Anda di halaman 1dari 16

A.

Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia sebagai Negara hukum juga perlu memahami dengan

keadaan dunia yang telah mulai banyak memperhatikan Hak Asasi Manusia,

sehingga di era reformasi sebuah agenda besar tersebut menuntut adanya

perubahan sebuah tata kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Salah

satu dari perubahan tersebut yang menonjol adalah mengenai perlindungan

hak-hak warga Negara yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia itu sendiri.

Dalam perlindungan Hak Asasi Manusia telah banyak perlindungan

yang telah dengan jelas dan tegas diatur dalam sebuah peraturan

perundang-undangan seperti yang telah diatur dalam undang-undang

perlindungan anak, perlindungan perempuan, kekerasan dalam rumah

tangga dan lain sebagainya yang selanjutnya baru kemudian perlindungan

saksi hampir terlupakan dalam agenda reformasi.

Anak merupakan orang yang berusia dibawah umur atau orang yang

belum dewasa dalam dirinya melekat harkat dan martabat manusia

seutuhnya yang patut dijunjung tinggi. Namun anak pun bisa dikatakan orang

yang lemah akan haknya karena di usia yang sangat mudah haknya kurang

diperhatikan. Dimana haknya yang terkait dengan harkat dan martabat harus

mendapatkan hak tersebut hak tersebut tanpa yang bersangkutan

memintanya terlebih dahulu. Dengan ini rentan menjadi korban disekitarnya

baik menjadi korban eksploitasi, prostitusi dan pornografi anak-anak, bahkan

seorang anak pu yang masih usia yang sangat mudah terjun langsung

1
melakukan pekerjaan dan anak menanganggap melakukan pekerjaan

merupakan suatu hal yang sudah layak bagi anak demi mendapatkan upah

tanpa memikir perlindungan hukum terhadap profesi pekerjaan tersebut.

Padahal anak sebagai generasi penerus bangsa diperlukannya perlindungan

hukum untuk anak yang berbeda dari orang dewasa, dikarenakan alasan fisik

dan mental anak yang belum dewasa dan matang untuk menghadapi dunia

luar. Dengan ini Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi

kompensasi ILO Perlindungan Anak Nomor 138 dan 182 sebagai

kompensasi Internasional serta diawasi oleh Komite Hak-Hak Anak PBB dan

menjalankan sesuai hukum Internasional dan mulai berlaku pada tanggal 2

September 1990. Pemerintah Indonesia meratifikasi Kompensasi Hak-Hak

Anak Melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990, yang

mengemukakan tentang ketentuan dan prinsip-prinsip umum perlindungan

anak meliputi non deskriminasi, kepentingan terbaik anak, keberlangsungan

hidup dan tumbuh kembang dan menghargai partisipasi anak.

Seorang anak dengan tingkat pemikiran yang belum matang seperti

orang dewasa, terkadang seorang anak berperilaku ceroboh dan bertindak

berdasarkan perasaan, pemikiran, dan kehendaknya sendiri, namun

lingkungan sekitar memberi pengaruh yang cukup besar dalam membentuk

perilaku anak. Bimbingan, pembinaan, dan perlindungan serta motivasi dari

orang tua, guru serta orang dewasa lainnya sangat dibutuhkan dalam proses

perkembangan jati diri anak. Keluarga merupakan suatu kelompok atau

2
kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit

masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah ikatan

perkawinan atau ikatan lainnya tinggal bersama dalam satu rumah yang

dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Anak adalah bagian penting dalam

keluarga yang memerlukan pemeliharaan dan perlindungan khusus, yang

masih tergantung dari bantuan dan pertolongan orang dewasa, terutama

pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Tumbuh kembang dan

kesejahteraan anak akan tergantung hak-hak yang melekat pada anak tidak

terpenuhi dengan baik. Dari faktor-faktor tersebut dapat lihat bagaimana

peranan penting dominan orang tua dan orang dewasa dalam pembentukan

dan memenuhi hak-hak yang sudah melekat pada diri anak sehingga

memberikan kesejahteraan bagi anak dan tanggung jawab dalam upaya

pemenuhan hak-hak anak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahu 1999 tentang Kerukunan

Hak Asasi Manusia anak memiliki hak meliputi hak hidup, hak atas suatu

nama, hak atas kewarganegaraan, hak atas anak cacat, hak untuk

beribadah, hak untuk mengetahui asal usulnya dan hak untuk dipelihara oleh

orang tuanya, hak atas perlindungan dari kekerasan, hak atas keadilan dan

bantuan hukum bagi anak yang melakukan tindak pidana, hak untuk tidak

berpisah dengan orang tuanya, hak atas pendidikan dan informasi, hak atas

istirahat, hak atas kesehatan, hak untuk tidak dilibatkan pada waktu perang

dan berhak untuk merasakan kedamaian serta hak atas tidak di eksploitasi.

3
Hak-hak yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia meliputi hak-hak yang bersifat umum dan khusus.

Bersifat umum karena hak tersebut dimiliki oleh semua anak secara

universal, sedangkan bersifat khusus berarti hak tersebut hanya dimilki oleh

anak yang berada dalam kondisi tertentu, misalnya anak cacat atau anak

yang melakukan tindak pidana. Pelanggaran terhadap pemenuhan hak-hak

anak ini sering terjadi. Maka diperlakukan suatu peraturan khusus untuk

menegakkan hak-hak anak yang selama ini ditindas oleh orang dewasa yang

tidak bertanggung jawab. Di sisi lain maraknya kejahatan terhadap anak di

tengah-tengah masyarakat, salah satunya adalah kejahatan seksual yang

saat ini banyak dilakukan oleh orang-orang sekitar anak, pelanggaran hak-

hak anak, kejahatan terhadap anak dan pemberi jaminan dalam pemenuhan

hak-hak anak yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak tidak berjalan dengan efektif. Tepatnya pada

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tersebut telah berjalan selama

kurang lebih 12 untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Oleh karena itu

diperlukan regulasi khusus untuk mengatur perlindungan anak dari kejahatan

yang mengintai dan diubahnya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak ini mengalami perubahan paradigma

hukum, diantaranya memberikan tanggung jawab dan kewajiban kepada

negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tua

atau wali dalam hal penyelenggaraan perlindungan anak, serta dinaikannya

4
ketentuan pidana minimal bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak serta

diperkenalkannya sistem hukum baru yakni adanya hak restitusi. Dengan

diberlakukannya undang-undang yang baru ini pelanggaran hak-hak anak

dan tindak kejahatan terhadap anak otomatis mulai menurun disekitar anak-

anak. Bagi anak yang bekerja dalam rangka memperkenalkan disiplin serta

menanamkan etos kerja merupakan hal yang positif dan sudah menjadi

bagian dari budaya dan tata kehidupan keluarga, terutama dalam masyarakat

agraria. Fenomena anak yang bekerja tersebut berbeda dengan apa yang

disebut degan pekerja anak dimana anak yang masih dibawah umur harus

melakukan pekerjaan terus-menerus secara teratur dengan keterikatan dan

ketentuan-ketentuan untuk memperoleh pendapatan. Dengan kata lain, anak-

anak tersebut dilibatkan dalam sistem ekonomi, baik sektor formal maupun

informal. Fenomena ini sering dikaitkan dengan laju pengembangan

industrialisasi dan di negara-negara tertentu pekerja anak dikaitkan dengan

cheap labour atau pekerja murah yaitu pekerja yang dibayar murah yang

dimanfaatkan untuk menekan biaya produksi sehingga terdapat

kecenderungan eksploitasi terhadap anak. Anak yang bekerja, melakukan itu

untuk membantu keluargamya. Masalah yang timbul dari presepsi saat ini

adalah bila anak-anak bekerja tanpa upah sebagai anggota keluarga, maka

usaha mereka akan selalu dianggap aman dan bermanfaat bagi mereka

sendiri. Namun anak melakukan pekerjaan untuk menolong orang tua untuk

mencari nafkah dan sebaliknya dala pekerjaannya dapat juga dibantu oleh

5
orang tuanya. Menurut Nachrowi menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi adanya pekerja anak perlu dilihat dalam prespektif yang

lengkap, yaitu dengan melihat dari dua sisi yang berbeda sisi penawaran dan

sisi permintaan. Sekalipun masyarakat menyediakan tenaga kerja anak,

tetapi jika tidak ada perusahaan yang memperkerjakannya, bila permintaan

terhadap pekerja anak tinggi, tetapi masyarakat tidak menyediakan akan

pekerja anak juga tidak muncul. Dari sisi penawaran, berbagai studi

menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan faktor utama pendorong

terjunnya anak-anak ke dunia kerja. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak

semua orang miskin membiarkan anak-anaknya terjun ke dunia kerja. Ada

faktor-faktor lain yang mendorong, baik faktor sosial, budaya, demografi, dan

psikosial yang ikut mempengaruhi anak-anak terjun ke dunia kerja.

Berdasarkan dari penjelasan latar belakang tersebut, membuat penulis

tertarik untuk melakukan penelitian sebagai bahan kajian penulisan Tugas

Akhir pada program studi Hukum Tata Negara dengan judul: “Perlindungan

Negara Terhadap Hak Konstitusional Anak Terlantar di Indonesia”.

Melalui judul ini, besar harapan penulis agar kemudian kiranya

penulisan dan penelitian ini dapat dijadikan sebuah rekomendasi untuk bahan

pertimbangan dan evaluasi khususnya kepada pemerintah dan seluruh

Masyarakat Indonesia.

6
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, maka dapat diambil suatu rumusan masalah

pokok Ddiantaranya adalah:

1. Sejauh manakah peran dan implementasi pemerintah terhadap anak

terlantar di Indonesia sebagai salah satu pelanggaran Hak Asasi

Manusia?

2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan terhadap anak terkait dengan

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah yang telah dijelaskan dalam

proposal penelitian ini, maka dapat disimpultulkan tujuan dari penelitian in

adalah sebagai berikut:

1) Untuk dapat kita ketahui jumlah kasus anak terlantar dan untuk dapat

diketahui cara dan solusi untuk penyelesainnya.

2) Untuk dapat kita ketahui bagaimanakah dampak yang ditimbulkan

terhadap anak, terkait dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, sehingga dapat menjadi

bahan pembelajaran dan evaluasi dalam menjalankan peran dan

tanggung jawab terhadap anak.

7
2) Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagaimana yang telah

dibahas dalam rumusan masalah maka kegunaan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Secara teoritis agar dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan

bahan pustaka bagi dunia akademis, khususnya Fakultas Hukum

pada Program Studi Hukum Tata Negara

2) Secara praktis agar dapat dijadikan sebagai bahan informasi Hak

Asasi Manusia dan bagi khususnya bagi negara, pemerintah,

pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan pada proposal ini adalah

meliputi:

1. Sifat Penelitian

Dilihat dari segi safatnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif

artinya penelitian yang menggambarkan objek tertentu dan menjelaskan

hal-hal yang terkait dengan atau melukiskan secara sistematis fakta-fakta

atau karakteristik populasi tertentu dalam idang tertentu secara faktual

dan cermat. Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini semata-

mata menggambarkan suatu objek untuk mengambil kesimpulan-

kesimpulan yang berlaku secara umum.

8
Dalam penelitian ini penulis akan mendekripsikan penelitian ini

berkaitan dengan Hak Asasi Anak Terlantar di Indonesia.

2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif sebagai metode penelitiannya, yakni penelitian

yang bertujuan untuk menjalankan fenomena melalui pengeumpulan data

sedalam-dalamnya. Penelitian kualitatif tidak selalu bertujuan untuk

mencari sebab akibat terjadinya sesuatu, tetapi lebih berupaya

memahami situasi tertentu untuk sampai pada suatu kesimpulan objektif,

penelitian kualitatif berupaya mendalami dan menerobos gejalanya

dengan menginterprestasikan masalah atau menyimpulkan kombinasi

dari berbgai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya.

Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan

berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data

pendukung (sekunder).

1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertanyaan. Adapun yang terlibat secara langsung sebagai

sumber data primer di sini antara lain digunakan dengan metode

observasi dan dokumentasi.

9
2) Data Sekunder

Adapun sumber data sekunder di sini adalah buku-buku yang

terkaitan dengan Hak Asasi Manusia, Konstitusional dan Undang-

Undang Perlindungan Anak, arsip-arsip, dokumen, struktur atau

Metode kepustakaan/studi literatur, yaitu dengan cara mengumpulkan

data yang berhubungan dengan penulisan, baik di perpustakaan

maupun di tempat lain dengan tekhnik kutipan langsung maupun tidak

langsung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan naskah Tesis ini penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode menitik

beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara

objektif. Metode penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data

secara mendalam mengenai kegiatan suatu program. Perilaku peserta

dan interaksi manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan

data yang akan digunakan sebagai penunjang dalam penelitian. Maka

penulis menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan metode

penelitian tersebut.

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan

tentang Hak Konstitusional Anak Terlantar adalah:

10
1) Wawancara (Interview)

Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak dengan cara sistematis dan berlandaskan tujuan

penelitian. Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh

keterangan, informasi atau penjelasan seputar permasalahan secara

mendalam sehingga diperoleh data yang akurat dan terpercaya

karena diperoleh secara langsung tanpa perantara. Untuk

memperoleh data dari subjek maka peneliti menggunakan pedoman

wawancara sebagai penguat hasil observasi dan mencatat beberapa

hal yang berkaitan dengan Hak Konstitusional Anak Terlantar. Teknik

wawancara dalam penelitian ini adalah teknik wawancara terpimpin

yang dilengkapi dengan pedoman wawancara, metode wawancara

yang digunakan peneliti disini adalah sebagai penunjang dalam

mengumpulkan data dan kelangkapan data. Data yang dimaksud

yaitu data yang berkaitan tentang peran, perhatian dan tanggung

jawab Negara, pemerintah dan masyarakat luas terhadap anak

terlantar di Indonesia.

2) Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data melalui

pengamatan yang cermat dan teliti secara langsung terhadap gejala-

gejala yang diselidiki. Observasi yang digunakan adalah observasi

langsung, yaitu untuk memperoleh data dari subjek dengan

11
pengamatan partisipan yaitu penelitian dengan melakukan

pengamatan secara mendalam dan menyeluruh mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan objek penelitian dengan melibatkan interaksi

sosial antara peneliti dan responden dalam satu penelitian selama

pengumpulan data. Adapun data yang diperoleh dalam observasi

secara langsung adalah data yang konkrit tentang subjek. Selanjutnya

data diolah dan hasilnya kemudian dibuat dengan bentuk kata-kata

dan tulisan. Penggunaan metode observasi dimaksudkan untuk

menjajaki atau sebagai pendahuluan untuk mengawali penelitian

dengan mendatangi instansi pemerintah yang terkait dalam penelitian

ini, lembaga atau organisasi yang bergerak pada bidang hak asasi

manusia, dan masyarakat umum. Data yang hendak dihimpun melalui

observasi pada dasarnya sama dengan data yang akan dihimpun

melalui metode wawancara, yaitu data tentang bentuk, situasi, serta

karakteristik interaksi social masyarakat pada umumnya.

3) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen-

dokumen tertulis. Dalam penelitian ini, data-data yang didapatkan

melalui dokumen-dokumen yang dikumpulkan dan diolah sehingga

relevan dengan objek penelitian.

12
4. Analisis Data

Data yang sudah terhimpun melalui metode-metode tersebut diatas,

pertama-tama diklarifikasikan secara sitematis. Senlajutnya data tersebut

disaring dan disusun dalam kategori-kategori untuk pengujian saling

dihubungkan. Dalam istilah teknisnya, metode analisis data seperti yang

disebutkan adalah metode deskriptif-analisis, yakni metode analisis data

yang proses kerjanya meliputi penyusunan dan penafsiran data, atau

menguraikan secara sistematis sebuah konsep atau hubungan antar

konsep. Dalam penelitain kualitatif yang diperlukan adalah dari mulai

meneliti sampai menyajikan dalam keadaan ringkas dan dikerjakan

dilapangan. Sebab akan ada banyak data yang tidak terekam dan peneliti

telah lupa akan penghayatan situasinya, sehingga berbagai hal yang

berikut berubah menjadi fragmen-fragmen yang tidak berarti.

Menurut Millis dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Djumhan

Pida, data kualitatif analisisnya tetap menggunakan kata-kata yang

disusun kedalam teks yang diperluas melalui tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersama-sama, berulang-ulang dan terus menerus

sehingga langkah analisisnya adalah sebagai berikut:

1) Reduksi data, terdiri dari kegiatan mengolahkan, menajamkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data hasil

wawancara sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasikan.

13
2) Display data, yaitu mensistematiskan data secara jelas dan dalam

bentuk yang jelas untuk membantu peneliti menguasai data tentang

perlindungan negara terhadap hak konstitusional anak di Indonesia.

3) Pengambilan kesimpulan dan verifikasi, proses penarikan kesimpulan

didasarkan pada hubungan informasi yang tersusun dalam satu

bentuk yang dipadu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut,

peneliti dapat melihat apa yang ditelitinya dan menentukan kesimpulan

yang benar sebagai objek penelitian. Kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu sesingkat pemikiran

kembali yang melintas dalam pemikiran penelitian selama menulis dan

merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan.

4) Keabsahan data, dalam penelitian ini, untuk mengetahui keabsahan

data, menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber, yaitu

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

E. Tinjauan Pustaka

14
F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini terdiri dari 4

(empat) bab, setiap bab mempunyai beberapa sub bab dengan rincian

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.4 Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

2. Jenis Dan Sumber Data

3. Teknik Pengumpulan Data

4. Teknik Analisa Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Negara

3.2 Sejarah Konstitusi

3.3 Hak Asasi Manusia

3.4 Undang-Undang Perlindungan Anak

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Kasus Anak Terlantar Dan Tingkat Pencegahannya

3.2 Analisis Dampak Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak.

15
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai