PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas kehidupan anak saat
ini. Suatu bangsa akan menjadi bangsa yang besar jika mereka dapat memberikan
perlindungan yang layak pada anak baik kesejahteraan lahir batin, maupun sosial.
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1
butir 1 "Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hal ini anak masih ada dalam taraf-taraf
perkembangan untuk menuju pada tingkat kedewasaan baik fisik maupun intelektual.
Anak memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, sehingga
perkembangan fisik, mental,dan social secara seimbang. Pasal 9 ayat (1) telah
menegaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
bakatnya. Hak atas pendidikan diperoleh seluruh anak dan harus diusahakan oleh
perjuangan bangsa. Oleh karena itu seorang anak memerlukan perlindungan dalam
rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara
perlindungan Hak bagi anak telah memberlakukan undang- undang Nomor 35 tahun
2014 tentang perlindungan anak. Di dalam dijelaskan bahwa negara dan pemerintah
1
berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap
orang tanpa membedakan suku, ras, Bahasa, kondisi fisik maupun mental.
Dalam kehidupan masyarakat anak memiliki peran dan posisi sosial tersendiri
karena mereka juga bagian dari anggota masyarakat. Anak bukanlah individu yang
tidak berdaya, lemah dan polos sehingga mereka selalu di perlakukan dengan
semenah-mena dan ditempatkan pihak yang merugikan, sebaliknya anak berhak untuk
sesuai dengan kemampuan intelektualnya atas dasar pilihan anak tersebut, jadi mereka
pemerintah menetapkan hak-hak anak yang diatur dalam UU No. 35 Tahun 2014,
pasal 21 ayat (2) berbunyi: “untuk menjamin pemenuhan hak anak sebagaimana yang
anak”. Perlindungan terhadap anak pada suatu bangsa, merupakan tolak ukur
pemerintah.
Upaya – upaya perlindungan anak dimulai sedini mungkin, agar kelak berpartisipasi
secara optimal bagi pembagunan bangsa dan negara. Anak berhak atas perlindungan –
Tujuan dari perlindungan hak anak bertitik tolak dari tanggungjawab semua pihak
2
baik orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Namun yang menjadi tugas
pertama dalam perlindungan anak adalah: orang tua dan keluarga. Dikatakan
demikian karena secara prinsipil, orang tua dan keluarga adalah: lembaga pertama
melakukan pembinaan terhadap anak, karena orang tua dan keluarga yang meletakan
fondasi pertama bagi masa depan anak-anaknya, selain itu juga keluarga merupakan
Masalah perlindungan anak mempunyai kaitan erat dengan tugas dan tanggung
jawab semua pihak, yang paling Nampak diantara berbagai pihak yang berkaitan
dengan perlindungan anak adalah orang tua. Sementara dari pihak anak sebagai
individu yang masih dibimbing dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap orangtua, anak dipandang sebagai individu yang lemah, dengan kondisi ini
anak menjadi sasaran empuk bagi pelampiasan orangtua dan orang dewasa lainnya.
Disini lain dengan keberadaan anak tersebut, seringkali orangtua dan orang dewasa
penerapan disiplin pada anak. Hal ini menunjukan bentuk penyalagunaan kekuasaan
orangtua atau orang dewasa mereka mengontrol menekan anak dengan cara yang
Dalam hal ini ada beberapa kasus kekerasaan yang di temui dalam lingkungan tempat
sekitar. kekerasaannya dapat melibatkan kekerasan fisik yang bisa merubah mental
Kekerasan fisik adalah bentuk penganiayaan secara fisik dan ancaman untuk
menguasaiorang lain atau tindakan yang menyebabkanrasa sakit yang dilakukan oleh
lempar denga benda keras,dan kekerasan fisik lainnya. Fakta-fakta sosial menunjukan
3
bahwa ampir sebagian kasus kekerasan fisikterhadap anak dilakukan oleh orangtua
yaitu ayah, ibu, dan orang dewasa laiannya atauwali anak tersebut.
Perlakuan orang tua dalam mendidik anak itu bukan tindakan kekerasan,
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan apa yang diharapkan rangtua sebaliknya
orangtua lebih beribawa atas anak-anak apabila cara pendekatan dalam mendidik anak
adalah tampa pemukulan yang berlabihan. Ganjaran atau hukuman yang diberikan
orang tua kepada anak yang melakukan kesalahan itu tidak memberatkan dan tidak
menyebabkan anak menderita sakit berlebihan cedera atau luka. Dan jika orangua
memelihara dan mendidik anak. Dengan begitu dapat dikategorikan sebagai tindakan
kekerasan fisik terhadap anak. Sikap orangtua dalam melindungi anak, terutama
tindakan / perbuatan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, apalagi seorang
anak sedang membangun dirinya sebagai manusia seutunya, bukan saja dalam hal
rohani atau mental dan jasmani, fisik, tetapi keseimbangan keselarasan, keseimbangan
antara keduanya.
pakaian dan lain-lain. Jadi perlindungan akan berjalan baik, bila keadaan sikap dan
tindakan orangtuanya baik. Keadaan anak yang semakin membaik ditandai dengan
bahwa peranan orangtua dalam melindungi anak dengan cara mendidik dan membina
anak menjadi baik,taat patuh kepada orangtua. Tetapi dalam pembinaan anak
seringkali
4
melaggar perintah orangtua, sehingga anak tersebut mendapat sangsi atau hukuman
yang diberikan oleh orangtua itu berlebian secara fisik sehingga menjurus
kepada tidak kekerasan dan hal ini suda bertentangan dengan / melanggar UU No 35
tahun 2014. Ayah dan ibu dalam penerapan mendidik anak – anak, sam-sama
mempunyai tanggung jawab yang besar maka dari itu sebagai orangtua memounyai
fungsi yang sangat penting dalam mendidik anak-anaknya yang harus ditanamkan
sedini munngkin. Orang tua sebagai pemimpin dlam rumah tangga memberikan
kebijaksanaan dancontoh teladan yang selalu diterapkan oleh orangtua, yang nantinya
akan sangat mempengaruh dalam perkembangan serta tingkah laku anak, di sekolah
dan utama dalam menentukan perkembangan sikap seseorang dan tentu saja
Dalam perkembangan anak, harus diberi perhatian, kasih sayang, serta dibekali
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.” demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia,
dan sejahtera.
Dalam kehidupan bermasyarakat anak memiliki peran dan posisi social tersendiri
karena mereka juga bagian dari anggota masyarakat. Anak bukanlah individu yang
tidak berdaya, lemah dan polos sehingga mereka selalu diperlakukan dengan semena-
mena dan ditempatkan pihak yang merugikan, sebaliknya anak dapat berkarya
5
menyatakan pendapatnya,menerima,mencari, dan memberikan informasi sesuai
dengan kemampuan intelektualnya atas dasar pilihan anak tersebu, jadi mereka juga
35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak bahwa agar setiap anak mampu memikul
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,baik secara fisik, mental maupun social
dan berakhalk mulia, perlu dilakukan upaya serta untuk mewujutkan kesejahteraan
mendidik dan membina anak mereka supaya menjadi baik, tetapi anak seringkali
melanggar apa yang diperintakan oleh orangtua mereka, sehingga anak tersebut
mendapat sangsi / hukuman secara fisik seperti dicubit, ditampar, bahkan ditendang.
Hal ini membuktikan bahwa orangtua selalu memberikan sangsi / hukuman kepada
anak secara berlebihan sebagai bentuk penerapan disiplin sehingga menjurus pada
tindakan kekerasan, karena anak tidak dengar- dengaran kepda orangtua dan anak
bergaul dengan orang dewasa yang beda usia sekitar 4-5 tahun dan anak suka
merokok, meminun minuman keras seperti alcohol dan berdampak pada pendidikan
anak . Tindakan kekerasaan yang di berikan orang tua dapat mengakibatkan sesuatu
yang fatal sehingga mental anak menjadi lebih buruk lagi,di mulai dari hal yang
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin mengangkat
permasalahan yang ada untuk dikaji dalam penulisan ini yang berjudul
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penullisan
ini adalah
D. Manfaat Penelitian
orang tua dalam membina dan mengasuh anak sesuai dengan undang-undang
no 35 tahun 2014
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua adalah
bapak yang dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H.M Arifin juga
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan
dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang
lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat
anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-
anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik
karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak
terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu di sampingnya.
8
Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul
dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya
merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu,
seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya.
Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat
tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya
pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan
membutuhkan uluran tangan dari kedua orangtuanya. Orang tualah yang paling
disini kebutuah-kebutuhan psikis dan fisik sehingga anak dapat tumbuh dan
Rudyanto,1983: 151).
Peran lingkungan, terutama tingkah laku dan peran orangtua, sangat penting
bagi seorang anak, terlebih lagi pada tahun-tahu n pertama dalam kehidupannya lebih
lanjut anak mengidentifikasi dirinya dengan angota keluarga yang disayanginya yang
meniru tingkah lakunya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ternyata tidak
semua orang dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Besar
kecilnya pengaruh tersebut tergantung dari hubungan emosional dari anggota keluarga
tersebut dengan sang anak. Tetapi tidak disangkah lagi, melaluhi keluargalah anak
9
Pada akhir abad 17 seorang filsuf Inggris bernama Jhon Locke mengemukakan
bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan factor yang paling menentukan dalam
menyeret mereka pada dekadensi moral dan pendidikan yang buruk dalam
masyarakat, dan kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan kegilaan, betapa
banyak sumber kejahatan dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut
dan tempat berpijak. Hal ini bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja
berikut:
Oleh karena itu, jika para pendidik tidak dapat memikul tanggung jawab dan
amanat yang diberikan pada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kelainan pada remaja serta upaya penanggulangannya maka akan terlihat
suatu generasi yang bergelimang dosa dan penderitaan dalam masyarakat. Para orang tua
1. Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun
10
2. Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak menekan.
contohnya: kita boleh saja membiarkan anak melakukan apa saja yang masih
sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang
sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang
harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas
tersebut
3. Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3
tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan
teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti
berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum
4. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
internet,radio, handphone
6. Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan
7. Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia.
bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat
11
8. Sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak, sehingga
orang tua dapat membimbing anak ketika anak sedang menghadapi masalah.
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok.
diperlukan adanya usaha yang konsisten dan kontinu dari orang tua di dalam
lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan atau mampu berdiri sendiri,
dimana tugas ini merupakan kewajiban orang tua. Begitu pula halnya terhadap
pasangan suami istri yang berakhir perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk
Peran orang tua dapat dijelaskan sebagai kewajiban orang tua kepada anak.
Diantaranya adalah orang tua wajib memenuhi hak-hak (kebutuan) anaknya, seperti
hak untuk melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang
air, berbicara, berjalan berdoa, sungguh sungguh membekas dalam diri anak karena
berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang tua sangat
memengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih sayang
atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan
individu terletak pada keluarga. Melalui konsep tabula rasa John Locke menjelaskan
bahwa individu adalah ibarat sebuat kertas yang bentuk dan coraknya tergantung
kepada orang tua bagaimana mengisi kertas kosong tersebut sejak bayi.
12
Melalui pengasuhan, perawatan dan pengawasan yang terus menerus, diri serta
kepribadian anak dibentuk. Dengan nalurinya, bukan dengan teori, orang tua
mendiidk dan membina keluarga. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam
sebagai berikut:
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua
orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah
dagingnya kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian
tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu melalui
sekolah. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua
13
agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT
orang tua terhadap anak meliputi berbagai hal diantaranya membentuk pribadi seorang
anak, bukan hanya dalam tataan fisik saja (materi), juga pada mental (rohani), moral,
mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang
tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiassaan yang
dilihat dari orang tua, tetapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain
Istilah peranan yaitu bagian atau tugas yang memegang kekuasaan utama yang harus
dapat dikatakan sebagai perilaku atau lembaga yang mempunyai arti penting sebagai
struktur sosial, yang, dalam hal ini lebih mengacu pada penyesuaian daripada suatu
proses yang terjadi. Peranan dapat diartikan pula sebagai sesuatu yang menjadi bagian
atau yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal. Ada juga yang
merumuskan lain, bahwa peranan berarti bagian yang dimainkan, tugas kewajiban
pekerjaan. Selanjutnya bahwa peran berarti bagian yang harus dilakukan di dalam suatu
kegiatan.
Berdasarkan pemaparan di atas, yang di maksud dengan peranan oleh penulis adalah
suatu fungsi atau bagian dari tugas utama yang dipegang kekuasaan oleh orang tua untuk
14
dilaksanakan dalam mendidik anaknya. Peranan disini lebih menitikberatkan pada
bimbingan yang membuktikan bahwa keikutsertaan atau terlibatnya orang tua terhadap
anaknya dalam proses belajar sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi anak
tersebut. Usaha orang tua dalam membimbing anak anak menuju pembentukan watak
yang mulia dan terpuji disesuaikan dengan ajaran agama adalah memberikan contoh
teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan
terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu di sampingnya.
Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan
anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada anggota
keluarga lainnya.
tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang
bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu
adalah pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat
disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut:
15
f. Pendidik dalam segi-segi emosional
Disamping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak
memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya. Kegiatan seorang ayah
kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya
bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya.
Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan
ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut:
B. UPAYA PEMBINAAN
Ketika membahas masalah kenakalan atau tindakan kriminal yang dilakukan oleh
anak, hal yang ingin diketahui adalah apa yang melatarbelakangi atau faktor yang
perilaku kenakalan oleh anak, merupakan aspek kepribadian yang berasal dari dalam
diri anak seperti konsep diri yang rendah (Yulianto, 2009), penyesuaian sosial serta
16
pengendalian diri yang rendah. Konsep diri adalah bagaimana individu memandang
dirinya sendiri meliputi aspek fisik dan aspek psikologis. Aspek fisik adalah bagaimana
dirinya, harga diri serta rasa percaya diri dari individu tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Kendal ditemukan bahwa yang menjadi
faktor penyebab yang dominan dari siswa-siswa melakukan kenakalan adalah faktor
sifat dari remaja itu sendiri (Fuadah, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswa
merokok, memiliki gambar atau bacaan yang berkonten porno), hingga kategori tinggi
(seks bebas, minum alcohol, memukul, merusak atau mengambil barang milik orang
lain, berkelahi dan tawuran), karena siswa-siswa itu memiliki sikap berlebihan dan
sosial atau beradaptasi terhadap nilao dan norma yang ada di dalam masyarakat. Bukti
perilaku kriminal oleh remaja yang tergabung dalam geng motor, membolos serta aksi
mereka yang selalu berhubungan dengan tindakan kriminal seperti memalak anak-anak
sekolah lain, memaksa remaja lain untuk ikut bergabung dengan geng mereka serta ada
beberapa anggota yang pernah melakukan tindakan kriminal pencurian motor. Hal
17
Selain hal itu, remaja berada dalam tahapan perkembangan yang merupakan transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan tugas perkembangan untuk
pencarian jati diri, tentang seperti apa dan akan menjadi apa mereka nantinya (Ericson
dalam Sandrock, 2003). Dalam kondisi ini maka anak-anak ini berada dalam tahap
Hurlock, 1998). Bila berhasil maka anak akan mencapai tahap perkembangan
dipenuhinya rasa identitas diri yang jelas, dan sebaliknya anak akan mengalami
Pada masa ini anak-anak dan remaja juga sedang berada dalam
anak-anak yang selalu bergantung pada orang tua dan juga bukan orang dewasa yang
sepenuhnya mandiri dan otonom, anak-anak ini masih tergantung pada orang tua
terutama dalam hal ekonomi di mana semua kebutuhannya masih harus dipenuhi oleh
orang tuanya. Kondisi yang dihadapi oleh anak ini dan juga perkembangan fisik dan
hormonal menyebabkan kelabilan emosi karena anak terdorong untuk mencari jati
dirinya yang secara otonom bersifat unik dan berbeda dari orang lain. Dalam
untuk masa remaja ini bergeser dari figur otoritas orang deewasa seperti orang tua dan
diri ini juga sebagai akibat dari kebutuhan anak untuk otonom dan lepas dari figur
orang tuanya.
Dalam kondisi ini maka kondisi psikologis anak pada saat remaja memiliki
karakteristik yang labil, sulit dikendalikan, melawan dan memberontak, memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, agresif, mudah terangsang serta memiliki loyalitas yang tinggi.
18
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa lingkungan pertama seorang anak adalah
lingkungan keluarga, ketika meginjak masa remaja maka anak mulai mengenali dan
berinteraksi dengan lingkungan selain lingkungan keluarganya. Pada situasi ini, anak
lingkungan itu, menyebabkan remaja mengalami kebingungan dan mencari tahu serta
berusaha beradaptasi agar diterima oleh masyarakat (Sarwono, 2013). Pada saat
mengalami kondisi berganda itu, kondisi psikologis remaja yang masih labil, sehingga
dapat menimbulkan perilaku kenakalan dan tindak kriminal yang dilakukan oleh
remaja.
Ketika anak dalam masa transisi butuh banyak dukungan dan dorongan dari
orang tua untuk membimbing anak menjadi lebih baik lagi mulai dari hal kecil yang
terjadi bagaimana orang tua menyikapinya dengan lemah lembut, tanpa adanya
kekerasaan. jika dalam sebuah pengajara orang tua kepada anak dengan kekerasaan
maka mental seorang anak dapat berubah kapan saja dan dimana saja sesuai dengan
2) Faktor Eksternal
adalah keluarga dalam hal ini kondisi lingkungan keluarga. Kondisi lingkungan
keluarga pada masa perkembangan anak dan remaja telah lama dianggap memiliki
hubungan dengan munculnya perilaku antisosial dan kejahatan yang dilakukan oleh
19
pengasuhan yang buruk. Ketiga pola asuh orang tua terhadap anak yaitu pola asuh
autoritarian, permissive dan univolved ini menyebabkan seorang anak berperilaku anti
sosial.
Pada pola asuh otoritarian, orang tua menerapkan disiplin yang sangat kaku dan
terkadang penuh dengan kekerasan, tidak jarang anak mengalami pengasuhan yang
buruk, kasar, menyia-nyiakan dan ada kekerasan di dalam keluarga saat anak dalam
masa perkembangan awal anak-anak, maka anak akan memiliki harga diri yang rendah.
Tidak hanya itu, anak juga akan mengembangkan perilaku kekerasan tersebut pada
bahwa pola asuh authoritarian orangtua mempunyai hubungan positif yang sangat
signifikan dengan agresivitas pada anak binaan lembaga pemasyarakatan anak Kutoarja
Jawa Tengah. Pola asuh otoriter yang diberikan oleh orang tua atau sikap negatif yang
ditunjukkan oleh orang tua berupa kedisiplinan yang keras, kemarahan dan kekerasan
yang ditunjukkan orang tua dalam pengasuhan dengan perilaku antisosial remaja.
Pola asuh yang dikategorikan sebagai pola asuh permisif indulgen, atau pola
asuh neglected parenting atau ada juga yang menerapkan pola asuh otoritarian itu tidak
pertimbangan moral dan hati nurani. Sehingga menurut Evans, Nelson, Porter dan
Penelitian Torrente dan Vazsonyi (2008) juga menunjukkan bahwa pengasuhan yang
diberikan oleh ibu memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap munculnya perilaku
kenakalan dan tindak kriminal yang dilakukan oleh anak. Ketika ibu tidak memberikan
pengasuhan yang tepat, tidak memberikan perhatian yang cukup pada anak tentang
20
kegiatan di sekolah atau kegiatan dengan temannya dapat memicu terbentuknya
Ketika anak mengalami pengasuhan yang buruk, kasar, disia-siakan dan ada
kekerasan di dalam keluarga saat anak dalam masa perkembangan awal anak-anak,
maka anak akan memiliki harga diri yang rendah, juga akan mengembangkan perilaku
Kemudian pada saat anak-anak mulai masuk di lingkungan sekolah, anak dengan harga
diri yang rendah akan mendapatkan isolasi dari kelompok sebayanya dan mengalami
memiliki kecenderungan untuk berasosiasi dalam geng, dan kelompok sebaya yang
menyimpang, serta pengarahan diri dalam kekerasan, karena menganggap teman sebaya
penerimaan dan kekerasan dalam hubungan pribadi, dan berkelanjutan dalam siklus
kekerasan ketika mereka menikah dan menerapkan pola asuh yang mengandung unsur
individu yang melakukan kenakalan dan tindakan kriminal. Hal tersebut serupa dengan
penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku agresi atau kekerasan memiliki kontribusi
secara genetik atau diturunkan oleh orangtua pada anaknya terutama dalam perilaku
antisosial. Pola hubungan di dalam keluarga antara orangtua dan anak yang buruk juga
berbentuk siklus, sehingga tindakan kekerasan atau pengasuhan yang tidak tepat oleh
21
orang tua akan membentuk rantai siklus perkembangan yang menyebabkan anak
Tekanan yang ada dalam kelompok sosial memiliki pengaruh yang sangat besar.
Dan berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa anak-anak terjerat kasus hukum
memberikan tekanan yang sangat kuat untuk melakukan konformitas terhadap norma
sosial kelompok, sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat
anak diterima oleh teman-teman dan kelompok sosialnya (Baron & Byrne, 2005), selain
itu perilaku melanggar hukum anak juga dilakukan karena adanya solidaritas sosial
yang sangat kuat untuk melindungi dan membela teman kelompoknya. Menurut
Hunter, Viselberg dan Berenson (dalam Mazur, 1994), kelompok sosial menjadi
kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok dan juga narkoba dan
namun perlu disadari, faktor kemiskinanlah yang menjadi modal awal terjadinya
kekurangan akan mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik dari segi
pendidikan dan kesehatan. Selain tidak mampu mencapai kesejahteranan, orang yang
dalam kondisi miskin sulit mendapat akses pendidikan. Padahal pendidikan adalah
salah satu modal sosial seseorang dalam pencapaian kesejahteraan, dengan pendidikan
22
syarat pekerjaan dapat terpenuhi. Dengan demikian seseorang yang mempunyai
sehingga kebutuhan dasarnya tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini, seringgali menjadi
sosial mempertontonkan perilaku negatif yang bertentangan dengan nilai dan norma
masyarakat, misalnya klip musik, iklan, film atau sinetron menampilkan adegan seks
Selain itu, perilaku negative yang terus menerus ditampilkan di media massa, juga
dapat dianggap sebagai perilaku yang benar secara sosial dan dan menjadi model peran
C. Peran Pemerintah
Pemerintah wajib melindungi dan menjamin kebebasan anak untuk tetap bertahan
hidup dan berkembang berdasarkan usianya. Dalam hal ini, upaya negara dalam
melindungi hak dan kewajiban anak dapat dilihat melalui Pasal 20 Undang-Undang
sangatlah jelas bahwa anak berhak untuk hidup yang layak, bertumbuh dengan gizi yang
baik, berkembang dengan potensi yang ada dan berpartisipasi dalam rangka memajukan
23
bangsa Indonesia. Pasal 22 Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
berlaku. kewajiban pemerintah sangat besar bagi anak di mulai dai untuk hidup
memenuhi kebutuhan serta sarana prasana pendidikan yang diberikan pemerintah bagi
anak-anak.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe penelitian
yakni penelitian yang diarahkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan cara memberikan gambaran atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
B. Lokasi penelitian
Yang mejadi lokasi penelitian ini adalah RT 002/ RW 006 Negeri Soya,Kecamatan
Sirimau,Kota Ambon.
C. Subjek Penelitian
yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak yang menjadi korban
tindakan kekerasaan dari orang tua. Teknik dalam penelitian ini ada snowball sampling
Non diskriminatif Eksponensial : dalam jenis ini,subjek pertama direkrut dan kemudian
dia memberikan banyak referensi. setiap rujukan baru kemudian memberikan lebih banyak
data untuk rujukan dan seterusnya,sampai ada banyak subjek untuk sampel.
Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penulisan ini
1. Observasi
2. Wawancara
25
DAFTAR PUSTAKA
Didik dan Elisatris, 2007 dan Wagiati Soetodjo, 2006, Defenisi Kekerasan Terhadap Anak
https://lp2m.uma.ac.id/2022/01/10/snowball-sampling-pengertian-metode-keuntungan-dan-
kekurangan/#:~:text=Snowball
Henry Could dan Jhon Townsend. Boundaries whit Kids. Ahli Bahasa ilmiah: Efie Shofia
Sompie : 2004
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2738/angka-kekerasan-terhadap-anak-
tinggi-di-masa-pandemi-kemen-pppa-sosialisasikan-protokol-perlindungan-anak. Diakses
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2975/libatkan-generasi-milenial-
24 Februari 2021
http://Rusmilawati.wordpress.com/2010/01/25/perlindungan-anak-berdasarkan-undang-
26
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-
juni 2012. Pukul 19.20 WIBKartini Kartono. 1992. Peranan keluarga Memandu Anak.
Rajawali, Jakarta.
https://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/in-depth-interview-wawancara-mendalam
Komisi Perlndungan anak, 2011, mengugat peran Negara, Pemerintah, Masyarakat dan
http://komnaspa.wordpess.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-
Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia, Jakarta: Rajawali
Pers
Bhakti.
24 Februari 2021
Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Gunung Mulia,
Jakarta.
Soemitro, Irma Setyowati, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara
27
Undang –Undang No. 23 tahun 2002. Perlidungan Anak. Citra Umbara, Bandung.
beinjing,
Serafina Shinta Dewi,2011,Perlindungan Hak- Hak Anak Pelaku Kejahatan Dalam Proses
perlindungan-hak-hak-anak-pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana.Diakses tanggal
www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/801-perlindungan-atas-hak-
24 Februari 2021
28