarkan, hal ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap isi cerita, dan juga
sebagai alat penilaian di akhir pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Induktif

Model ini dikembangkan oleh filsuf Francis Bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkret sebanyak mungkin. Semakin banyak
fakta semakin mendukung kesimpulan.
Langkah model pembelajaran induktif adalah sebagai berikut:

16
1. Pemilihan prinsip: Guru harus memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan
dengan pendekatan induktif.
2. Pemberian contoh: Guru menyajikan contoh khusus, yang mendukung prinsip, atau
aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam
contoh.
3. Pemberian contoh lain: Guru memberikan contoh khusus, yang mendukung prinsip,
atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung
dalam contoh.
4. Menyimpulkan: Guru menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh
kemudian disimpulkan dari contoh tersebut menuju sebuah prinsip yang hendak
dicapai siswa.

5. Model Pembelajaran Deduktif

Model pembelajaran deduktif merupakan pendekatan yang menggunakan penalaran


dari umum ke khusus. Langkah-langkah model pembelajaran deduktif adalah sebagai berikut:

1. Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.


2. Guru menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi, dan
contohnya.
3. Guru menyajikan contoh khusus agar siswa dapat meyusun hubungan antara keadaan
khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok.
4. Guru menyajikan bukti-bukti yang cukup untuk menunjang atau menolak kesimpulan
bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

I. Manfaat PPKn, Etika Kewarganegaraan

1. Membentuk Rasa Nasionalisme

Manfaat pertama adalah membentuk rasa nasionalisme dalam hati setiap warga
negara. Rasa nasionalisme atau kebangsaan ini menjadi begitu penting karena menjadi
semacam perekat bagi setiap anak bangsa hingga menimbulkan kesadaran sebagai sebuah
bangsa. Perekat ini timbul karena adanya kesamaan pengalaman sejarah dan adanya
keinginan untuk mewujudkan cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa dan negara yang
berbentuk negara nasional.

17
2. Membentuk Rasa Patriotisme

Selain membentuk rasa nasionalisme. pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan


kepada anak didik dapat membentuk rasa patriotisme yaitu rasa cinta terhadap tanah air,
bangsa, dan negara. Rasa patriotisme dapa diwujudkan dalam banyak sekali bentuk sikap dan
perilaku seperti rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara serta tidak mudah
menyerah. Sikap lainnya antara lain menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

3. Membentuk Insan yang Berkarakter Indonesia

Manfaat lain pendidikan kewarganegaraan adalah membentuk insan yang memiliki


karakter khas Indonesia. Maksudnya adalah karakter yang berasal dari dalam diri bangsa
Indonesia sendiri dan bukan dari bangsa lain. Karakter bangsa Indonesia yang dimaksud
adalah Pancasila. Sebagaimana kita pahami bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia,
falsafah hidup bangsa Indonesia. ideologi negara, dan sekaligus merupakan salah satu pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah sebuah ideologi bangsa yang digali dari
dalam diri bangsa Indonesia sendiri.

J. Tanggung Jawab Ilmuwan PPKn (Tanggung Jawab sosial ilmuwan PPKn)

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji


secaraterbuka oleh lapisan masyarakat. Penciptaan ilmu bersifat individual namun
komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Kreativitas individu yang didukung
oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang
berjalan secara efektif. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja
karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di
masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam
kelangsungan hidup bermasyarakat.

Ilmu sebagai karya tertinggi mnusia (ilmuwan) adalah sesuatu yang terus dan akan
mengikuti pola dan model si pemilikrnya (ilmuwan), ilmu bisa saja menjadi momok yang
menakutkan bila disalahgunakan. Di sinilah keharusan bagi ilmuwn untuk mampu menilai
mana yang baik dan mana yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan
mempunyai landasan yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan merupakan seorang hantu
atau serigala yang menakutkan bagi manusia lainnya. Seperti yang terjadi di Irak, Bali,
Afganistan dan lain sebagainya.

18
Etika keilmuan merupakan etika normative yang merumuskan prinsip-prrinsip etis
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu
pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan
prinsipprinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam perilaku
keilmuannya, sehingga dapat menjadi ilmuwan yang mempertanggungjawabkan perilaku
ilmiahnya.

K. Peran yang anda lakukan untuk pengembangan PPKn

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1051) peran adalah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh oang yang berkedudukan dalam masyarakat.
Pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya sebuah keharusan
maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan kenyataan. Jadi
peran merupakan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai
dengan kedudukannya dalam suatu system (Fauzi, Arianto, dan Solihatin, 2013: 3).

Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar


(KBBI, 2008: 469). Sehingga peran guru adalah perilaku yang diharapkan oleh orang
lain/siswa sesuai dengan kedudukannya dalam sekolah dan masyarakat. Dan peran guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak lain adalah mengajarkan materi tentang PKn.
PPKn sering juga disebut PKn atau pendidikan civic, yang membahas tentang
kewarga negara, moral, norma, hukum, budi pekerti dan lain-lain (Fauzi, Arianto, dan
Solihatin, 2013: 3). Bahasan tersebut memuat nilai-nilai karakter agar terbentuk warga
Negara yang baik, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan mampu bersaing dengan
bangsa lain tanpa meninggalkan nilai karakter bangsa.

Mata pelajaran PKn membantu siswa dalam membentuk pemikiran dan sikap sebagai
seorang warga negara yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Termasuk dalam
pembentukan watak atau karakter, karena PKn mencakup nilai-nilai yang khas dari
masyarakat Indonsia. PKn sebagai mata pelajaran yang berbasis karakter menjadi cara untuk
menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.

Selain sebagai contoh bagi siswa dalam melaksanakan nilai karakter, guru PKn juga
memiliki peran-peran yang lain dalam proses belajar mengajar. Peran tersebut antara lain:

1. Guru sebagai demonstrator

19
Guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa dan
mengembangkannya. Guru dituntut mampu memberikan informasi kepada siswa Salah satu
yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru
harus belajar terus menerus (Usman, 2008: 9).

2. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media
pembelajaran karena media merupakan salah satu alat komunikasi untuk membantu dalam
proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru harus mampu menyediakan dan mengusahakan
sumber belajar untuk tercapainya tujuan da proses belajar mengajar yang baik. Sumber
belajar bisa berupa nara sumber, buku, majalah, Koran, dan sebagainya.

3. Guru sebagai evaluator

Dalam dunia pendidikan pada waktu tertentu selalu mengadakan penilaian terhadap hasil
yang dicapai. Dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran, penguasaan siswa terhadap mteri serta ketepatan/keefektifan metode mengajar.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali setiap orang dengan


pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan warga Negara serta
pendidikan pendahulu bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan Negara.

Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai


berikut :
(a) Kewarganegaraan (1956)
(b) Civics (1959)
(c) Kewarganegaraan (1962)
(d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
(e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)
(f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)

20
(g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Ruang Lingkup PPKn adalah : Persatuan dan kesatuan bangsa, Norma,hukum,dan


peraturan, Hak asasi manusia, Kedudukan Warga negara, Konstitusi Negara, Kekuasaan dan
Politik, Pancasila, dan Globalisasi

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai


pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral
yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

B. Saran

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta
dapat memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaroini, A. P. (2018). Peran Guru PKN Dalam Kegiatan Pembelajaran di dalam Kelas, 3.
Budiutomo, T. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membentuk Karakter Karakter
Bangsa, 35.
Gafur, A. (2011). Model, Strategi , dan Metode Pembelajaran PKN, 8.
Maryana. (2016). Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan ilmu lain, 4.
Putra, A. S. (2009). Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan, 1.
Rumi, A. (2020). Manfaat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kehidupan
Sehari-hari, 1.
Surajiyo. (2019). Tanggung Jawab Moral dan Sosial Ilmuwan , 416.
Suranta, F. A. (2019). Analisis Dampak Positif Pembelajaran PPKN Terhadap Penguatan
Karakter Pada Siswa SMP Negeri 4, 45.
Tanjung, W. (2019). Ruang Lingkup PKN, 7.
Wardhana, M. Y. (2019). Pekembangan Pendidikan Kewarganegaraan, 1.
Weiz, F. (2016). Sejarah , Defenisi, Obyek Pendidikan Kewarganegaraan, 3.

21
22

Anda mungkin juga menyukai