Anda di halaman 1dari 13

197

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BERHADAPAN


DENGAN HUKUM PADA MASYARAKAT DAYAK KANAYATN
(Kajian Perbandingan Terhadap Sistem Peradilan Pidana Anak)
Sri Ismawati
Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
E-mail: isma_fh@yahoo.co.id

Abstract

Law enforcement in a delinquency case still colored by formal. The approach of this way can be a crimino-
gen factor. Different with Law enforcement of common law of Dayak Kanayant, the settlement of child
case is done in discussion and family oriented in one forum of local wisdom of Barukupm Adat. The mecha-
nism of Barukupm Adat can be used as a model of child case settlement which is more suitable in need be-
cause it is carryng values and protection and balance principles.

Key words : ….. resolution mechanism customary law, children in conflict with the law

Abstrak

Penegakan hukum dalam perkara anak-anak delinkuen masih diwarnai oleh cara penyelesaian yang
formal legalistik. Pendekatan dengan cara ini dapat menjadi faktor kriminogen. Berbeda dengan
penegakan hukum adat yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kanayatn, penyelesaian perkara anak
dilakukan secara musyawarah dan bersifat kekeluargaan dalam satu forum kearifan lokal Barukupm
Adat. Mekanisme Barukupm Adat ini dapat dijadikan suatu model penyelesaian perkara anak yang
lebih sesuai dengan kebutuhan karena mengusung nilai dan asas perlindungan dan keseimbangan.

Kata kunci: pengadilan anak, mekanisme penyelesaian Adat, anak yang berhadapan dengan hukum

Pendahuluan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002


Anak adalah tunas bangsa yang memiliki secara implisit telah memberi dasar hukum dan
peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat ruang lingkup yang jelas tentang jaminan per-
khusus. Anak sebagai tunas bangsa adalah lindungan anak dimaksud. Salah satu bentuk
generasi yang potensial penerus cita-cita dan
tentang anak maupun tidak, antara lain UU No. 4/1979
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan tentang Kesejahteraan Anak, UU No.3/1997 tentang
negara pada masa depan. Negara memikul Pengadilan Anak, UU No. 23/2002 tentang Perlindungan
Anak, UU No. 23/2004 tentang PKDRT, UU No.13/2006
tanggungjawab memberi jaminan atas kese- tentang Perlindungan Saksi dan Korban, UU No. 21/2007
jahteraan anak-anak secara konstitusional da- tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang, dan lain-lain. Termasuk pula di dalamnya ber-
lam Undang-Undang Dasar 1945. Secara hie- bagai instrument internasional yang telah diratifikasi In-
rarkis dikeluarkan dan disahkan berbagai pro- donesia, antara lain Konvensi Hak Anak: ratifikasi mela-
lui Keppres No. 36/1990, Konvensi No. ILO 138/1973:
duk hukum yang menjadi dasar kebijakan dan ratifikasi melalui UU No.2/1999 tentang batas usia anak
rambu-rambu dalam memperlakukan anak-anak bekerja, Konvensi ILO No. 182: ratifikasi melalui UU No.
1/2000 tentang Pelarangan bentuk-bentuk pekerjaan
Indonesia, mulai dari produk hukum nasional terburuk bagi anak, dan lain-lain. Disamping itu berba-
dan produk hukum internasional yang telah gai instrument internasional dalam bentuk prinsip-prin-
sip internasional, standart, pedoman yang termuat da-
diratifikasi Indonesia1. lam berbagai resolusi PBB juga lahir sebagai perwujud-
an kepedulian dunia terhadap nasib anak-anak, antara
lain: Resolusi MU-PBB 40/33 Tahun 1985 tentang UN

Tulisan ini merupakan hasil penelitian mandiri yang di Standart Minimum Rules for the Administration of Juve-
biayai oleh DIPA Fakultas Hukum UNTAN Tahun Ang- nile Justice, Resolusi MU-PBB 43/121 tahun 1988 ten-
garan 2011 tang The use of Children in the Illicit Traffic in Narcotic
1
Untuk memberi perlindungan terhadap anak secara nor- Drugs, Resolusi PBB MU-PBB 45/112 tahun 1990 tentang
mative Indonesia telah memiliki tidak kurang 15 buah UN Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquen-
produk hukum, baik yang secara khusus mengatur cy, dan lain-lain.
198 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

perlindungan yang diberikan hukum adalah ke- Selaras dengan pemikiran di atas Peratur-
tika anak berada dalam proses penahanan yang an-peraturan Minimum Standar PBB tentang
merampas kemerdekaan anak, ketika anak ber- Administrasi Peradilan bagi Anak (Beijing Rules)
ada dalam proses peradilan dan ketika anak Pasal 1 angka 4 menentukan bahwa peradilan
mendapat vonis penjara. Perlindungan anak bagi anak hendaknya dipandang sebagai bagian
dalam tahap ini penting dikedepankan meng- yang integral dari proses pembangunan nasional
ingat proses ini menunjukan kecenderungan setiap negara dalam suatu kerangka menyelu-
bersifat merugikan anak di masa mendatang, ruh dari keadilan sosial bagai seluruh anak, de-
akibat dari adanya stigma.2 ngan demikian, pada saat bersamaan, membe-
Himbauan Perserikatan Bangsa-Bangsa rikan andil bagi perlindungan kaum muda dan
kepada setiap negara agar mengakui dan mem- pemeliharaan ketertiban yang damai dalam ma-
perjuangkan pelaksanaan hak-hak anak melalui syarakat”. Konvensi Hak Anak/Convention on
undang-undang maupun peraturan lainnya yang The Rights of The Child menentukan bahwa
sesuai dengan asas-asas perlin-dungan terhadap proses hukum dilakukan sebagai langkah terak-
hak-hak anak,3 sehingga dirumuskannya UU No. hir dan untuk masa yang paling singkat dan la-
3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak bertuju- yak. Proses pidana dalam sistem peradilan pi-
an untuk menciptakan perlindungan khusus ke- dana formil yang dialami anak lebih banyak
pentingan hukum anak yang bermasalah dengan berpengaruh buruk pada masa depannya6.
hukum pidana sebagaimana terlihat dalam Kon- Berbeda dengan peradilan formal yang
sideran menimbang huruf a UU No. 3 Tahun telah ada pengaturannya menurut UU No. 3 Ta-
1997. hun 1997 tentang Pengadilan Anak, mekanisme
Proses penyelesaian perkara anak yang penyelesaian perkara anak bermasalah dalam
terlibat masalah hukum, harusnya berbeda de- masyarakat Adat Dayak Kanayatn memiliki ka-
ngan orang dewasa. Prosedurnya harus dilaku- rakteristik yang sangat kental dengan isu per-
kan secara cermat, agar anak tetap mendapat- lindungan anak dalam perkembangan dunia glo-
kan perlindungan secara maksimal. Faktanya bal, yaitu meng-gunakan model mediasi dan
Sebaik apapun pengaturan peradilan formal ba- menghindari sejauh mungkin mekanisme formal
gi anak, diyakini tidak pernah berdampak baik dalam sistem peradilan pidana Negara.
pada anak karena akan menimbulkan trauma, Masyarakat Dayak Kanayatn merupakan
stigmatisasi dan resiko mengalami kekerasan gambaran masyarakat yang tergolong maju
dan eksploitasi.4 Maknanya adalah bahwa pena- yang masih menjunjung adat dan hukum adat
nganan perkara-perkara pidana harus diselesai- mereka. Etnis ini hidup dalam teritorial ter-
kan secara khusus dalam proses persidangannya tentu dengan sistem sosial, institusi, kebia-
yang mencerminkan upaya perlindungan hukum
terhadap anak-anak bermasalah5. 6
Berarti, proses penyidikan, penangkapan, penahanan
dan pemenjaraan kepada anak bermasalah hukum me-
ngakibatkan trauma dan berpengaruh buruk terhadap
masa depan anak, maka sebaiknya dihindari tindakan
2
Angkasa, Saryono Hanadi dan Muhamad Budi Setyadi, memasukan anak yang bermasalah dengan hukum ke
“Model Peradilan Restoratif dalam Sistem Peradilan dalam proses formal. Beijing Rules dalam Pasal 11 me-
Anak (Kajian tentang Praktek Mediasi Pelaku dan nyatakan bahwa: (1) Apabila perlu, pertimbangan harus
Korban dalam Proses Peradilan Anak Di Wilayah Hukum diberikan kepada pejabat yang berwenang untuk me-
Balai Pemasyarakatan Poerwokerto”, Jurnal Dinamika nangani anak pelaku tindak pidana tanpa mengikuti
Hukum, Vol 9 No.3 September 2009, hlm. 186. proses peradilan formal; (2) Polisi, jaksa atau lembaga
3
Shinta Rukmi Widiastuti, “Sanksi Pidana Alternatif da- lain yang menangani kasus anak nakal harus diberikan
lam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia”, Jurnal kewenangan untuk menangani kasus tersebut dengan
Wacana Hukum, Vol IX 1 April 2010, hlm 13. kebijaksanaan mereka tanpa melalui peradilan formal,
4
Harris Retno Susmiyati dan Hariyanti, “Sistem Peradilan sesuai kriteria yang tercantum dalam tujuan dalam
Anak Di Indonesia dalam Perspektif HAM”, Jurnal Risa- tujuan system hukum yang berlaku dan sesuai dengan
lah Hukum, Juni 2007, hlm. 42. asas asas dalam ketentuan ini. (3) Setiap diversi yang
5
Muhammad Azil Maskur, ”Perlindungan Hukum Terha- melibatkan penyerahan kepada masyarakat atau pela-
dap Anak nakal (Juvenele Delequency) Dalam Proses yanan lain yang dipandang perlu, membutuhkan perse-
Acara Pidana Indonesia”, Jurnal Pandecta, Jurnal tujuan anak, atau orang tua/walinya. Keputusan untuk
Penelitian Ilmu Hukum, Vol. 7 No. 2 Tahun 2012, hlm. mengalihkan kasus harus tunduk pada peninjauan kem-
172. bali pejabat yang berwenang pada praktiknya.
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 199

saan dan hukum adat tersendiri. Sebagian be- Dari jumlah yang dilaporkan ke Resort
sar mata pencaharian mereka adalah berla- Landak sebanyak 122 kasus (51,91 %) disele-
dang, dan berkebun. Pada saat ini banyak saikan melalui mekanisme Barukupm Adat, yai-
juga di antaranya yang bekerja sebgai pega- tu suatu mekanisme penyelesaian melalui pera-
wai pemerintah. Mayoritas masyarakat Dayak dilan Adat, dan sisanya diselesaikan melalui pe-
pada umumnya dikenal bersikap polos, ra- ngadilan dan perdamaian. Tidak jarang perkara
mah, suka berbagi kemujuran, demokratis, anak juga diselesaikan dengan menggunakan 2
memiliki semangat komunitas yang tinggi, (dua) sistem hukum, yaitu hukum positif dan
dan memiliki rasa hormat yang tinggi kepada hukum adat.7
alam lingkungan hidupnya. Menghadapi dualisme sistem hukum ini
Pengamatan di lokasi penelitian, pola ke- keputusan adat dianggap “mengikat” pada pi-
hidupan masyarakat Dayak yang tradisional hak-pihak yang terlibat, namun putusan ter-
sudah kurang terlihat lagi, rumah-rumah mereka sebut hanya menjadi “pertimbangan” bagi
bukan lagi model rumah panjang (Betang) se- aparat hukum jika suatu sengketa diproses di
bagaimana rumah-rumah Dayak tradisionil, sistem formal.8
tetapi sudah menjadi rumah-rumah secara
tunggal. Adanya perubahan-perubahan ini jelas Permasalahan
sebagai akibat dari mulai lancarnya komunikasi Berdasarkan uraian di atas masalah pe-
dan informasi yang masuk melalui media elek- nelitian yang diangkat adalah, bagaimana
tronik semacam televisi dan peningkatan pen- perbandingan penyelesaian perkara anak da-
didikan di kalangan masyarakatnya. Selain itu lam Masyarakat Dayak Kanayatn sebagai satu
lokasi penelitian sendiri sudah sedemikian ter- mediasi informal dengan pengadilan anak me-
buka, sehingga memudahkan proses perubahan nurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997?
kehidupan keseharian mereka, termasuk sikap,
pola pikir dan wawasan pengetahuan mereka. Metode Penelitian
Walaupun kehidupan modern sudah me- Penelitian ini menggunakan metode so-
rambah kehidupan masyarakat di kecamatan sio-legal, melalui metode penelitian sosiologis
pedalaman ini, namun kehidupan yang berhu- (lapangan) dan penelitian kepustakaan untuk
bungan dengan adat istiadat dan kepercaya- menentukan langkah-langkah penelitian guna
an mereka hingga kini masih diyakini secara menemukan gambaran tentang mekanisme pe-
turun temurun. Demikian pula dengan eksis- nyelesaian perkara anak dalam masyarakat Da-
tensi hukum adat yang hingga kini masih di- yak Kanayatn, asas-asas yang terkandung, serta
gunakan untuk menyelesaikan delik pidana peran fungsionaris dalam tiap penyelesaian per-
adat yang terjadi dalam teritorial mereka, kara anak tersebut.
termasuk menyelesaikan delik pidana adat Data yang diperoleh dideskriptifkan dan
yang dilakukan oleh anak. dielaborasi berdasarkan pendekatan interpre-
Data yang di dapat dari Resort Landak tatif untuk memahami makna yang terkandung
Polda Kalimantan Barat selama kurun waktu 3 dalam setiap mekanisme dalam penyelesaian
(tiga) tahun terakhir yang mayoritas masyara-
7
katnya adalah suku Dayak Kanayatn tercatat Lihat tulisan Karolus Kopung Medan, “Peradilan Berbasis
Harmoni Dalam Guyub Budaya Lamaholot-Flores”, Jur-
telah terjadi 235 tindak pidana yang dilakukan nal Dinamika Hukum, Vol 12 No.2 Mei 2012, hlm.209 :
bahwa sekalipun peradilan negara sudah ditetapkan
oleh anak, dengan rincian tahun 2010 dilapor-
sebagai wadah resmi untuk menyelesaikan sengketa
kan 73 kasus, tahun 2011 dilaporkan 88 kasus yang dihadapi oleh masyarakat, namun tidak menutup
kemungkinan bagi masyarakat di tingkat lokal untuk
dan tahun 2012 dilaporkan 74 kasus, dengan
menyelesaikan sengketanya melalui wadah peradilan
jenis tindak pidana pencurian, penganiayaan, adat yang dikemas mengikuti tradisi masing-masing
perkosaan, persetubuhan, pengeroyokan dan daerah (kelompok suku) Bahkan terkadang pula terjadi
perpaduan antara kedua pola tersebut,
pencabulan. 8
Trisno Raharjo, “Mediasi Pidana dalam Ketentuan Hu-
kum Pidana Adat”, Jurnal Hukum, Vol. 17 No. 3 Juli
2010, hlm. 499.
200 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

perkara anak secara induktif, bersifat holistik, ngan mewawancarai objek penelitian dengan
deterministik maupun pragmatik. Penelitian ini menggunakan prinsip snow ball, hingga ditemu-
merupakan penelitian kualitatif,9 yang dilaku- kan data yang valid dan dirasakan cukup oleh
kan dengan tahapan sesuai dengan pendekatan peneliti.
yang digunakan. Disamping itu sesuai dengan Untuk tujuan ini peneliti memilih Res-
masalah, maka digunakan pula metode kompa- ponden dari mulai Kepala-kepala dusun, Ketua
ratif untuk mengkaji mekanisme penyelesaian Adat Dayak Kanayatn Kabupaten Landak, Ketua
yang digunakan dalam masyarakat adat dan pe- adat Dayak Kanayatn Toho, Kepala Resort Lan-
raturan Negara. dak, penyidik Polri Landak dan beberapa res-
Penelitian ini dilakukan dengan pende- ponden dari masyarakat Dayak Kanayatn yang
katan verstehen atau interpretatif. Pendeka- penulis anggap benar-benar mengetahui dan
tan verstehen atau interpretatif digunakan ka- terlibat lansung dengan penyelesaian perkara
rena penelitian ini menekankan pada pema- anak.
haman makna secara interpretatif terhadap
pola-pola tingkah laku manusia sebagai gejala Pembahasan
sosial; mencari makna dengan cara menafsirkan Eksistensi Hukum Adat Dayak Kanayatn dalam
tindakan-tindakan atau fenomena sosial yang Menyelesaikan Perkara Anak
ada sebagai upaya menelaah mekanisme yang Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002
dijalankan, asas yang mendasari dan peran tentang Perlindungan Anak menentukan bahwa
fungsionaris dalam menyelesaikan perkara anak anak adalah seseorang yang belum berusia 18
dan menemukan adanya perbedaan dengan (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
mekanisme penyelesaian menurut UU No. 3 Ta- masih dalam kandungan. Pasal 1 ayat 1 UU No.
hun 1997 melalui: pertama, menemukan dan 3 Tahun 1997 membatas pengertian anak ada-
menerapkan hukum-hukum alamiah pada ma- lah orang yang berperkara anak nakal telah
syarakat, dalam konteks penyelesaian perkara mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
anak melalui sistem peradilan anak yang ber- mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
laku saat ini; kedua, menerapkan masalah-ma- belum pernah kawin.
salah sosial pada masyarakat, khususnya anak Berdasarkan ketentuan yuridis formal,
yang melakukan tindak pidana; dan ketiga, dalam menentukan kedewasaan seseorang dida-
menggunakan alasan alamiah dalam masyarakat sarkan atas kematangan biologis dan psikis (ke-
secara sistematik sebagai gambaran pembukti- jiwaan), sedangkan menurut ketentuan hukum
an stigma masyarakat terhadap anak yang per- adat untuk menentukan kedewasaan seseorang
karanya diselesaikan melalui sistem peradilan hanya dilihat dari kematangan biologis saja.10
pidana anak yang digunakan oleh lembaga pe- Majelis Umum PBB dalam Standard Minimum
nyidik kepolisian saat ini. Rules for the Administration of Juvenile Justi-
Analisis data dalam penelitian ini mela- ce atau yang dikenal dengan Beijing Rules
lui penalaran dilakukan melalui 3 (tiga) taha- mendefisinikan anak yang bermasalah dengan
pan yaitu tahapan reduksi data, penyajian da- hukum adalah “a child or young person who is
ta dan verifikasi data. Pengumpulan data se- alleged to have committed or who has been
kunder dilakukan melalui penelitian kepustaka- found to have committed an offence (anak
an dan studi dokumen. Pengumpulan data pri- yang disangka, dituduh atau diakui melang-gar
mer dilakukan dengan cara observation (penga- ketentuan hukum pidana).
matan) dan depth interview (wawancara men- Secara lebih khusus Pasal 1 ayat (2) UU
dalam), dilakukan dengan menentukan secara No. 3 Tahun 1997, (berganti UU No. 11 Tahun
purposive informan kunci dan dilanjutkan de- 2012, yang akan diberlakukan pada tanggal 30

9 10
Agus Salim, 2006, Teori dan Paradigma Penelitian So- Layyin Mafiana, “Perlindungan Hukum Terhadap Ter-
sial, Edisi Kedua, Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm.180– sangka Anak sebagai Upaya Melindungi Hak Anak”,
181; Jurnal Muwazah, hlm.3.
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 201

Juli 2014), mengartikan anak nakal adalah anak adat,11 sehingga hukum adat tidak dibentuk
yang melakukan tindak pidana atau anak yang oleh negara akan tetapi lahir dari tradisi ma-
melakukan perbuatan yang dinyatakan terla- syarakat sebagai pernyataan budayanya12
rang bagi anak, baik menurut peraturan per- Beranjak dari hal itu, penyelesaian per-
undang-undangan maupun menurut peraturan kara anak pada masyarakat Dayak Kanayatn di
hukum lain yang hidup dan berlaku dalam ma- Kalimantan Barat menggambarkan suatu kese-
syarakat yang bersangkutan. imbangan hubungan sosial maupun perilaku
Himbauan Perserikatan Bangsa-bangsa kearifan lokal masyarakat adat. Falsafah ma-
kepada setiap negara agar mengakui dan mem- syarakat Dayak Kanayatn, anak adalah genera-
perjuangkan pelaksanaan hak-hak anak melalui si yang masih labil dalam pemikiran dan kare-
undang-undang maupun peraturan lainnya yang nanya pelanggaran atas norma masyarakat
sesuai dengan asas-asas perlindungan terhadap yang dilakukan atau dilatarbelakangi oleh ke-
hak-hak anak, telah diakomodir dan dirumuskan kurangmatangan pikiran anak, sehingga per-
dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan tanggungjawaban dibebankan kepada orang
Anak. tua atau keluarganya.
Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1997, Pasal Setiap pelanggalan yang dilakukan oleh
2 menentukan bahwa pengadilan anak adalah anak diselesaikan melalui forum adat yang me-
pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di libatkan semua pihak, baik dari pihak fungsio-
lingkungan Peradilan Umum. Berarti proses per- naris adat, anak pelaku dan keluarganya, kor-
adilan pidana anak dilaksanakan oleh lembaga- ban dan keluarganya, serta saksi-saksi yang
lembaga peradilan pidana, yaitu kepolisian, ke- mengetahui kejadian tersebut. Penyelesaian
jaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyara- perkara anak yang diselesaikan melalui forum
katan. Di samping ketentuan formal tersebut, seperti yang dipraktikkan oleh masyarakat da-
banyak daerah di Indonesia dimana terdapat yak kanayatn tergolong mirip dengan model
masyarakat adat juga dikenal satu sistem hu- penyelesaian perkara dalam peradilan restora-
kum yang terus hidup dan dipedomani dalam tive13 yang diusung dan disarankan oleh banyak
menyelesaikan masalah-masalah kehidupan ma- pakar dan lembaga yang memiliki komitmen
syarakat. Keteguhan masyarakat yang terus terhadap perlindungan anak.14
mempertahankan hukum yang hidup didasari Peradilan restoratif sendiri merupakan
oleh sifat dan karakteristik hukum informal ini peradilan yang beresensikan keadilan restora-
lebih sesuai dengan falsafah, kepribadian dan tif. Secara historis perkembangan pendekatan
jiwa masyarakatnya, dengan asas-asas yang ter- keadilan restoratif sesungguhnya berakar dari
kandung dan memiliki makna dalam setiap pe- nilai-nilai tradisional dalam masyarakat tradi-
nyelesaian perkara yang muncul. sional, seperti nilai keseimbangan, harmonisasi
Laurensius Gawing menulis, bahwa se- serta kedamaian.15 Jadi Hakekatnya proses per-
bagai sebuah sistem hukum yang hidup dan adilan restoratif dilakukan melalui diskresi al-
berkembang di masyarakat, peradilan adat
sesungguhnya mengemban peranan penting 11
Laurentius Gawing, 2010, Peradilan Adat: Keadilan
bagi peradaban komunitas adat di Indonesia. Yang Ternafikan, Majalah Forum, edisi Tahunan, hlm
Terutama karena fungsinya sebagai pilar yang 1.
12
Syamsudin, ”Beban Masyarakat Adat Menghadapi Hukum
menjaga keseimbangan hubungan sosial mau- Negara”, Jurnal Hukum, No. 3 Volume 15 Juli 2008,
hlm. 340.
pun perilaku kearifan lokal masyarakat adat 13
Noeke Sri Wardhani, “Penerapan Pidana Alternatif Bagi
seperti, menjaga harmonisasi hubungan anta- Anak Pelaku Tindak Pidana di PN Bengkulu”, Jurnal
Kriminologi Indonesia, Vol. V No.11 Agustus 2009, hlm.
ra masyarakat dan alamnya. Dengan demikian
48.
peradilan adat tidak lagi hanya berfungsi se- 14
Elly Sudarti, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak
bagai pilar penyeimbang, akan tetapi telah Dalam Proses Adjudikasi”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2
No. 2 tahun 2011, hlm. 2.
menjelma menjadi entitas budaya masyarakat 15
Eva Achjani Zulfa, “Keadilan Restoratif Dan Revitalisasi
Lembaga Adat Di Indonesia”, Jurnal Kriminologi, Vol. 6
No. II Agustus 2010, hlm. 184
202 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

ternatif diversi, yaitu upaya pengalihan dari Masyarakat Dayak mulanya tinggal di tepi laut
proses peradilan pidana formal melalui penye- dan dipinggir sungai Kapuas, karena didesak
lesaian secara musyawarah.16 Musyawarah me- oleh pendatang dari masyarakat lain mereka
rupakan media yang dapat dilakukan dalam pindah ke hulu, sejak itu mereka disebut
mencari jalan terbaik atas suatu masalah yang “orang Hulu atau orang Dayak”. Para penda-
timbul akibat dilakukannya tindak pidana, de- tang menyebut dirinya dengan “suku Melayu”,
ngan melibatkan pelanggar, orang tua, korban, “Suku Bugis”, “Suku Cina”, dan lainnya, sehing-
keluarga besar, sekolah dan teman sebaya. 17 ga mereka menyebut dirinya dengan suku/ma-
Tokoh masyarakat, kepala sekolah atau guru syarakat “ Dayak” (hulu) hingga kini dan masya-
dapat dijadikan sebagai mediator dalam musya- rakat Dayak menyebut suku-suku pendatang de-
warah tersebut, sebagaimana dianjurkan oleh ngan sebutan “orang laut”.
PBB secara eksplisit melalui Resolusi MU-PBB 40/ Menurut penelitian CH. F. H. Duman, pa-
33 Tgl 29 Nopember 1985 Ttg UN Standart Minimum da tahun 1924 seluruh pulau Kalimantan ber-
Rules For The Administraion Of Juvenile Justice jumlah empat ratus lima suku kekeluarga-an18.
(The Beijing Rules) yaitu: pertama, Pasal 11 ang- Kehidupan masyarakat dikenal bersifat religious
ka 1 Pertimbangan akan diberikan, bilamana la- magis dan tidak memisahkan antara kehidupan
yak, untuk menangani pelanggar-pelanggar hu- nyata dan gaib. falsafah mereka, alam ini me-
kum berusia muda tanpa menggunakan penga- rupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisah-
dilan formal oleh pihak berwenang yang ber- kan. Di lihat dari sub-sub suku, Dayak Kana-
kompeten, yang dirujuk pada peraturan 14.1.; yantn merupakan salah satu sub suku yang
kedua, Pasal 11 angka 2 Polisi, penuntut umum menjalani proses perkembangan Masyarakat
atau badan-badan lain yang menangani perka- yang berasal dari keturunan riasinir dengan
ra-perkara anak hendaknya diberi kuasa untuk Dara Itabm yang memulai kehidupannya di
memutuskan perkara-perkara demikian, menu- sebuah kampung di wilayah Kabupaten Landak
rut kebijaksanaan mereka tanpa menggunakan Pontianak, meskipun saat ini banyak dari
pemeriksaan awal yang formal, sesuai kriteria warga suku Dayak Kanayantn sudah menyebar
yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sis- ke kota-kota, tetapi tetap patuh pada adat is-
tem hukum masing-masing dan juga sesuai de- tiadat, hukum adatnya dan tidak melupakan
ngan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam leluhurnya. Hal ini terbukti telah terbentuknya
peraturan-peraturan ini; dan ketiga, Pasal 11 beberapa dewan adat di setiap kabupaten dan
angka 3 Pengalihan apapun yang melibatkan ru- telah melaksanakan musyawarah adat (musdat)
jukan kepada masyarakat atau pelayanan lain untuk menyempurnakan keberadaan hukum
akan memerlukan persetujuan anak tersebut, adat masyarakat Dayak di Kalimantan Barat.
atau orang tua atau walinya, dengan syarat
bahwa keputusan merujuk perkara itu tergan- Persepsi Masyarakat Dayak Kanayatn Tentang
tung pada kajian pihak berwenang yang ber- Perkara Anak
kompeten atas permohonan. Masyarakat Dayak tidak mengenal pemi-
Penyelesaian perkara anak melalui pro- sahan antara hukum adat pidana (materil) de-
ses peradilan restoratif telah dilakukan Masya- ngan hukum acaranya (formil). Hukum adat
rakat Dayak pada umumnya. Masyarakat dayak pidana Dayak merupakan suatu kesatuan dan ti-
merupakan penduduk asli pulau Kalimantan. dak mengenal pemisahan antara pelanggaran
dengan kejahatan. Masyarakat Dayak hingga
16
Lihat tulisan Aditya Wisnu Mulyadi dan Ida Bagus Ray saat ini masih memegang teguh hukum pidana-
Djaya, “Penerapan Sanksi yang Berkeadilan Terhadap
nya. Demikian pula halnya terhadap anak tidak
Anak Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak”, Jurnal Kertha Wicara, Vol. 2 mengenal pemisahan antara perkara dewasa
No.1 edisi Februari 2013, hlm. 4.
17
Musakkir, “Kajian Sosiologi Hukum Terhadap Penerapan
18
Prinsip Keadilan Restoratif dalam Penyelesaian Perkara JU. Lontaan, 1975, Sejarah Hukum Adat dan Adat Isti-
Pidana”, Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa, Vol. 19 adat Kalimantan Barat, Pontianak: Sekretariat Pemda
No. 3 September 2011, hlm. 214. Tingkat 1 Kalimantan Barat. hlm .49
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 203

dan anak. Masyarakat Dayak Kanayatn hanya mengucapkan kata-kata tidak sopan/kasar ter-
melihat dari sisi perbuatan, bahwa perbuatan hadap orang lain, sehingga membuat orang lain
yang dilakukan oleh setiap warga suku ini apa- merasa dipermalukan; kedua, Adat sumbang
kah dia laki perempuan, anak atau dewasa te- mata atau adat siku yang berarti suatu tindak-
lah melanggar ketentuan-ketentuan adat. an adat terhadap seorang pria atau wanita
Hasil wawancara dengan Vensencius Syai- yang didapat sedang berduan di suatu tempat
dina (VS), ketua adat Masyarakat Dayak Kana- baik di tepian (tempat mandi), di jalan/di hu-
yatn, Kabupaten Landak diperoleh gambaran tan, dan di dalam rumah walaupun tidak se-
bahwa hukum adat mulai berlaku ketika terjadi dang melakukan perbuatan zinah; ketiga, Adat
pelanggaran adat, sehingga secara lebih luas kampankng (kampang) dara bujang dalam arti-
perkara anak dapat dimaknai sebagai pelang- an tindakkan hukuman adat yang diberlakukan
garan ketentuan adat yang dilakukan oleh terhadap seorang pria yang masih bujangan
anak. Bagi masyarakat Dayak Kanayatn berba- berbuat zinah dengan seorang wanita yang
gai ketentuan hukum adat itu sudah diberlaku- masih gadis baik dibuk-tikan telah hamil atau
kan sejak zaman nenek moyang mereka dan tidak, hal ini berlaku apabila mereka bersedia
memiliki konsekuensinya tertentu, dan meng- untuk menikah; keempat, Adat Mantul mimih
andung beberapa makna. Pertama, bersifat re- artinya adalah suatu adat yang dapat diberlaku-
ligious, moralitas dan kontanisasi; kedua, seba- kan terhadap orang melakukan tindakan keke-
gai usaha untuk merehabilitasi dan memulih- rasan terhadap orang lain, sehingga menimbul-
kan hubungan harmonis terhadap seseorang kan sakit di bagian dalam tubuh/tanpa luka;
yang telah berbuat suatu pelanggaran serta kelima, Adat Bangunpati, disebut juga Adat
kelompok-kelompok masyarakat yang berseli- Pakatangan yaitu hukuman adat yang dapat di-
sih; dan ketiga, konsekuensi bagi masyarakat berlakukan terhadap seorang atau kelompok
Dayak umumnya dan Dayak kanayatn khusus- yang mengakibatkan orang lain luka berat, ba-
nya telah sejak lama menegakkan supremasi nyak mengeluarkan darah, patah tulang baik
hukum. Sama halnya dengan pemaknaan perka- sengaja maupun tidak sengaja; keenam, Adat
ra anak dan dewasa yang tidak mengenal pemi- Bala`(belah/setengah) nyawa, berlaku terha-
sahan, maka hukum adatnya pun tidak menge- dap tindakan baik sengaja atau tidak oleh sese-
nal pembedaan perlakuan jika pelanggaran itu orang atau berkelompok sehingga mengakibat-
dilakukan oleh anak atau dewasa. Sifatnya yang kan orang lain dalam keadaan bahaya antara
menyeluruh menjadikan semua pelanggaran sa- hidup atau mati; ketujuh, Adat raga Nyawa
ma diproses melalui forum adat oleh fungsio- (Adat penganti Organ Tubuh) adalah adat yang
naris adat. Dari sekian banyak perbuatan yang harus dibayar atas perbuatan seseorang atau
dilarang dan sanksi adat yang mengancam para bersama-sama, walaupun tidak sengaja hingga
pelanggar, dapat dipilah dalam beberapa bagi- menghi-langkan nyawa orang lain; kedelapan,
an. Jenis sanksi adat dimaksud adalah: hukum- Adat Ka Ingkar atau Adat Pongah, yaitu hukum-
an adat berdarah merah; hukuman adat berda- an adat yang diberlakukan terhadap seseorang
rah putih; dan hukuman adat na`manjahana. yang melakukan suatu tindakan berucap kasar/
Reponden VS selanjutnya menjelaskan menantang sehingga membuat orang lain men-
bahwa Hukuman adat berdarah merah, meru- jadi ketakutan atau teramat malu; dan kesem-
pakan hukuman adat yang dikenakan atas se- bilan, Adat Ngaru-mayak (melakukan pengeru-
mua jenis kasus dalam bentuk perkelahian atau sakan) terhadap barang atau hak orang lain de-
pun semua jenis kasus yang kemungkinan akan ngan menggunakan alat/senjata yang terbuat
berdampak buruk terhadap keselamatan nyawa dari besi (parang, cangkul, senapan atau lain-
seseorang. Hukum Adat berdarah Putih adalah nya) atas da-sar sikap emosional. Hukuman
adat pelanggaran moral/etika, yang terdiri da- adat na`manjahana, yaitu hukuman adat yang
ri: pertama, Adat comel mulut artinya adat dikenakan atas semua kasus yang menyangkut
yang dapat diberlakukan terhadap seorang yang harta benda dan tata karma seperti misalnya
204 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

kasus ancaman hak, capa molot ataupun basa. Bila suatu perbuatan belum ada ketentuan de-
Jenis hukuman adat na`manjahana ini sering liknya, bahkan masyarakat pada masa lalu tidak
dise-but sebagai kasus adat ka`sukat naka`bu- merasa perbuatan itu mengganggu keseimbang-
bu, ka`psolawakng karamigi, karena semua ka- an, tetapi perbuatan itu kemudian terjadi dan
sus yang tergolong dalam jenis ini dianggap se- dianggap dapat menggangu keseimbangan ma-
bagai kasus tetek bengek yang terjadi dalam syarakat maka pengurus adat/pemuka masyara-
kehidupan sehari-hari dan kehidupan rumah kat adat akan melaksanakan musyawarah untuk
tangga19 menentukan reaksi adat terhadap peruatan itu,
kemudian hasil musyawarah itu akan diterapkan
Asas Hukum Penyelesaian Perkara Anak Ma- pada pelakunya. Dengan demikian dapat dika-
syarakat Dayak Kanayatn takan bahwa perbuatan yang dikenakan pidana
Asas-asas hukum dapat dimaknai sebagai tidak hanya yang sudah jelas dirumuskan dalam
pikiran-pikiran dasar yang ada dalam dan di be- hasil musyawarah atau perbuatan yang sudah
lakang tiap-tiap sistem hukum, yang ada dalam diklasifikasikan tidak benar (salah) oleh masya-
bentuk aturan perundang-undangan dan kepu- rakat, tetapi juga perbuatan yang belum diru-
tusan keputusan pengadilan, yang ketentuan- muskan atau perbuatan yang belum diklasifika-
ketentuan khususnya dan keputusan-keputusan sikan sebagai perbuatan yang salah/jahat ke-
itu dapat dipikirkan sebagai pengejawantahan, mudian mengganggu keseimbangan dalam ma-
dengan ciri-ciri tertentu20. syarakat; kedua, asas kesalahan, perbuatan
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas yang mengandung kesalahan harus dihukum.
ada beberapa asas yang terkandung di dalam- Indikatornya adalah setiap perbuatan yang
nya pada masyarakat Dayak Kanayatn. Perta- mengganggu keseimbangan dalam Masyarakat
ma, asas legalitas, terlihat dari rincian per- mengandung kesalahan. Asas ini akan nampak
buatan-perbuatan yang dilarang yang digolong- dalam penyelesaian sidang adat, walau tidak
kan ke dalam Adat Darah Merah, adat darah pu- nampak dimasyarakat dalam ketentuan hukum-
tih dan na`manjana, Adat comel mulut, Adat an adatnya namun dalam penyelesaian di forum
sumbang mata atau adat siku, Adat kampankng adat unsure kesalahan selalu akan dibuktikan
(kampang) dara bujang, Adat Kampankng Madu, oleh fungsionaris adat dengan melakukan per-
Adat kampankng Karikng(kering), Adat Karaboa, tanyaan-pertanyaan tentang kesengajaan atau
Adat Kampankng Gantukng Kalamur (Kampang ketidaksengajaan pelaku. Dalam sistem pemi-
yang meningalkan bunting/hamil), Adat Ngamar danaan, Unsur kesalahan ini merupakan salah
(adat kawin poligami), Adat Ngamar seorang satu unsur yang harus dipertimbangkan hakim
gadis, Adat Ngamar Barangkat, Adat Barang-kat ketika akan memutuskan suatu perkara anak. 21;
Baranggon, Adat Bacare (adat Bercerai/per- ketiga, asas pertanggungjawaban kolektip/
ceraian), adat Pantanah/Mantanah (Adat Penu- pengganti, pertanggungjawaban pelanggar da-
duh/ Penduduh), Adat Ngalit (Mencuri), Adat lam hukum adat baik terhadap anak atau de-
Panyapu Muha (Adat Permintaan Maaf) dan wasa selalu dibebankan dan kepada pihak ke-
Adat darah Merah (Adat pelanggaran kriminal); luarga atau waris dari akibat kerugian yang di-
timbulkan. Artinya tidak hanya pelaku perbuat-
19
F. Bahaudin Kay, 2000, Pokok-pokok Ketentuan Hukum an pelang-gar delik yang dapat dipidana, juga
Adat Dayak Kanayatn Beserta Uraian Dan Penjelasan-
nya, Mempawah: Tanpa Penerbit, hlm. 9 keluarga dan warga masyarakat tempat per-
20
Asas-asas hukum yang ada pokoknya adalah: 1. Asas-
buatan itu terjadi; keempat, asas penyelesaian
asas hukum suatu yang fundamental dari suatu sistem
hukum; merupakan pikiran-pikiran dasar dalam sistem konflik, terhadap pelanggaran selalu dilakukan
hukum. 2. Asas-asas hukum bersifat lebih umum dari
tindakan penyelesaian secara damai melalui ke-
pada peraturan perundang-undangan dan keputusan-
keputusan hukum, aturan perundangan itu merupakan
pengejawantahan dari asas-asas hukum. 3. asas-asas
21
hukum ada sebagai dasar dari suatu system hukum, dan Nandang Sambas,”Kebijakan Legeslatif Pembaruan Sis-
ada pula yang berada dibelakang; diluar sistem hukum tem Pemidanaan yang dapat Memberikan Perlindungan
tetapi mempunyai pengaruh terhadap system hukum Hukum bagi anak di Indonesia”, Jurnal Hukum Ius Quia
tersebut. Iustum, No. 3 Vol. 19 Juli 2012, hlm. 396.
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 205

tentuan-ketentuan adat oleh pengurus adat dan dapan umum. Semua delik di atas dalam penye-
korban bersedia pula menunggu, bersabar me- lesaian pelanggarannya dilakukan dihadapan
nunggu penyelesaian dari pengurus adat, tidak anggota masyarakat menyaksikan penetapan
main hakim sendiri, bertindak sendiri dengan hukuman terhadap si pelaku dan upacara adat
kekerasan dapat menimbulkan konflik baru, ke- yang dilaksanakan.
damaian dapat dibina maka keseimbangan da-
lam masyarakat dapat tercipta; kelima, asas Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak dan
keseimbangan, masyarakat Dayak Kanayatn se- Peran Fungsionaris Adat
lalu ingin hidup dalam ketentraman dan kete- Penyelesaian perkara anak pada masya-
nangan, bila ada pelanggaran delik maka akan rakat Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat
timbul suatu reaksi dari masyarakat, karena menggambarkan falsafah, anak sebagai gene-
pelanggaran delik itu membuat keseimbangan rasi yang masih labil dalam pemikiran dan ka-
Terganggu. Keseimbangan di sini berkaitan de- renanya pelanggaran atas norma masyarakat
ngan keseimbangan antara perilaku dan tinda- yang dilakukan dilatar belakangi oleh kekurang-
kan dengan alam dan lingkungan. Hal ini berarti matangan pikiran anak, sehingga pertanggung-
bahwa setiap perilaku/tindakan harus menjaga jawaban dibebankan kepada orang tua atau ke-
keseimbangan sosial, perbuatan dan akibat ser- luarganya. Setiap pelanggaran yang dilakukan
ta alam dalam konteks religius magis. Dalam oleh anak diselesaikan melalui forum adat yang
hukum pidana modern, keseimbangan lebih di- melibatkan semua pihak, baik dari pihak fung-
tujukan tidak hanya pada keseimbangan antara sionaris, anak pelaku dan keluarganya, korban
asas legalitas dan asas kulpabilitas, tetapi ju- dan keluarganya serta saksi-saksi yang menge-
ga ditujukan pada keseimbangan antara per- tahui kejadian tersebut.
lindungan/kepentingan korban dan ide indi- Praktik penyelesaian perkara anak pada
vidualisasi pidana; keseimbangan antara un- masyarakat adat Dayak Kanayatn di lakukan
sur/faktor obyektif (perbuatan/lahiriah) dan dalam satu forum atau media yang disebut Ba-
subjektif (orang batiniah/ sikap batin); kese- rukupm Adat yaitu forum untuk memediasi para
imbangan antara kriteria formal dan material; pihak yang terlibat dalam suatu perkara anak.
keseimbangan antara kepastian hukum, ke- Apabila anak melakukan perbuatan yang dila-
lenturan/elastisitas/fleksibilitas dan keadil- rang menurut adat istiadat setempat maka ter-
an; keseimbangan nilai-nilai nasional dan ni- hadap anak diberlakukan sanksi tertentu. Pen-
lai-nilai global/internasional/universal22; ke- jatuhan sanksi dilakukan melalui proses per-
enam, asas perlindungan, asas perlindungan adilan adat dalam sidang adat yang melibatkan
korban terlihat dari diberikannya sejumlah gan- pihak-pihak yang terlibat atau mengetahui ter-
ti kerugian yang telah ditetapkan dalam sidang jadinya perbuatan tersebut. Dalam sidang adat
adat selain sanksi berupa pemulihan alam me- pihak yang dirugikan harus lebih dulu membuk-
lalui upacara adat yang dibebankan kepada pi- tikan adanya pelanggaran, dan forum yang me-
hak pelaku dan keluarganya; ketujuh, asas diasi fungsionaris adat meminta pihak dari ke-
sanksi kumulatif, pidana yang dijatuhkan kepa- luarga pelaku anak proses musyawarah dimulai
da pelanggar delik dapat melebihi satu jenis/ oleh fungsionaris adat sampai pada putusan
bentuk sanksi pidana; dan kedelapan, asas di dijatuhinya sanksi denda atau tidak. Tingkatan-
hadapan umum, pelaksanaan penetapan huku- tingkatan urusan dimaksud secara beruntun
man dilakukan dihadapan umum, sehingga ter- dijelaskan di bawah ini.
kandung prinsip pencegahan umum. Pelaksana- Pertama, tingkat penyelesaian Pangara-
an upacara adat dihadiri oleh anggota masya- ga; Pangaraga yang menjalankan tugasnya da-
rakat dan penetapan hukuman dilakukan diha- lam meyelesaikan masalah yang dilaporkan di-
sebut “Ngaraga”. Seseorang yang mempunyai
22
Marcus Priyo Gunarto, “Asas Keseimbangan dalam Kon- Masalah (urusan) akan datang melaporkan pe-
sep RUU – KUHP”, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 24 ristiwa yang terjadi kepada Pangaraga beserta
No.1 Februari 2012, hlm. 90.
206 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

barang bukti atau menunjukkan berapa orang menjadi dua yaitu Batu Rukupm (Tempayan
sanksi. Setelah yakin dengan yang dilaporkan, Jenis Siton) dan Batu Kalakng Siam Pahar Kuru-
Pangaraga akan memanggil, pihak yang dilapor- bokng (tanah Pahar). Kedua batu urusan ini
kan untuk meneliti kebenaran secara langsung, harus dibayar oleh pihak-pihak yang bersengke-
Sedangkan pihak yang melaporkan (yang me- ta sebelum perkara di sidingkan. Apabila kedua
nuntut) tidak berada di rumah Pangaraga (bo- belah pihak belum menerima putusan Temeng-
leh berada di rumahnya sendiri). Setelah men- gung, maka akan diteruskan pada tingkat se-
dapat keterangan dari pihak yang dituntut, lanjutnya.
maka Pangaraga akan mempertemukan kedua Keempat, tingkat Penyelesaian Dewan
belah pihak. Apabila pihak yang dilaporkan me- Adat. Tingkat Dewan Adat merupakan tingkat
nyangkal tuduhan dan merasa tidak bersalah, terakhir da-lam menyelesaikan perkara yang
Pangaraga akan memberikan “Petuah” (nase- disebut Ba-uji atau Ba-Janji yaitu meneliti sia-
hat) untuk menempuh jalan damai, jika kedua- pa yang benar dan siapa yang salah tetapi tidak
nya masih bersitegang Pangaraga dapat mene- mau mengakui kesalahannya. Batu urusannya
ruskan perkara itu ke tingkat lebih lanjut (Ting- dikenal sirton Kumakng Kurobokng (Tempayan
kat Pasirah). jenis siten). Pangaraga juga bertindak sebagai
Kedua, tingkat penyelesaian Pasirah. Pe- pengiring perkara pada tingkat ini mencerita-
nyelesaian pada tingkat Pasirah ini disebut “Ba- kan kejadian dan kekuatan dalam perkara. Per-
garup ka` Bide Sabalah” (bertemu pada sehelai syaratan untuk melaksanakan persidangan adat
tikar). Tingkat ini dikenal “Batu urusan” yang sama dengan tingkat penyelesaian Temeng-
disebut “Batu Rugup” (semacam uang jaminan gung, hanya bedanya pada tingkat Temeng-
untuk melanjutkan perkara. Pengantar persida- gung persyaratannya berbeda jumlahnya. De-
ngan (pengiring perkara) tidak dilakukan oleh wan Pimpinan adat Kecamatan dalam memu-
pihak yang berperkara tetapi oleh Pangaraga, tuskan perkara berdasarkan bukti-bukti dan
menjelaskan duduk perkara yang terjadi. Pe- saksi kedua belah pihak. Keputusan penyelesai-
meriksaan (sidang adat) baru akan dimulai jika an secara Ba-uji atau Ba-Janji merupakan upa-
telah dipenuhi persyaratan, antara lain harus ya terakhir untuk memutuskan perkara apabila
membayar “Batu Urusan” persyaratannya, an- kedua belah pihak tetap menolak segala
tara lain harus membayar “Batu Urusan” terle- keputusan fungsionaris adat mereka hanya mau
bih dahulu, dan menghadirkan saksi serta ba- diselesaikan oleh Yang Maha Kuasa. Upaya ini
rang bukti. Kedua belah pihak yang berperkara biasanya dibutuhkan perantara seorang dukun
duduk secara terpisah menjaga kemungkinan atau orang pintar (iman yang ahli).
terjadi perkelahian pada saat sidang adat ber-
langsung. Tingkat Pasirah ini biasanya terlebih Perbandingan Penyelesaian Perkara Anak da-
dahulu ditanyakan apa masalahnya dan menga- lam Masyarakat Dayak Kanayatn dengan Peng-
pa tidak menerima keputusan Pangaraga. Ke- adilan Anak menurut UU No. 3 Tahun 1997
mudian Pasirah akan menimbang dan mengurai- Beberapa perbedaan dan persamaan pe-
kan adat yang dikenakan, jika kedua belah pi- nyelesaian perkara anak dapat di lihat dari sisi
hak belum menerima putusan Pasirah, maka hukum substantif dan formal. Perbandingan
akan diteruskan pada tingkat selanjutnya. tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Per-
Ketiga, tingkat Penyelesaian Temeng- tama, dari sisi hukum pidana formal antara
gung. Tingkat ini dikenal dua jenis penyelesaian lain: (a) aparat penegak hukum yang menanga-
perkara yaitu: Barukupm (penyelesaian perka- ni, hukum acara pidana positif yuridiksi penye-
ra dirumah Temenggung); dan Bakalang (Penye- lesaian perkara sudah diatur dalam Undang-
lesaian perkara di tempat tejadinya peristiwa). undang Kekuasaan Kehakiman yang secara te-
Pemeriksaan (sidang adat) baru akan dimulai ji- gas membagi yuridiksi kekuasaan mengadili ke
ka telah dipenuhi persyaratan, antara lain ha- dalam 4 (empat) peradilan. Keempat peradilan
rus membayar Batu Urusan. Batu urusan dibagi ini kemudian diberi kom-petensi mengadili
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 207

berdasarkan wilayah dan kewenangan tingkat- bukan mustahil bila terkandung itikat buruk
nya. Dalam hukum adat penyelesaian perkara membenarkan sesuatu yang tidak benar, namun
juga disesuaikan dari masing-masing tingkatan diwajibkan kepada setiap orang untuk kebenar-
yang berdasarkan pada wilayah munculnya per- an tanpa diminta bersedia menjadi saksi untuk
kara dalam masyarakat. Penyelesaian suatu menegakkan kebenaran dan keadilan. Maka se-
perkara pertama dilakukan oleh pengurus adat orang saksi dapat disumpah sebelum ia membe-
kampong, kemudian jika para pihak belum puas ri keterangan yang benar. Apabila seseorang
akan dibawa ke tingkat pasirah, bila juga tidak yang dilaporkan/dituduh melakukan suatu pe-
diterima oleh kedua belah pihak maka akan di- langgaran tidak mengakui/menyangkal tuduhan
lanjutkan pada tingkat Temenggung dan upaya maka tertuduh wajib melakukan sumpah meno-
terakhir untuk menyelesaikan perkara adalah lak tuduhan dengan syarat-syarat tertentu; (f)
dilakukan oleh Dewan adat; (b) tempat untuk tujuan penyelesaian perkara, penyelesaian sua-
melakukan persidangan, dalam hukum positif tu masalah dalam kehidupan masyarakat Dayak
sudah diatur tempat penyelesaian perkara yang mengutamakan penyelesaian secara damai un-
didasarkan undang-undang kekuasaan kehakim- tuk menciptakan keseimbangan yang dilakukan
an. Berbeda dengan penyelesaian masalah/ secara nyata yaitu pengenaan denda dan ke-
perkara adat dapat dilakukan disemua tempat wajiban-kewajiban tertentu, dan secara spiri-
termasuk tempat salah satu pihak yang berper- tual yaitu melakukan upacara-upacara adat
kara, setiap persidangan adat harus dihadiri untuk memuja sang pencipta yang dianggap
oleh keluarga dan saksi yang mengetahui duduk suci guna mengembalikan keseimbangan dalam
perkaranya; (c) Penyelesaian perkara dilakukan masyarakat.
secara terbuka, dari sisi ini baik hukum positif Kedua, dari sisi hukum pidana materiil.
dan hukum adat memiiliki kesamaan terhadap Sanksi yang dijatuhkan kepada seseorang dalam
penyelesaian perkara bahwa asas sidang dilaku- hu-kum positif dan hukum adat terlihat sangat
kan secara terbuka/dihadapan umum juga ber- berbeda. Dari sisi ancaman hukuman dalam hu-
laku untuk kedua sistem ini. Semua penyelesai- kum positif diatur bahwa terhadap anak yang
an kasus di atas dilakukan dihadapan umum, melakukan tindak pidana ancaman hukumnya
kecuali terhadap kasus-kasus kesusilaan; (e) dikurangkan setengah dari ancaman terhadap
sistem pembuktian yang diberlakukan, sistem orang dewasa. Namun tidak halnya dalam hu-
pembuktian pada mekanisme di pengadilan di- kum adat Dayak Kanayantn bahwa ancaman hu-
lakukan secara ketat, jelas, tegas dan mene- kuman terhadap pelanggar adat tidak mengenal
rapkan prinsip tertentu untuk menemukan ke- dewasa atau anak. Hukuman yang dijatuhkan
benaran. Sebagian mekanisme yang ada dalam bukan hanya dibebankan kepada anak secara
hukum positif juga diberlakukan pada mekanis- personal akan tetapi sekaligus dibebankan ke-
me hukum adat walau tidak seketat pada hu- pada orang tua atau keluarga. Dilihat dari jenis
kum positif. Dalam pemeriksaan saksi, misalnya hukuman, hukum positif mengenal hukuman
dalam hukum adat juga melalui mekanisme yang bersifat pokok, tambahan dan tindakan,
sumpah terlebih dahulu. Saksi dalam suatu per- yaitu berupa pidana penjara kurungan, denda
sidangan harus juga disumpah dengan tata cara dan pengawasan. Namun hukum adat tidak me-
tersendiri sebagai penguat suatu keterangan, ngenal hukuman kebebasan kemerdekaan se-
sebagaimana telah ditentukan dalam hasil mu- perti penjara dan kurungan.
syawarah adat yaitu: sumpah saksi adalah pe- Hukuman pada hukum adat ini pada awal-
nguatan dalam suatu keterangan diri seseorang nya lebih banyak bersifat kebendaan yaitu de-
mengaku mengetahui tentang hal ihwal untuk ngan memberikan benda-benda atau barang
memberikan keterangan yang benar menurut yang melambangkan simbol-simbol tertentu
kenyataan karena itulah yang sebenarnya kete- hingga saat ini hukuman yang bersifat benda
rangan yang benar menurut kenyataan karena tersebut telah beralih pada bentuk penggantian
itulah yang sebenarnya sebagai manusia biasa kerugian yang lebih bersifat materi dengan je-
208 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 2 Mei 2013

nis hukuman denda berupa pembayaran kerugi- anak sehingga model penyelesaian semacam ini
an yang ditimbulkan akibat perbuatan pelaku. lebih mungkin dijadikan alternatif sumber un-
Sanksi ini sebagaimana dalam hukuman pidana tuk mendukung pembentukan sistem penyele-
modern juga dapat ditambah dengan jenis hu- saian anak yang lebih sesuai dengan kepenti-
kuman tambahan berupa penyelenggaraan upa- ngan, kebutuhan dan perlindungan anak.
cara adat guna pemulihan keseimbangan alam
yang telah rusak akibat perbuatan pelaku. Daftar Pustaka
Angkasa, Saryono Hanadi dan Muhamad Budi
Penutup Setyadi. “Model Peradilan Restoratif
Simpulan dalam Sistem Peradilan Anak (Kajian
Mekanisme penyelesaian perkara anak tentang Praktek Mediasi Pelaku dan
Korban dalam Proses Peradilan Anak Di
yang dijalankan oleh hukum adat masyarakat
Wilayah Hukum Balai Pemasyarakatan
Dayak Kanayatn berbeda dengan mekanisme Poerwokerto”. Jurnal Dinamika Hukum.
hukum formal. Penyelesaian melalui hukum for- Vol. 9 No. 3 September 2009. Purwoker-
mal lebih mengedepankan kepastian, bersifat to: FH Universitas Jenderal Soedirman;
legalistik, kriminogen dan melahirkan stigma Gawing, Laurentius. “Peradilan Adat : Keadilan
pada anak, sehingga berdampak anak kurang Yang Ternafikan”. Majalah Forum. Tahun
terlindungi. 2010, edisi Tahunan;
Mekanisme praktik penyelesaian perkara Gunarto, Marcus Priyo. “Asas Keseimbangan
dalam Konsep RUU – KUHP”. Jurnal Mim-
anak pada masyarakat adat Dayak Kanayantn
bar Hukum. Vol. 24 No.1 Februari 2012.
dilakukan dan diselesaikan secara musyawarah Yogyakarta: FH Universitas Gajah Mada;
dan bersifat kekeluarga dalam satu forum ke-
Kay, F Bahaudin. 2000. Pokok-pokok Ketentuan
arifan lokal Barukupm Adat, dimulai dari pe- Hukum Adat Dayak Kanayatn Beserta
nyelesaian awal di tingkat pengurus adat kam- Uraian Dan Penjelasannya. Mempawah:
pong/pangaraga, tingkat pasirah, tingkat Te- Tanpa Penerbit;
menggung sampai pada upaya terakhir di ting- Kopong, Karolus. “Peradilan Berbasis Harmoni
kat Dewan adat. Forum Barukupm adat meli- Dalam Guyub Budaya Lamaholot-Flores”.
batkan semua pihak, baik dari pihak fungsiona- Jurnal Dinamika Hukum. Vol 12 No.2 Mei
2012. Purwokerto: FH Universitas Jende-
ris, anak pelaku dan keluarganya, korban dan
ral Soedirman;
keluarganya serta saksi-saksi yang mengetahui
Lontaan, JU. 1975. Sejarah Hukum Adat dan
kejadian tersebut. Adat Istiadat Kalimantan Barat. Pontia-
Prespektif perbandingan terletak pada nak: Sekretariat Pemda Tingkat 1 Kali-
adanya perbedaan dan kesamaan antara hukum mantan Barat;
positif yang mengatur penyelesaian perkara Mafiana, Layyin. “Perlindungan Hukum Terha-
anak dengan hukum adat. Perbedaan ini me- dap Tersangka Anak sebagai Upaya Melin-
nyangkut di lapangan hukum pidana materil dan dungi Hak Anak”. Jurnal Muwazah. Vol. 3
No.1 Tahun 2012;
pidana formil, yaitu yang berhubungan dengan
yurisdiksi kewenangan mengadili, tujuan pe- Maskur, Muhammad Azil . ”Perlindungan Hukum
Terhadap Anak Nakal (Juvenele Deliquen-
nyelesaian perkara, penentuan umur anak, per-
cy) Dalam Proses Acara Pidana Indone-
tangungjawaban anak dan sanksi yang dijatuh- sia”. Jurnal Pandecta, Jurnal Penelitian
kan untuk anak. Ilmu Hukum. Vol. 7 No. 2 Tahun 2012;
Mulyadi, Aditya Wisnu dan Ida bagus Ray Djaya.
Saran “Penerapan Sanksi yang Berkeadilan Ter-
Penyelesaian perkara anak yang dite- hadap Anak Berdasarkan UU No. 11 Tahun
rapkan pada hukum adat Dayak Kanayatn me- 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak”. Jurnal Kertha Wicara. Vol. 2 No.1
rupakan model mekanisme informal yang me- edisi Februari 2013;
representasikan tuntutan kepentingan anak dan
Musakkir. “Kajian Sosiologi Hukum Terhadap
tuntutan global dalam penyelesaian perkara Penerapan Prinsip Keadilan Restoratif
Mekanisme Penyelesaian Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum pada Masyarakat Dayak Kanayatn … 209

dalam Penyelesaian Perkara Pidana”. Jur- Susmiyati, Harris Retno dan Hariyanti. “Sistem
nal Ilmu Hukum Amanna Gappa. Vol 19 Peradilan Anak Di Indonesia dalam Pers-
No. 3 September 2011; pektif HAM”. Jurnal Risalah Hukum. Juni
Raharjo, Trisno. “Mediasi Pidana dalam Keten- 2007;
tuan Hukum Pidana Adat”. Jurnal Hukum. Syamsudin. “Beban Masyarakat Adat Mengha-
No.3 Vol. 17 Juli 2010; dapi Hukum Negara”. Jurnal Hukum. Vol.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Pene- 15 No. 3 Juli 2008;
litian Sosial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Wardhani, Noeke Sri. “Penerapan Pidana
Tiara Wacana; Alternatif Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana
Sambas, Nandang. ”Kebijakan Legeslatif Pem- di PN Bengkulu”. Jurnal Kriminologi In-
baruan Sistem Pemidanaan yang dapat donesia. Vol.V No.11 Agustus 2009;
Memberikan Perlindungan Hukum bagi Widiastuti, Shinta Rukmi. “Sanksi Pidana Alter-
Anak di Indonesia”. Jurnal Hukum Ius natif Dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Quia Iustum. Vol. 19 No. 3 Juli 2012; Indonesia”. Jurnal Wacana Hukum. Vol IX
Sudarti, Elly. “Perlindungan Hukum Terhadap 1 April 2010;
Anak Dalam Proses Adjudikasi”. Jurnal Zulfa, Eva Achjani. “Keadilan Restoratif Dan
Ilmu Hukum. Vol. 2 No. 2 tahun 2011; Revitalisasi Lembaga Adat Di Indonesia”.
Jurnal Kriminologi. Vol.6 no.II Agustus
2010.

Anda mungkin juga menyukai