Tim)
Abstract
On this occasion, the author will be put through further research in connection with the enactment
of the Criminal Justice Act No. 11 of 2012 Children enacted in 2014 ago. Based on this, the authors
will conduct further research on the Status of Children in Conflict with the Law as Actors
Crime.µ(Study Case: 123/Pid.Sus/2014/PN.JKT.TIM). The research method uses the type of
normative juridical research with nature descriptive analytical study through approach law using a
literature study data collection tool to obtain secondary data derived from primary legal materials
and secondary legal materials with field data supported the form of interviews with agency related
laws. In accordance with the Convention on the Rights of the Child which has been ratified by
Indonesia through Presidential Decree No. 36 In 1990, the Indonesian should have been committed
in the protection of children's rights as a whole. In addition, Indonesia also has to have Law No. 23
of 2002 on Protection of Children as an effort to provide the protection of the rights of children in
areas such as education, health, religion, and social, including the rights of children in conflict with
the law. Children in conflict with the law, including the criteria given in the Special Protection as
stated in Article 59 of Law No. 23 of 2002. It is the responsibility of the government and society.
Article 64 of Law No. 23 of 2002 states further that the protection of children in conflict with the
law covers children in conflict with the law and child victims of crime. This research is the
development of legal theory Children Who Faced with the Law and the concept of Diversion and
Restrorative Justice (restorative justice) which broadly provide protection for the child's best efforts.
katan kemampuan diri dengan lingkungan dan e. Pemantauan dan pencatatan terus
masyarakat.µ menerus terhadap perkembangan anak
Hal ini berarti bahwa peran anak yang berhadapan dengan hukum;
sebagai penerus bangsa memiliki peran f. Pemberian jaminan untuk mempertahan-
penting sebagai amanah Proklamasi Kemer- kan hubungan dengan orang tua atau
dekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, keluarga;dan
diharapkan mampu mengisi kemerdekaan g. Perlindungan dari pemberian identitas
negara ini dengan semangat perjuangan yang melalui media massa dan untuk
tinggi untuk mengabdi untuk mengisi menghindari labelisasi.
kemerdekaan dengan sikap moralitas yang Seseorang yang melanggar hukum
baik, jujur dan rasa percaya diri dan pidana akan berhadapan dengan negara
bertanggungjawab terhadap kelangsungan melalui aparatur penegak hukumnya. Sebagai
hidup bangsa yang selalu berkembang dan sebuah instrumen pengawasan sosial, hukum
dinamis ini. pidana menyandarkan diri pada sanksi karena
Pada Tahun 2014 dinyatakan berlaku- fungsinya memang mencabut hak orang atas
nya Undang-Undang Peradilan Pidana Anak kehidupan, kebebasan atau hak milik mereka.
Nomor 11 Tahun 2012 menggantikan Undang- Invasi terhadap hak dasar ini dibenarkan demi
Undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun melestarikan masyarakat dan melindungi hak-
1997. Hal ini menurut Peneliti sangat menarik hak fundamental dari gangguan orang lain.
untuk diteliti, khususnya aparat terkait yang Pencabutan kebebasan seseorang dalam
menangani kasus pidana anak. Sesuai dengan Doktrin Hukum Hak Asasi Manusia
Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi Internasional termasuk rumpun Hak Sipil dan
oleh indonesia melalui Keputusan Presiden Hak Politik karena menyangkut perlindungan
Nomor 36 Tahun 1990, maka seyogyanya martabat dan keutuhan manusia secara
Indonesia telah berkomitmen dalam upaya individual. Hak fundamental tersebut adalah
perlindungan hak anak secara keseluruhan. hak atas hidup, keutuhan jasmani dan
Disamping itu, Indonesia juga telah kebebasan. Pada ketiga hak fundamental inilah
mempunyai Undang-Undang Nomor 23 Tahun semua hak lain bergantung, tanpa hak ini, hak-
2002 tentang Perlindungan Anak sebagai satu hak lain sedikit atau sama sekali tidak
upaya dalam memberikan upaya perlindungan bermakna. (Yoram,2003)
terhadap hak-hak anak seperti di bidang Dalam konteks pencabutan kebebasan
pendidikan, kesehatan, agama, dan sosial seseorang, doktrin Hak Asasi Manusia
termasuk hak anak yang berhadapan dengan memberikan legitimasi, yakni sepanjang
hukum. Anak yang berhadapan dengan seseorang melakukan tindak pidana. Konve-
hukum termasuk dalam kriteria yang nan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik
diberikan Perlindungan Khusus seperti yang (International Covenant Civil and Political
dinyatakan dalam Pasal 59 Undang-Undang Rights/ICCPR) sebagai instrumen Hukum Hak
Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini merupakan Asasi Manusia Internasional utama (core
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. instrument of human right) yang memayungi
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun hak sipil dan hak politik, mengatur persoalan
2002 menyatakan lebih lanjut bahwa perlin- pencabutan kebebasan seseorang terkait
dungan anak yang berhadapan dengan hukum dengan tindak pidana yang dilakukannya.
meliputi anak yang berkonflik dengan hukum Menurut Made Sadhi Astuti ada
dan anak korban tindak pidana. Perlindungan beberapa hak anak perlu diperhatikan dan
Khusus yang dimaksud adalah: diperjuangkan pelaksanaannya bersama-sama.
a. Perlakuan atas anak secara manusiawi Anak-anak mempunyai hak antara lain: (1)
sesuai dengan martabat dan hak-hak anak; tidak menjadi korban dalam proses peradilan
b. Penyediaan petugas pendamping khusus pidana; (2) mempunyai kewajiban sebagai hak
anak sejak dini; untuk ikut serta menegakkan keadilan dalam
c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus; suatu proses peradilan pidana sesuai dengan
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kemampuan mereka masing-masing untuk di
kepentingan yang terbaik bagi anak; bina agar mampu melaksanakan kewajibannya
sebagai warga negara, (3) anggota masyarakat
yang baik oleh yang berwajib dalam arti luas; tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
(4) untuk melaksanakan kewajiban membina, dimana diperlukannya upaya integrasi dan
mendampingi rekan-rekan sebayanya untuk sinkroni-sasi dari beberapa kementerian
melaksanakan hak dan kewajiban mereka lembaga terkait dalam mendukung upaya
secara rasional positif, bertanggungjawab dan kerja sama dan peningkatan hak-hak anak
bermanfaat dalam proses tersebut. Mereka khususnya perlindungan terhadap penanga-
harus dibina sedini mungkin dalam rangka nan anak yang berhadapan dengan hukum.
pencegahan menjadi korban dan menimbulkan Di samping itu juga terdapat
korban. (Made,2003) Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung
Demikian pula sebagai permasalahan Republik Indonesia, Jaksa Agung RI,
manusia, pengembangan hak-hak anak dalam Kepolisian RI, Menteri Hukum dan HAM RI,
peradilan pidana adalah suatu hasil interaksi Menteri Sosial, Menteri Pemberdayaan
karena adanya interelasi antara fenomena yang Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor
ada dan saling mempengaruhi. Jadi dengan 166A/KMA/SKB/XII/2009, Nomor: 148
demikian harus diteliti fenomena apa saja, A/A/JA/12/2009, Nomor: B/45/XII/2009,
siapa saja yang terlibat dalam interaksi Nomor: M.HH-08 HM.03.02. Tahun 2009,
tersebut baik secara langsung maupun tidak Nomor: 10/PRS-2/KPTS/2009, Nomor:
langsung. Ini berarti memahami apa atau 02/MEN.PP dan PA/XII/2009 tentang
bahkan siapa saja yang terlibat, bahkan Penanganan Anak yang Berhadapan dengan
bertanggungjawab atas adanya, dipertahan- Hukum. Keputusan Bersama ini merupakan
kan, disempurnakan dan dikembalikan hak- keputusan mewujudkan keterpaduan dalam
hak anak dalam peradilan pidana. Tentunya upaya penyelesaian perkara penanganan anak
peran masing-masing fenomena dilaksanakan yang berhadapan dengan hukum yang
secara positif, bertanggung jawab, bermanfaat dilakukan secara terkoordinasi oleh aparat
untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan penegak hukum dan semua pihak terkait.
anak. (Made,2003) Selain itu dalam rangka mendukung
Anak yang mengalami perkara dengan Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
hukum, dalam proses peradilan pidana masih Pembangunan yang Berkeadilan dimana
diperlukan dan diproses dalam peraturan terdapat pembagian keadaan 3 (tiga) program
perundang-undangan yang pada saat ini yaitu 1) Pro rakyat, 2) Keadilan untuk semua
berlaku dan belum menerapkan konsep Diversi (Justice for all), 3) Pencapaian Tujuan Pemba-
dan Restrorative Justice (keadilan restoratif) ngunan Millenium (Millenium Development
yaitu secara garis besar memberikan upaya Goals-MDGs). Terkait Program Keadilan untuk
perlindungan untuk terbaik anak. semua memfokuskan pada program atau
Penerapan konsep restrorative justice rencana aksi yang terdapat dalam Strategi
atau keadilan restroratif adalah suatu Nasional Akses terhadap Keadilan yang salah
penyelesaian secara adil yang melibatkan satunya pada program keadilan bagi anak.
pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak Dalam beberapa kegiatan yang tercantum
lain yang terkait dalam suatu tindak pidana dalam rencana Tindak Percepatan Pencapaian
secara bersama-sama mencari penyelesaian Sasaran Program Keadilan untuk Semua
terhadap tindak pidana tersebut dan terdapat rencana kegiatan yang terkait upaya
implikasinya, dengan menekankan pemulihan perlindungan terhadap anak khususnya perlin-
kembali kepada keadaan semula. Pada konsep dungan anak di pemenjarakan baik yang dilak-
ini ditekankan bahwa anak yang mempunyai sanakan di tingkat pusat maupun yang
atau berkonflik dengan hukum diupayakan dilaksanakan di tingkat daerah.
tidak akan dilakukan proses peradilan seperti Anak sebagai salah satu aset dari suatu
yang dilakukan pada proses peradilan yang keluarga senantiasa memerlukan perlin-
dijalankan oleh orang dewasa dan diupayakan dungan, baik itu perlindungan oleh orang
dilakukan pembinaan terhadapnya. Prinsip ini tuanya sendiri, lingkungan maupun Negara.
merupakan prinsip utama yang ditekankan Kehadiran seorang anak ditengah keluarga
dalam perubahan Undang-Undang Nomor 3 dapat menambah keharmonisan. Anak pada
tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menjadi dasarnya adalah makhluk yang lemah dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tidak berdaya kerena belum memiliki
pasal 1 angka 8 huruf a, b, dan c Undang² kan kepada orang tuanya, wali atau pemeli-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 ditentukan haraannya tanpa penjatuhan pidana, diserah-
bahwa anak didik permasyarakatan baik anak kan kepada pemerintah tanpa pidana sebagai
pidana, anak Negara, dan anak sipil untuk anak Negara atau juga dapat dihatuhi pidana.
dapat dididik di Lapas (Lembaga Pemasya- Akan tetapi ketentuan Pasal 45, 46, dan 47
rakatan) Anak adalah paling lama sampai KUHP ini berdasarkan ketentuan Pasal 47
berumur 18 (delapan belas) tahun dan untuk Undang²Undang Nomor 3 Tahun 1997
anak sipil guna dapat ditempatkan dilapas dinyatakan tidak berlaku lagi. (Lilik,2005)
anak maka perpanjangan penempatannya
hanya bolehpaling lama sampai berumur 18 Perlindungan Anak Berdasarkan Undang²
(delapan belas) tahun. (Lilik,2005) Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) Sistem Peradilan Pidana Anak
dan Pasal 50 ayat (1) Undang²Undang Nomor Anak bukanlah untuk dihukum
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka melainkan harus diberikan bimbingan dan
batasan untuk disebut anak adalah belum pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau berkembang sebagai anak normal yang sehat
belum pernahmelangsungkan perkawinan. dan cerdas seutuhnya. Anak sebagai calon
(Lilik,2005). Menurut Undang²Undang Nomor generasi penerus bangsa yang masih dalam
8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang²Undang masa perkembangan fisik dan mental.
Hukum Acara Pidana bahwa batasan umur Terkadang anak mengalami situasi sulit yang
anak disidang pengadilan yang boleh diperiksa membuatnya melakukan tindakan yang
tanpa sumpah dipergunakan batasan umur di melawan hukum. Walaupun demikian, anak
bawah 15 (lima belas) tahun dan belum pernah yang melanggar hukum, tidaklah layak untuk
kawin (Pasal 171 KUHAP dan penjelasannya) dihukum apalagi kemudian dimasukkan
dan dalam hal²KDO WHUWHQWX KDNLP ´GDSDWµ dalam penjara.
menentukan anak yang belum mencapai umur Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang
17 (tujuh belas) tahun tidak diperkenankan kemudian diadopsi dalam Undang²Undang
menghadiri sidang (Pasal 153 ayat (5) KUHAP Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
dan penjelasannya). Menurut ketentuan pasal anak, ada empat prinsip umum perlindungan
1 ayat (2) Undang²Undang Nomor 4 Tahun anak yang menjadi dasar bagi setiap Negara
1979 maka anak adalah seseorang yang belum dalam menyelenggarakan perlindungan anak,
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan antara lain:
belum pernah kawin. (Lilik,2005) 1. Prinsip nondiskriminasi, artinya semua
Dalam hukum adat Indonesia maka hak yang diakui dan terkandung dalam
batasan umur untuk disebut sebagai anak konvensi hak anak harus diberlakukan
bersifat pluralistis. Dalam artian kriteria untuk kepada setiap anak tanpa membedakan
menyebutkan bahwa seseorang tidak lagi apapun.
disebut anak dan telah dewasa beraneka ragam 2. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
LVWLODKQ\D PLVDOQ\D WHODK ´kuat gaweµ ´akil Prinsip ini mengingatkan kepada semua
baliqµ ´menek bajangµ GDQ ODLQ VHEDJDLQ\D penyelenggara perlindungan anak bahwa
Sedangkan menurut Yurisprudensi Mahkamah pertimbangan²pertimbangan dalam pe-
Agung RI yang berorientasi kepada hukum ngambilan keputusan menyangkut masa
adat di Bali menyebutkan batasan umur anak depan anak, bukan dengan ukuran orang
adalah dibawah 15 (lima belas) tahun seperti dewasa apalagi berpusat kepada
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 53 kepentingan orang dewasa. Apa yang
K/Sip/1952 dan Putusan Mahkamah Agung menurut ukuran dewasa baik, belum tentu
RI Nomor 601 K/Sip/1976. (Lilik,2005) baik pula menurut ukuran kepentingan
Menurut ketentuan Pasal 45 KUHP maka anak. Boleh jadi maksud orang dewasa
batasan anak adalah orang yang berumur di memberikan bantuan dan menolong tetapi
bawah 16 (enam belas) tahun. Terhadap hal ini yang sesungguhnya terjadi adalah peng-
baik secara teoritik dan praktik maka apabila hancuran masa depan anak.
anak melakukan tindak pidana hakim dapat 3. Prinsip hak hidup, kelangsungan hidup,
menentukan anak tersebut untuk dikembali- dan perkembangan. Pesan dari prinsip ini
diskresi diberikan kepada penyidik untuk bisa monisan masyarakat, dan kepatutan, kesusi-
mengupayakan diversi. Hal tersebut dapat laan dan ketertiban umum. Penyidik, penuntut
dilihat dalam Pasal 29 yakni (Nasir,2013): umum, dan hakim dalam melakukan diversi
a. Penyidik wajib mengupayakan diversi harus mempertimbangkan kategori tindak
paling lama 7 (tujuh) hari setelah pidana, umur anak, hasil penelitian kemasya-
penyidikan dimulai, rakatan dari Bapas, dan dukungan lingkungan
b. Proses diversi sebagaimana dimaksud pada keluarga dan masyarakat. Kesepakatan diversi
ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga harus mendapatkan persetujuan korban
puluh) hari setelah dimulainya diversi, dan/atau keluarga anak korban serta
c. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesediaan anak dan keluarganya, kecuali
kesepakatan, penyidik menyampaikan untuk tindak pidana yang berupa pelanggaran,
berita acara diversi beserta kesepakatan tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa
diversi kepada ketua pengadilan negeri korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih
untuk dibuat penetapan, dari nilai upah minimum provinsi setempat.
d. Dalam hal diversi gagal, penyidik wajib Kesepakatan diversi dilakukan oleh
melanjutkan penyidikan dan melimpah- penyidik atas rekomendasi pembimbing
kan perkara ke penuntut umum dengan kemasyarakatan dapat berbentuk:
melampirkan berita acara diversi dan a. Pengembalian kerugian dalam hal ada
laporan penelitian kemasyarakatan. korban,
Dapat ditarik kesimpulan atas pasal b. Rehabilitasi medis dan psikososial,
tersebut bahwa penyidik untuk meng- c. Penyerahan kembali kepada orang
upayakan diversi merupakan bentuk diskresi tua/wali,
terikat, karena bisa jadi upaya diversi itu d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau
berhasil bisa juga tidak. Pemberian diskresi pelatihan di lembaga pendidikan atau
terikat kepada penyidik merupakan bentuk LPSK paling lama 3 (tiga) bulan,
amanah undang²undang agar penyidik selaku e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga)
pegawai negara dapat mempergunakan sarana bulan. (Makarao,2013)
yang ada dan melihat situasi yang terjadi Hasil kesepakatan diversi dapat
dalam rangka penyelesaian anak nakal. berbentuk perdamaian dengan atau tanpa
(Nasir,2013) ganti kerugian, penyerahan kembali kepada
orang tua/wali, keikutsertaan dalam
Diversi pendidikan atau pelatihan di lembaga
Diversi bertujuan untuk mencapai pendidikan atau LPSK paling lama 3 (tiga)
perdamaian antara korban dan anak, bulan, atau pelayanan masyarakat. Hasil
menyelesaikan perkara anak diluar proses kesepakatan disampaikan dalam bentuk
peradilan, menghindarkan anak dari kesepakatan diversi. Hasil kesepakatan diversi
perampasan kemerdekaan, mendorong disampaikan oleh atasan langsung pejabat
masyarakat untuk berpartisipasi dan yang bertanggungjawab di setiap tingkat
menanamkan rasa tanggung jawab kepada pemeriksaan ke pengadilan negeri sesuai
anak. Diversi dilaksanakan dalam hal tindak dengan daerah hukumnya dalam waktu paling
pidana yang dilakukan diancam dengan lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan dicapai
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan untuk memperoleh penetapan. Penetapan
bukan merupakan pengulangan tindak pidana. dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga)
Proses diversi dilakukan melalui musyawarah hari terhitung sejak diterimanya kesepakatan
dengan melibatkan anak dan orang diversi. (Makarao,2013)
tua/walinya, korban dan/atau orang Proses peradilan anak dilanjutkan
tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dalam hal proses diversi tidak menghasilkan
dan pekerja sosial professional berdasarkan kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak
pendekatan keadilan restoratif. (Makarao,2013) dilaksanakan. Selama proses diversi berlang-
Proses diversi wajib memperhatikan sung sampai dengan kesepakatan diversi
kepentingan korban, kesejahteraan dan dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan
tanggung jawab anak, penghindaran stigma wajib melakukan pendampingan, pembi-
negatif, penghindaran pembalasan, kehar- bingan dan pengawasan.
sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya bangan hakim dari setiap dakwaan yang
GDSDW GLODNXNDQ VHEDJDL XSD\D WHUDNKLU µ didakwakan kepada para terdakwa pada kasus
Proses peradilan yang bersifat Restoratif diatas, yang mana menjadi pertimbangan bagi
berpandangan bahwa mewujudkan keadilan Hakim dalam menjatuhkan hukuman.
hukum bukan hanya urusan pemerintah dan Terdakwa Abdul Qadir Jaelani telah terbukti
pelaku kejahatan, tetapi lebih dari itu harus secara sah dan meyakinkan bersalah melaku-
memberikan keadilan secara totalitas yang kan Pelanggaran Lalu Lintas.
tidak bisa mengabaikan kepentingan dan hak- Menyatakan bahwa Abdul Qadir
hak dari korban dan masyarakat. Dilain pihak Jaelani bersalah lantaran melanggar Pasal 310
dalam proses peradilan pidana konfensional ayat (1), (3) dan (4) UU No. 22 Tahun 2009
kepentingan korban seolah-olah telah terwakili Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
atau direpresentasikan oleh Negara, Peme- Menetapkan Abdul Qadir Jaelani
rintah, Kejaksaan dan Kepolisian. Dalam dibebaskan dari hukuman dan dikembalikan
perkara ini, perbuatan terdakwa telah meme- kembali kepada kedua orang tuanya.
nuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana Menetapkan agar barang bukti mobil
diatur dan diancam dengan pidana sebagai Lancer berikut STNK dikembalikan kepada
berikut : orang tua Abdul Qadir Jaelani serta
´$OWHUQDWLI Pertama dengan Pasal 310 mengembalikan mobil Grand Max dan Toyota
ayat (1), (3), dan (4) Undang-undang Nomor 22 Avanza kepada dua korban.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Majelis hakim menganggap Abdul
Jalan, dan alternatif Kedua Pasal 310 ayat (2) Qadir Jaelani kurang perhatian orang tua
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan sehingga masih bisa diberikan pembinaan,dan
$QJNXWDQ -DODQ µ mempertimbangkan hal lain yang meringan-
Bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan kan hukuman Abdul Qadir Jaelani karena
mempertimbangkan apakah fakta-fakta persi- adanya perdamaian antara keluarga terdakwa
dangan dapat diterapkan ke dalam pasal yang dengan para korban.
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum Keluarga terdakwa dianggap bertang-
kepada para terdakwa. gung jawab menanggung biaya pengobatan
Bahwa segala sesuatu yang terurai dan pemakaman para korban yang luka
dalam Berita Acara Persidangan merupakan maupun meninggal dunia. Bahkan keluarga
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Abdul Qadir Jaelani bersedia memberikan
Putusan ini (Mutatis Mutandis). santunan, ganti rugi, membiayai kehidupan
Para terdakwa telah didakwa oleh Jaksa keluarga korban dan menanggung biaya
Penuntut Umum dengan dakwaan Alternatif pendidikan hingga perguruan tinggi bagi anak
satu yaitu melanggar Pasal 310 ayat (1), (3) dan korban yang meninggal dunia.
(4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dengan begitu, majelis hakim tidak
dan Angkutan Jalan, dan alternatif kedua yaitu menjatuhkan hukuman pidana dan mengem-
melanggar Pasal 310 ayat (2) UU No. 22 Tahun balikan terdakwa pada orang tuanya. Majelis
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. hakim juga beralasan, keputusan tersebut
Sesuai dengan bentuk surat dakwaan supaya anak tumbuh dan berkembang secara
yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, optimal ´Menimbang putusan tersebut
maka Hakim memiliki kebebasan untuk orangtua yang masih sanggup sangat
memilih salah satu dakwaan mana yang paling mengharapkan terdakwa kearah yang lebih
tepat diterapkan terhadap perbuatan terdakwa baiNµ.
dan sesuai dengan fakta-fakta di persidangan Artinya Terdakwa sebagai anak yang
maka Hakim menyimpulkan bahwa perbuatan berkonflik dengan hukum tidak akan
terdakwa lebih tepat diterapkan terhadap bersentuhan dengan peradilan pidana yang
dakwaan Kesatu melanggar Pasal 310 ayat (1), artinya upaya perubahan paradigma yang
(3) dan (4) UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu menjadikan hukuman terhadap anak yang
Lintas dan Angkutan Jalan. berkonflik dengan hukum, telah bersifat
Berkaitan dengan hak Negara untuk mendidik dan menyentuh hati nurani sang
menghukum, pada bagian ini penulis akan anak karena seperti yang kita ketahui jika
memaparkan unsur-unsur bagaimana pertim- anak dimasukan ke dalam Lembaga
Nashriana. Ilmu Hukum Pidana Anak dari Supramono, Gatot. (2000). Hukum Acara
Filsafat Pemidanaan ke Teori Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan.
Pertanggungjawaban Pidana Dogmatik
Hukum dan Praktik Hukum. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2003
[Penelitian Mandiri, tidak tentang Perlindungan Anak (Lembaran
dipublikasikan]. Universitas Sriwijaya. Negara RI Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
Pane, Erina. (2010). Bentuk-Bentuk 4235).
Perlindungan Bagi Anak Yang
Berkonflik dengan Hukum, Jurnal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Keadilan Progresif. 1(1). September. Perkawinan (Lembaran Negara RI tahun
1974 Nomor 12 Tahun 1975).