Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL TENTANG PENTINGNYA PERLINDUGAN ANAK

DAN PEREMPUAN DI INDONESIA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENDIDIKAN HUKUM KLINIS

DISUSUN OLEH :

ADITIYA PARLINDUNGAN SITORUS (8111416331)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG 2019
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalahan...............................................................................................................1

PEMBAHASAN....................................................................................................................................2

A. Kebiajakan Perlindungan Terhadap Perempuan Dan Anak..................................2

B. Diperlukannya Kebijakan Perlindungan Terhadap Anak Dan Wanita.............4

C. Nilai Yang Terdapat Dalam Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita.........6

D. Hasil Dari Adanya Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita...........................6

PENUTUP................................................................................................................................................7

A. Kesimpulan..................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita sebagai warga negara juga sebagai ibu atau sebagai istri, pada
hakikatnya mempunyai peranan penting yang saling melengkapi bersama pria,
oleh sebab itu hak-hak mereka wajib dihormati. Pendidikan harus memberi
perhatian terhadap pengertian keibuan yang lebih baik sebagai fungsi sosial. Pada
pertanggungjawaban bersama pria dan wanita atas pendidikan anak. Perdagangan
wanita dan eksploitasi prostitusi wanita harus lenyap. Pria dan wanita harus
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh, menubah dan mempertahankan
nasionalitas. Pria dan wanita harus memiliki hak yang sama baik mengenai jumlah
anak yang dikehendaki, maupun sesudah perseraian, pemeliharaan dan perwalian
atas anak.Dalam makalah ini akan menguraikan maksud dari adanya UU tentang
beberapa masalah kebijakan perlindungan perempuan dan anak. Anak merupakan
suatu amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang di dalam dirinya melekat harkat
dan martabat sebagai manusia seutuhnya.Anak juga merupakan tunas, potensi, dan
generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khususyang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan
negara pada masa depan.Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab
tersebut, maka ia perlumendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secaraoptimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. 11

B. Rumusan Masalahan

 Bagaimana kebijakan perlindungan terhadap anak dan wanita?

 Mengapa kebijakan perlindungan anak dan wanita diperlukan?

 Nilai yang terdapat dalam kebijakan perlindungan anak dan wanita?

 Hasil dari adanya kebijakan perlindungan anak dan wanita

1
Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 3.

1
PEMBAHASAN

A. Kebiajakan Perlindungan Terhadap Perempuan Dan Anak

Perjuangan emansipasi wanita setelah kemerdekaan, telah dituangkan dalam


beraneka bentuk, baik berupa perundang-undangan maupun yuris prudensi
Mahkamah Agung dan hal ini membuktikan bahwa kedudukan kaum wanita di
mata hukum Indonesia ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dan positif.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, secara hukum kaum wanita


di Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum pria. Di Indonesia
tidak ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang khusus untuk dikenakan
kepada anak-anak yang melakukan perbuatan pidana. Ini berarti bahwa terhadap
seorang anak yang melakukan perbuatan pidana, dikenakan pula sanksi dari Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku bagi orang dewasa. Akan
tetapi mengenai penerapannya dibedakan antara anak yang belum dewasa (cukup
umur) dari orang orang dewasa. Diharapkan hukum itu menjadi fasal-fasal yang
hidup dimana diumpamakan sama dengan menginginkan agar ia dapat bekerja
bagaikan mantra-mantra, yang selepas diucapkan oleh pawangnya terus
menimbulkan akibat yang dikehendakinya.seperti halnya UU tentang
perlindungan anak dan wanita:

2
UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak:

1. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran


Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3143);

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk


Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms
of Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277);

4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran


Negara Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3668);

5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran


Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3670);

6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention


No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi
ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835);

7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran


Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No.


182 Concerning The Prohibition and Immediate Action for The Elimination of
The Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182 mengenai
Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan

3
Terburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3941).

Sementara untuk perlindungan anak, lewat UU No 12/ 2002 tentang


Perlindungan Anak, dijelaskan bahwa tiap anak berhak hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. “Dan ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan, atau
ancaman kekerasan dan penganiayaan terhadap anak serta perdagangan anak
dapat dijatuhi hukuman hingga maksimal 15 tahun kurungan.

B. Diperlukannya Kebijakan Perlindungan Terhadap Anak Dan Wanita

Dalam sebuah proses untuk menuju keberhasilan dalam mencapai tujuan


pastinya perlu aturan. Dan dimana sebuah kebijakan perlindungan anak dan
wanita ini yang dijelaskan di dalam UU juga sangat diperlukan beriringan
semakin maraknya kejahatan dan main hakim sendiri. Contoh: anak dibawah
umur lima belas tahun yang tertangkap basah mencuri sepatu di tempat umum.
Dan warga sekitar main hakim sendiri terhadap anak tersebut. Maka sangat perlu
sekali sebuah undang undang tentang perlindungan anak yang mana kita harus
dipahami dan dijalankan demi kemaslahatan diri sendiri dan masyarakat.
Main hakim sendiri tidak diperbolehkan di Negara kita ini. Tidak hanya para
mahasiswa hukum yang diberi tahu tentang larangan itu, tetapi semua orangpun
tahu. Melalui proses sosialisasi, baik itu pendidikan di rumah, di sekolah, melalui
penularan pengalaman dan sebagainya, yang menyebabkan rakyat menjadi tahu.
Moeljatno menjelaskan dari pengertian hukum pidana tersebut di atas maka yang
disebut dalam ke-1) adalah mengenal “perbuatan pidana” (criminal act). Sedang
yang disebut dalam ke-2) adalah mengenai “pertanggungjawaban hukum pidana”
(criminal liability atau criminal responsibility). Yang disebut dalam ke-1) danke-
2) merupakan “hukum pidana materil” (substantive criminal law), oleh karena
mengenai isi hukum pidana sendiri. Yang disebut dalam ke-3) adalah mengenai
bagaimana caranya atau prosedurnya untuk menuntut ke muka pengadilan orang-
orang yang disangka melakukan perbuatan pidana, oleh karena itu hukum acara
pidana (criminal procedure). Lazimnya yang disebut dengan hukum pidana saja
adalah hukum pidana materil.2

2
Moeljatno,2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, hlm. 1.

4
bahwa main hakim sendiri itu tidak diizinkan, apalagi terhadap anak kecil dimana
sudah dibuatkan kebijakan UU tentang perlindungan anak.

Contoh kasus di Negara Di Indonesia, kasus jual beli dan perkosaan


terhadap anak khususnya anak perempuan di bawah umur sering terjadi.
Lemahnya pengawasandari pemerintahan terhadap pelaku eksploitasi anak
dibawah umur mengakibatkan pelaku eksploitasi anak akan semakin merajalela.
Sejumlah kasus menunjukkan ketika pihak berwajib terlibat dalam pembongkaran
sindikat bisnis anak-anak, baik yang dilakukan di dalam maupun dikirim di luar
negeri.3 Diantara kasus-kasus yang melibatkan (mengorbankan) anak perempuan
di bawah umur, salah satu operandi yang digunakan adalah penipuan.4
Perdagangan anak sendiri sebenarnya telah meluas dalam bentuk jaringan
kejahatan yang terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antarnegara
maupun dalam negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa,
dan negara, serta terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan
terhadap hak asasi manusia. Dan jelas hal ini sangat melanggar UU tentang
perlindungan anak, dimana diantaranya tentang kesejahteraan.
Contoh kasus perdagangan orang terutama perempuan dan anak
merupakan salah satu issu serius yang harus dihadapi dan ditangani oleh
Pemerintah Indonesia. Meskipun belum ada data resmi dan valid mengenai
besaran masalahnya diperkirakan sekitar 700.000 sampai 1.000.000 anak dan
perempuan diperdagangkan di Indonesia, dimana sebagaian besar korban
diperjualbelikan sebagai para pekerja seks komersial didalam negeri, pembantu
rumah tangga, pengemis, pengedar narkotika dan obat-obat terlarang serta bentuk-
bentuk lain dari eksploitasi kerja seperti di rumah makan dan perkebunan. Situasi
perdagangan perempuan ke luar negeripun tidak kalah memprihatinkan, yang
mana menurut catatan Kepolisian Rl, pada tahun 2000 terungkap 1400 kasus
pengiriman perempuan secara illegal ke luar negeri.

3
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan.Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi
atas Hak Asasi Perempuan). Refika Aditama Bandung. Bandung. 2001. Hlm 10.
4
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Ibid.
4

5
C. Nilai Yang Terdapat Dalam Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita.

Nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah kebijakan perlindungan anak dan


wanita adalah adanya Prinsip-prinsip HAM yang mutlak diperlukan dalam
memberi perlindungan kepada perempuan dan anak, agar pemerintah, aparat
hukum dan masyarakat dapat bersama-sama menjamin dan menghormati hak-hak
dasar perempuan dan anak korban kekerasan, eksploitasi dan perdagangan
manusia.

D. Hasil Dari Adanya Kebijakan Perlindungan Anak Dan Wanita

Bahwa lahirnya undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan


kekerasan dalam rumah tangga dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak pada intinya mengharapkan agar tindakan kekerasan pada
rumah tangga yang sebagaian korbannya adalah perempuan dan anak-anak dapat
berkurang. "Sehingga keutuhan dalam rumah tangga dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat terwujud. Sehingga jaminan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pelindungan rasa aman dan bebas dari
segala bentuk kekerasan,"
Dalam undang-undang ini disebutkan kalau setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang
berada dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan. Selain itu, undang-undang ini merupakan wujud keseriusan
pemerintah dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak serta
salah satu bentuk komitmen internasional.

6
A. Kesimpulan

Di Indonesia tidak ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang khusus

untuk dikenakan kepada anak-anak yang melakukan perbuatan pidana.Dan juga

tujuan dari adanya sebuah kebijakan tentang perlindunagan perempuan agar kaum

perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki di bidang

pembangunan sehingga mereka bisa mandiri. Serta Terwujudnya kesetaraan

gender dan perlindungan anak.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Advokasi atas Hak Asasi Perempuan,
Refika Aditama, Bandung, 2001.

Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

Soemitra, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga
Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Anda mungkin juga menyukai