Anda di halaman 1dari 16

Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.

Tim)

KEDUDUKAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM


SELAKU PELAKU TINDAK PIDANA (STUDI KASUS:
123/PID.SUS/2014/PN.JKT.TIM)
Zulfikar Judge
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara Tol Kebon Jeruk ² Tomang Jakarta
zulfikar.judge@esaunggul.ac.id
Abstrak
Pada kesempatan ini, penulis akan melalukan penelitian lanjutan sehubungan dengan
berlakunya Undang-Undang Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 yang
diberlakukan pada Tahun 2014 yang lalu. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan
melakukan penelitian lanjutan tentang ´Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan
Hukum selaku Pelaku Tindak Pidana.µ(Studi Kasus : 123/Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM).
Metode penelitian menggunakan tipe penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian
deskriftif analistis melalui pendekatan undang-undang dengan menggunakan alat
pengumpul data studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang bersumber
dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan didukung data lapangan
berupa wawancara dengan instansi hukum terkait. Sesuai dengan Konvensi Hak Anak
yang telah di ratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990,
maka seyogyanya Indonesia telah berkomitmen dalam upaya perlindungan hak anak
secara keseluruhan. Disamping itu, Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai satu upaya dalam memberikan
upaya perlindungan terhadap hak-hak anak seperti di bidang pendidikan, kesehatan,
agama, dan sosial termasuk hak anak yang berhadapan dengan hukum. Anak yang
berhadapan dengan hukum termasuk dalam kriteria yang diberikan Perlindungan Khusus
seperti yang di nyatakan dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini
merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pasal 64 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan lebih lanjut bahwa perlindungan anak yang
berhadapan dengan hukum meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak
korban tindak pidana. Penelitian ini merupakan pengembangan dari teori hukum Anak
Yang Berhadapan dengan Hukum dan konsep Diversi serta Restrorative Justice (keadilan
restoratif) yaitu secara garis besar memberikan upaya perlindungan untuk terbaik anak.

Kata kunci : Anak, Diversi, Restrorative Justice

Abstract
On this occasion, the author will be put through further research in connection with the enactment
of the Criminal Justice Act No. 11 of 2012 Children enacted in 2014 ago. Based on this, the authors
will conduct further research on the Status of Children in Conflict with the Law as Actors
Crime.µ(Study Case: 123/Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM). The research method uses the type of
normative juridical research with nature descriptive analytical study through approach law using a
literature study data collection tool to obtain secondary data derived from primary legal materials
and secondary legal materials with field data supported the form of interviews with agency related
laws. In accordance with the Convention on the Rights of the Child which has been ratified by
Indonesia through Presidential Decree No. 36 In 1990, the Indonesian should have been committed
in the protection of children's rights as a whole. In addition, Indonesia also has to have Law No. 23
of 2002 on Protection of Children as an effort to provide the protection of the rights of children in
areas such as education, health, religion, and social, including the rights of children in conflict with
the law. Children in conflict with the law, including the criteria given in the Special Protection as
stated in Article 59 of Law No. 23 of 2002. It is the responsibility of the government and society.
Article 64 of Law No. 23 of 2002 states further that the protection of children in conflict with the
law covers children in conflict with the law and child victims of crime. This research is the
development of legal theory Children Who Faced with the Law and the concept of Diversion and
Restrorative Justice (restorative justice) which broadly provide protection for the child's best efforts.

Keywords: Children, Diversion, Restrorative Justice

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 51


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

Pendahuluan dan berekreasi yang harus dilahirkan


Perlindungan hukum bagi anak dapat untuk tujuan pendidikan; masyarakat dan
dilakukan sebagai upaya perlindungan hukum penguasa yang berwenang harus berusaha
terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi mengingatkan pelaksanaan hak tersebut
anak (fundamental rights and freedoms of children) (asas 7).
serta berbagi kepentingan yang berhubungan 3. Anak-anak harus dilindungi dari segala
dengan kesejahteraan anak. Jadi perlindungan bentuk penyianyian kekejaman dan
hukum bagi anak mencangkup lingkup yang penindasan. Dalam bentuk apapun,
sangat luas. (Barda,1998). Membicarakan mereka tidak boleh menjadi bahan
kesejahteraan anak sama dengan membica- perdagangan. Tidak dibenarkan mempe-
rakan tentang jaminan hak anak serta kerjakan anak-anak dibawah umur.
perlindungannya, untuk sampai pada pemikir- Dengan alasan apapun mereka tidak boleh
an tentang jaminan hak anak dan perlindu- dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat
ngannya maka terlebih dahulu harus diketahui merugikan kesehatan atau pendidikan
apa yang menjadi penyebab bahwa hak anak mereka, maupun yang dapat mempe-
dan perlindungannya terbaik. ngaruhi perkembangan tubuh, mental
Setelah melalui penganalisaan terlebih ataupun akhlak mereka (asas 9).
dahulu ternyata bahwa hak anak dan perlindu- 4. Anak-anak dilindungi dari perbuatan
ngannya terbaik akibat dari kurangnya perha- yang mengarah kedalam bentuk
tian keluarga sebagai masyarakat terkecil juga diskriminasi rasial, agama maupun
sebagai akibat dari lingkungan sekitar anak. bentuk-bentuk diskriminasi lainnya.
Oleh karena itu pemikiran tentang jaminan hak Mereka harus dibesarkan didalam
anak serta perlindungannya perlu dimulai semangat yang penuh pengertian,
pada perbaikan pola pembinaan anak dalam toleransi dan persahabatan antar bangsa,
masyarakat kita, dengan mendasarkan kepada perdamaian serta persaudaraan sementara
kasih sayang dan cinta yang tulus dan murni dan dengan penuh kesadaran tenaga dan
dari orang tua, yang pada gilirannya akan bakatnya harus diabaikan kepada sesama
menimbulkan rasa kasih sayang dan cinta manusia (asas 10). (Wagiato,2006).
kepada sesama manusia pada jiwa anak Anak merupakan salah satu aset
dikemudian hari. pembangunan nasional, patut dipertim-
Deklarasi tentang hak anak-anak yang bangkan dari segi kualitas dan masa depannya.
disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Tanpa kualitas yang handal dan masa depan
pada 20 November 1959, antara lain menya- yang jelas bagi anak, pembangunan nasional
takan: akan sulit dilaksanakan dan nasib bangsa akan
1. Anak-anak berhak mendapatkan pendi- sulit pula dibayangkan.
dikan wajib secara cuma-cuma sekurang- Bertalian dengan konteks ini, Majelis
kurangnya ditingkat sekolah dasar. Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Mereka harus mendapat pendidikan yang (MPR RI) melalui ketetapannya No. II/1993,
dapat meningkatkan mereka, atas dasar tentang Garis-Garis Besar haluan Negara, Bab
kesempatan yang sama, untuk mengem- IV PELITA VI, bagian Kesejahteraan
bangkan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan angka 7
2. kemampuannya, pendapat peribadinya, huruf (a), Khusus Masalah Anak dan remaja
dan perasaan tanggungjawab moral dan ditegaskan:
sosialnya, sehingga mereka dapat menjadi ´3HPELQDDQ DQDN GDQ UHPDMD GLODNVD-
anggota masyarakat yang berguna. Kepen- nakan melalui peningkatan mutu gizi, pembi-
tingannya haruslah dijadikan dasar pedo- naan perilaku kehidupan beragama dan budi
man oleh mereka yang bertanggungjawab pekerti luhur, penumbuhan minat belajar,
terhadap pendidikan dan bimbingan anak peningkatan daya cipta dan daya nalar serta
yang bersangkutan, pertama-tama tang- kreativitas, penumbuhan kesadaran akan
gungjawab terletak pada orang tua hidup sehat, serta penumbuhan idealisme dan
mereka. Anak-anak harus mempunyai patriotisme dalam pembangunan nasionaal
kesempatan yang luasa untuk bermain sebagai pengamalan Pancasila dan pening-

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 52


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

katan kemampuan diri dengan lingkungan dan e. Pemantauan dan pencatatan terus
masyarakat.µ menerus terhadap perkembangan anak
Hal ini berarti bahwa peran anak yang berhadapan dengan hukum;
sebagai penerus bangsa memiliki peran f. Pemberian jaminan untuk mempertahan-
penting sebagai amanah Proklamasi Kemer- kan hubungan dengan orang tua atau
dekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, keluarga;dan
diharapkan mampu mengisi kemerdekaan g. Perlindungan dari pemberian identitas
negara ini dengan semangat perjuangan yang melalui media massa dan untuk
tinggi untuk mengabdi untuk mengisi menghindari labelisasi.
kemerdekaan dengan sikap moralitas yang Seseorang yang melanggar hukum
baik, jujur dan rasa percaya diri dan pidana akan berhadapan dengan negara
bertanggungjawab terhadap kelangsungan melalui aparatur penegak hukumnya. Sebagai
hidup bangsa yang selalu berkembang dan sebuah instrumen pengawasan sosial, hukum
dinamis ini. pidana menyandarkan diri pada sanksi karena
Pada Tahun 2014 dinyatakan berlaku- fungsinya memang mencabut hak orang atas
nya Undang-Undang Peradilan Pidana Anak kehidupan, kebebasan atau hak milik mereka.
Nomor 11 Tahun 2012 menggantikan Undang- Invasi terhadap hak dasar ini dibenarkan demi
Undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun melestarikan masyarakat dan melindungi hak-
1997. Hal ini menurut Peneliti sangat menarik hak fundamental dari gangguan orang lain.
untuk diteliti, khususnya aparat terkait yang Pencabutan kebebasan seseorang dalam
menangani kasus pidana anak. Sesuai dengan Doktrin Hukum Hak Asasi Manusia
Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi Internasional termasuk rumpun Hak Sipil dan
oleh indonesia melalui Keputusan Presiden Hak Politik karena menyangkut perlindungan
Nomor 36 Tahun 1990, maka seyogyanya martabat dan keutuhan manusia secara
Indonesia telah berkomitmen dalam upaya individual. Hak fundamental tersebut adalah
perlindungan hak anak secara keseluruhan. hak atas hidup, keutuhan jasmani dan
Disamping itu, Indonesia juga telah kebebasan. Pada ketiga hak fundamental inilah
mempunyai Undang-Undang Nomor 23 Tahun semua hak lain bergantung, tanpa hak ini, hak-
2002 tentang Perlindungan Anak sebagai satu hak lain sedikit atau sama sekali tidak
upaya dalam memberikan upaya perlindungan bermakna. (Yoram,2003)
terhadap hak-hak anak seperti di bidang Dalam konteks pencabutan kebebasan
pendidikan, kesehatan, agama, dan sosial seseorang, doktrin Hak Asasi Manusia
termasuk hak anak yang berhadapan dengan memberikan legitimasi, yakni sepanjang
hukum. Anak yang berhadapan dengan seseorang melakukan tindak pidana. Konve-
hukum termasuk dalam kriteria yang nan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik
diberikan Perlindungan Khusus seperti yang (International Covenant Civil and Political
dinyatakan dalam Pasal 59 Undang-Undang Rights/ICCPR) sebagai instrumen Hukum Hak
Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini merupakan Asasi Manusia Internasional utama (core
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. instrument of human right) yang memayungi
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun hak sipil dan hak politik, mengatur persoalan
2002 menyatakan lebih lanjut bahwa perlin- pencabutan kebebasan seseorang terkait
dungan anak yang berhadapan dengan hukum dengan tindak pidana yang dilakukannya.
meliputi anak yang berkonflik dengan hukum Menurut Made Sadhi Astuti ada
dan anak korban tindak pidana. Perlindungan beberapa hak anak perlu diperhatikan dan
Khusus yang dimaksud adalah: diperjuangkan pelaksanaannya bersama-sama.
a. Perlakuan atas anak secara manusiawi Anak-anak mempunyai hak antara lain: (1)
sesuai dengan martabat dan hak-hak anak; tidak menjadi korban dalam proses peradilan
b. Penyediaan petugas pendamping khusus pidana; (2) mempunyai kewajiban sebagai hak
anak sejak dini; untuk ikut serta menegakkan keadilan dalam
c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus; suatu proses peradilan pidana sesuai dengan
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kemampuan mereka masing-masing untuk di
kepentingan yang terbaik bagi anak; bina agar mampu melaksanakan kewajibannya
sebagai warga negara, (3) anggota masyarakat

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 53


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

yang baik oleh yang berwajib dalam arti luas; tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
(4) untuk melaksanakan kewajiban membina, dimana diperlukannya upaya integrasi dan
mendampingi rekan-rekan sebayanya untuk sinkroni-sasi dari beberapa kementerian
melaksanakan hak dan kewajiban mereka lembaga terkait dalam mendukung upaya
secara rasional positif, bertanggungjawab dan kerja sama dan peningkatan hak-hak anak
bermanfaat dalam proses tersebut. Mereka khususnya perlindungan terhadap penanga-
harus dibina sedini mungkin dalam rangka nan anak yang berhadapan dengan hukum.
pencegahan menjadi korban dan menimbulkan Di samping itu juga terdapat
korban. (Made,2003) Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung
Demikian pula sebagai permasalahan Republik Indonesia, Jaksa Agung RI,
manusia, pengembangan hak-hak anak dalam Kepolisian RI, Menteri Hukum dan HAM RI,
peradilan pidana adalah suatu hasil interaksi Menteri Sosial, Menteri Pemberdayaan
karena adanya interelasi antara fenomena yang Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor
ada dan saling mempengaruhi. Jadi dengan 166A/KMA/SKB/XII/2009, Nomor: 148
demikian harus diteliti fenomena apa saja, A/A/JA/12/2009, Nomor: B/45/XII/2009,
siapa saja yang terlibat dalam interaksi Nomor: M.HH-08 HM.03.02. Tahun 2009,
tersebut baik secara langsung maupun tidak Nomor: 10/PRS-2/KPTS/2009, Nomor:
langsung. Ini berarti memahami apa atau 02/MEN.PP dan PA/XII/2009 tentang
bahkan siapa saja yang terlibat, bahkan Penanganan Anak yang Berhadapan dengan
bertanggungjawab atas adanya, dipertahan- Hukum. Keputusan Bersama ini merupakan
kan, disempurnakan dan dikembalikan hak- keputusan mewujudkan keterpaduan dalam
hak anak dalam peradilan pidana. Tentunya upaya penyelesaian perkara penanganan anak
peran masing-masing fenomena dilaksanakan yang berhadapan dengan hukum yang
secara positif, bertanggung jawab, bermanfaat dilakukan secara terkoordinasi oleh aparat
untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan penegak hukum dan semua pihak terkait.
anak. (Made,2003) Selain itu dalam rangka mendukung
Anak yang mengalami perkara dengan Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
hukum, dalam proses peradilan pidana masih Pembangunan yang Berkeadilan dimana
diperlukan dan diproses dalam peraturan terdapat pembagian keadaan 3 (tiga) program
perundang-undangan yang pada saat ini yaitu 1) Pro rakyat, 2) Keadilan untuk semua
berlaku dan belum menerapkan konsep Diversi (Justice for all), 3) Pencapaian Tujuan Pemba-
dan Restrorative Justice (keadilan restoratif) ngunan Millenium (Millenium Development
yaitu secara garis besar memberikan upaya Goals-MDGs). Terkait Program Keadilan untuk
perlindungan untuk terbaik anak. semua memfokuskan pada program atau
Penerapan konsep restrorative justice rencana aksi yang terdapat dalam Strategi
atau keadilan restroratif adalah suatu Nasional Akses terhadap Keadilan yang salah
penyelesaian secara adil yang melibatkan satunya pada program keadilan bagi anak.
pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak Dalam beberapa kegiatan yang tercantum
lain yang terkait dalam suatu tindak pidana dalam rencana Tindak Percepatan Pencapaian
secara bersama-sama mencari penyelesaian Sasaran Program Keadilan untuk Semua
terhadap tindak pidana tersebut dan terdapat rencana kegiatan yang terkait upaya
implikasinya, dengan menekankan pemulihan perlindungan terhadap anak khususnya perlin-
kembali kepada keadaan semula. Pada konsep dungan anak di pemenjarakan baik yang dilak-
ini ditekankan bahwa anak yang mempunyai sanakan di tingkat pusat maupun yang
atau berkonflik dengan hukum diupayakan dilaksanakan di tingkat daerah.
tidak akan dilakukan proses peradilan seperti Anak sebagai salah satu aset dari suatu
yang dilakukan pada proses peradilan yang keluarga senantiasa memerlukan perlin-
dijalankan oleh orang dewasa dan diupayakan dungan, baik itu perlindungan oleh orang
dilakukan pembinaan terhadapnya. Prinsip ini tuanya sendiri, lingkungan maupun Negara.
merupakan prinsip utama yang ditekankan Kehadiran seorang anak ditengah keluarga
dalam perubahan Undang-Undang Nomor 3 dapat menambah keharmonisan. Anak pada
tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menjadi dasarnya adalah makhluk yang lemah dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tidak berdaya kerena belum memiliki

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 54


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

kemampuan untuk melengkapi dan lingkungan sekolah kemudian teori


mengembangkan dirinya sendiri agar dapat pengamatan anak dan hidupnya
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai perasaan, kemauan serta kemampuan
warga Negara yang bertanggungjawab. Anak anak dalam berbagai macam potensi,
adalah bagian dari generasi muda, sebagai namun masih bersifat tersimpan atau
salah satu sumber daya manusia, merupakan masa lotensi (masa tersembunyi).
potensi dan penerus cita-cita perjuangan b. Masa remaja/pra-pubertas atau
bangsa. Untuk melaksanakan pembinaan dan pubertas awal yang dikenal dengan
memberikan perlindungan terhadap anak sebutan periode poeral. Pada periode
diperlukan dukungan, baik menyangkut ini terdapat kematangan fungsi
kelembagaan maupun perangkat hukum yang jasmaniah ditandai dengan berkem-
lebih mantab dan memadai (Darwan, 2003). bangnya tenaga fisik yang berlimpah-
Pengertian mengenai anak, dapat ditemukan limpah yang menyebabkan tingkah
di dalam beberapa peraturan perundang- laku anak kelihatan kasar, canggung,
undangan, seperti yang tercantum dibawah ini: berandal, kurang sopan, liar dan lain-
1. Undang-Undang Pengadilan Anak lain. Sejalan dengan berkembangnya
(Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997); fungsi jasmaniah, perkembangan
2. Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana intelektualpun teutama yang bersifat
Anak (Undang-Undang Nomor 11 Tahun konkrit, karenanya anak puber disebut
2012); sebagai fragmatis atau utilitas kecil,
3. Undang-Undang Pokok Perburuhan dimana minatnya terarah pada
(Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948); kegunaan-kegunaan teknis.
4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; 3. Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14
5. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; sampai 21 tahun, yang dinamakan masa
6. Undang-Undang Pokok Perkawinan remaja, dalam arti sebenarnya yaitu
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974). pubertas, dimana terdapat masa
(Darwan,2003) penghubung dan masa perlihan dari anak
Adapun proses perkembangan anak menjadi orang dewasa. (Wagiati,2006)
terdiri dari beberapa fase pertumbuhan yang Sesuai Undang-Undang Perlindungan
bisa digolongkan berdasarkan pada perkem- Anak menyatakan bahwa penangkapan dan
bangan jasmani anak dengan perkembangan penahanan anak harus dilakukan sesuai
jiwa anak. Penggolongan tersebut dibagi hukum, dan akan ditetarapkan sebagai upaya
dalam 3 (tiga) fase, yaitu: akhir (The Last Resort).
1. Fase pertama adalah dimulainya pada usia Dalam menangani anak yang
anak 0 tahun sampai dengan 7 (tujuh) melakukan tindak pidana dapat diketahui
tahun yang bisa disebut sebagai masa anak melalui sistem peradilan pidana, yaitu
kecil dan masa perkembangan kemam- pemenjaraan, dimana pemenjaraan tidak
puan mental, pengembangan fungsi- hanya menghilangkan kemerdekaan anak
fungsi tubuh, perkembangan kehidupan tetapi juga menghilangkan hak-hak anak yang
emosional, bahasa bayi dan arti bahasa melekat pada anak tersebut.
bagi anak-anak, masa kritis (trozaliter) Penjara menempatkan anak pada dua
pertama dan tumbuhnya seksualitas awal keadaan yaitu menjadi korban kekerasan.
pada anak. Anak²anak yang ditahan sangat rentan meng-
2. Fase kedua adalah dimulainya pada usia 7 hadapi resiko mendapatkan pelecehan dan
(tujuh) sampai 14 (empat belas) tahun kekerasan.
disebut sebagai masa kanak-kanak, Sistem peradilan pidana khusus bagi
dimana dapat digolongkan kedalam 2 kepentingan masa depan anak dan masyarakat
(dua) periode, yaitu : yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip
a. Masa anak Sekolah Dasar dari usia 7-12 Restrorative Justice (RJ), definisi RJ itu sendiri
tahun adalah periode intelektual. tidak seragam, sebab banyak variasi model dan
Periode intelektual ini adalah masa bentuk yang berkembang dalam penerapan-
belajar awal dimulai dengan memasuki nya. Oleh karena itu, banyak terminologi yang
masyarakat diluar keluarga, yaitu digunakan untuk menggambarkan konsep RJ,

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 55


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

seperti Communitarian Justice (keadilan Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang


komunitarian), Positive Justice (keadilan Sistem Peradilan Anak ?
positif), Relational Justice (keadilan relasional), 2. Bagaimana konsep penerapan Keadilan
Reparative Justice (keadilan reparatif), dan Restoratif terhadap kasus tindak pidana
Community Justice (keadilan masyarakat). anak selaku pelaku (Studi Kasus:123/
Restorative Justice, melalui sistem Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM)?
diversi. Dalam peraturan ini diatur mengenai Tujuan yang hendak dicapai dalam
kewajiban para penegak hukum dalam penelitian ini adalah:
mengupayakan diversi (penyelesaian melalui a. Untuk mengetahui apa saja bentuk
jalur non formal) pada seluruh tahapan proses pemidanaan yang dapat dijatuhkan
hukum. Dalam Undang-Undang Sistem kepada anak terpidana.
Peradilan Pidana Anak menyatakan, bahwa b. Untuk mengetahui bagaimana asas
keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara pemidanaan terhadap anak yang
tindak pidana dengan melibatkan pelaku, berhadapan dengan hukum berdasarkan
korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak UU Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
lain yang terkait untuk bersama-sama mencari Peradilan Pidana Anak.
penyelesaian yang adil dengan menekankan Metode penelitian yang digunakan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan dalam penelitian ini adalah menggunakan
bukan pembalasan. Sistem Peradilan Pidana metode penelitian normatif, pengumpulan
Anak wajib mengutamakan pendekatan datanya menggunakan studi kepustakaan.
Keadilan Restoratif. Dalam Sistem Peradilan Dalam penelitian hukum normatif, penulis
Pidana Anak wajib diupayakan Diversi, yaitu menggunakan data sekunder data, yaitu data
pengalihan penyelesaian perkara anak dari yang sudah ada sebelumnya berupa dokumen-
proses peradilan pidana ke proses di luar dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian
peradilan pidana. yang berwujud laporan, dan lain-lain.
Secara prinsipil melalui Undang- Penelitian ini menggunakan pendekat-
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, telah an secara kualitatif, maka data yang dikumpul-
mengedepankan pendekatan RJ dan proses kan dianalisis secara kualitatif. Analisis
diversi sebagai upaya penyelesaian tindak kualitatif adalah tata cara penelitian yang
pidana yang dilakukan oleh anak, sehingga menghasilkan data deskriptif, yaitu untuk
penerapan RJ akan menawarkan jawaban atas mendapatkan jawaban dari masalah dalam
isu-isu penting dalam penyelesaian perkara penelitian ini. (Soerjono,1984)
pidana, yaitu: pertama, kritik terhadap sistem
peradilan pidana yang tidak memberikan Pembahasan
kesempatan khususnya bagi korban, kedua, Anak merupakan seseorang yang
menghilangkan konflik khususnya antara dilahirkan dari sebuah hubungan antara pria
pelaku dengan korban dan masyarakat, ketiga, dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita
fakta bahwa perasaan ketidak berdayaan yang ini jika terikat dalam suatu ikatan perkawinan
dialami sebagai akibat dari tindak pidana lazimnya disebut suami istri. Anak yang
harus diatasi untuk mencapai perbaikan. dilahirkan dari suatu ikatan perkawinan yang
Penerapan prinsip RJ dan proses diversi sah statusnya disebut sebagai anak sah.
sebagai upaya penyelesaian tindak pidana Namun ada juga anak yang dilahirkan di luar
yang dilakukan oleh anak walaupun secara dari suatu ikatan perkawinan, anak yang
yuridis formil telah diatur secara jelas dan dilahirkan bukan dari suatu ikatan perkawinan
tegas di dalam Undang-undang Sistem yang sah statusnya biasanya disebut sebagai
Peradilan Pidana Anak. anak tidak sah.
Berdasarkan latar belakang tersebut Dalam ketentuan pasal 1 Undang²
diatas, maka penelitian ini akan membahas Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
agar masalah yang oleh peneliti bahas tidak Pengadilan Anak ditentukan bahwa anak
meluas, maka penulis akan membatasi merupakan orang yang telah mencapai umur 8
masalah yang akan diteliti, yaitu : (delapan) tahun sampai sebelum mencapai
1. Bagaimana kedududukan anak selaku umur 18 (delapan belas) tahun dan belum
pelaku tindak pidana ditinjau dari Undang- pernah kawin (Lilik,2005). Menurut ketentuan

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 56


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

pasal 1 angka 8 huruf a, b, dan c Undang² kan kepada orang tuanya, wali atau pemeli-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 ditentukan haraannya tanpa penjatuhan pidana, diserah-
bahwa anak didik permasyarakatan baik anak kan kepada pemerintah tanpa pidana sebagai
pidana, anak Negara, dan anak sipil untuk anak Negara atau juga dapat dihatuhi pidana.
dapat dididik di Lapas (Lembaga Pemasya- Akan tetapi ketentuan Pasal 45, 46, dan 47
rakatan) Anak adalah paling lama sampai KUHP ini berdasarkan ketentuan Pasal 47
berumur 18 (delapan belas) tahun dan untuk Undang²Undang Nomor 3 Tahun 1997
anak sipil guna dapat ditempatkan dilapas dinyatakan tidak berlaku lagi. (Lilik,2005)
anak maka perpanjangan penempatannya
hanya bolehpaling lama sampai berumur 18 Perlindungan Anak Berdasarkan Undang²
(delapan belas) tahun. (Lilik,2005) Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) Sistem Peradilan Pidana Anak
dan Pasal 50 ayat (1) Undang²Undang Nomor Anak bukanlah untuk dihukum
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka melainkan harus diberikan bimbingan dan
batasan untuk disebut anak adalah belum pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau berkembang sebagai anak normal yang sehat
belum pernahmelangsungkan perkawinan. dan cerdas seutuhnya. Anak sebagai calon
(Lilik,2005). Menurut Undang²Undang Nomor generasi penerus bangsa yang masih dalam
8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang²Undang masa perkembangan fisik dan mental.
Hukum Acara Pidana bahwa batasan umur Terkadang anak mengalami situasi sulit yang
anak disidang pengadilan yang boleh diperiksa membuatnya melakukan tindakan yang
tanpa sumpah dipergunakan batasan umur di melawan hukum. Walaupun demikian, anak
bawah 15 (lima belas) tahun dan belum pernah yang melanggar hukum, tidaklah layak untuk
kawin (Pasal 171 KUHAP dan penjelasannya) dihukum apalagi kemudian dimasukkan
dan dalam hal²KDO WHUWHQWX KDNLP ´GDSDWµ dalam penjara.
menentukan anak yang belum mencapai umur Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang
17 (tujuh belas) tahun tidak diperkenankan kemudian diadopsi dalam Undang²Undang
menghadiri sidang (Pasal 153 ayat (5) KUHAP Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
dan penjelasannya). Menurut ketentuan pasal anak, ada empat prinsip umum perlindungan
1 ayat (2) Undang²Undang Nomor 4 Tahun anak yang menjadi dasar bagi setiap Negara
1979 maka anak adalah seseorang yang belum dalam menyelenggarakan perlindungan anak,
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan antara lain:
belum pernah kawin. (Lilik,2005) 1. Prinsip nondiskriminasi, artinya semua
Dalam hukum adat Indonesia maka hak yang diakui dan terkandung dalam
batasan umur untuk disebut sebagai anak konvensi hak anak harus diberlakukan
bersifat pluralistis. Dalam artian kriteria untuk kepada setiap anak tanpa membedakan
menyebutkan bahwa seseorang tidak lagi apapun.
disebut anak dan telah dewasa beraneka ragam 2. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
LVWLODKQ\D PLVDOQ\D WHODK ´kuat gaweµ ´akil Prinsip ini mengingatkan kepada semua
baliqµ ´menek bajangµ GDQ ODLQ VHEDJDLQ\D penyelenggara perlindungan anak bahwa
Sedangkan menurut Yurisprudensi Mahkamah pertimbangan²pertimbangan dalam pe-
Agung RI yang berorientasi kepada hukum ngambilan keputusan menyangkut masa
adat di Bali menyebutkan batasan umur anak depan anak, bukan dengan ukuran orang
adalah dibawah 15 (lima belas) tahun seperti dewasa apalagi berpusat kepada
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 53 kepentingan orang dewasa. Apa yang
K/Sip/1952 dan Putusan Mahkamah Agung menurut ukuran dewasa baik, belum tentu
RI Nomor 601 K/Sip/1976. (Lilik,2005) baik pula menurut ukuran kepentingan
Menurut ketentuan Pasal 45 KUHP maka anak. Boleh jadi maksud orang dewasa
batasan anak adalah orang yang berumur di memberikan bantuan dan menolong tetapi
bawah 16 (enam belas) tahun. Terhadap hal ini yang sesungguhnya terjadi adalah peng-
baik secara teoritik dan praktik maka apabila hancuran masa depan anak.
anak melakukan tindak pidana hakim dapat 3. Prinsip hak hidup, kelangsungan hidup,
menentukan anak tersebut untuk dikembali- dan perkembangan. Pesan dari prinsip ini

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 57


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

sangat jelas bahwa Negara harus kebutuhan pelaku. Penjatuhan sanksi


memastikan setiap anak akan terjamin dalam sistem peradilan pidana anak
kelangsungan hidupnya karena hak hidup menurut paradigma ini adalah tidak relevan,
adalah sesuatu yang melekat dalam incidental dan secara umum tidak layak.
dirinya, bukan pemberian dari Negara 2. Tujuan sistem peradilan pidana anak
atau orang per orang. Untuk menjamin dengan paradigma retributif. Tujuan
hak hidup tersebut berarti Negara harus penjatuhan sanksi tercapai dilihat dengan
menyediakan lingkungan yang kondusif, kenyataan apakah pelaku telah dijatuhi
sarana dan prasarana hidup yang pidana dan dengan pemidanaan yang
memadai. tepat, pasti, setimpal serta adil.
4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat 3. Tujuan sistem peradilan pidana anak
anak. Prinsip ini menegaskan bahwa anak dengan paradigma restoratif. Pada
memiliki otonomi kepribadian. Oleh sebab penjatuhan sanksi mengikutsertakan
itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam pelaku, korban, masyarakat, dan para
posisi yang lemah, menerima dan pasif, penegak hukum secara aktif. Pelaku
tetapi sesungguhnya dia pribadi yang bekerja aktif untuk merestore kerugian
otonom yang memiliki pengalaman, korban, dan menghadapi korban atau
keinginan, imajinasi, obsesi dan aspirasi wakil korban. Korban aktif dalam semua
yang belum tentu sama dengan orang tahapan proses dan akan membantu
dewasa. (Nasir,2013) dalam penentuan sanksi bagi si pelaku.
Ada beberapa faktor penyebab yang Masyarakat terlibat sebagai mediator,
paling mempengaruhi timbulnya kejahatan membantu korban dan mendukung
anak yaitu faktor lingkungan, faktor ekonomi/ pemenuhan kewajiban pelaku. Penegak
sosial dan faktor psikologis. (Nasir,2013) hukum memfasilitasi berlangsungnya
Didalam Kitab Undang²Undang Hukum mediasi. (Nasir,2013)
Pidana (KUHP) ditegaskan bahwa seseorang Terdapat pasal yang berkaitan dengan
dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya masalah umur, misalnya Pasal 32 ayat (2) yang
karena adanya kesadaran diri dari yang PHQ\HEXWNDQ ´SHQDKDQDQ WHUKDGDS DQDN
bersangkutan dan ia juga telah mengerti hanya dapat dilakukan dengan syarat anak
bahwa perbuatan itu terlarang menurut telah berumur 14 (empat belas) tahun atau
hukum yang berlaku. Tindakan kenakalan lebih, dan diduga melakukan tindak pidana
yang dilakukan oleh anak²anak merupakan dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh)
manifestasi dari kepuberan remaja tanpa ada WDKXQ DWDX OHELKµ 3HQJJXQDDQ NDWD ´GDQµ
maksud merugikan orang lain seperti yang mengandung arti bahwa dua syarat ini harus
diisyaratkan dalam suatu perbuatan kejahatan dipenuhi ketika akan melakukan penahanan
yang tercantum dalam KUHP dimana pelaku terhadap anak (Nasir,2013). Pasal 2 Undang²
harus menyadari perbuatannya itu serta Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menye-
pelaku mampu bertanggung jawab terhadap butkan asas²asas peradilan pidana anak antara
perbuatannya tersebut. lain:
Terdapat tiga paradigma didalam tujuan a. Asas perlindungan, meliputi kegiatan
sistem peradilan pidana anak, tujuan sistem yang bersifat langsung dan tidak langsung
peradilan pidana anak berbeda ² beda dari tindakan yang membahayakan anak
tergantung dari pada paradigma sistem secara fisik dan/atau psikis,
peradilan pidana anak yang dianut. Ketiga b. Asas keadilan, adalah bahwa setiap
paradigma tersebut adalah: penyelesaian perkara anak harus
1. Tujuan sistem peradilan pidana anak mencerminkan rasa keadilan bagi anak.
dengan paradigma pembinaan individual. c. Asas nondiskriminasi, adalah tidak
Didalam tujuan ini yang dipentingkan adanya perlakuan yang berbeda
adalah penekanan pada permasalahan didasarkan pada suku, agama, ras,
yang dihadapi pelaku, bukan pada golongan, jenis kelamin, etnik, budaya
perbuatan/kerugian yang diakibatkan. dan bahasa, status hukum anak, urutan
Tanggung jawab ini terletak pada kelahiran anak, serta kondisi fisik
tanggung jawab sistem dalam memenuhi dan/atau mental.

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 58


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

d. Asas penghargaan terhadap pendapat untuk mengupayakan perdamaian antara


anak, adalah penghormatan atas hak anak korban dengan anak, mengutamakan
untuk berpartisipasi dan menyatakan penyelesaian diluar proses peradilan, menjauh-
pendapatnya dalam pengambilan kepu- kan anak dari pengaruh negatif proses
tusan, terutama jika menyangkut hal yang peradilan, menanamkan rasa tanggung jawab
mempengaruhi hidup anak. anak, mewujudkan kesejahteraan anak,
e. Asas kepentingan terbaik untuk anak, menghindarkan anak dari perampasan
adalah segala pengambilan keputusan kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk
harus selalu mempertimbangkan kelang- berpartisipasi, dan meningkatkan keteram-
sungan hidup dan tumbuh kembang anak. pilan hidup anak. (Nasir,2013)
f. Asas kelangsungan hidup dan tumbuh Ide mengenai keadilan restoratif masuk
kembang anak, adalah hak asasi yang dalam Pasal 5, bahwa sistem peradilan pidana
paling mendasar bagi anak yang anak wajib mengutamakan pendekatan
dilindungi oleh Negara, pemerintah, keadilan restoratif (ayat (1)), yang meliputi
keluarga, dan orang tua. (ayat (2)):
g. Asas pembinaan dan pembimbingan anak, a. Penyelidikan dan penuntutan pidana anak
´SHPELQDDQµ DGDODK NHJLDWDQ XQWXN yang dilaksanakan sesuai dengan
meningkatkan kualitas, ketaqwaan kepada ketentuan peraturan perundang²undang-
Tuhan YME, intelektual, sikap dan an, kecuali ditentukan lain dalam undang²
perilaku, pelatihan keterampilan, profe- undang ini,
sional, serta kesehatan jasmani dan rohani b. Persidangan anak yang dilakukan oleh
anak²anak baik didalam maupun diluar pengadilan di lingkungan peradilan
proses peradilan pidana. Sedangkan umum,
´SHPELPELQJDQµ DGDODK SHPEHULDQ WXQWX- c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan,
nan untuk meningkatkan kualitas ketaq- dan/atau pendampingan selama proses
waan kepada Tuhan YME, intelektual, pelaksanaan pidana atau tindakan dan
sikap dan perilaku, pelatihan, keteram- setelah menjalani pidana atau tindakan.
pilan, professional, serta kesehatan (Nasir,2013)
jasmani dan rohani klien permasya-
rakatan. Diskresi
h. Asas proposional, adalah segala perlakuan Konsep diversi yang tertuang didalam
terhadap anak harus memperhatikan batas peraturan perundang²undangan ini
keperluan, umur, dan kondisi anak. merupakan bagian dari dikresi. Diskresi berarti
i. Asas perampasan kemerdekaan dan mengambil keputusan dalam setiap situasi
pemidanaan sebagai upaya terakhir, yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri.
adalah pada dasarnya anak tidak dapat Diskresi diperlukan sebagai pelengkap dari
dirampas kemerdekaannya, kecuali ter- asas legalitas, yaitu asas hukum yang
paksa guna kepentingan penyelesaian menyatakan bahwa setiap tindakan atau
perkara. perbuatan administrasi Negara harus ber-
j. Asas penghindaran pembalasan adalah dasarkan ketentuan undang²undang. Akan
prinsip menjauhkan upaya pembalasan tetapi tidak mungkin bagi undang²undang
dalam proses peradilan pidana. untuk mengatur segala macam kasus posisi
dalam praktek kehidupan sehari²hari. Oleh
Keadilan Restoratif sebab itu perlu adanya kebebasan atau diskresi
Keadilan restoratif adalah suatu proses dari administrasi Negara.
penyelesaian yang melibatkan pelaku, korban, Diskresi dalam sistem peradilan pidana
keluarga mereka dan pihak lain yang terkait anak adalah kebijakan penyidik anak dalam
dalam suatu tindak pidana secara bersama² menetapkan suatu perkara anak nakal, tidak
sama mencari penyelesaian terhadap tindak dilanjutkan pemeriksaannya dengan pertimba-
pidana tersebut dan implikasinya dengan ngan hukum yang sesuai dengan perundang²
menekankan pemulihan dan bukan undangan dan demi kepentingan terbaik bagi
pembalasan (Nasir,2013). Peradilan pidana anak. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam
anak dengan keadilan restorative bertujuan undang²undang sistem peradilan pidana anak,

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 59


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

diskresi diberikan kepada penyidik untuk bisa monisan masyarakat, dan kepatutan, kesusi-
mengupayakan diversi. Hal tersebut dapat laan dan ketertiban umum. Penyidik, penuntut
dilihat dalam Pasal 29 yakni (Nasir,2013): umum, dan hakim dalam melakukan diversi
a. Penyidik wajib mengupayakan diversi harus mempertimbangkan kategori tindak
paling lama 7 (tujuh) hari setelah pidana, umur anak, hasil penelitian kemasya-
penyidikan dimulai, rakatan dari Bapas, dan dukungan lingkungan
b. Proses diversi sebagaimana dimaksud pada keluarga dan masyarakat. Kesepakatan diversi
ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga harus mendapatkan persetujuan korban
puluh) hari setelah dimulainya diversi, dan/atau keluarga anak korban serta
c. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesediaan anak dan keluarganya, kecuali
kesepakatan, penyidik menyampaikan untuk tindak pidana yang berupa pelanggaran,
berita acara diversi beserta kesepakatan tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa
diversi kepada ketua pengadilan negeri korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih
untuk dibuat penetapan, dari nilai upah minimum provinsi setempat.
d. Dalam hal diversi gagal, penyidik wajib Kesepakatan diversi dilakukan oleh
melanjutkan penyidikan dan melimpah- penyidik atas rekomendasi pembimbing
kan perkara ke penuntut umum dengan kemasyarakatan dapat berbentuk:
melampirkan berita acara diversi dan a. Pengembalian kerugian dalam hal ada
laporan penelitian kemasyarakatan. korban,
Dapat ditarik kesimpulan atas pasal b. Rehabilitasi medis dan psikososial,
tersebut bahwa penyidik untuk meng- c. Penyerahan kembali kepada orang
upayakan diversi merupakan bentuk diskresi tua/wali,
terikat, karena bisa jadi upaya diversi itu d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau
berhasil bisa juga tidak. Pemberian diskresi pelatihan di lembaga pendidikan atau
terikat kepada penyidik merupakan bentuk LPSK paling lama 3 (tiga) bulan,
amanah undang²undang agar penyidik selaku e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga)
pegawai negara dapat mempergunakan sarana bulan. (Makarao,2013)
yang ada dan melihat situasi yang terjadi Hasil kesepakatan diversi dapat
dalam rangka penyelesaian anak nakal. berbentuk perdamaian dengan atau tanpa
(Nasir,2013) ganti kerugian, penyerahan kembali kepada
orang tua/wali, keikutsertaan dalam
Diversi pendidikan atau pelatihan di lembaga
Diversi bertujuan untuk mencapai pendidikan atau LPSK paling lama 3 (tiga)
perdamaian antara korban dan anak, bulan, atau pelayanan masyarakat. Hasil
menyelesaikan perkara anak diluar proses kesepakatan disampaikan dalam bentuk
peradilan, menghindarkan anak dari kesepakatan diversi. Hasil kesepakatan diversi
perampasan kemerdekaan, mendorong disampaikan oleh atasan langsung pejabat
masyarakat untuk berpartisipasi dan yang bertanggungjawab di setiap tingkat
menanamkan rasa tanggung jawab kepada pemeriksaan ke pengadilan negeri sesuai
anak. Diversi dilaksanakan dalam hal tindak dengan daerah hukumnya dalam waktu paling
pidana yang dilakukan diancam dengan lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan dicapai
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan untuk memperoleh penetapan. Penetapan
bukan merupakan pengulangan tindak pidana. dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga)
Proses diversi dilakukan melalui musyawarah hari terhitung sejak diterimanya kesepakatan
dengan melibatkan anak dan orang diversi. (Makarao,2013)
tua/walinya, korban dan/atau orang Proses peradilan anak dilanjutkan
tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dalam hal proses diversi tidak menghasilkan
dan pekerja sosial professional berdasarkan kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak
pendekatan keadilan restoratif. (Makarao,2013) dilaksanakan. Selama proses diversi berlang-
Proses diversi wajib memperhatikan sung sampai dengan kesepakatan diversi
kepentingan korban, kesejahteraan dan dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan
tanggung jawab anak, penghindaran stigma wajib melakukan pendampingan, pembi-
negatif, penghindaran pembalasan, kehar- bingan dan pengawasan.

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 60


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

Pemidanaan Menurut Undang²Undang jalur dimana selain mengatur sanksi pidana


Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem juga mengatur tindakan. Terkait dengan sanksi
Peradilan Pidana Anak yang dijatuhkan terhadap anak nakal, UU
Penegakan hukum yang sekarang sistem peradilan pidana anak telah
dianggap telah gagal dalam mencapai tujuan mengaturnya yaitu dalam Pasal 71 yaitu
yang diisyaratkan oleh Undang-Undang. Oleh pidana pokok terhadap anak yang melakukan
karena itu, diperkenankanlah sebuah alternatif tindak pidana adalah pidana peringatan,
penegakan hukum, yaitu Restorative Justice pidana dengan syarat, dan pidana tambahan
System. Telah dijelaskan bahwa Restorative berupa pemenuhan kewajiban adat serta
Justice System merupakan sebuah konsep perampasan keuntungan yang diperoleh dari
penegakan hukum yang menitik beratkan tindak pidana. (Aditya,2013)
kepada kepentingan pelaku, korban dan
masyarakat. Disamping itu, Restorative Justice Bentuk-Bentuk Pemidanaan Terhadap Anak
System bertujuan juga untuk mengembalikan Untuk melihat perbedaan sanksi pidana
kondisi masyarakat yang telah terganggu oleh bagi anak yang berkonflik dengan hukum
adanya perbuatan kejahatan. yang berlaku dalam Kitab Undang²Undang
Saat ini di dalam sistem hukum di Hukum Pidana (KUHP) dengan Undang²
Indonesia, sudah mulai mengarah kepada Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
pengadopsian konsep restorative justice Pengadilan Anak, berikut uraiannya:
tersebut. Namun untuk sementara, masih Ancaman Pidana dalam Undang-
diberlakukan secara partial dan memandang Undang Pengadilan Anak ada dua hal, yaitu:
tingkat urgenitas yang sangat mendasar, yaitu 1. Pidana pokok dan Pidana tambahan (Pasal
dapat ditemukan dalam Undang-Undang 23 ayat 1 UU No.3/1997)
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem - Pidana pokok meliputi : pidana penjara,
Peradilan Anak. (Rocky, 2013) pidana kurungan, pidana denda atau
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 pengawasan (Pasal 23 ayat 2)
angka 6, yang menegaskan sebagai berikut: - Pidana tambahan berupa perampasan
´Keadilan Restoratif adalah penyelesaian barang-barang tertentu dan atau
perkara tindak pidana dengan melibatkan pembayaran ganti rugi (Pasal 23 ayat 3)
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan 2. Pidana Denda (Pasal 28 UU No. 3/ 1997)
pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan Sementara dalam Kitab Undang-
menekankan pemulihan kembali pada keadaan undang Hukum Pidana (KUHP), pidana
semula, dan bukan pembalasan µ Sebagai tambahan yang tidak dapat dijatuhkan pada
wujud dari penerapan restoratif justice tersebut, anak (terdapat dalam Pasal 10 b nomor 1 dan
maka Undang-Undang Sistem Peradilan Anak 3), dan pidana denda dapat dijatuhkan pada
menyediakan lembaga Diversi. Sebagaimana anak paling banyak ½ (satu perdua) dari
diatur dalam Pasal 1 angka 7, yang maksimum ancaman pidana denda bagi orang
menegaskan sebagai berikut: ´Diversi adalah dewasa. Dan apabila pidana denda
pengalihan penyelesaian perkara Anak dari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata
proses peradilan pidana ke proses di luar tidak dapat dibayar maka diganti dengan
peradilan pidana µ Pengenalan Restorative wajib latihan kerja. Tindakan yang tercantum
Justice (Keadilan Restoratif) di dalam sistem dalam Undang-undang Pengadilan Anak
hukum Indonesia masih bersifat parsial dan menurut Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 3/ 1997 :
tidak komprehensif, yang tersebar dalam 1. Dikembalikan kepada orangtua / wali;
berbagai ketentuan peraturan serta beberapa 2. Diserahkan kepada Negara untuk dididik;
praktek yang pernah muncul. (Rocky, 2013) 3. Diserahkan kepada Departemen Sosial
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan
tentang sistem peradilan pidana anak yang yang bergerak dibidang pendidikan,
merupakan pengganti dari Undang-Undang pembinaan, dan latihan kerja.
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Dalam KUHP tindakan yang diambil
menganut double track system. Yang dimaksud adalah dikembalikan kepada orang tuanya,
dengan double track system adalah sistem dua walinya atau pemeliharanya tanpa pidana apa

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 61


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

pun; atau memerintahkan supaya yang Tindak pidana, khususnya tindak


bersalah diserahkan kepada Pemerintah tanpa pidana yang dilakukan oleh anak, dilihat
pidana apapun, yaitu jika perbuatan sebagai suatu pelanggaran terhadap manusia
merupakan kejahatan atau salah satu dan hubungan antara manusia, yang
pelanggaran tersebut pasal 489, 490, 492, 496, menciptakan suatu kewajiban untuk membuat
497, 503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536 segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan
dan 540 serta belum lewat dua tahun sejak melibatkan korban, pelaku dan masyarakat
dinyatakan salah karena melakukan kejahatan dalam mencari solusi perbaikan, rekonsiliasi
atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan menenteramkan hati. Hal inilah
dan putusannya menjadi tetap; atau merupakan prinsip dasar penyelesaian kasus
menjatuhkan pidana ( Pasal 45). pidana anak dengan melalui pola diversi
Pemidanaan di dalam Undang-undang sebagaimana amanah Undang-Undang Sistem
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak, Peradilan Pidana Anak.
ada empat hal: Restorative Justice dapat dijadikan
1. Pemenjaraan atau pidana kurungan sebagai upaya alternatif dalam menangani
maksimum setengah dari pidana pokok persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
bagi orang dewasa. (Pasal 26 ayat 1 dan tindak pidana yang dilakukan oleh anak
Pasal 27) sebagai pelaku tindak pidana.
2. Ancaman pidana mati atau penjara Pertimbangan Hakim atas kasus:
seumur hidup dikonversi menjadi pidana 123/PID.SUS/2014/PN.JKT.TIM.
penjara maksimum 10 tahun. (Pasal 26 a. Pertimbangan yang memberatkan: Per-
ayat 2) buatan terdakwa mengganggu ketertiban
3. Ancaman pidana mati atau penjara umum.
seumur hidup bagi anak yang umurnya b. Pertimbangan yang meringankan: Ter-
belum 12 tahun dikonversi menjadi dakwa secara jujur menyampaikan duduk
penyerahan anak kepada Negara (Pasal 26 perkara, terdakwa masih berusia muda
ayat 3) dan menyesali perbuatannya dan berjanji
4. Pidana denda maksimum setengah dari tidak akan mengulangi perbuatannya.
denda untuk orang dewasa. (Pasal 28) Pihak keluarga terdakwa dianggap
Sedangkan dalam KUHP pemidana- bertanggung jawab dengan segala biaya
annya sebagai berikut: pengobatan, korban yang luka dan
a. Pidana pokok maksimum dua²pertiga dari pemakaman yang meninggal dunia.
pidana pokok untuk orang dewasa (Pasal Penerapan sanksi pidana yang
47 ayat 1) diterapkan oleh majelis hakim dalam perkara
b. Ancaman pidana mati atau penjara yang penulis teliti adalah dengan dikem-
seumur hidup dikonversi menjadi pidana balikan kepada orang tua, selain itu pihak
penjara maksimum 15 tahun (Pasal 47 ayat keluarga terdakwa juga merasa kewajiban
2). moral untuk menanggung segala biaya
Pidana Bersyarat yang dapat dijatuhkan pengobatan korban luka dan pemakaman bagi
pada anak sesuai Undang-undang Nomor 3 korban yang meninggal dunia, bahkan pihak
Tahun 1997 adalah untuk putusan keluarga terdakwa (Abdul Qadir Jaelani)
pemenjaraan maksimum 2 tahun untuk jangka memberikan santunan, ganti rugi, membiayai
waktu maksimum 3 tahun (Pasal 29 ayat 1 & kehidupan keluarga korban dan menanggung
6). Di KUHP Pidana bersyarat (tidak secara biaya pendidikan hingga perguruan tinggi bagi
spesifik diberlakukan untuk anak) dapat anak korban yang meninggal dunia.
dijatuhkan untuk putusan pemenjaraan Menjadi dasar pertimbangan hakim
maksimum 1 tahun (Pasal 14 a ayat 1). Dalam dalam memberikan Restorative Justice adalah
Undang²Undang Nomor 3 Tahun 1997, Pidana untuk mendukung dan melaksanakan
Pengawasan dapat dijatuhkan paling singkat 3 ketentuan yang diatur dalam Pasal 16 ayat (3)
bulan dan paling lama 2 tahun. (Pasal 30 ayat Undang-undang Perlindungan Anak, yaitu
1) Sedangkan didalam KUHP Pidana bersyarat EDKZD ´SHQDQJNDSDQ SHQDKDQDQ DWDX WLQGDN
tidak diatur. pidana penjara anak hanya dilakukan apabila

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 62


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya bangan hakim dari setiap dakwaan yang
GDSDW GLODNXNDQ VHEDJDL XSD\D WHUDNKLU µ didakwakan kepada para terdakwa pada kasus
Proses peradilan yang bersifat Restoratif diatas, yang mana menjadi pertimbangan bagi
berpandangan bahwa mewujudkan keadilan Hakim dalam menjatuhkan hukuman.
hukum bukan hanya urusan pemerintah dan Terdakwa Abdul Qadir Jaelani telah terbukti
pelaku kejahatan, tetapi lebih dari itu harus secara sah dan meyakinkan bersalah melaku-
memberikan keadilan secara totalitas yang kan Pelanggaran Lalu Lintas.
tidak bisa mengabaikan kepentingan dan hak- Menyatakan bahwa Abdul Qadir
hak dari korban dan masyarakat. Dilain pihak Jaelani bersalah lantaran melanggar Pasal 310
dalam proses peradilan pidana konfensional ayat (1), (3) dan (4) UU No. 22 Tahun 2009
kepentingan korban seolah-olah telah terwakili Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
atau direpresentasikan oleh Negara, Peme- Menetapkan Abdul Qadir Jaelani
rintah, Kejaksaan dan Kepolisian. Dalam dibebaskan dari hukuman dan dikembalikan
perkara ini, perbuatan terdakwa telah meme- kembali kepada kedua orang tuanya.
nuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana Menetapkan agar barang bukti mobil
diatur dan diancam dengan pidana sebagai Lancer berikut STNK dikembalikan kepada
berikut : orang tua Abdul Qadir Jaelani serta
´$OWHUQDWLI Pertama dengan Pasal 310 mengembalikan mobil Grand Max dan Toyota
ayat (1), (3), dan (4) Undang-undang Nomor 22 Avanza kepada dua korban.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Majelis hakim menganggap Abdul
Jalan, dan alternatif Kedua Pasal 310 ayat (2) Qadir Jaelani kurang perhatian orang tua
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan sehingga masih bisa diberikan pembinaan,dan
$QJNXWDQ -DODQ µ mempertimbangkan hal lain yang meringan-
Bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan kan hukuman Abdul Qadir Jaelani karena
mempertimbangkan apakah fakta-fakta persi- adanya perdamaian antara keluarga terdakwa
dangan dapat diterapkan ke dalam pasal yang dengan para korban.
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum Keluarga terdakwa dianggap bertang-
kepada para terdakwa. gung jawab menanggung biaya pengobatan
Bahwa segala sesuatu yang terurai dan pemakaman para korban yang luka
dalam Berita Acara Persidangan merupakan maupun meninggal dunia. Bahkan keluarga
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Abdul Qadir Jaelani bersedia memberikan
Putusan ini (Mutatis Mutandis). santunan, ganti rugi, membiayai kehidupan
Para terdakwa telah didakwa oleh Jaksa keluarga korban dan menanggung biaya
Penuntut Umum dengan dakwaan Alternatif pendidikan hingga perguruan tinggi bagi anak
satu yaitu melanggar Pasal 310 ayat (1), (3) dan korban yang meninggal dunia.
(4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dengan begitu, majelis hakim tidak
dan Angkutan Jalan, dan alternatif kedua yaitu menjatuhkan hukuman pidana dan mengem-
melanggar Pasal 310 ayat (2) UU No. 22 Tahun balikan terdakwa pada orang tuanya. Majelis
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. hakim juga beralasan, keputusan tersebut
Sesuai dengan bentuk surat dakwaan supaya anak tumbuh dan berkembang secara
yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, optimal ´Menimbang putusan tersebut
maka Hakim memiliki kebebasan untuk orangtua yang masih sanggup sangat
memilih salah satu dakwaan mana yang paling mengharapkan terdakwa kearah yang lebih
tepat diterapkan terhadap perbuatan terdakwa baiNµ.
dan sesuai dengan fakta-fakta di persidangan Artinya Terdakwa sebagai anak yang
maka Hakim menyimpulkan bahwa perbuatan berkonflik dengan hukum tidak akan
terdakwa lebih tepat diterapkan terhadap bersentuhan dengan peradilan pidana yang
dakwaan Kesatu melanggar Pasal 310 ayat (1), artinya upaya perubahan paradigma yang
(3) dan (4) UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu menjadikan hukuman terhadap anak yang
Lintas dan Angkutan Jalan. berkonflik dengan hukum, telah bersifat
Berkaitan dengan hak Negara untuk mendidik dan menyentuh hati nurani sang
menghukum, pada bagian ini penulis akan anak karena seperti yang kita ketahui jika
memaparkan unsur-unsur bagaimana pertim- anak dimasukan ke dalam Lembaga

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 63


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

Pemasyarakatan maka tidak jarang anak Daftar Pustaka


mendapat perlakuan yang buruk bahkan lebih Arief, Barda Nawawi. (1998). Beberapa Aspek
buruk dari orang dewasa, hak untuk Kebijakan dan Pengembangan Hukum
mendapatkan pedidikan terabaikan, Pidana. Jakarta: Citra Aditya Bakti.
Dengan Putusan Hakim pada
Terdakwa, dimana dalam kasus ini telah Astuti, Made Sadhi. (2003). Hukum Pidana Anak
diterapkan metode Restorative Justice dengan dan Perlindungan Anak. Malang:
penyelesaian yang melibatkan pelaku, korban, Universitas Negeri Malang.
keluarga, dan pihak lain yang terkait dalam
suatu tindak pidana, secara bersama-sama Bemmelen, Van. (1979). Hukum Pidana I Hukum
mencari penyelesaian terhadap tindak pidana Pidana Material Bagian Umum. Bandung:
tersebut. Bina Cipta.
Mengingat bahwa anak adalah
generasi muda yang perjalanan menggapai Chazawi, Adami. (2002). Pelajaran Hukum
cita-cita masih panjang dan menjadi ujung Pidana Bagian 1: Stelsel Pidana, Teori-teori
tombak dari bangsa ini di masa yang akan Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum
datang, maka Peradilan Pidana Anak Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
hendaknya memberi pengayoman, bimbingan
dan pendidikan melalui putusan hakim Daliyo. (1990). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
sebagai dasar yurisprudensi. Prehallindo.

Penutup Dellyana, Shanty. (2004). Wanita dan Anak di


Kedududukan anak selaku pelaku Mata Hukum. Yogyakarta: Liberty.
tindak pidana ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa
Peradilan Anak adalah Penerapan konsep Indonesia. (Edisi ke-4). Jakarta:
Restorative Justice atau keadilan restoratif Gramedia Pustaka Utama.
adalah suatu penyelesaian secara adil yang
melibatkan pelaku, korban, keluarga mereka Dienstein, Yoram. (2003). Hak Atas Hidup,
dan pihak lain yang terkait dalam suatu tindak Keutuhan Jasmani dan Kebebasan, Dalam
pidana secara bersama-sama mencari Hak Sipil dan Politik, Esai-Esai Politik.
penyelesaian terhadap tindak pidana tersebut Jakarta: Yayasan Pemantau Hak Anak.
dan implikasinya, dengan menekankan
pemulihan kembali kepada keadaan semula. Djamil, Nasir. (2013). Anak Bukan Untuk
Pada konsep ini ditekankan bahwa anak yang Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.
mempunyai atau berkonflik dengan hukum
diupayakan tidak akan dilakukan proses Gultom, Maidin. (2008). Perlindungan Hukum
peradilan seperti yang dilakukan pada proses Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan
peradilan yang dijalankan oleh orang dewasa Pidana Anak di Indonesia. Bandung:
dan diupayakan dilakukan pembinaan Refika Aditama.
terhadapnya.
Penerapan pidana yang diterapkan oleh Hatrik, Hamzah. (1996). Asas Pertanggung
majelishakimdalam perkarayangpenulis teliti Jawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana
adalah dengan dikembalikan kepada orangtua, Indonesia. Jakarta: Raja Graffindo
selain itu keluarga terdakwa juga merasa Persada.
mempunyai kewajiban moral untuk menang-
gung segala biaya pengobatan korban luka dan Hamzah, Andi. (2008). Asas-Asas Hukum
pemakaman bagi korban yang meninggal Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
dunia, bahkan keluarga Abdul Qadir Jaelani ________. (1983). Suatu Tinjauan Ringkas Sistem
memberikan santunan, ganti rugi, membiayai Pemidanaan Indonesia. Jakarta:
kehidupan keluarga korban dan menanggung Akademia Pressindo.
biaya pendidikan hingga perguruan tinggi
bagi anak korban yang meninggal dunia.

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 64


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

Kurniawan, Riza Alfianto. (Desember 2013). Pinangkaan, Reinald. (2013). Pertanggung-


´Asas Ultimatum Remedium Dalam jawaban Pidana dan Penerapan Sanksi
Pemidanaan Anak Nakal.µ Diakses dalam Pembaharuan Sistem Pemidaan
dari: http://.google.com)18. di Indonesia. Lex Crimen, 2(1), Januari-
Maret.
Makarao, Mohamad Taufik, et all. (2003).
Hukum Perlindungan Anak dan Prinst, Darwin. (2003). Hukum Anak Indonesia.
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Bandung: Citra Aditya Bakti.
Tangga. Jakarta: Rineka Cipta.
Prodjodikoro, Wirjono. (2002). Asas-Asas
Marbun, Rocky. (Desember 2013). Restrorative Hukum Pidana Indonesia. Bandung:
Justice Sebagai Alternatif Pemidanaan Refika Aditama.
Masa Depan. Diakses dari:
http://www.google.com)18. Rachmawati, Mety. (2010). Dasar-Dasar
Penghapus Penuntutan, Penghapus,
Mertokusumo, Sudikno. (2010). Mengenal Peringan dan Pemberat Pidana dalam
Hukum. Yogyakarta: Atma Pustaka. KUHP, (Cetakan ke 1). Jakarta:
Universitas Trisakti.
Moeljatno. (2010). Asas-Asas Hukum Pidana,
(Cet.VII). Jakarta: Rineka Cipta. Salam, Faisal. (2005). Hukum Acara Peradilan
________. (2001). Kitab Undang-Undang Hukum Anak di Indonesia. Bandung: Mandar
Pidana. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta. Maju.
________. (2001). Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban Dalam Hukum Sholeh, Soeaidy dan Zulkhair. (2001). Dasar
Pidana. Jakarta: Bina Aksara. Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:
Novindo Pustaka Mandiri.
Muladi dan Barda Nawawi. (1984). Teori-Teori
dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni. Sianturi. (2002). Asas-Asas Hukum Pidana di
Indonesia dan Penerapannya, (Cetakan ke-
Mulyadi, Adytia Wisnu dan Ida Bagus Rai 3). Jakarta: Storia Grafika.
Djaja. (2013). ´Penerapan Sanksi yang
Berkeadilan Terhadap Anak Soekanto, Soerjono dan Sri Widowati. (1984).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor Anak dan Wanita Dalam Hukum. Jakarta:
11 Tahun 2012 Tentang Sistem LP3ES.
Peradilan Pidana Anak.µ Diakses dari
http://www.google.com Soekanto, Soerjono. (1984). Pengantar Penelitian
Hukum. Depok: Universitas Indonesia.
Mulyadi, Lilik. (2005). Pengadilan Anak di
Indonesia Teori, Praktik dan Soetodjo, Wagiati. (2006). Hukum Pidana Anak.
Permasalahannya. Jakarta: Mandar Maju. Bandung: Refika Aditama.

Nashriana. Ilmu Hukum Pidana Anak dari Supramono, Gatot. (2000). Hukum Acara
Filsafat Pemidanaan ke Teori Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan.
Pertanggungjawaban Pidana Dogmatik
Hukum dan Praktik Hukum. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2003
[Penelitian Mandiri, tidak tentang Perlindungan Anak (Lembaran
dipublikasikan]. Universitas Sriwijaya. Negara RI Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
Pane, Erina. (2010). Bentuk-Bentuk 4235).
Perlindungan Bagi Anak Yang
Berkonflik dengan Hukum, Jurnal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Keadilan Progresif. 1(1). September. Perkawinan (Lembaran Negara RI tahun
1974 Nomor 12 Tahun 1975).

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 65


Kedudukan Anak yang Berhadapan dengan Hukum Selaku Pelaku Tindak Pidana (Studi Kasus: 123/Pid.Sus/2014/Pn.Jkt.Tim)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012


tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(Lembaran Negara RI Tahun 2012
Nomor 153).

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang


Pengadilan Anak (Lembaran Negara RI
Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3668).

Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 1, April 2016 66

Anda mungkin juga menyukai