Anda di halaman 1dari 5

Selamat malam,

Indonesia adalah negara yang dengan tegas dan jelas menyatakan akan melindungi hak-hak warga
negaranya. Di antara sekian banyak hak asasi warga negara tersebut, salah satu hak yang perlu
dilindungi adalah hak anak. Sayangnya, perlindungan negara terhadap hak anak ini tampaknya masih
menghadapi persoalan serius. Beberapa kali kasus kekerasan terhadap anak masih terjadi. Tidak
jarang bahkan kekerasan tersebut merenggut nyawa anak yang menjadi korban.

berdasarkan uraian diatas, perlu diapresiasi penjelasan tersebut dikarenakan berdasarkan informasi
yang saya temukan di website : https://mediaindonesia.com/humaniora/463985/komitmen-
pemerintah-perangi-kejahatan-dan-kekerasan-seksual-terhadap-anak

"Indonesia adalah negara yang dengan tegas dan jelas menyatakan akan melindungi hak-hak
warga negaranya."

Menurut website tersebut :

Kekerasan serta kejahatan seksual terhadap anak saat ini menjadi isu utama dalam Kementrian
Koordinator Pembangunan Manusia dan kebudayaan. Menko PMK, Muhadjir Efendi mengatakan
saat ini isu tersebut telah menjadi perhatian khusus Presiden Pak Joko Widodo. "Sebagaimana
diketahui bapak Presiden memberikan pernyataan yang tegas keharusan k/l bertanggung jawab
segera memberikan langkah konkret dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual
pada anak ini" ujarnya di gedung PMK, Jakarta Rabu (12/1)

Selain itu dirinya menegaskan, bahwa Presiden ingin memprioritaskan aksi pencegahan kekerasan
pada anak dan mereformasi manajemen penangan kasus. "Termasuk mekanisme pelaporan dan
layanan pengaduan, penegakan hukum, dan layanan pendampingan bantuan hukum serta layanan
rehabilitasi mental maupun sosial dan reintegrasi sosial."imbuhnya.

berdasarkan statement diatas berarti apa yang terjadi didalam negara kita Indonesia, diketahui
dan disampaikan oleh menko kepada bapak Presiden kita Joko Widodo bahwa adanya komunikasi
antara menteri kepada presiden menanggapi problema yang terjadi di Indonesia khususnya "kasus
kekerasan dan kejahatan seksual". disini jelas bahwa negara menyatakan dan melindungi hak-hak
warga negaranya.

Terbukti adanya penurunan kasus yang disimpulkan sejak 2018 sampai 2021 telah terjadi
penurunan prevalensi kekerasan seksual sekitar 24 persen. menjelaskan bahwa kasus ini sudah
senantiasa dimonitoring yang berujung dengan menurunnya kekerasan seksual di indonesia. perlu
diapresiasi untuk pencapaian ini namun secara absolut jumlahnya masih besar dan dampak
terhadap korban masih belum tertangani dengan baik.

"Yang sangat penting adalah implementasi dari peraturan dan perundangan yang ada serta
komitmen dan koordinasi antar Lembaga pemerintah pusat dan daerah serta penguatan dan unit-
unit perlindungan yang terkait dengan perlindungan anak,” tambahnya
Peran pemerintah konkret yaitu berkomitmen untuk mencegah dan memerangi kekerasan seksual
terhadap anak. Salah satunya dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 70 Tahun 2020 dan
PP Nomor 78 Tahun 2021. Dengan segala ikhtiar yang kita lakukan mari kita terus tingkatkan, kita
jamin masa depan anak Indonesia akan mendapatkan perlindungan dan akan menjadi generasi
penerus sebagaimana yang kita harapkan,” pungkasnya.

Apakah kekerasan dan kejahatan seksual hal yang lumrah untuk kita maklumi? Tentunya tidak.

Saya juga coba mencari informasi melalui informasi yang dimuat dalam website :

Stop Segala Bentuk Kekerasan Terhadap (Gambaran dan Jenis Kekerasan Pada Anak) | Puspensos
(kemensos.go.id)

Dijelaskan dalam website PUSPENSOS tersebut :

Anak adalah harapan bangsa yang akan menjadi pemimpin dan penentu kemajuan negara di masa
depan, sehingga siapapun khususnya orangtua berkewajiban untuk memberikan perlindungan dalam
rangka untuk kepentingan terbaik bagi anak. Setiap anak harus mendapatkan pola pembinaan sejak
dini dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial.

Perlu diketahui lingkungan rumah dan sekolah seringkali menjadi lahan subur dan sumber utama
terjadinya kekerasan, Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu sendiri
dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi tempat anak
berinteraksi. Lebih miris lagi jika kekerasan terhadap anak terjadi dalam lingkungan keluarga dan
bahkan pelakunya adalah orang yang dikenal.

Yang menjadi concern saya dalam diskusi kali ini, menjelaskan pentingnya saya sebagai
mahasiswa untuk menggali informasi terkait kasus kekerasan dan kejahatan seksual terhadap
anak yang tentunya sangat merugikan bagi anak tersebut. Berdasarkan website PUSPENSOS
dijelaskan Bentuk Kekerasan Terhadap Anak, sebelum jauh membahas mengenai kasus yang terjadi
di Indonesia pentingnya bagi saya mahasiswa yang nantinya juga akan menjadi orangtua nantinya
perlu edukasi sebagai tindakan preventive di kemudian hari untuk menanamkan cara mendidik anak
bagi diri saya sendiri dan para mahasiswa lainnya.

Baik, Bentuk Kekerasan Terhadap Anak diklasifikasikan 4 jenis bentuk yang tertulis oleh Alamsyah,
S.ST., S.Psi., MSW di website PUSPENSOS yaitu :

1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Psikis
3. Kekerasan Seksual
4. Kekerasan Sosial

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian kita sebagai individu yang bermasyarakat
harus lebih peka dan sigap di segala situasi melawan tindak kekerasan anak di sekitar kita, dengan
tidak membiarkan kekerasan-kekerasan anak ini terjadi berarti kita ikut dalam mencerahkan dan
menentukan masa depan lebih baik lagi bagi anak.
“Perlu diketahui lingkungan rumah dan sekolah seringkali menjadi lahan subur dan sumber utama
terjadinya kekerasan” statement ini sangat menarik perhatian saya Ketika saya coba cari informasi
mengenai contoh kasus kekerasan pada anak di Indonesia, dalam judul berita tersebut tertulis
Video : Tak Terima Ditinggal Istri, Pria ini rekam Video Aniaya Anaknya Sendiri”

VIDEO: Tak Terima Ditinggal Istri, Pria ini Rekam Video Aniaya Anaknya Sendiri - News Liputan6.com

Melihat berita tersebut membangkitkan antusias saya dalam mendiskusikan mengenai Kekerasan
dan Kejahatan Seksual pada Anak. Dalam berita tersebut menggambarkan kepada saya sebelum
untuk menikah perlunya kematangan emosi, kematangan finansial dan tentunya partner yang setia
menemani disaat susah dan senang dan pastinya seirama (satu keyakinan). Ketika aspek jasmani
terpenuhi dan disupport juga aspek rohaninya sebagai dasar akan mempengaruhi kedepannya
seperti apa. Walaupun sejatinya kita tidak bisa menjamin apa yang terjadi setidaknya kita sudah
mempunyai grandplan kedepannya dengan pondasi yang kita Yakini dan tidak berbenturan dengan
nilai dan berlaku di masyarakat dengan pilihan yang kita ambil.

Melihat kasus diatas peran orangtua dinilai berperan aktif dalam keamanan anak untuk kedepannya,
selain dari pola asuh yang baik perlu juga dilihat kematangan orangtua. Karena keluarga merupakan
lingkaran terkecil yang sangat intens berhubungan langsung dengan anak.

Tertulis dalam Buku BMP Pendidikan Kewarganegaraan oleh Lasiyo, Reno Wikandaru, Hastangka
dalam Modul 6 mengenai macam-macam hak warga negara.

Menurut Wahidin (2015) menyampaikan pendapatnya sebagai berikut. Hak Asasi Manusia dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu

1. hak asasi pribadi

2. hak asasi politik

3. hak asasi hukum

4. hak asasi ekonomi

5. hak asasi peradilan

6. hak asasi budaya

Yang menarik dari 6 poin diatas jika coba saya kaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini seperti
dalam website berikut : KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
(kemenpppa.go.id)

Dengan judul berita “ Tanggapi Perkawinan Anak di Kabupaten Wajo, KEMENPPA dorong Upaya
Pencegahan Perkawinan Anak berbasis Budaya”.

Sangat menarik untuk dibahas dan dicari jalan keluar untuk berita tersebut, pentingnya peran
pemerintah dalam berita tersebut, jika dibiarkan akan seperti apakah kedepannya apalagi kita
beragam dan kaya akan budaya?

Tapi saya sebagai mahasiswa mendukung peran pemerintah jika memang harus dikaji dan diberikan
peraturan mengenai hal tersebut disamping memperhatikan HAM manusia namun tidak
mengesampingkan HAK Anak yang tentunya diusia tersebut perlu diberikan edukasi baik dari
orangtua maupun daerah yang dimana sudah dipetakan oleh bapak Menko PNM, Muhadjir Efendi.
Terkait urairan dan topik diskusi mengenai “upaya apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka melindungi hak anak tersebut?”

1. Peran utama pemerintah, seperti yang biasa dilakukan berupa tindakan preventive dengan
melakukan penyuluhan utama terhadap fungsi orangtua demi kesuksesan anak dimasa yang
akan datang. Seperti apa fungsi anak dalam rumah tangga? Apa yang harus ditanamkan
untuk anak? Apa upaya yang dapat menunjang produktivitas anak usia dini? (upaya orang
tua dalam memberikan gizi ataupun edukasi).

Berdasarkan info yang saya kutip dari website “Indonesia Darurat Kekerasan pada Anak :
Kementerian PPPA juga akan bekerja sama dengan instansi terkait, seperti Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) hingga kepolisian untuk mengatasi masalah
kekerasan seksual terhadap anak lewat dunia maya. Pihaknya juga meminta anak-anak tidak
terus-menerus menggunakan telepon genggam ketika di kelas. Selain itu, ada juga imbauan
kepada anak-anak untuk tidak berbicara dengan orang asing atau menerima pemberiannya.
"Contohnya seperti di Australia, ada prinsip jangan berbicara ke orang asing atau menerima
permen dari orang yang tidak dikenal." Diambil dari situs Kementerian Komunikasi dan
Informatika (kominfo.go.id)

Pentingnya menanamkan kehidupan berkelanjutan kepada anak (edukasi untuk manfaat


dirinya bagi diri sendiri tanpa mengesampingkan lingkungan dan edukasi untuk manfaat
dirinya terhadap lingkungan sekitar). jika sustainable ini tidak ditanamkan upaya yang sudah
dijalankan pemerintah mungkin hanya bisa berlangsung saat presiden tersebut menjabat
atau bisa dikatakan 5 tahun saja. Upaya penyuluhan bisa dilakukan secara massif di Media
Sosial. Terlihat dari sebagain besar rakyat Indonesia mengakses sosial media cukup besar.

Pengguna Media Sosial di Indonesia Capai 191 Juta pada 2022 (dataindonesia.id)
bisa diakses melalui website tersebut. Seperti yang digaungkan oleh Presiden dan Jajaran
bahkan apparat keamanan seperi TNI dan Polri dalam memperingati hari Kesaktian Pancasila
kemarin.

2. Perlunya peraturan yang tegas bagi pelaku tindak kekerasan dan kejahatan seksual terhadap
anak tanpa pandang bulu yang tentunya terbukti dan bisa dipertanggungjawabkan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku dan mungkin untuk diperberat sanksinya. Karena
notabenenya ini menyangkut masa depan bangsa yang dimana akan lebih mudah (ibarat)
mengoptimalkan produk baru dibanding produk rusak, walaupun masih besar kemungkinan
produk rusak bisa bekerja optimal. Karena pada dasarnya manusia akan hancur jika diungkit
masa lalunya. Untuk itu perlu tanam diri untuk memaafkan diri sendiri dan jika ada case
terulang atau upaya perundungan akan masa lalu itu tidak akan menjadi masalah bagi anak
tersebut karena anak tersebut sudah damai dengan dirinya dan bisa mengakui dan
menerima kesalahan masa lalu dan sudah survive menjadi insan baru dengan penuh optimis
(jika terjadi error perlunya tindak tegas berupa hukuman tingkat tinggi sehingga resiko atau
kecenderungan orang tersebut bisa sepenuhnya survive menjadi insan berkompeten yang
mempunyai akhlak)

3. Menurut Buku BMP Pendidikan Kewarganegaraan oleh Lasiyo, Reno Wikandaru, Hastangka
edisi dua dalam Modul 06.
Tertulis pesan bahwa “Dalam tata hukum di Indonesia memang tidak banyak diatur tentang
kewajiban warga negara. Namun demikian, hal ini bukan berarti tidak ada ketentuan yang
mengatur tentang kewajiban. Salah satu ketentuan tentang kewajiban dapat dijumpai di
dalam Pasal 27 ayat (1) dan (3), Pasal 28 J ayat (1), dan Pasal 30 ayat (1) UUD NRI Tahun
1945.
Mencermati berbagai macam peraturan tentang kewajiban di atas, dapat disimpulkan
bahwa UUD NRI tahun 1945 tidak banyak mengatur tentang kewajiban warga negara. Sesuai
dengan bunyi ketentuan Pasal 27,28 dan 30 kewajiban warga negara yang diatur hanyalah
kewajiban warga negara untuk menjunjung tinggi hukum dan segala peraturan yang berlaku;
menghormati hak dan kebebasan orang lain; serta kewajiban dalam usaha-usaha
pertahanan dan keamanan negara. Sekilas, peraturan tentang kewajiban tersebut memang
kurang proporsional apabila dibandingkan dengan banyaknya peraturan tentang hak asasi
manusia yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan. Namun demikian, apabila
disimak dengan lebih cermat, aturan tentang kewajiban tersebut bersifat komprehensif
karena menyangkut kewajiban warga negara untuk mematuhi dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada titik inilah harmoni hak dan kewajiban
tersebut tercapai. Pada satu sisi, negara berusaha melindungi dan menghormati hak asasi
manusia dengan berbagai macam ketentuan hukum yang ada dan di sisi yang lain, negara
meminta warga negara untuk mematuhi segala macam peraturan hukum yang berlaku.

Peran Pemerintah sejauh ini cukup dengan melakukan Tindakan preventive dengan
penyuluhan dan edukasi yang masif melalui sosial media dan adanya hukum yang tegas
mengatur tingkat tinggi tentang kekerasan dan kejahatan seksual pada anak yang dimana
bersifat krusial bagi anak muda dalam perjalanan hidupnya kedepan. Perlu ada pengawasan
dari Lembaga tertinggi dan tindak pidana bagi siapapun termasuk saya mahasiswa yang
menulis diskusi ini dengan konsekuensi hukuman tingkat tinggi hingga hukuman mati.

Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai