Anda di halaman 1dari 12

TAC (Technical Assistance Contract) PERTAMINA DENGAN

PERUSAHAAN SWASTA

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD HABIB MAULANA

8111416117

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG 2017

1
DAFTAR ISI

BAB 1 ........................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
I. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 3
II. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
1. PENGERTIAN PERJANJIAN DAN TECHNICAL ASSISTANCE CONTRACT ........................ 5
2. PERANAN HUKUM DALAM TAC ............................................................................................... 9
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

2
BAB 1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kontrak Bantuan Teknis (Technical Assistance Contract / TAC) diberikan pada wilayah
yang belum atau telah berproduksi untuk jangka waktu tertentu, tergantung pada perjanjian
kontraknya. Produksi minyak dan gas bumi pertama-tama, dibagi menjadi bagian yang tidak
dapat dibagikan (non-shareable) dan bagian yang dapat dibagikan (shareable).

Bagian yang tidak dapat dibagikan merupakan produksi yang diperkirakan dapat dicapai dari
suatu wilayah (berdasarkan data historis produksi dari suatu wilayah) pada saat perjanjian TAC
ditandatangani dan menjadi hak milik Pertamina. Dalam TAC, produksi dari bagian yang tidak
dapat dibagikan akan menurun setiap tahunnya. Bagian yang dapat dibagikan berkaitan dengan
penambahan produksi yang berasal dari investasi pihak operator terhadap wilayah yang
bersangkutan secara umum dibagikan dengan cara yang sama seperti Production Sharing
Contract (PSC).

Dalam praktik istilah kontrak atau perjanjian terkadang masih dipahami secara rancu.
Banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan pengertian
yang berbeda. Burgerlijk Wetboek (selanjutnya disingkat BW) menggunakan istilah overeenkomst
dan contract untuk pengertian yang sama. Hal ini secara jelas dapat disimak dari judul Buku III
Bab Kedua tentang “Perikatan-Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian” yang dalam
bahasa aslinya (Bahasa Belanda), yaitu: van verbintenissen die uit contract of overeencomst
geboren worden”. Pengertian ini juga didukung pendapat banyak sarjana, antara lain: Jacob Hans
Niewenhuis, Hofman, J. Satrio, Soetojo Prawirohamidjojo, Mariam Darus Badrulzaman,
Purwahid Patrik dan Tirtodiningrat yang menggunakan istilah kontrak dan perjanjian dalam
pengertian yang sama. Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian, penulis sependapat
dengan beberapa sarjana yang memberikan pengertian sama antara kontrak dengan perjanjian. Hal
ini disebabkan fokus kajian penulis berlandaskan pada perspektif Burgerlijk Wetboek (BW),

3
dimana antara perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) mempunyai pengertian yang sama
dengan kontrak (contract).

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan TAC?


2. Bagaimana peranan hukum dalam TAC?

4
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PERJANJIAN DAN TECHNICAL ASSISTANCE CONTRACT

Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber lain. Suatu


perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.
Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.

Unsur-Unsur Perjanjian
Dari perumusan perjanjian tersebut, terdapat beberapa unsur perjanjian, antara lain :
1. Ada pihak-pihak (subjek), sedikitnya dua pihak
2. Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap
3. Ada tujuan yang akan dicapai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan
5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan
6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian
Didalam hukum perikatan sendiri ada dua macam perjanjian, yaitu perjanjian nominaat dan
innominaat. Perjanjian nominaat Merupakan jenis perjanjian yang diatur atau disebutkan secara
tegas di dalam KUH Perdata. Jenis-jenis perjanjian nominaat antara lain:
1. Perjanjian jual beli (1457-1540)
2. Perjanjian tukar meukar (1451-1546)
3. Perjanjian sewa menyewa (1548-1600)
4. Untuk melakukan pekerjaan (1601-1617)
5. Kontrak perseroan (1618-1652)
6. Kontrak perkumpulan (1653-1665)
7. Hibah (1666-1693)
8. Penitipan barang (1694-1743)
9. Pinjam pakai (1740-1753)
10. Pinjam meminjam (1754-1769)
11. Bunga tetap/abadi (1770-1773)

5
12. Kontrak untung-untungan (1774-1791)
13. Pemberian kuasa (1792-1819)
14. Penanggungan (1820-1850)
15. Kontrak perdamaian (1851-1864)
Sedangkan perjanjian innominaat adalah Perjanjian-perjanjian yang berada di luar
KUH Perdata tersebut disebut dengan perjanjian tak bernama (innominaat). Di dalam Peraturan
Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 disebutkan beberapa usaha yang dilakukan oleh
perusahaan pembiayaan, diantaranya:

1. Sewa Guna Usaha (Leasing);


Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
2. Anjak Piutang (Factoring);
Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang
jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
3. Usaha Kartu Kredit; dan
Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau
jasa dengan menggunakan kartu kredit.
4. Pembiayaan Konsumen.
Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Lalu dari sekian banyak jenis perjanjian innominaat ada salah satu perjanjian yang
membuat saya tertarik, yakni TAC atau Technical Assistance Contract. Dirjen Migas dalam
Buku Data, Information Oil & Gas 2001 memberi definisi tentang TAC. Yaitu Suatu kerjasama
antara Pertamina dan Perusahaaan Swasta dalam rangka merehabilitasi sumur-sumur atau
lapangan minyak yang ditinggalkan dalam Wilayah Kuasa Pertambangan ( WKP ) Pertamina.

6
Dalam buku tersebut dijelaskan prinsip-prinsip TAC (Technical Assistance Contract) adalah
sbb :

1. Lahan yang dikelola merupakan bagian WKP Pertamina.


2. Manajemen operasi dilakukan oleh Pertamina.
3. Biaya operasi ditanggung oleh kontraktor.
4. Pengembalian biaya operasi dibatasi sebesar 35 % – 40 % pertahun.
5. Pembagian hasil ( sesudah pajak ) antara Pemerintah dan Pertamina – Kontraktor
besarnya 65 % : 35 % .
6. Kontraktor wajib memenuhi sebagian kebutuhan migas dalam negeri ( Domestic Market
Obligation / DMO ) sejumlah harga ekspor untuk 5 thn pertama produksi lapangan baru
dan US$ 0,20/barrel untuk lapangan lama.

Dalam pedoman dan syarat-syarat penawaran lahan kerjasama eksplorasi dan produksi migas
tahun 1994, disebutkan TAC adalah suatu bentuk kerjasama pengusahaan minyak pada
lahan/lapangan yang pernah atau sedang berproduksi atau telah terbukti memiliki cadangan
minyak atau gas bumi namun belum pernah diproduksikan yang terletak di dalam WKP
Pertamina.

Minyak yang diproduksikan terdiri dari non-shareable dan shareable oil. Apabila terdapat
cadangan gas dan produksi gas, maka seluruhnya menjadi milik Pertamina. Perjanjian ini
mencakup Cost Recovery Ceiling.Pertamina memegang manajemen seluruh kegiatan dan
Perusahaan yang menjadi Kontraktor Pertamina bertindak sebagai operator. Kontraktor
bertanggung jawab dalam penyediaan dana, tenaga ahli dan teknologi.

Dari rambu-rambu dan koridor regulasi sebagaimana tersaji dalam kedua sumber tentang
TAC di atas, terlihat bahwa secara eksplisit WKP migas TAC adalah WKP milik Pertamina
.Dalam perspektif tersebut sejatinya jika dalam kasus kontrak TAC Central East Java Block (
dikenal Kontrak ExxonMobil Blok Cepu ) bila habis masa kontrak ( 2010 ) dikembalikan
kepada pemiliknya, yakni Pertamina. Disinilah relevansi benang merah pernyataan Menteri
ESDM/Ketua Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina ( DKPP ) Purnomo Yusgiantoro
dan Sekretaris DKPP Meizar Rahman kepada insan Pers ( Kamis, 22/8’05 yang lalu ) berkaitan

7
dengan keinginan ExxonMobil untuk memperpanjang kontrak Blok Cepu : Kontrak itu kan
business to business, kita serahkan sepenuhnya kepada Pertamina ………..

Jadi ibarat orang mengontrak rumah, jika selesai kontrak, maka rumah yang dikontrak
kembali pada pemilik. Terlebih lagi sang pemilik ingin menempati dan merawatnya sendiri. Sang
penyewa harus ikhlas dan berlapang dada. Bukan justru melakukan manuver lewat agenda –
agenda non bisnis. Contoh: Apabila rumah kontrakan sudah habis masa kontraknya ya harus
dikembalikan kepada pemiliknya.

Terkait dengan TAC Pertamina – Eksindo Telaga Said Darat yang mengelola sumur-sumur
tua di struktur Telaga Said di Desa Lama Baru, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat dan
struktur Telaga Darat di Desa Buluh Telang, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara adalah sah demi hukum. Sebab antara pihak PT Eksindo Telaga Said
Darat dengan Pertamina sudah terikat kontrak TAC pada tahun 2002 dan lapangan Telaga Said
dan Darat juga telah diserahterimakan pengelolaannya kepada TAC Pertamina-Eksindo melalui
Berita Acara No.014/D11000/ 2003.B1 tanggal 2 Juni 2003 di Medan.

Dengan adanya kekuatan hukum tersebut, maka selain pihak TAC Pertamina-Eksindo Telaga
Said Darat, pihak lain tidak dibenarkan mengambil minyak mentah atau menggarap sumur-
sumur tua minyak yang berada dalam wilayah kerja TAC P-Eksindo di kawasan Telaga Said dan
Telaga Darat. Apabila ada oknum atau kelompok tertentu yang melakukan
penggarapan/pengambilan secara illegal minyak mentah di kawasan tersebut berarti oknum
tersebut telah melawan hukum. Kini tinggal bagaimana oknum aparat penegak hukum dalam
menegakkan hukum itu sendiri. Yang jelas, minyak yang dikelola TAC P-Eksindo ada milik
Pertamina dengan notabene milik Negara.

TAC (Technical Assistant Contract) merupakan kontrak kerjasama khusus merehabilitasi


sumur2 tua/ lapangan2 tua milik PERTAMINA. Kenaikan hasil produksi dari kontrak kerjasama
ini yang kemudian dibagi antara PERTAMINA dan Partner.
Wilayah yang di TAC-kan hanya sebagian kecil dari Wilayah Besar yang dikuasai oleh
PERTAMINA.

8
1. Pertamina sebagai Pemilik Wilayah dan Partner (kontraktor TAC) yang menawarkan
Teknologi rehabilitasi sumur/ lapangan tsb.

2. Jika TAC gagal (Partner tidak berhasil meningkatkan produksi) maka sumur tsb kembali ke
Pertamina. .

3. Wilayah TAC bisa ditawarkan ke kontraktor TAC lain, apabila terjadi kegagalan (namun tetap
milik Pertamina) .

Pada prinsipnya Kontraktor TAC lebih cenderung kontrak jasa. Status kedudukan
kontraktor TAC berbeda dengan kontraktor KPS, dimana kontraktor TAC berkewajiban untuk
menyerahkan performance bond sebelum melaksanakan kegiatan operasi, sehingga memberikan
indikasi kuat bahwa status kontraktor TAC hanya sebagai kontraktor jasa biasa, dimana
PERTAMINA adalah pemberi Jasa dan Partner adalah penerima jasa, dengan ketentuan bahwa
seluruh pengeluaran dan resiko kegagalan menjadi tanggungan Partner/ Kontraktor.

2. PERANAN HUKUM DALAM TAC

Landasan dasar regulasi sektor ekonomi adalah pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang
pada prinsipnya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas azas kekeluargaan ; Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara ; Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat ; Perekonomian nasional diselengarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, effisiensi, keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga kemajuan dan kesatuan nasional.
Pertambangan minyak, gas bumi, mineral dan batu bara sebagai sumber daya alam strategis
yang tidak bisa terbarukan (unrene-wable resources) harus dikuasai negara karena merupakan
komoditas ekonomi vital yang menguasai hajat hidup orang banyak yang mempuyai peranan
penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus secara maksimal
memberikan kontribusi bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

9
Minyak dan gas bumi adalah topik pembahasan yang selalu menarik perhatian setiap orang,
terutama karena minyak dan gas bumi ini masih diandalkan oleh pemerintah dalam menyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), apalagi sampai tahun 1970 an dimana
sebagian besar APBN sangat tergantung dari pemasukan minyak dan gas bumi. Sampai kinipun
walaupun banyak bidang-bidang lain yang menjadi tumpuan pemerintah dalam menyusun
APBN, misalnya dari sektor kehutanan dan perkebunan, minyak dan gas bumi masih memegang
peranan penting. Apalagi dengan harga minyak dunia sekarang ini yang mencapai lebih dari
US$60,-.

10
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang Technical Assistance Contract (TAC) diatas saya dapat
menyimpulkan bahwa yaitu Suatu kerjasama antara Pertamina dan Perusahaaan Swasta dalam
rangka merehabilitasi sumur-sumur atau lapangan minyak yang ditinggalkan dalam Wilayah
Kuasa Pertambangan ( WKP ) Pertamina.

TAC (Technical Assistant Contract) merupakan kontrak kerjasama khusus merehabilitasi


sumur2 tua/ lapangan2 tua milik PERTAMINA. Kenaikan hasil produksi dari kontrak kerjasama
ini yang kemudian dibagi antara PERTAMINA dan Partner. Wilayah yang di TAC-kan hanya
sebagian kecil dari Wilayah Besar yang dikuasai oleh PERTAMINA.

Jadi pada prinsipnya Kontraktor TAC lebih cenderung kontrak jasa. Status kedudukan
kontraktor TAC berbeda dengan kontraktor KPS, dimana kontraktor TAC berkewajiban untuk
menyerahkan performance bond sebelum melaksanakan kegiatan operasi, sehingga memberikan
indikasi kuat bahwa status kontraktor TAC hanya sebagai kontraktor jasa biasa, dimana
PERTAMINA adalah pemberi Jasa dan Partner adalah penerima jasa, dengan ketentuan bahwa
seluruh pengeluaran dan resiko kegagalan menjadi tanggungan Partner/ Kontraktor.

11
DAFTAR PUSTAKA

AZ. Nasution, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta:


Diadit Media.

Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan (Perikatan Pada Umumnya), Bandung: Alumni.

Ricard Nisco, 2004, Sejarah Perjanjian dan Kontrak Dagang, Surabaya: Pustaka
Ilmu.

Salim H.S, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta:


Sinar Grafika.

12

Anda mungkin juga menyukai