PENDAHULUAN
sebagai penentu masa depan bangsa dan negara di masa yang akan datang.
Semakin baik keperibadian anak maka akan semakin baik pula kehidupan bangsa
dan negara di masa yang akan datang. Anak adalah hasil kekuatan rasa kasih
sayang suami isteri sebagai rahmat Allah untuk memperkuat hubungan rumah
tangga yang rukun damai bahagia dan sejahtera. Anak adalah kader pelanjut
generasi, pelindung orang tua dikala lemah. Banyak pasangan suami isteri tidak
siap menunaikan tugas sehingga anak lahir tanpa perencanaan, tidak dapat hidup,
dari orang tuanya, hal ini sesuai dengan amanah dari UU No.39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Jika orang tua tidak ada dan tidak mampu untuk
hukum diserahi kewajiban tersebut. Apabila tidak adanya pihak lain, maka anak
menjadi tanggungjawab negara, karena anak adalah tunas bangsa, potensi, dan
generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis
1
2
Kesejahteraan Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
rohani, jasmani maupun sosial. Kebutuhan anak yang paling mendasar yang
dibutuhkan oleh anak adalah kebutuhan fisiologis seperti; makanan, minuman, air,
udara, istirahat, dan kebutuhan psikologis seperti rasa aman, kasih sayang, serta
sehingga membuat anak tetap berada di posisi yang seharusnya atau tidak
Salah satu dari hak anak secara universal adalah hak memperoleh
diskriminasi. Hak anak merupakan bagian dari hak azasi manusia yang merupakan
hak dasar atau hak pokok yang dimiliki setiap orang sejak dilahirkan sampai ia
meninggal dunia. Maka dari itu hak-hak yang dimilikibya tersebut haruslah
terpenuhi dengan baik agar tumbuh kembang dari seorang anak akan berjalan
kepada anaknya. Sementara dari pihak anak, sebagai individu yang masih
dipandang sebagai individu yang lemah. Maka dari itu, anak menjadi sasaran
yang tertimpa masalah pola asuh jumlahnya sangat besar, mencapai 4,1 juta orang.
(PPPA), jumlah anak bermasalah bisa jauh lebih besar karena belum semua
terungkap. Kementrian sosial mengungkapkan, dari 4,1 juta anak bermasalah itu,
5.900 anak menjadi korban kekerasan, 34.000 di antaranya anak jalanan, 3.600
anak berhadapan dengan hukum (ABH). Kasus-kasus yang menjadi masalah baru
berkaitan dengan pola asuh anak, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tindak kekerasan pada anak di Indonesia masih sangat tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah paradigma atau cara pandang yang keliru mengenai anak.
Anak dianggap sebagai hak milik orang tua yang dididik dengan sebaik-baiknya
termasuk dengan cara yang salah sekalipun. Hal ini seolah-olah kekerasan
terhadap anak sah-sah saja dilakukan oleh orangtua atau pihak keluarga, dengan
dalih untuk mendidik atau memberikan pembelajaran kepada anak agar menjadi
lebih baik. Pola pengasuhan pada anak dengan cara memaksa, mengatur dan
kemauan dan perintah orangtua serta memberikan hukuman atau sanksi apabila
psikologis anak.
mengingat akibat dari kekerasan seksual terhadap anak akan mengakibatkan anak
perkembangan jiwa anak sehingga anak tidak akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan wajar. Akibat lebih jauh dari adanya trauma itu juga adalah terhambatnya
proses pembentukan bangsa yang sehat. Oleh karena itu, penegakan hukum
terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual khususnya terhadap anak perlu
ditegakkan sebagaimana ketentuan dalam pasal 2 ayat (3) dan (4) UU No.4 Tahun
ini kian marak terjadi. Kekerasan itu layaknya fenomena gunung es yang
5
jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan data di lapangan. Sejak tahun
2015 s.d 2017, Dinas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) mencatat, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak per
tahun meningkat tajam. Pada 2015 pihaknya menemukan sebanyak 939 kasus,
tahun 2016 sebanyak 1.648 kasus, dan tahun 2017 meningkat menjadi 1.791
kasus.
Provinsi Aceh sejak 2016-2017 yang berasal dari P2TP2A, telah berjumlah 1.600
kasus atau rata-rata 70 kasus per-tahun. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan penanganan kasus di P2TP2 Aceh yang rata-rata mencapai 148 kasus per
tahun. Hal ini termasuk menjadi fenomena yang sangat sering muncul di Kota
Sementara itu, bentuk kekerasan terhadap anak yang paling dominan sejak
di Aceh paling banyak terjadi di Aceh Utara 123 kasus, disusul kota Banda Aceh
94 kasus, Aceh Besar 81 kasus, Bireuen 69 kasus, Pidie 57 kasus, Bener Meriah
52 kasus, Aceh Tengah 45 kasus, dan Aceh Timur 35 kasus. Sementara untuk
angka 30 kasus.
sosial merupakan orang yang bekerja di bidang pelayanan sosial dan melakukan
6
dalam peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 12 tahun 2017 tentang
(Generalist Social Worker) adalah pekerja sosial yang memiliki latar belakang
Pekerja Sosial generalis memandang sistem klien dari perspektif kekuatan klien
Program PKSA, pekerja sosial disebut dengan Satuan Bakti Pekerja Sosial.
7
Perlindungan Khusus. Program ini ditujukan kepada enam kluster anak yang
masing dipimpin oleh satu orang Kepala Sub-Unit. Program PKSA dikoordinir
oleh seorang pekerja sosial dari Kementrian Sosial yang ditempatkan di lembaga
tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer) dan bimbingan dari pekerja sosial
Aceh, dilakukan melalui PKSA, dimana tugas pokok pekerja sosial yaitu
diberikan pekerja sosial yang terdapat pada pedoman pun berupa assessment,
kesejahteraan anak.
Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk melakukan
penelitian tentang peran pekerja sosial dalam pendampingan kepada anak korban
tindak kekerasan seksual di Kota Banda Aceh. Mengingat anak yang telah
menjadi korban tindak kekerasan seksual yang ada di Kota Banda Aceh pun sudah
sangat banyak, dan kasus-kasus kekerasan seksual pada anak terus muncul, agar
1. Karakteristik Informan
kekerasan seksual
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
dalam pemecahan masalah tentang peran pekerja sosial dalam pendampingan anak
penulisan.
keberhasilan program.