Anda di halaman 1dari 12

PEMBANGUNAN KARAKTER PANCASILA

“ PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU DAN SISTEM ETIKA “

Disusun oleh:
M.FADLI IRAWAN (2261201022)
SINTA EKA PUTRI (2261201075)

STIMI YAPMI MAKASSAR


2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga makalah kelompok
kami yang berjudul ”Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu" dapat selesai
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
Pembangunan Karakter Pancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Apryani, S. Hi., M.P.d selaku dosen
pengampu mata kuliah Pembangunan Karakter Pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini,
dapat menambah wawasan kami terkait dengan topik yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik serta saran apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………............................1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………….................................1
B. Rumusan Makalah…………………………………………………………………………............................2
C. Tujuan…………………………………………………………………………..............................................2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….............................3
2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu...........................3
2. 2 Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.......................4
2. 3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Pancasila……............……………………………………………………………..................4
A. sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan ilmu........................4
B. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu....................5
C. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu..........................6
2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai...7

BAB IIIPENUTUP………………………………………………………………………….......................................8
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….............................................8
3.2 Saran………………………………………………………………………….......................................................8

DAFTAR Pustaka……………………………………………………..……………………..................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana ilmu pengetahuan dan globaliasi
berkembang sangat pesat, nilai-nilai Pancasila mulai tergeser. Banyak masyarakat Indonesia
yang mulai meninggalkan nilai-nilai pencasila dan tidak lagi menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Padahal jika ditilik dari sejarah bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan wujud dari kerja keras dan pengorbanan para pendiri bangsa yang sangat
diperhitungkan dengan matang.
Masyarakat sekarang beranggapan bahwa Pancasila sangat kaku dan normatif sehingga
tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta tidak dapat mengikuti arus
globalisasi. Padahal hal ini merupakan sebuah kekeliriuan yang sangat disayangkan.
Anggapan ini timbul karena mereka tidak memahami Pancasila sepenuhnya bahwa pada
hakikatnya Pancasila bersifat terbuka. Pancasila bersifat terbuka dan fleksibel yang artinya
dapat mengikuti perkembangan zaman. Justru nilai-nilai Pancasila inilah yang perlu
dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia agar tidak terkena dampat buruk perkembangan
zaman sehingga Indonesia akan tetap kokoh berdiri.
Seperti yang kita tahu bahwa Pancasila merupakan dasar negara. Berkaitan dengan
perkembangan ilmu, Pancasila juga memiliki peran menjadi dasar pengembangan ilmu.
Maka, anggapan bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu dapat
dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan
Pancasila demi keutuhan negara Indonesia. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas
mengenai “Pancasila Menjadi Dasar Pengembangan Ilmu

Makassar, Maret 2023

1
B. Rumusan Makalah
a. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?
b. Bagaimana Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
c. Bagaimana Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia ?
d. Bagaiaman Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Nilai Pengembangan Ilmu ?

C. Tujuan
a. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilm
b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
c. Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesi
d. Mengetahui cara Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Nilai Pengembangan I

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya iptek
selalu berkembang dalam suatu ruang budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya
bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama sehingga di satu pihak dibutuhkan
semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan
agama dalam pengembangannya agar tidak merugikan umat manusia. Kuntowijoyo dalam
konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa kebanyakan orang sering
mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan sehingga pandanganseseorang
tentang kebenaran terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya.
Kuntowijoyo menegaskan bahwa kebenaran itu bersifat non-cumulative (tidak bertambah)
karena kebenaran itu tidak makin berkembang dari waktu ke waktu. Adapun kemajuan itu
bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu selalu berkembang dari waktu ke
waktu. Agama, filsafat, dan kesenian termasuk dalam kategori non-cumulative, sedangkan
fisika, teknologi, kedokteran termasuk dalam kategori cumulative (Kuntowijoyo, 2006: 4).
Oleh karena itu, relasi iptek dan budaya merupakan persoalan yang seringkali mengundang
perdebatan.
Dilihat dari pengertian filsafat, bahwa Pancasila merupakan suatu tatanan untuk mengatur
bagaimana seharusnya setiap insan Indonesia, mencari dan menemukan kebenaran hakiki
sebatas kemampuan manusia yang selalu berkembang dalam mewujudkan makna hidup
dan kehidupannya yang sekaligus sebagai perwujudan insan Indonesia sebagai mahluk
ciptaan yang harus mengabdi kepada Allah SWT – Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu,
nilai – nilai Pancasila sesungguhnya merupakan repleksi, implementasi dan aktualisasi nilai –
nilai religius yang merupakan saripati dari berbagai agama / dan keyakinan / kepercayaan
yang dianut oleh insan Indonesia sejak dahulu sampai masa kini dan masa yang akan datang.
Relasi antara iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan beberapa
kemungkinan sebagai berikut. Pertama, iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama
sehingga pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap human-religius.
Kedua, iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan agama sehingga terjadi
sekularisasi yang berakibat pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai nilai human-
religius. Hal ini terjadi karena sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memiliki
hukumhukum sendiri yang lepas dan tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar. Ketiga, iptek
yang menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan. Dalam
hal ini, ada sebagian ilmuwan yang beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum
tersendiri (faktor internal), tetapi di pihak lain diperlukan faktor eksternal (budaya, ideologi,
dan agama) untuk bertukar pikiran, meskipun tidak dalam arti saling bergantung secara
ketat.

3
2. 2 Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai pengembangan iptek dalam kehidupan
bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama, kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih percepatan pembangunan daerah tertinggal
maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu mendapat perhatian yang
serius. Penggalian tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan,
Sumatera, Papua, dan lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat
kerusakan lingkungan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan
datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran kerusakan lingkungan
dapat memicu terjadinya bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran akibat limbah, dan
seterusnya.
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat menjadi
sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang berpengaruh pada cara
berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis. Artinya, penggunaan benda-
benda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini telah menggantikan
peran nilainilai luhur yang diyakini dapat menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang
memiliki sifat sosial, humanis, dan religius. Selain itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus
dan digantikan sifat individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung sekuler.
Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai
digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong digantikan dengan
individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi free rider di negara ini,
sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-mewah, konsumerisme;
solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis; musyawarah untuk mufakat
digantikan dengan voting, dan seterusnya.

2. 3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai


Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia
a. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan ilmu
Secara historis, butir-butir dalam pancasila merupakan hasil dari persidangan BPUPKI
pertama yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Sidang ini dilaksanakan pada
tanggal 28 mei 1945 - 1 juni 1945. Ketiga tokoh nasional yakni dr. Soepomo, moh. Yamin,
dan Ir. Soekarno mengutarakan pemikirannya mengenai dasar negara yang masing-masing
mengeluarkan lima buah gagasan. Soekarno sendiri menamai kelima gagasan miliknya
sebagai Pancasila pada tanggal 1 juni yang akhirnya diperingati sebagai hari lahirnya
pancasila. Pancasila sendiri ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 agustus 1945
pada sidang PPKI pertama.
Sebagai dasar negara pancasila merupakan landasan dan pandangan hidup dari seluruh
elemen kehidupan bangsa indonesia. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
menjiwai isi dari pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi :

4
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Dalam rangka mencerdaskan bangsa, maka hal ini memungkinkan akan ada banyak ilmu-
ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk ke Indonesia. Peran pancasila disini ialah
sebagai kerangka acuan mengenai tentang bagaimana ilmu-ilmu itu dapat berkembang akan
tetapi tetap sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam pancasila. Ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut diharapkan dapat berkembang di Indonesia guna mencerdaskan bangsa
sesuai dengan apa yang terkandung dalam pancasila yakni ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut dapat membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Sosiologi adalah ilmu tentang interaksi antar manusia. Sosiologi mengkaji tentang latar
belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok
masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan
dalam masyarakat. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan jika
dilihat dari sudut pandang sosiologi berarti ilmu pengetahuan itu digunakan untuk mengkaji
struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah
sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila. Dalam hal ini kehidupan sosiologis bangsa indonesia sangat
berkaitan dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius serta selalu ramah terhadap semua
orang. Maka cukuplah semua nilai-nilai itu menjadi rambu-rambu jika pengembangan ilmu
pengetahuan harus sesuai dengan keadaan sosiologis bangsa indonesia serta haruslah
memegang teguh nilai-nilai pancasila. Secara sosiologis, nilai-nilai pancasila timbul dari hasil
interaksi antar masyarakat indonesia. Nilai-nilai tersebut kemudian hadir sebagai buah dari
pemikiran, penelitian kritis dan hasil refleksi bangsa Indonesia.
Nilai-nilai bangsa Indonesia merupakan kebenaran bagi bangsa Indonesia yang tampil
sebagai norma dan moral kehidupan bangsa Indonesia yang juga sebagai pelaksanaan
sistem nilai budaya bangsa Indonesia.

5
c. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat dirunut
ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara. Dokumen
pada masa Orde Lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau
orientasi ilmu, antara lain dapat dilihat dari pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor
Honoris Causa di UGM pada 19 September 1951.
Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada zaman Orde Lama
belum secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh Soekarno dikaitkan langsung dengan
dimensi kemanusiaan dan hubungan antara ilmu dan amal. Selanjutnya, pidato Soekarno
pada Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret 1962, mengatakan hal
sebagai berikut: “Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi
kataku tadi, lebih daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu
dasar. Dan yang dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih
penting daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah suatu syarat mutlak.
Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada pembangunan
nasional, oleh karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu hal yang
berlangit sangat tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat dalam sekali, oleh
karena akarnya itu harus sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan perasaan-
perasaan dan gandrungan-gandrungan rakyat”(Soekarno,1962).
Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan pada Kongres Pengetahuan
Nasional IV, 18 September 1986 di Jakarta sebagai berikut: “Ilmu pengetahuan dan
teknologi harus diabdikan kepada manusia dan kemanusiaan, harus dapat memberi jalan
bagi peningkatan martabat manusia dan kemanusiaan.Dalam ruang lingkup nasional, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bisa memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan
nasional kita. Betapapun besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun
suatu karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan
masalah-masalah pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan
suatu kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi” (Soeharto,
1986: 4).
Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada acara
silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan masyarakat ilmiah, 20
Januari 2010 di Serpong. SBY menegaskan sebagai berikut: Setiap negara mempunyai sistem
inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya masing-masing. Saya berpendapat, di Indonesia, kita juga harus mengembangkan
sistem inovasi nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah,
komunitas ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh
karena itu, berkaitan dengan pandangan ini dalam waktu dekat saya akan membentuk
komite inovasi nasional, yang langsung bertanggungjawab kepada presiden, untuk ikut
memastikan bahwa sistem inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik

6
Semua ini penting kalau kita sungguh ingin Indonesia menjadi knowledge society. Strategi
yang kita tempuh untuk menjadi negara maju, developed country, adalah dengan
memadukan pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya atau knowledge based,
Resource based and culture based development” (Yudhoyono, 2010).
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa penjabaran Pancasila sebagai dasar
nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan negara merupakan suatu upaya untuk
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan (Habibie, 2011: 6). Berdasarkan pemaparan
isi pidato para penyelenggara negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sumber
politis dari Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek lebih bersifat apologis karena
hanya memberikan dorongan kepada kaum intelektual untuk menjabarkan nilai-nilai
Pancasila lebih lanjut.

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu
Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit oleh para
penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi. Para penyelenggara negara
pada umumnya hanya menyinggung masalah pentingnya keterkaitan antara pengembangan
ilmu dan dimensi kemanusiaan (humanism). Seminar Nasional tentang Pancasila sebagai
pengembangan ilmu, 1987 dan Simposium dan Sarasehan Nasional tentang Pancasila
sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Nasional, 2006. Namun pada
kurun waktu akhir-akhir ini, belum ada lagi suatu upaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kaitan dengan pengembangan Iptek di Indonesia. Ada beberapa bentuk
tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar.

Pengembangan Iptek di Indonesia:


a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem ekonomi Pancasila yang pernah dirintis
Prof. Mubyarto pada 1980-an belum menemukan wujud nyata yang dapat diandalkan untuk
menangkal dan menyaingi sistem ekonomi yang berorientasi pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen daripada
produsen dibandingkan dengan negaranegara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk teknologi
negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru pada taraf
wacana yang belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability (keberhasilan),
satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnai perilaku kehidupan
sebagian besar masyarakat Indonesia.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu sangat penting untuk disosialisasikan
kepada seluruh masyarakat. Pengamalan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
tersebut dapat direalisasikan melalui mata kuliah pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
Apabila pemahaman akan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu ini memudar, maka
ikut memudar pula etika dan norma dalam pengembangan ilmu di Indonesia. Oleh karena
itu, penting bahwa pengembangan ilmu di Indonesia ini didasari dengan Pancasila.
Kita sebagai warga negara yang baik harus memahami dan juga berusaha mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di era globalisasi ini, dimana
banyak budaya yang masuk secara bebas di Indonesia. Kemajuan Iptek sangat penting bagi
suatu negara, tetapi alangkah baiknya lebih selektif dan disesuaikan dengan dasar Pancasila
Saran dari penulis untuk pembaca yaitu jadikanlah Pancasila sebagai dasar di era
pengembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, agar sesuai dengan norma dan etika
yang tertuang dalam Pancasila. Dalam makalah ini masih terdapat kesalahan sehingga kami
mengaharap kritik konstruktif dari pembaca untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://fatonikeren.blogspot.com/2019/09/pancasila-menjadi-dasar-pengembangan.html
https://repository.unikom.ac.id/66355/1/Pendidikan%20Pancasila%20%20%28KELAS
%20TE-2%20S1%20SMT%20VIII%29%20%28PERTEMUAN%20KE%2012%29.pdf
file:///C:/Users/ajeng/Documents/KULIAH/PPKN/8.%20PENDIDIKAN%20PANCASILA.pdf
https://id.scribd.com/document/395625573/DINAMIKA-DAN-TANTANGAN-PANCASILA-
SEBAGAI-DASAR-PENGEMBANGAN-ILMU-PENGETAHUAN-docx

Anda mungkin juga menyukai