Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA MENJADI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN ILMU
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Yuliantoro, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Aidha Mawaddah (2202113558)
Chinta Firera (2202113551)
Dedek Pebriani (2202114100)
Lusiana Octavia Simatupang (2202135695)
Rifky Hidayat Aulia Muhti (2202135718)
Wanda Sundari (2202112631)

KELAS G
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 2

Bab 2 Pembahasan .............................................................................. 3


A. Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ............ 3
1. Konsep Pancasila ............................................................... 3
2. Urgensi Pancasila ............................................................... 6
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu .................................................................. 7
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ... 8
1. Sumber Historis Pancasila ................................................ 8
2. Sumber Sosiologis Pancasila ............................................. 9
3. Sumber Politis Pancasila ................................................... 9
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ......................... 10
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila ............................. 10
2. Argumen tentang Tantangan Pancasila ........................... 11
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai
Dasar Nilai Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan ...................... 11
1. Esensi Pancasila ................................................................. 11
2. Urgensi Pancasila ............................................................... 13

ii
Bab 3 Penutup ..................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................ 15
B. Saran ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 16

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari arahan Bapak
Yuliantoro, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan penjelasan materi dan juga berbagai sumber
yang membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
pembaca. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
digunakan sebaik-baiknya.

Pekanbaru, 25 September 2022

Kelompok 4

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa ini berdampak
besar pada segala aspek kehidupan mansuia. Indonesia merupakan salah satu negara yang
terkena dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang pesat dan luas, didukung oleh Internet, jaringan informasi dan
komunikasi yang dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja di dunia. Secara khusus,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di negara-negara maju Barat
seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda.

Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah menyebar di Indonesia tentunya, tetapi juga
mengandung nilai-nilai yang berbeda dengan negara berkembang dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. . Nilai ini mencakup nilai negatif dan juga nilai positif. Nilai-nilai ini terkadang
berbenturan dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai tersebut
bertentangan dengan yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai contoh, perkembangan internet
dari negara-negara barat dengan konten pornografi yang banyak membuat konten pornografi
mudah diakses oleh masyarakat Indonesia, namun konten pornografi tidak sesuai dengan nilai-
nilai kebangsaan Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila yang dijadikan pedoman
hidup berbangsa dan bernegara, dan Pancasila dapat dijadikan dasar nilai-nilai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di
Indonesia sejalan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia, dan tidak ada lagi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
2. Mengapa Pancasila diperlukan sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
3. Bagaimana Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia?
4. Apa saja Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu?
5. Apa saja Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?

1
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat mengambil tujuan
penelitian antara lain :
1. Untuk mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.
2. Untuk mengetahui alasan Pancasila diperlukan sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.
3. Untuk mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia.
4. Untuk mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu.
5. Untuk mengetahui apa saja Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU

1. KONSEP DASAR PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Perkembangan ilmu amat pesat sejak revolusi pemikiran yang membawa dampak pada
revolusi industri di Eropa pada abad XVIII-XIX. Perubahan dan perkembangan pada pemikiran
keilmuan itu bukanlah satu saat yang datang mendadak, melainkan telah diawali oleh berbagai
pemikiran pada filsuf jauh sebelumnya. Diawali oleh Roger Bacon (1274-1292), kemudian
dilanjlutkan oleh Francis Bacon (1561-1626) telah mengembangkan metode induksi yang pada
saatnya menjadi metode kuantitatif. Perkembangan pemikiran ini mendapat coraknya sebagai
pemikiran keilmuan yang dilihat setelah metode induktif yang kemudian berkembang menjadi
metode eksperimen di abad XVIII yang mencapai puncaknya pada abad XIX. Pemikiran
keilmuan yang semula menjadi pemikiran para filsuf pada abad ini mulai dikembangkan secara
professional oleh para ilmuan. Ilmu kealaman yang semula merupakan filsafat alam, setelah
menemukan metode ini kemudian memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat, yang di waktu
kemudian diikuti oleh cabang ilmu lainnya (Mintaredja, 1997: 19).

Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek
di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari
budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah
indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sebagaimana


dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbedabeda. Pengertian pertama bahwa
iptek tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mengandung
asumsi bahwa iptek itu sendiri berkembang secara otonom, kemudian dalam perjalanannya
dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai Pancasila.

Pengertian kedua bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus


menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa sejak awal
pengembangan iptek sudah harus melibatkan nilai-nilai Pancasila. Namun, keterlibatan nilai-
3
nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas
yang mereka anggap layak untuk dilibatkan.

Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh para
ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu
akan terus ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus
berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi
kesenjangan antara pengembangan iptek dan aturan main. Pengertian keempat yang
menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa Pancasila
bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu
yang berkembang di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan
pembicaraan di kalangan intelektual Indonesia, sejauh mana nilainilai Pancasila selalu menjadi
bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

Terlebih dahulu akan dibahas tentang Pancasila sebagai sistem ilmiah. Menurut
Poedjawijatna dalam bukunya Tahu dan Pengetahuan sebagaimana dikutip oleh Kaelan (1995:
13-14), sistem ilmiah harus memenuhi syarat, yakni harus berobjek, harus bermetode, harus
sistematis, dan kebenaran harus bersifat universal. Pancasila sebagai sistem ilmiah memenuhi
syarat ini yang akan diuraikan di bawah ini.

Pancasila sebagai sistem ilmiah benar-benar merupakan satu objek pembahasan, bahwa
secara umum Pancasila merupakan hasil budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, objek
pembahasan Pancasila tidak dapat dilepaskan dengan objek material, yaitu bangsa Indonesia
dan segala aspek pola budayanya. Atau dengan perkataan lain, objek material Pancasila adalah
segala unsur, nilai yang secara konkret tercermin pada bangsa Indonesia, berupa kepribadian,
sifat, karakter, dan pola dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Objek formal
Pancasila adalah berupa pelaksanaan Pancasila dalam praktek kenegaraan secara resmi, segi
yuridis kenegaraan.

Sistem ilmiah harus bermetode. Dalam hal ini, metode merupakan satu cara pendekatan
dalam rangka pembahasan Pancasila, baik objek formal maupun material, sehingga mencapai
kebenaran. Menurut Notonagoro, metode yang digunakan dalam pendekatan Pancasila adalah
analitiko-sintesis. Dengan menganalisis objek tersebut diambil satu sintesis untuk dapat
merumuskan secara umum, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman. Pancasila sebagai sistem
ilmiah juga bersifat sistematik. Satu ilmu harus mempunyai satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Kesatuan tersebut mempunyai bagian yang saling berhubungan, baik berupa hubungan
interelasi maupun interdependensi. Secara keseluruhan jelas bahwa Pancasila membentuk satu
sistem, bahwa setiap sila tidak berdiri sendiri-sendiri, terpisah antara sila yang satu dengan sila
yang lain. Keseluruhan sila merupakan satu kebulatan yang utuh sebagai dasar negara.
Walaupun Pancasila terdiri atas lima sila, tetapi sebagai satu kesatuan tetap mengabdi pada
tujuan yang satu, yakni kelima sila sebagai dasar negara dipakai untuk landasan mewujudkan
masyarakat adil-makmur, material-spiritual yang berdasarkan Pancasila. Akhirnya, Pancasila
sebagai sistem ilmiah juga memiliki sifat kebenaran yang universal. Kebenaran satu ilmu harus
universal, artinya berlaku sembarang tempat, ruang, dan waktu. Sebenarnya hakikat kebenaran
4
rumusan Pancasila adalah bersifat universal, yaitu unsur Pancasila adalah bersifat abstrak,
umum, dan universal.

Pancasila sebagai sistem filsafat bersifat konsepsional. Menurut Kattsoff (1996: 7),
konsepsi ini merupakan hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman tentang hal dan
proses satu demi satu. Pancasila juga merupakan abstraksi dari pengalaman dan perjalanan
hidup bangsa Indonesia. Menurut Notonagoro, bahan Pancasila diambil dari adat kebiasaan,
kebudayaan, dan agama yang telah ada pada bangsa Indonesia (Suhadi, 1980: 12). Bagan
konsepsional dalam sistem filsafat Pancasila ini juga bersifat rasional, yaitu bahwa antara
masing-masing sila dalam Pancasila berhubungan secara logis.

Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh. Sistem filsafat Pancasila di dalamnya telah
tersusun satu pola yang dapat mewadahi semua persoalan kehidupan dan menampung dinamika
masyarakat. Pancasila sebagai sistem filsafat mempunyai objek menyeluruh, mencakup semua
permasalahan hidup manusia, yakni: masalah hidup menghadapi diri sendiri, masalah hidup
menghadapi sesama manusia, dan masalah hidup menghadapi Tuhan (Bakry, 1994: 14).

Sistem filsafat harus bersifat koheren. Bahwa bagan konsepsional tersebut berhubungan
satu dengan lainnya secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan.
Demikian pula dengan Pancasila, bagian-bagiannya saling melengkapi, setiap bagian
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri. Penjabaran nilai Pancasila juga bersifat runtut,
tidak ada penjabaran Pancasila yang bertentangan dengan konsep dasar sebagai nilai yang
diyakini kebenarannya.

Metode dalam sistem filsafat mendasar, yakni mendalam sampai ke inti mutlak dari
permasalahannya sehingga merupakan hal yang sangat fundamental. Pancasila sebagai sistem
filsafat dirumuskan atas dasar inti mutlak tata kehidupan manusia dalam rangka menghadapi
diri sendiri, menghadapi sesama manusia, dan menghadapi Tuhan dalam bermasyarakat dan
bernegara.

Sistem filsafat juga harus bersifat spekulatif, yakni merupakan hasil perenungan sebagai
praanggapan yang menjadi titik awal serta pangkal tolak pemikiran atas sesuatu hal. Sistem
filsafat Pancasila pada permulaannya merupakan hasil pemikiran dari para tokoh kenegaraan
yang merupakan satu pola dasar sebagai titik awal yang kemudian dibuktikan kebenarannya.
Jelaslah bahwa sistem filsafat Pancasila bersifat koheren, dalam hubungan antar bagian dan
pernyataannya. Bersifat menyeluruh, meliputi semua tata kehidupan manusia bermasyarakat
dan bernegara. Bersifat mendasar sampai ke inti mutlak tata kehidupan. Bersifat spekulatif,
merupakan praanggapan sebagai hasil perenungan pada awalnya. Dari uraian di atas jelaslah
bahwa Pancasila memenuhi syarat sebagai sistem ilmiah dan sebagai sistem filsafat. Sehingga
perlu digali lagi berbagai kemungkinan sumbangan Pancasila bagi kemajuan dunia ilmiah dan
kefilsafatan.

5
2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi di sekitar kita ibarat pisau bermata dua, di
satu sisi iptek memberikan kemudahan untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan
kehidupan yang dihadapi, tetapi di pihak lain dapat membunuh, bahkan memusnahkan
peradaban umat manusia. Contoh yang pernah terjadi adalah ketika bom atom yang dijatuhkan
di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia Kedua. Dampaknya tidak hanya dirasakan
warga Jepang pada waktu itu, tetapi menimbulkan traumatik yang berkepanjangan pada
generasi berikut, bahkan menyentuh nilai kemanusiaan secara universal. Nilai kemanusiaan
bukan milik individu atau sekelompok orang atau bangsa semata, tetapi milik bersama umat
manusia.

Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam hal-
hal sebagai berikut. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara
pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang
mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan
iptek terhadap lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup
manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para
ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Ketiga, perkembangan iptek yang
didominasi negara-negara Barat dengan politik global ikut mengancam nilainilai khas dalam
kehidupan bangs Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan
cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia.

Upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya


maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi, di masa sekarang memang merupakan kebutuhan tersendiri. Bagi kelompok manusia
yang menginginkan kemajuan mutlak harus memiliki dua hal tersebut. Kepemilikan iptek untuk
memudahkan kehidupan manusia dan mengangkat derajat manusia, oleh karena itu kepemilikan
tersebut harus diiringi dengan cara menggunakan yang tepat. Realitas yang didapatkan,
kepemilikan terhadap iptek sering disalahgunakan, sehingga justru mendehumanisasikan
manusia itu sendiri. Hal ini justru sering dilakukan oleh para ilmuwan dan teknokrat. Padahal
apapun hasil dari iptek mestinya dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu,
masa sekarang, maupun masa depan. Dalam kondisi seperti di atas maka diperlukanlah suatu
platform yang mampu dijadikan sebagai ruhnya dagi perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa
Indonesia, dalam seluruh dimensi hidupnya, termasuk di bidang iptek, tergantung pada kuat
tidaknya memegang ruh bangsanya, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan satu kesatuan dari
sila-sila Pancasila haruslah merupakan sumber nilai, kerangka berpikir dan serta sebagai asas
moralitas bagi pembangunan ilmu pengethuan dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
sila-sila Pancasila yang merupakansebuah sistem etika, diantaranya (Kaelan, 2000: 45).

6
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, pada sila ini dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan,
yang mempertimbangjan rasional, antara akal, rasa dan kehendak. Sehingga dapat
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagaian yang
sistematik dari alam yang diolahnya.

b. Sila Kemanusahteraan bersaiaan Yang Adil dan Beradab, pada sila inimemberikan dasar
moralitas bagi manusia dalam mengembangkan iptek. Iptek adalah salah satu perkembangan
dalam budaya hidup manusia, yang pada hakekatnya bertujuan demi kesejahteraan bersama.

c. Sila Persatuan Indonesia, memberikan rasa kesadaran akan nasionalisme dari bangsa
Indonesia akan sumbnagsihnya iptek sehingga dapat terjalinnya rasa terpelihara, persaudaraan
dan persahaban antar daerah dan itu semua karena faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

d. Sila Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaa dalam


permusyarawatan/perwakilan, hal yang mendasar adalah dalam pengembangan iptek
didasarkan atas kepentingan demokrasi, hal ini mengandung maksud bahwa setiap warga
negara mempunyai kewajiban dalam pengembangan iptek dengen menghormati dan mengharai
kebebsana orang lain dalam bersikap serta terbuka untuk mendapatkan masukan, kritik dan
saran yang membangun.

e. Sila Keadilan soial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan manusian, keseimbangan keadilan antar dirinya
sendiri, manusi dengan Tuhannya manusia lainnya manusia dengan masyarakat bangsa dan
negara serta lingkungan dimana manusi itu berada.

Hal lain yang menegaskan peran Pancasila sebagai sumber nilai dalam pengembanagan
iptek adalah, Pertama bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan
religius masyarakat karena bisa jadi pengembangan iptek tidak sesuai dengan keyakina
religiusnya, teapi hal tersebut tidak usah dipertentangkannya karena keduanya mempunyai
logika sendiri. Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan
dituntut oleh nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan. Ketiga, iptek merupakan yang
menghomogenisasikan budaya sehingga dapat mempersatukan masyarakat dan memperkokoh
pembangunan dan identitas nasional. Keempat, Prinsip demokrasi akan menuntut bahwa
pengusaan iotek harus merata kesemu lapisan masyarakat karena pendidikan adalah tuntutan
masyarakat. Kelima, Kesenjanagan dalam dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus
menerus sehingga semakin merata sebaga salah satu prinsip keadilan.

B. MENANYA ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA


SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang terlepas dari pengaruh pengembangan
iptek, meskipun kadarnya tentu saja berbeda-beda. Kalaupun ada segelintir masyarakat di
daerah-daerah pedalaman di Indonesia yang masih bertahan dengan cara hidup primitif, asli,
belum terkontaminasi oleh kemajuan iptek, maka hal itu sangat terbatas dan tinggal menunggu
7
waktunya saja. Hal ini berarti bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh pengembangan iptek
yang terlepas dari nilai-nilai spiritualitas, kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah, dan keadilan
merupakan gejala yang merambah ke seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, beberapa alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai
pengembangan iptek dalam kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih percepatan
pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu
mendapat perhatian yang serius. Penggalian tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan
lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih
mempercepat kerusakan lingkungan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi
yang akan datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran kerusakan
lingkungan dapat memicu terjadinya bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran akibat
limbah, dan seterusnya. Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan iptek dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan
iptek yang berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung
pragmatis. Artinya, penggunaan benda-benda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dewasa ini telah menggantikan peran nilainilai luhur yang diyakini dapat menciptakan
kepribadian manusia Indonesia yang memiliki sifat sosial, humanis, dan religius. Selain itu,
sifat tersebut kini sudah mulai tergerus dan digantikan sifat individualistis, dehumanis,
pragmatis, bahkan cenderung sekuler. Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol
kehidupan di berbagai daerah mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya
gotong royong digantikan dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya
menjadi free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-
mewah, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis;
musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.

C. MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS


TENTANG PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA

1. SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU DI INDONESIA

Sumber historis pancasila pada mulanya ditemukan di UUD 1945 alenia ke 4 yang
berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, … dan seterusnya”. Di dalamnya di
8
jelaskan bahwa kecerdasan bangsa yang seharusnya diciptakan adalah yang berdasar atas
kelima pancasila, yaitu spritualisme, kemanusian, persatuan, musywarah dan juga keadilan.
Jika tidakdidasrkan atas pancasila itu berarti berarti telah melakukan pencederaan terhadap
amanat yangtelah disebutkan di dalamnya. Sumber historis lainnya juga dapat ditemukan pada
diskusi kaum intelektual, pidato petinggi Negara dll.

2. SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU DI INDONESIA

Sumber sosiologis didalam dasar pengembangan ilmu bisa dilihat ketika


masyarakatmemperhatikan adanya dimensi ketuhanan dan kemanusiaan. Sehingga ketika
IPTEK tidaksesuai dengan kemanusiaan dan ketuhanan, masyarakat akan menolaknya. Seperti
pada kasus pembangkit listrik tenaga Nuklir. Masyarakat menolak karena adanya beberapa
pertimbanganterhadap keamananyang belum terjamin, dan juga trauma dari kejadian kejadian
yang pernahterjadi sebelumnya, disinilah nilai kemanusiaan mereka mulai berbicara. Bukan
hanya melihatkecanggihan yang akan ditimbulkan tapi juga melihat dari aspek kenyamanan dan
kesalamatanantar manusia.

3. SUMBER POLITIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU DI INDONESIA

a. Orde lama, Pancasila sebgaai dasar nilai pengembangan atau orientasi ilmu (pidato Soekrno
di UGM pada 19 September 1951)
“Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan
untuk mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya
hidup dunia kemanusiaan. Memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik
hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu
mencoba menghubungkan ilmu dengan amal, menghubungkan pengetahuan dengan
perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh
pengetahuan. Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu
berdwitunggal dengan amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada
derajat mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus
menerus di wajah ibu pertiwi” (Ketut, 2011).

b. Orde baru, disinggung oleh Soeharto saat memberikan sambutan pada Kongres Pengetahuan
Nasional IV, 1986 di Jakarta, sebagai berikut :

“Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan


kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan
kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bias memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun

9
besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita
mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalahmasalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan
suatu kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi”
(Soeharto, 1986: 4).

c. Reformasi, dalam pidato Habibie 1 Juni 2011, ditegaskan bahwa penjabaran Pancasila
sebagai dasar nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan negara merupakan bentuk upaya
untuk mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan.

D. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA


DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NILAI PENGEMBANGAN ILMU

1. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN ILMU

Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum di bicarakan secara eksplisit oleh para
penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi. Para penyelenggara negara
pada umum nya hanya menyinggung masalah pentingnya keterkaitan antara pengembangan
ilmu dan dimensi kemanusiaan (Humanism). Seminar Nasional tentang Pancasila sebagai
pengembangan ilmu, 1987 dan Simposium dan SarasehanNasional tentang Pancasila
sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuandan PembangunanNasional, 2006. Namun pada kurun
waktu akhir-akhir ini, belum ada lagi suatu upaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kaitan dengan pengembangan Iptek di Indonesia.
Argumen kepada masyarakat tentang dinamika pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu yakni masyarakat harus memahami esensi pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu. Artinya, ketika masyarakat mengembangkan ilmu dan pengetahuan
maka tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal, sifat sosial, dimensi
kemanusiaan, dan kepribadian bangsa yang terkandung dalam Pancasila. Pengembangan
ilmu dan pengetahuanharus berakar dari budaya dan juga ideologi bangsa. Pancasila
berperan sebagai sarana atau rambu-rambu untuk mengontrol dan mengendalikan setiap
pengembangan ilmu.
Pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat mengacu pada beberapa
jenisdasar pemahaman yakni:
a. Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila;
b. Pengembangan iptek harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal;
c. Nilai-nilai Pancasila sebagai pengendali atau rambu-rambu pengembangan iptek agar
10
tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa;
d. Setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia.
Peran dinamika Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sangat penting. Pancasila
berperan sebagai sarana untuk mengontrol dan mengendalikan pengembangan iptek agar
tetap berada pada koridor nilai-nilai, cara berpikir, serta kepribadian bangsa berdasarkan
Pancasila. Sehingga diharapkan nilai-nilai kearifan lokal, sifat sosial, humanis, dan religius
tetap terjaga dan juga diterapkan dalam pengembangan iptek.

2. ARGUMEN TENTANG TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN ILMU

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit
oleh penyelenggara Negara dan baru mendapat perhatian yang lebihkhusus oleh kaum
intelektual. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan
pasar. Hal ini menunjukkan terdapat tantangan pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu seperti:
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia,termasuk Indonesia. Akibatnya,
ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu menjadi
terbatas.Upaya bagi pengembangan sistem ekonomi Pancasila dirintis Prof. Mubyarto pada
1980-an belum menemukan wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan
Menyaingi sistem ekonomi yang berorientasi pada pemilik modalbesar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsaIndonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen daripada
produsen dibandingkan dengan negaranegara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasarbagi produk teknologi
negara lain yang lebih maju ipteknya.Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru pada taraf
wacanayang belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: Workability (keberhasilan),
Satisfaction (kepuasan), dan Result (hasil) (Titus, dkk., 1984)mewarnai perilaku kehidupan
sebagianbesar masyarakat Indonesia.

E. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA


SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

1. ESENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan Prof. Wahyudi
Sediawan dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:

11
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa manusia hidup
di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan kehidupannya yang
abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan
untuk kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap pada kode etik
ilmiah dan keinsinvuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan
kehormatan, reputasi dan kemanfaatan professional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi
perbuatan untuk kebaikan tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang
dimiliki dengan baik sesuai dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan
(Wahyudi, 2006: 61--62).

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat
universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan atau
humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya
sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi,
eksistensinya dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja
sesuai kemampuannya yang tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang
bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga
(susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom
(kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas
kemanusiaannya.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi kelangsungan


Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia
perlu menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja
sama yang sinergis antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas individunya
(Wahyudi, 2006: 66). Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan bersama dengan semangat
nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih optimal.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti
bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat
Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara.
Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-
besarnya sesuai kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi arahan
dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional maupun lingkup yang lebih
sempit (Wahtudi, 2006: 58). Manajemen keputusan yang dilandasi semangat musyawarah akan
mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh
kerelaan.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan agar
selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia.
Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang
memajukan perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69).
Selama ini, pengelolaan industri lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam
12
artikeuntungan perusahaan sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan
kelestarian lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja yang hanya
mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, pola tersebut dapat menjadi pemicu aksi
protes yang justru merugikan pihak perusahaan itu sendiri.

2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-hal sebagai
berikut:

a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia
sepenuhnya berorientasi pada Barat (western oriented).

b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan pasar


sehingga prodi-prodi yang "laku keras" di perguruan tinggi Indonesia adalah prodi-prodi yang
terserap oleh pasar (dunia industri).

c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum melibatkan masyarakat


luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu (scientist
oriented).

Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkanakan


mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang
cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta
perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga
negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani
dan rohani.

Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta


didik diIndonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai
dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK)
dalam komponen kurikulum perguruan tinggi. Hak dan kewajiban warga negara, terutama
kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan
bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh– sungguh merupakan sesuatu yang
paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap


mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan
perilaku yang :

13
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah
bangsa
b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
d. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
e. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
bangsa dan negara.

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia


diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita–
cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 “. Dalam
perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua aspek kehidupan,
khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi,
dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki
daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif
rasional serta mandiri.

14
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran Pancasila
sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasila
sebagai intellectual bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai common denominator values
(Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu. Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-
silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila sebagai
rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

B. SARAN
Pengembangan ilmu dan teknologi terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu
menghormati martabat manusia, haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia baik
sekarang maupun di masa depan, membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal,
nasional maupun global, harus terbuka untuk masyarakat lebih yang memiliki dampak
langsung kepada kondisi hidup masyarakat, dan ilmu dan teknologi hendaknya membantu
penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi
di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan
partisipasi masyarakat luas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ristekdikti. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat


Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Budisutrisna2. 2006. Teori Kebeneran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Jurnal
Filsafat, Vol.39, Nomor 1,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/
media/publications/78946-ID-teori-kebenaran-pancasila-sebagai-
dasar.pdf&ved=2ahUKEwihxcyYirL6AhXicGwGHc7_DZcQFnoECBEQAQ&usg=A
OvVaw3Klgh0CuFAgpF2fsBq3LYG , diakses pada 19 September 2022 pukul 21.00

Setyorini, Ika. 2018. Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan
Ilmu. Jurnal Filsafat, Vol.IV, Nomor 2,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/
media/publications/78946-ID-teori-kebenaran-pancasila-sebagai-
dasar.pdf&ved=2ahUKEwihxcyYirL6AhXicGwGHc7_DZcQFnoECBEQAQ&usg=A
OvVaw3Klgh0CuFAgpF2fsBq3LYG , diakses pada 19 September 2022 pukul 21.00

UPI. 2022. Pendidikan Pancasila sebaagai Dasar Pengembangan Ilmu,


https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-indonesia/pendidikan-
pancasila-dan-kewarganegaraan/pancasila-sebagai-dasar-pengembangan-
ilmu/23730211 , diakses pada 25 September 2022 pukul 20:00

Juniar, Fira. 2021. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unsiq.ac.id/ind
ex.php/syariati/article/download/1178/668&ved=2ahUKEwj54LH6ibL6AhXhRWwG
HRugAaUQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw0zlAjmzEKv6egNDUDrtlVV , diakses
pada 25 September 2022 pukul 10.00

16

Anda mungkin juga menyukai