Anda di halaman 1dari 8

Vol. 3. No.

1 2018

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN


KEKERASAN TERHADAP ANAK DARI PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA

Siska Juita
Fakultas Hukum Universitas Simalungun

Abstrak

Pembicaraan yang berkaitan dengan dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti
sepanjang dari kehidupan, hal ini disebabkan karena anak adalah generasi penerus bangsa
dan penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek dari pelaksana
pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara , yang
tidak terkecuali dari Indonesia , menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Anak rentan sekali untuk menjadi korban kekerasan oleh karena
itu perlunya untuk mengatasi kekerasan ini terjadi dan ini bukan saja merupakan kewajiban
Pemerintah namun merupakan kewajiban dari masyarakat untuk bersama-sama melakukan
pencegahan kekerasan terhadap anak tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik studi dokumen yaitu data yang diperoleh dari Kepustakaan yang
relevan. Keseluruhan data yang telah didapat akan dianalisis secara Kualitatif atau dikenal
dengan Analisis Deskriftif Kualitatif. Dimana keseluruhan data yang terkumpul akan
dianalisis secara sistematis .Hasil Dari Penelitian Dapat dikemukakan bahwa : Peran Serta
dari Masyarakat Untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap Anak tersebut antara lain :
Mencegah berlangsungnya tindak pidana, b.Memberikan perlindungan, kepada korban,
Memberikan pertolongan darurat, Membantu proses pengajuan permohonan penetapan
perlindungan.

Kata kunci: anak, kekerasan, mencegah, perlindungan

Abstract

The talks relating to the notion of protection will never cease throughout life particularly to
children. This is because these children are the next generation of the nation and also the
successor of development. Children are also considered as generation who is prepared as the
subject of the sustainable development and the leader of future’s nation. This case is no
exception particularly to Indonesia which society’s prosperous and just basis is on Pancasila
and the 1945 Constitution. The children have been deemed as a vulnerable group and have
become the target and victims of violence. Therefore, there is urgency for overcoming the
problem which is not solely relying on the government but also the obligation of the
community to jointly carry out the responsibility of preventing the violence against children.
The research method used in this research is the document study technique. The data were
obtained from the relevant literature and analyzed qualitatively with a descriptive qualitative
analysis. The date were collected and analyzed systematically. The study found that the
community participation in preventing violence against children include; preventing ongoing
criminal acts, providing protection to the victims, providing emergency assistance and
assisting the submission of a request for protection.

Keywords: child, prevention, protection, violence

1. PENDAHULUAN Tuhan Yang Maha Esa, yang


Anak yang dilahirkan adalah senantiasa harus dijaga, hal ini
merupakan Amanah dan Karunia dari disebabkan karena dalam dirinya sejak

356 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

lahir telah melekat harkat, martabat, makmur berdasarkan Pancasila dan


dan hak-hak sebagai manusia yang UUD 1945.
harus dijunjung tinggi.Hak anak adalah Dengan adanya perkembangan
bagian dari perlindungan Hak Asasi perkembangan dari pembangunan yang
Manusia dan yang termuat dalam demikian pesatnya , dimana arus
Undang-Undang Dasar 1945 yang gelobalisasi dibidang komunikasi
wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi maupun informasi serta kemajuan dari
oleh orangtua, Keluarga, Masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi akan
Negara, Pemerintah. Dari sisi membawa dampak positif maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara negatif.Dampak negatifnya akan
anak adalah merupakan masa depan membawa pengaruh dan perubahan
bangsa dan generasi penerus bangsa gaya hidup orangtua, cara mendidik
dan generasi penerus cita-cita bangsa , anak-anak telah membawa perubahan
sehingga setiap anak berhak untuk sosial dalam kehidupan masyarakat
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan yang sangat berpengaruh terhadap
berpartisipasi secara wajar sesuai perilaku dari anak-anaknya tersebut.
dengan harkat dan martabat Kekerasan sering terjadi pada
kemanusiaan . anak adalah rawan. Disebut rawan
Ajaran Agama Islam maupun karena kedudukan anak tersebut
ajaran agama lainnya mengatur bahwa kurang menguntungkan (Maidin
anak dipandang sebagai amanah dari Gultom :15) .Anak merupakan yang
Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai resiko besar mengalami
dianugrahkan kepada orang tuanya gangguan atau masalah di dalam
,oleh karena sebagai amanah maka perkembangannya baik secara
anak sudah seharusnya mendapatkan psikologis, sosial maupun fisik.Anak
pemeliharaan, perawatan, bimbingan rawan dipengaruhi oleh kondisi
dan pendidikan baik pendidikan internal maupun kondisi eksternalnya.
sekolah maupun pendidikan agamanya. Terutama anak yang berasal dari
Defenisi Anak berdasarkan kepada keluarga miskin , anak yang di daerah
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang terpencil, dan yang berasal dari
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun keluarga yang broken home (keluarga
2014 Tentang Perubahan Atas Undang- retak).
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Namun semua bentuk
Tentang Perlindungan Anak , Anak kekerasan pada anak secara lahiriah
adalah seseorang yang belum berusia /jasmani terjadi pada saat orang tuanya
18 tahun, termasuk anak yang masih frustasi atau naik pitam, sehingga
dalam kandungan. akibatnya kemudian melaksanakan
Pembicaraan yang berkaitan tindakan-tindakan yang agresif yang
dengan dan perlindungannya tidak secara lahiriah, berupa cubitan,
akan pernah berhenti sepanjang dari pukulan, tendangan dan bahkan
kehidupan, hal ini disebabkan karena melakukan penyulutan dengan rokok,
anak adalah generasi penerus bangsa membakar dan tindakan-tindakan lain
dan penerus pembangunan, yaitu yang akan membahayakan dari anak
generasi yang dipersiapkan sebagai tersebut.Sangat susah dibayangkan
subjek dari pelaksana pembangunan bahwa bagaimana orangtua akan bisa
yang berkelanjutan dan pemegang melukai anaknya yang seringkali
kendali masa depan suatu negara , terjadi bahwa penyiksaan lahiriah
yang tidak terkecuali dari Indonesia , yakni dari hasil hukuman jasmani yang
menuju masyarakat yang adil dan bertujuan untuk menegakkan disiplin,

357 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

yang tidak sesuai dengan usianya yang Penelitian Hukum yang


masih kecil. dilakukan adalah Penelitian Hukum
Undang-Undang Nomor 35 Yuridis Normatif yaitu pendekatan
Tahun 2014 Tentang Perlindungan yang dilakukan berdasarkan kepada
Anak Jo Undang-Undang Nomor 23 hukum utama dengan dengan cara
Tahun 2002 Tentang Perlindungan menelaah teori-teori , konsep-konsep ,
Anak memberikan pengaturan yang asas-asas hukum serta peraturan
jelas bahwa Perlindungan Anak yang perundang-undangan yang berkaitan
pada pokoknya adalah bertujuan untuk dengan penelitian ini.
memberikan jaminan dan melindungi
hak-haknya agar dapat hidup tumbuh 2.2 Sumber Data
berkembang dan berpartisipasi secara Bahan hukum yang diperoleh
optimal untuk memperoleh dari Data Sekunder yaitu bersumber
perlindungan dari tindakan kekerasan dari Penelitian Kepustakaan (Library
dan diskriminasi (Muhadar, Research).
Abdullah,Husni Thamrin ; 74)
Anak rentan sekali untuk 2.3 Teknik Pengumpulan Data
menjadi korban kekerasan oleh karena Teknik yang digunakan dalam
itu perlunya untuk mengatasi penelitian ini adalah teknik studi
kekerasan ini terjadi dan ini bukan saja dokumen yaitu data yang diperoleh
merupakan kewajiban Pemerintah dari Kepustakaan yang relevan .
namun merupakan kewajiban dari 2.4 Teknik Analisis
masyarakat untuk bersama-sama Keseluruhan data yang telah
melakukan pencegahan kekerasan didapat akan dianalisis secara
terhadap anak tersebut. Kualitatif atau dikenal dengan Analisis
Deskriftif Kualitatif. Dimana
1.2 Rumusan Masalah keseluruhan data yang terkumpul akan
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk dianalisis secara sistematis .
kekerasan dan sebab-sebab
terjadinya kekerasan kekerasan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan terhadap Anak 3.1 Bentuk-bentuk kekerasan dan
? sebab-sebab terjadinya kekerasan
2. Bagaimana Konsep Kewajiban kekerasan yang dilakukan terhadap
dari Masyarakat untuk Anak Pasal 1 Angka 1 Undang-
mencegah terjadinya kekerasan Undang Republik Indonesia Nomor 35
terhadap anak tersebut. Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
1.3 Tujuan Penulisan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1. Untuk memberikan pemahaman 2002 Tentang Perlindungan Anak ,
tentang konsep Kewajiban Dari Anak adalah seseorang yang belum
Masyarakat untuk mencegah berusia 18 tahun, termasuk anak yang
Terjadinya kekerasan terhadap masih dalam kandungan. Dalam kaitan
anak. pengaturan tentang batasan usia anak
2. Untuk mengetahui Penerapan adalah :
Kewajiban Dari Masyarakat a. Kitab Undang-Undang Hukum
untuk mencegah terjadinya Perdata Pasal 330 ayat (1) memuat
kekerasan terhadap anak. batas antara belum dewasa dengan
yang telah dewasa yaitu berumur
2. METODE 21 tahun .
2.1 Jenis Penelitian

358 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun bahwa bentuk – bentuk kekerasan yang


1981 tentang Kitab Undang- terjadi yang dialami anak dan
Undang Hukum Acara Pidana perempuan, adalah dalam bentuk
(KUHAP). Undang-Undang ini pelecehan seksual berupa pencabulan
secara erat mengatur tentang batas atau perkosaan , traffking atau
usia pengertian anak, namun Pasal perdagangan anak dan perempuan ,
153 ayat (5) memberikan pembunuhan, pembacokan atau
wewenang kepada hakim untuk pemukulan. Dari peristiwa-peristiwa
melarang anak yang belum tersebut terjadi diketahui bahwa pelaku
mencapai usia 17 tahun untuk tindak dari kekerasan tersebut terhadap
menghadiri sidang. anak bukan saja orang yang dikenal
c. Undang-Undang oleh korban dan mempunyai hubungan
Perkahwinan.Berdasarkan kepada darah dengan korban, atau dengan kata
ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan lain pelaku adalah merupakan salah
Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang satu dari anggota keluarga dari korban
Perkahwinan, maka batasan untuk tersebut. (Maidin Gultom;95)
disebut anak adalah belum Bentuk –bentuk dari kekerasan
mencapai usia 18 tahun atau belum terhadap anak dan perempuan dapat
pernah melangsungkan diklasifikasikan dalam 4 macam
perkahwinan. yaitu :
d. Berdasarkan urian di atas dapat a. Physical Abuse (Kekerasan Fisik)
dikemukakan bahwa Anak adalah Adalah menunjuk pada cedera yang
seseorang yang belum mencapai ditemukan pada seorang anak dan
usia 18 tahun termasuk anak yang perempuan bukan karena itu suatu
masih dalam kandungan dan belum kecelakaan tetapi cedera tersebut
menikah. Oleh karena itu anak adalah hasil dari pemukulan
tidak dapat bertanggungjawab dengan benda atau beberapa
selayaknya orang dewasa, karena penyerangan yang diulang-ulang.
seorang anak masih belum b. Physical Neglect (Pengabaian
mempunyai keterbatasan Fisik) Adalah kategori kekerasan
kemampuan berpikir, bertindak, ini dapat diidentifikasi secara
dan berada dalam pengawasan umum dari kelesuan seorang anak
orang tua atau walinya, sehingga dan perempuan, kepucatan dan
segala sesuatu yang dilakukan oleh dalam keadaan kurang gizi. Anak
anak tidak terlepas dari peran serta itu biasanya dalam keadaan yang
dan tanggung jawab orangtua, kotor/tidak sehat, pakaian yang
masyarakat dan Negara. tidak memadai. Dan kesehatan
Kekerasan adalah merupakan yang tidak memadai . Namun hal
suatu bentuk dari tindakan yang ini juga harus dilihat dari keadaan
menggunakan tenaga yang secara sosial ekonomi dari suatu keluarga
tidak sah , biasanya tenaga yang .Contohnya dalam sebuah keluarga
digunakan dengan menggunakan yang miskin yang walaupun telah
kekuatan jasmani , bentuk-bentuknya memberikan yang terbaik bagi
antara lain : memukul dengan tangan, anak mereka tetapi tetap terlihat
menyepak, menendang maupun dengan dalam keadaan seperti tersebut
menggunakan alat seperti : kayu, diatas, yang dikategorikan sebagai
dengan menggunakan senjata dll. pengabaian secara fisik.
Dari beberapa peristiwa yang c. Emotional Abuse (Kekerasan
terjadi di tengah-tengah masyarakat Emotional) And Neglect

359 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

(Pengabaian). Adalah menunjuk diasuh oleh seorang ibu secara


kepada kasus dimana orangtua/wali baik, maka dia tidak bisa menjadi
gagal untuk menyediakan ibu dan merawat anaknya sendiri.
lingkungan yang penuh cinta kasih 2. Personality Or Character Trait
kepada seorang anak untuk bisa Model
tumbuh, belajar dan berkembang . Adalah hampir sama dengan
kegagalan-kegagalan tersebut Psychody-namic, namun dalam hal
dapat dimanifestasikan dengan ini tidak perlu diperhatikan apa
tidak mempedulikan, yang pernah dialami oleh orangtua
mendiskriminasi, meneror, sebagai pelaku kekerasan. Tetapi
mengancam atau secara terang- menganggap bahwa ini akibat
terangan menolak anak. orangtua si anak yang belum cukup
d. Sexual Abuse (Kekerasan Seksual) dewasa , terlalu agresif, frustasi
Adalah kekerasan seksual yang /berkarakter buruk.
menunjuk kepada setiap aktivitas 3. Social Learning Model
seksual. Bentuk dari kekerasan ini Adalah Kurangnya kemampuan
dapat dalam bentuk penyerangan sosial, yang ditunjukkan dengan
atau tanpa penyerangan yang perasaan tidak puas karena menjadi
dilakukan. orangtua, merasa sangat terganggu
Yang termasuk ke dalam dengan kehadiran anak, menuntut
kategori penyerangan adalah apabila anak untuk selalu bersikap seperti
seorang anak menderita cedera fisik orang dewasa.
dan trauma emosional yang luar biasa. 4. Family Structure Model
Dalam kategori kekerasan seksual Adalah yang menunjuk kepada
tanpa penyerangan anak tidak akan dinamika antarkeluarga yang
mengalami cedera fisik tetap saja memiliki hubungan kausal dengan
menderita trauma emotional. Jika kekerasan.
seorang dewasa melakukan hubungan 5. Environmental Stress Model
seksual dengan seorang di bawah umur Adalah yang melihat anak dan
14 tahun , maka tindakan tersebut perempuan sebagai suatu masalah
disebut sebagai “ statutory rape “ multidimensional dan
akan mendapat ancaman hukuman menempatkan kehidupan yang
yang lebih berat dibandingkan dengan menekan sebagai penyebab
pelaku “ carnal connection” (Maidin utamanya . Jika ada perubahan
Gultom; 96). faktor-faktor yang membentuk
Sebab – Sebab Terjadinya lingkungan manusia, seperti
Kekerasan Terhadap Anak-Anak kesejahteraan, pendidikan yang
adalah merupakan buah hati bagi rendah , tidak adanya pekerjaan ,
orangtuanya dan menempatkan anak maka akan menimbulkan kekerasan
sebagai tempat yang berharga.Namun pada anak.
ada kalanya dalam anak jadi korban 6. Social –Psychological Model
kekerasan .Adapun sebab-sebab Adalah dalam hal ini frustasi dan
kekerasan Yang Dilakukan Terhadap stress menjadi faktor utama dalam
Anak Adalah : menyebabkan terjadinya kekerasan
1. Psychodynamic Model pada anak. Stress bisa saja terjadi
Adalah terjadinya kekerasan karena berbagai sebab seperti :
disebabkan karena kurangnya konflik rumah tangga , isolasi
“Mothering /Jejak Ibu “ Seseorang secara sosial dan lain-lain.
yang tidak pernah dirawat atau 7. Mental Illness Model

360 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

8. Adalah Kekerasan pada anak yag dilarang dengan disertai ancaman


terjadi karena kelainan saraf dan Undang-undang berupa suatu
penyakit kejiwaan. kejahatan tertentu, bagi barang
Konsep Kewajiban dari siapa yang melanggar tersebut;
Masyarakat untuk mencegah terjadinya 2. Mereka yang telah melanggar
kekerasan terhadap anak tersebut. larangan-larangan itu dapat
Hukum pidana merupakan salah satu dikenakan atau dijatuhi Undang-
bentuk hukum untuk penanggulangan undang sebagaimana yang telah
kejahatan, karena hukum pidana ditetapkan
memiliki sarana sanksi negatif. Istilah 3. Pengenaan Undang-undang itu
sanksi negatif diberikan karena sanksi dapat dilaksanakan apabila ada
tersebut berupa pidana (penderitaan). orang yang disangka telah
Beberapa pengertian hukum melanggar larangan tersebut.
pidana dari para sarjana hukum pidana Satauchid Kartanegara di dalam
yang dapat dijadikan pedoman dalam kuliahnya cenderung kepada
rangka untuk lebih memahamkan perumusan SIMONS merumuskan
hukum pidana tersebut antara lain : Pidana adalah: “Sejumlah peraturan-
Menurut Van Hammel hukum peraturan yang merupakan sebahagian
pidana merupakan suatu penderitaan daripada undang-undang yang berlaku
yang bersifat khusus, yang telah mengandung larangan-larangan dan
dijatuhkan oleh kekuasaan yang keharusan yang ditentukan oleh negara
berkuasa untuk menjatuhkan hukuman atau kekuasaan lain yang berkuasa
atas nama negara sebagai penanggung untuk menentukan peraturan-peraturan,
jawab dari ketertiban hukum yang larangan atau keharusan mana yang
umum bagi seorang pelanggar, yaitu disertai dan dijatuhi undang-undang,
semata-mata karena orang tersebut apabila hal ini dilanggar timbullah hak
telah melanggar undang-undang yang dari negara untuk melakukan tuntutan,
harus ditegakkan negara. menjalankan undang-undang dan
Professor Simons mengemukakan melaksanakan undang-undang”.
bahwa : “Hukuman yaitu suatu Oleh itu dikemukakan bahwa
penderitaan yang oleh hukum pidana pengertian hukum pidana adalah
telah dikaitkan dengan pelanggaran memuat undang-undang yang
terhadap suatu norma, yang dengan mengandung keharusan dan larangan
suatu keputusan hakim telah terhadap pelanggaran yang dijatuhi
dijatuhkan bagi seorang pelaku dengan hukuman berupa siksaan badan
kejahatan” pencabutan nyawa dan pengekangan
Pompe mengatakan hukum kebebasan bergerak terhadap pelaku
pidana adalah semua aturan hukum kejahatan yang melakukan perbuatan
yang menentukan terhadap tindakan kejahatan yang ringan maupun
apa yang seharusnya dijatuhkan pidana kejahatan yang berat.
dan apa macam pidananya yang Tindakan kekerasan tersebut
bersesuaian. Pengertian hukum pidana adalah pengaturannya diatur oleh
menurut Moeljatno dikemukakan hukum pidana, namun dalam hukum
bahwa: “Undang-undang bahagian dari pidana positif tindak kekerasan belum
undang-undang yang mengadakan diatur secara konkrit, artinya hukum
dasar aturan-aturan untuk pidana positif memberikan
menentukan”: perlindungan kepada anak tersebut
1. Perbuatan-perbuatan mana yang sebagai korban, dan lebih banyak
tidak dapat dilakukan yang merupakan perlindungan yang abstrak

361 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

atau perlindungan yang tidak langsung kerugian yang dideritanya . Kerugian


, yaitu dengan adanya berbagai anak sebagai korban tindak kekerasan
perumusan tindak pidana dalam yang dilakukan tidak saja bersifat
perundang-undangan. Sistem dari material, tetapi juga immaterial antara
sanksi ini dan pertanggungjawaban lain berupa goncangan emosional dan
pidana tidak tertuju kepada psikologis yang langsung atau tidak
perlindungan korban yang secara langsung akan mempengaruhi
langsung dan konkrit , tetapi hanya kehidupannya kelak.
perlindungan korban secara tidak Dalam Resolusi Majelis Umum
langsung dan abstrak. PBB No. 40/34 ditentukan bahwa :
Kekerasan adalah merupakan Kerugian yang diderita oleh korban
suatu bentuk dari tindakan yang kejahatan meliputi kerugian fisik
menggunakan tenaga yang secara ataupun mental, penderitaan
tidak sah , biasanya tenaga yang emosional, kerugian ekonomi atau
digunakan dengan menggunakan perusakan substansial dari hak-hak
kekuatan jasmani , bentuk-bentuknya asasi mereka. menanggung kerugian
antara lain : memukul dengan tangan, yang dideritanya. Kerugian anak
menyepak, menendang maupun dengan sebagai korban tindak kekerasan
menggunakan alat seperti : kayu, Konsep Dari Kewajiban
dengan menggunakan senjata dll. Masyarakat untuk mencegah terjadinya
Sebagaimana diketahui bahwa kekerasan terhadap Anak yang terjadi
kekerasan yang terjadi pada anak dan disekitarnya adalah untuk melakukan
perempuan di dalam kehidupan penyelenggaraan serta upaya-upaya
masyarakat adalah rawan. Disebut dari Pemerintah dan Pemerintah dari
dengan rawan hal ini disebabkan Daerah masing-masing dapat
karena kedudukan anak dan perempuan melakukan kerjasama dengan
adalah kurang menguntungkan.mereka masyarakat atau lembaga sosial lainnya
ini memiliki resiko besar mengalami Berdasarkan Pasal 14
gangguan dan masalah dalam UUPKDRT bentuk Peran Serta dari
perkembangannya baik secara Masyarakat tersebut antara lain :
psikologis, sosial maupun fisik. a. Mencegah berlangsungnya tindak
Kekerasan adalah berdampak pidana.
negatif bagi korban, oleh karena itu b. Memberikan perlindungan kepada
kekerasan yang dilakukan terhadap korban.
anak bersifat merusak, berbahaya dan c. Memberikan pertolongan darurat.
menakutkan, padahal sesungguhnya Berdasarkan Pasal 15 Membantu
keluarga adalah sebagai lingkungan proses pengajuan permohonan
kehidupan manusia, tempat untuk penetapan perlindungan.
merasakan kasih sayang, mendapatkan
pendidikan, pertumbuhan fisik dan 4. KESIMPULAN
rohani, tempat berlindung, beristirahat Sebab-sebab kekerasan Yang
dan sebagainya , yang diterima anak Dilakukan Terhadap Anak Adalah :
dari tempat berlindung, beristirahat dan 1. Seseorang yang tidak pernah
sebagainya, yang diterima anak dari dirawat atau diasuh oleh seorang
anggota keluarganya hingga ia dewasa ibu secara baik, maka dia tidak bisa
dan sanggup memenuhi kebutuhannya menjadi ibu dan merawat anaknya
sendiri. Apabila seorang anak sendiri.
mendapat tindak kekerasan dari
keluarganya, siapa yang menanggung

362 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora


Vol. 3. No. 1 2018

2. Akibat orangtua si anak yang d. Membantu proses pengajuan


belum cukup dewasa , terlalu permohonan penetapan
agresif, frustasi /berkarakter buruk. perlindungan.
3. Menjadi orangtua, merasa sangat
terganggu dengan kehadiran anak, DAFTAR PUSTAKA
menuntut anak untuk selalu
bersikap seperti orang dewasa. Hadi Supeno, 2005, Kriminalisasi
4. Adalah yang menunjuk kepada Anak; Tawaran Gagasan Radikal
dinamika antarkeluarga yang Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan,
memiliki hubungan kausal dengan PT Gramedia Pustaka Utama
kekerasan. Anggota IKAPI.
5. Faktor-faktor yang membentuk Kartono, Kartini,1981, Patologi Sosial,
lingkungan manusia, seperti Bandung:Penerbit CV Rajawali
kesejahteraan, pendidikan yang Pers.
rendah , tidak adanya pekerjaan , Maidin Gultom, 2012, Perlindungan
maka akan menimbulkan kekerasan Hukum Terhadap Anak Dan
pada anak. Perempuan, Refika Aditama
6. Frustasi dan stress menjadi faktor M.Yahya Harahap,1997, Beberapa
utama dalam menyebabkan Tinjauan Mengenai Sistem
terjadinya kekerasan pada anak. Peradilan Dan Penyelesaian
Stress bisa saja terjadi karena Sengketa, Bandung Citra Aditya
berbagai sebab seperti : konflik Bakti.
rumah tangga , isolasi secara sosial Nelvitia Purba,2003, Perkembangan
dan lain-lain. Konsep Pidana Mati Di Indonesia,
7. Adalah Kekerasan pada anak yag Pascasarjana Univ.Sumatera Utara.
terjadi karena kelainan saraf dan Nelvitia Purba, Sri Sulistyawaty,
penyakit kejiwaan. 2015,Mengenal Lebih Dekat
Kewajiban Masyarakat Untuk Hukum Pidana Dalam Perspektif
Mencegah terjadinya Kekerasan Hukum Indonesia, CV.Citra
Terhadap Anak tersebut antara lain : Mandiri
a. Mencegah berlangsungnya tindak Lamintang,1997, Dasar-dasar Hukum
pidana. Pidana Indonesia,PT.Aditya Bakti
b. Memberikan perlindungan kepada Bandung.
korban. R.Soesilo,1983, Kitab Undang-Undang
c. Memberikan pertolongan darurat. Hukum Pidana (KUHPidana) Serta
Komentarnya Pasal D emi
Pasal, Politea Bogor.

363 Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora

Anda mungkin juga menyukai