Anda di halaman 1dari 11

Kajian Hukum Perdata dan Hukum Perdata Islam

tentang Kepentingan Terbaik Anak dalam Perkawinan


Penulis: Muhammad Sakhawi Amin
230202110071
Abstrak
Kajian ini menyelidiki tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam kajian
hukum perdata dan hukum perdata Islam. Dalam hukum perdata, tanggung jawab
mencakup kesadaran akan tindakan serta kewajiban untuk memelihara dan
mendidik anak sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak. Di sisi lain, dalam
hukum perdata Islam, tanggung jawab didefinisikan sebagai amanah yang
mencakup pemeliharaan fisik, mental, dan agama anak. Kedua kajian menegaskan
pentingnya perlindungan anak, memberikan nafkah, dan memberikan pendidikan
yang sesuai. Abstrak ini merangkum aspek penting tanggung jawab orang tua
terhadap anak dalam kedua kajian hukum tersebut.

Abstrac
This study investigates the responsibilities of parents towards their children in civil
law and Islamic civil law. In civil law, responsibility includes awareness of actions
as well as the obligation to care for and educate children in accordance with the
Child Protection Law. On the other hand, in Islamic civil law, responsibility is
defined as a trust that includes the physical, mental and religious upkeep of
children. Both studies emphasize the importance of protecting the child, providing
maintenance, and providing appropriate education. This abstract summarizes the
important aspects of parental responsibility towards children in both legal studies.

Pendahuluan
Anak sebagai penerus bangsa memiliki hak-hak yang harus dipenuhi.
Pemenuhan hak ini memiliki tujuan agar anak bisa berkembang dengan baik
kedepannya. Salah satu hak yang perlu diperhatikan adalah hak mendapatkan
kepentingan terbaik anak yang dilakukan oleh orang tua. Hal ini akan berdampak
pada pertumbuhan anak yang lebih baik lagi.
Sayangnya di zaman sekarang orang tua banyak yang lalai dalam masalah
kurangnya mempedulikan tentang hak yang harus dipenuhi kepada anaknya.
Kebanyak para orang tua hanya berfikir penting anak ku bisa makan, bisa sekolah,
dan bisa jajan. Hal tersebut, mereka menganggap telah memenuhi kewajibannya
kepada anaknya. Akan tetapi, bukan itu saja yang harus dilakukan oleh orang tua,
mereka harus memberikan hal yang terbaik untuk keberlangsungan anak mereka di
masa yang akan datang.
Maka dari itu kami akan membahas tentang Kajian Hukum Perdata dan
Hukum Perdata Islam tentang Kepentingan Terbaik Anak dalam Perkawinan.
Mengapa kita membahas hal ini karena banyaknya orang tua kurang mengetahui
hal apa saja yang harus dilakukan terhadap anaknya. Serta, agar generasi penerus
bangsa bisa mengahadapi keberlangsungan hidup kedepannya.

Metode
Kami menggunakan metode pengambilan dari artikel-artikel jurnal yang
telah ada. Kami melakukan hal ini hanya untuk sebagai pelengkap atau hanya untuk
mengulas kembali terhadap artikel yang telah ada. Maka dari itu, apabila ada
kekurangan saya mohon maaf yang sebesar besarnya.

Pembahasan
Dalam pembahasan kami mengambil dari kajian hukum perdata dan kajian
hukum perdata islam. Penjelasannya sebagai berikut;
Kajian Hukum Perdata
1. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat didefinisikan sebagai kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab juga berarti bertindak sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
hidup manusia, bahwa setiap orang memiliki tugas yang harus dipenuhi.
Pihak lain akan memaksakan tanggung jawab jika dia tidak mau.
Oleh karena itu, tanggung jawab dapat dilihat dari dua perspektif: dari pihak yang
melakukan tindakan dan dari perspektif kepentingan pihak lain.1

Tanggung jawab termasuk tingkat laku manusia, yaitu kesadaran seseorang


untuk melakukan suatu tindakan dan bersedia mengambil risiko akibat tindakan
tersebut. Keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa adalah contoh sikap yang
bertanggung jawab.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan perbuatan atau tingkah


laku yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
melakukan sesuatu dengan kesadaran akan kewajibannya. Di dalam hukum
perlindungan konsumen, prinsip tanggungjawab sangat penting. Dalam kasus
pelanggaran hak konsumen, sangat penting untuk mempertimbangkan siapa yang
harus bertanggung jawab dan seberapa jauh pihak-pihak terkait dapat bertanggung

1
Yoga Triwasono, “Artikel Tanggung Jawab”,
http://yoga1208.blogspot.co.id/2012/06/artikeltanggung-jawab.html, Diakses Pada Tanggal 15
April 2024
jawab.2 Para sarjana, baik akademisi maupun praktisi, menggunakan istilah
"tanggung jawab" dan "tanggung jawab" untuk menggambarkan tanggung jawab.
Menurut pengetian hukum, tanggung jawab adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab dan memikul kerugian yang dialami, jika diperlukan, dalam bidang hukum
maupun administrasi.3
Purbacaraka berpendapat bahwa tanggung jawab hukum berasal dari
penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan setiap orang untuk
menggunakan hak dan kewajibannya. Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa, baik
pelaksanaan kewajiban maupun penggunaan hak yang tidak memadai maupun yang
memadai, pada dasarnya harus disertai dengan pertanggung jawaban, seperti halnya
pelaksanaan kekuasaan.4

2. Tanggung Jawab Orang Tua Kepada Anak

Orang tua adalah pembinaan pribadi pertama anak. Menurut Pasal 9


Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, orang tua
adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas kesejahteraan anak baik secara
rohani, jasmani maupun sosial.
a) Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Anak-anak harus dibantu dan dilindungi dalam pelaksanaan hak dan
kewajibannya karena mereka sangat tidak memahami hak dan
kewajibannya. Hal ini diperlukan untuk menjaga kesejahteraan anak.
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Perkawinan, pasal 45 ayat 1 menyatakan, "kedua orang tua wajib
memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.’’5

b) Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas


undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
"Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau
ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat", menurut Pasal 1 ayat 4 Undang-
Undang No. 35 Tahun 2014, yang mengubah Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, sehingga orang tua dapat
dianggap sebagai lingkungan pertama yang dikenal anak saat pertama
kali berinteraksi dan berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya.
Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Pasal 4 menyatakan bahwa: "Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

2
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Grasindo, 2000) hlm. 59
3
M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006) h, 297-298
4
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010) h.37
5
Burgerlijk Wetbouk, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Terj. Soesilo dan Pramudji,
(Rhedbook Publisher,2008), 470.
diskriminasi." Selain itu, undang-undang tersebut mengatur kewajiban
orang tua untuk menjaga anak.6

Kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam Undang- Undang Nomor
35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak, bagian keempat pasal 26 yaitu:
Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.
b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Kewajiban dan tanggung jawab yang disebutkan dalam ayat (1) dapat
beralih kepada keluarga dalam kasus di mana orang tua tidak ada, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya karena alasan
tertentu. Kewajiban ini akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.7
3. Hak Anak
Anak, menurut definisi umum, adalah keturunan atau manusia yang masih
kecil yang dilahirkan sebagai hasil dari hubungan biologis antara laki-laki dan
perempuan. Menurut hukum adat, anak adalah orang yang belum cukup umur atau
usianya masih muda dan belum dapat bertanggung jawab atas kepentingannya
sendiri.8
Ketentuan Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan bahwa anak-anak
membutuhkan kasih sayang yang utuh, bimbingan, dan perlindungan dari orang
tuanya selama masa kanak-kanak. Namun, ada banyak pelanggaran hak yang
menimpa anak-anak, merenggut masa kecil mereka dan masa depannya. Anak kecil
membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang dewasa.
Anak-anak adalah bagian dari generasi muda, sumber daya manusia yang
merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Mereka memiliki
peran strategis dan memiliki sifat dan karakteristik tertentu, dan mereka
membutuhkan bimbingan dan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, dan sosial.
Pasal 2 undang-undang tersebut menyebutkan :
1) Anak berhak atas kesejahteraaan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun didalam
asuhan khusus untuk tumbuh kembang dengan wajar.
2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa
untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna Anak berhak atas
6
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Citra Umbara, 2016), 6
7
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Citra Umbara, 2016), 63
8
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Penggarustamaan Hak Anak Dalam Anggaran Publik , (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2015), 2.
pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun
sesudah dilahirkan.
3) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar.

Kajian Hukum Perdata Islam


1. Pengertian Tanggung jawab
Dalam Islam, tanggung jawab didefinisikan sebagai amanah. Tanggung
jawab didefinisikan sebagai upaya seseorang untuk melakukan amanah secara
cermat, teliti, memikirkan hasilnya, untung rugi, dan segala hal yang berkaitan
dengannya secara terbuka, sehingga orang percaya dan yakin, sehingga mereka
mendapat imbalan baik maupun pujian dari orang lain.9

Tanggung jawab, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah keadaan


di mana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga wajib menanggung, memikul
tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan tanggung jawab
dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan
perbuatan atau tingkah laku, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.10

Sangat sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Tanggung jawab kadang-


kadang dikaitkan dengan keharusan untuk melakukan sesuatu atau penerimaan diri
seseorang untuk melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Banyak jenis tugas
ini membuatnya sulit untuk ditulis dalam kata-kata yang mudah dipahami. Namun,
melihat lebih jauh menunjukkan bahwa tanggung jawab selalu terkait dengan
kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk
melakukannya.11

Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Mudatstsir ayat 38, tanggung


jawab dalam Islam didasarkan pada perbuatan seseorang:
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”12

9
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Prespektif AlQuran, (Jakarta:Amzah, 2007), h. 104
10
Rochma, Hubungan Antara Kebersyukuran Dengan Makna Hidup Pada Pensiunan. Skripsi :
Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.2016,h.36
11
Ilhammuddin & Muallifah, Psikologi Anak Sukses, Cara Orangtua Memandu Anak Meraih
Sukses, (Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press), 2011), 98
12
Depaterment Agama, al – Qur’an dan terjemahannya, h. 576
Setiap tindakan seseorang akan berdampak atau mempengaruhi orang lain,
terlepas dari waktu, tempat, dan situasi. Dia akan tetap bertanggung jawab selama
dia hidup, bahkan sampai dia meninggal. Oleh karena itu, setiap orang harus
memastikan bahwa mereka tidak mengabaikan perbuatan baik sekecil biji sawi
atau sekecil apa pun. Karena dalam surat Al An'am ayat 164 dinyatakan13:
Artinya: Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan
akan diberitakan-Nya kepada mu apa yang kamu perselisihkan."
Dengan demikian, setiap orang harus meninggalkan bekas kebaikan, baik
itu ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, atau anak yang sholeh. Ini
menunjukkan dengan jelas bahwa orang yang bertindak baik atau jahat akan
mendapat pahala atau menanggung dosanya, bersama dengan pahala atau dosa
orang lain yang meniru perbuatannya.
2. Tanggung Jawab Orang tua
Tanggung jawab adalah sifat manusia yang berbudaya. Orang memiliki
perasaan tanggung jawab karena mereka tahu apa yang mereka lakukan dapat
berdampak baik atau buruk. Mereka juga tahu bahwa orang lain membutuhkan
pengabdian atau pengorbanannya. Seseorang dapat memperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab melalui upaya, seperti pendidikan, penyuluhan,
contoh, dan takwa kepada Allah Swt.

Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan akhlak anak sangat penting,
menurut Abdullah Nashih Ulwan, mulai dari kelahiran hingga dewasa.14 Menurut
Kamrani Buseri, pendidikan di lingkungan keluarga dimulai saat anak lahir dan
berlanjut hingga orang tua dewasa.15
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mengajarkan anak mereka iman, akhlak, fisik, intelektual, psikologis, sosial,
dan seksual.16 Abdurrahman AnNahlawi menyatakan bahwa pendidik memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anaknya dalam semua aspek perkembangan

13
Depaterment Agama, al – Qur’an. dan terjemahannya, 150.
14
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan: Emiel Ahmad, Tarbiyatul
Aulad, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), h. 73.
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 22
16
Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., h. 24.
mereka, termasuk perkembangan fisik, intelektual, budi pekerti, sosial, estetis,
psikis, dan instinktif.17 Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat At-Tahrim:6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Jika kita memperhatikan terjemahan di atas, tampaknya tidak menyebutkan


secara eksplisit atau langsung tentang tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anaknya. Namun, bagi mereka yang berpikir dan memahami Al-Qur'an,
ayat tersebut dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, terjemahan Depag
tidak menunjukkan secara langsung tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anaknya.
3. Tanggung Jawab Orang Tua Kepada Anak
Keluarga adalah struktur fitrah yang ditetapkan Tuhan untuk manusia. Para
Rasul dan Nabi Allah juga memiliki keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga
adalah institusi suci yang memiliki tujuan abadi dan hikmah. Untuk perjalanan
keluarga berikutnya, orang tua harus bertanggung jawab, bahkan harus
menyelengggarakan sosialisasi anak-anak mereka, memberikan bimbingan
kejiwaan, arah pendidikan, dan pengisian jiwa yang baik.

Untuk perjalanan keluarga berikutnya, orang tua harus bertanggung jawab,


bahkan harus menyelengggarakan sosialisasi anak-anak mereka, memberikan arah
pendidikan, pengisian jiwa yang baik, dan bimbingan kejiwaan. Karena anak-anak
adalah anugerah dan amanah dari Allah SWT, setiap orang tua harus bertanggung
jawab atas mereka dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang tua;
anak adalah buah hati mereka, cahaya mata mereka, tumpuan harapan mereka, dan
sumber kebanggaan keluarga. Anak-anak adalah generasi berikutnya yang akan
mewarnai kehidupan saat ini dan diharapkan dapat membawa kemajuan di masa
mendatang. Anak-anak adalah tantangan bagi semua orang tua.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an dalam ayat 28 surah Al-Anfal,
yang Artinya: Dan ketauhilah bahwa hartamu dan anakanakmu itu hanyalan sebagai
cobaan dan sesungguhya disisi allah pahala yang besar.

Dalam ayat di atas, anak-anak adalah salah satu ujian yang diberikan Allah
kepada orang tua. Oleh karena itu, setiap orang tua harus benar-benar bertanggung
jawab atas tanggung jawab yang diberikan Allah Swt sebagai batu ujian. Orang

17
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam: dalam Keluarga, di
Sekolah dan di Masyarakat, terjemahan: Herry Noer Ali, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa
Asalibuha, (Bandung: cv. Diponegoro, 1996), h. 171.
tua yang mendidik anak mereka untuk mengikuti ajaran Islam akan menerima
pahala yang besar sebagai hasil dari ketaatan anak-anak mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, menjadikan orang tua sebagai pusat


kehidupan rohani anak juga membantunya berkenalan dengan dunia luar.
Akibatnya, sikap anak terhadap orang tuanya pada awal hidupnya memengaruhi
pemikiran dan emosinya. Oleh karena itu, orang tua atau ibu dan bapak memainkan
peran yang sangat penting dan signifikan dalam mendidik anak-anak mereka.

Karena anak adalah anugerah dan amanah dari AllahSWT, setiap orang tua
harus bertanggung jawab atas anak-anak mereka dalam berbagai aspek kehidupan
mereka. Anak adalah amanah dari AllahSWT, juga buah hati, cahaya mata,
tumpuan harapan, dan kebanggaan keluarga. Anak-anak adalah generasi berikutnya
yang akan mewarnai kehidupan saat ini dan diharapkan dapat membawa kemajuan
di masa mendatang. Anak-anak adalah tantangan bagi semua orang tua.18
Berikut ini adalah tanggung jawab orang tua terhadap anak mereka:19
a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan
alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan
perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Menjaga kesehatan fisik dan mentalnya dari berbagai penyakit atau
ancaman lingkungan yang dapat membahayakannya
c. Memberinya berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan
membantunya di kemudian hari, sehingga ketika ia dewasa, ia akan
dapat berdiri sendiri, membantu orang lain, dan melaksanakan
kekhalifahannya.
d. Pendidikan agama yang sesuai dengan ketentuan Allah adalah cara
terbaik untuk membahagiakan anak di dunia akhirat. Setiap orang tua
harus dididik tentang tanggung jawab mereka untuk mendidik dan
membina anak mereka secara terus menerus. Mereka juga harus diberi
pengetahuan tentang teori pendidikan kontemporer yang mengikuti
perkembangan zaman.
4. Hak Anak
Agama sangat melarang meninggalkan dan mensia-siakan anak. Dengan
demikian, diperlukan perlindungan anak. Tujuan perlindungan anak adalah untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pentingnya melindungi hak-hak dasar anak untuk membentuk kepribadian mereka
adalah sesuatu yang diakui agama Islam. Ayat al-Qur'an, hadist, dan maqal para
sahabat meminta perlindungan hakhak anak.

Melindungi hak anak adalah tugas yang berat. Hak anak adalah hak asasi
manusia yang dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah, dan negara secara keseluruhan. Islam menetapkan lima

18
M. Nippan Abdul Hali, Anak shaleh Dambaan Keluarga,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,2003), 76
19
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Anak, (Yogyakarta: Kanisinus,1985), 98.
hak asasi manusia. Adh-dharuriyatu khamsin adalah istilah untuk hak asasi ini. Di
antara hak-hak ini adalah
Pertama, pemeliharaan kehormatan (hifz al-“ird) dan keturunan atau nasab
(hifdzun nasl). Ini dilakukan dalam agama Islam dengan memberikan identitas
(nama), nasab, dan pemeliharaan dan nafkah kepada anak.
Kedua, pemeliharaan hak beragama (ḥifẓ aldīn). Ini dilakukan oleh orang
tua sejak bayi mendengar dan membaca kalimat-kalimat thoyibah, seperti membaca
alqur'an dan sholawat nabi.
Ketiga, menjaga jiwa (ḥifẓ al-nafs). Ini dimulai sejak anak berada dalam
kandungan dengan memenuhi kebutuhan gizi lengkap dan seimbang bersama
dengan vitamin, yang berfungsi untuk menjaga kesehatan anak seperti menyusui,
mencukur rambut bayi, mencegah penyakit dan mengobatinya, dan makan dan
minum secara sehat.
Keempat, menjaga akal (ḥifẓ al-„aql). Hak memberikan pendidikan yang
menyeluruh, yaitu pendidikan kognitif, mental, dan spiritual, serta perlindungan
harta benda (ḥifẓ al-māl). Ini dicapai dengan memberikan baitul mal dan zakat,
memberikan jaminan keluarga, dan menyediakan lapangan kerja.
Menurut perspektif agama, khususnya agama Islam, anak adalah makhluk
yang mulia dan dhaif yang muncul melalui beberapa proses penciptaan yang
dimensinya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Surah Al Isra',
ada ayat 70 yang menunjukkan posisi anak dalam agama Islam.
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan Anak-anak Adam. Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan. Kami beri rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”.
Adapun menurut ajaran Islam, berikut adalah hak anak:20
a. Kewajiban Memberikan Nasab
b. Kewajiban Memberikan Susu (rada‟ah)
c. Kewajiban Mengasuh (hadlanah)
d. Kewajiban Memberikan Nafkah dan Nutrisi yang Baik

Setelah penjelasan Surah Al-Qur'an, Nabi Muhammad Saw, yang artinya,


“Semua anak dilahirkan atas kesucian, sehingga ia jelas bicaranya”.21

Agama sangat melarang menelantarkan dan mensia-siakan anak.22 Dengan


demikian, diperlukan perlindungan anak. Tujuan perlindungan anak adalah untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pentingnya melindungi hak-hak dasar anak untuk membentuk kepribadian mereka
adalah sesuatu yang diakui agama Islam. Ayat al-Qur'an, hadist, dan maqal para
sahabat meminta perlindungan hak-hak.

20
Jurnal HawaVol. 1 No. 1 Januari-Juni 2019
21
T.M. Hasbi Ashshiddiqi, 1997, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra)
22
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Prespektif Islam, (Jakarta: KPAI, 2007)
Kesimpulan
Jadi, kajian antara hukum perdata dan hukum perdata islam tidak jauh beda
dalam pemahasan hak anak. Inti dari kedua hukum tersebut mengenai hal yang
terpenting untuk anak. Mulai dari menjaga hal kecil hingga hal yang besar. Maka,
kita sebagai orang tua seharusnya menjaga betul hak-hak anak, untuk kepentingan
mereka kedepannya.

Daftar Pustaka
Yoga Triwasono, “Artikel Tanggung Jawab”,
http://yoga1208.blogspot.co.id/2012/06/artikeltanggung-jawab.html, Diakses Pada
Tanggal 15 April 2024
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Grasindo, 2000) hlm. 59
1
M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006)
h, 297-298
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010) h.37
Burgerlijk Wetbouk, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Terj. Soesilo dan
Pramudji, (Rhedbook Publisher,2008), 470.
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Citra Umbara,
2016), 6
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, (Bandung: Citra Umbara,
2016), 63
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Penggarustamaan Hak Anak Dalam Anggaran Publik ,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 2.
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Prespektif AlQuran, (Jakarta:Amzah,
2007), h. 104
Rochma, Hubungan Antara Kebersyukuran Dengan Makna Hidup Pada
Pensiunan. Skripsi : Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya.2016,h.36
Ilhammuddin & Muallifah, Psikologi Anak Sukses, Cara Orangtua Memandu
Anak Meraih Sukses, (Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press), 2011),
98
Depaterment Agama, al – Qur’an dan terjemahannya, h. 576
Depaterment Agama, al – Qur’an. dan terjemahannya, 150.
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan: Emiel
Ahmad, Tarbiyatul Aulad, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), h. 73.
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga:
Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 22
Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., h. 24.
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam: dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terjemahan: Herry Noer Ali, Ushulut
Tarbiyatil Islamiyah wa Asalibuha, (Bandung: cv. Diponegoro, 1996), h. 171.
M. Nippan Abdul Hali, Anak shaleh Dambaan Keluarga,(Yogyakarta: Mitra
Pustaka,2003), 76
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orangtua Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Yogyakarta: Kanisinus,1985), 98.
Jurnal HawaVol. 1 No. 1 Januari-Juni 2019
T.M. Hasbi Ashshiddiqi, 1997, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra)
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Prespektif Islam, (Jakarta: KPAI,
2007)

Anda mungkin juga menyukai