Oleh :
KASMAN SIBURIAN
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam Karya Ilmiah ini
belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan , untuk itulah penulis dengan segala
rendah hati menerima berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………………………………………………………………….............. ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
ii
BAB III : PEMBAHASAN .................................................................................... 24
A. Kedudukan Hukum Rumah Susun Berdasarkan
Undang-Undang No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.......... 24
1. Ketentuan Tentang Rumah Susun sebagaimana
yang terdapat dalam Undang- Undang
No.20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun. ................................ 24
2. Kedudukan Atau Status Hukum Rumah Susun .......................... 31
3. Penghunian dan Pengelolaan Rumah susun ............................... 37
B. Perlindungan Hukum Pada Penghuni Rumah Susun
Atas Pemilik Rumah Susun............................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Masyarakat yang adil dan makmur tersebut
diartikan tidak hanya cukup sandang, pangan, dan papan saja tetapi justru harus
diartikan sebagai cara bersama untuk memutuskan masa depan yang dicita-citakan
mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 juncto Pasal 28 H ayat (1) dan
Pasal 33 UUD 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 28H ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera, lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
kepribadian bangsa serta sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia
seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Oleh karena itu, negara bertanggung
jawab untuk menjamin pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam bentuk rumah
peraturan penataan bangun rumah susun yang ada di daerah perkotaan khususnya
1
rumah susun. Untuk mengharapkan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat di berbagai sektor kehidupan. Dengan adanya peraturan yang dibuat
berperan aktif dalam pengelolaan pembangunan rumah atau badan usaha. Peran serta
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal yang terbagi dalam satuan
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal yang terbagi dalam satuan-satuan
yang dipergunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
Pengertian mengenai rumah susun ini bertumpu pada muatan bagian bersama, benda-
bersama, dengan atau tanpa tanah bersama. Sehingga pengertian rumah susun
2
Satuan rumah susun yang selanjutnya di sebut sarusun adalah unit rumah
susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian dan
persyaratan dan ketentuan perizinan yang telah diterbitkan, dan layak huni tersebut
sebagian bangunan rumah susun, sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak
bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
solusi bagi penataan kawasan kumuh. Menurut Lampiran Perpres No. 7 Tahun 2005
wilayah perkotaan telah meningkat luas permukiman kumuh dari 40.053 Ha pada
tahun 1996 menjadi 47.500 Ha pada tahun 2000. Pembangunan rumah susun juga
akan membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan dapat menekan serta menghemat
3
diatur sendiri dengan undang-undang. Perbedaan substansi tersebut tentunya akan
depannya. Banyak hal yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun
B. Tujuan Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Rumah Susun
Konsep mengenai rumah susun adalah bagunan gedung yang bertingkat yang
distrukturkan secara fungsional dalm arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
satuan satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama. Satuan rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya
digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai secara terhubung
ke jalan umum. Istilah yang memberikan pengertian hukum bagi bangunan gedung
bersama, yang penggunaanya untuk hunian secara mandiri ataupun secara terpadu
dengan fungdi hunian dalam pengertian umum seperti dimaksudkan oleh terbimi
setiap satuan rumah susun harus mempunyai sarana penguhubung ke jalan umum,
tanpa mengangu dan tidak boleh menggangu satuan rumah susun milik orang lain.
5
Khusus mengenai pengertian rumah susun seiring dengan perkembangan
zaman sejak dilairkan UU rumah susun pada tahun 1985 hingga sekarang,
peristilahan atau terminologi atau “rumah susun” atau yang biasa disingkat dengan
berkembang menjadi :
4500000/ Bulan)- oleh sebab itu “rusuna” sering disebut juga dengan “apartemet
sebagai mana di jalankan oleh pemerintah terbangun dalam periode tahun 2007-2011
sederhana(“rusuna”) dengan jumlah lantai lebih dari delapan lantai sampai dengan 20
lantai- istilah ini erat kaitanya dengan maksud pengaturan persyaratan teknis Rumah
teknis pembangunan yang diatur oleh sekaligus 2 peraturan menteri pekerjaan umum:
6
(2) Peratuaran pekerjaan umum No 05/PRT/M/ 2007 tentang pedoman teknis
(3) Rumah susun sederhana Milik (“rusunami”), dimaksudkan dengan rumah susun
susun sederhana atau (“rusuna”) yang satuan satuan rumah susunya diperuntukkan
diberi pengertian sebagai bagunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
fungsional dalam arah horizontal dan vertikal, merupakan satuan satuan yang masing
masing dapat memiliki secara terpisah terutama tempat-tempat yang masing masing
Di Barat seperti Amerika Serikat rumah susun ini biasa disebut apartemen,
tetapi di Negara belanda biasa disebut Flat. Mereka umunya menggunakan istilah
yang sama baik untuk ruamah susun yang dihuni oleh lapisan masyaraka kelas atas,
rumah susun dihuni oleh Penghuni lapisan masyarakat bawah dengan sarana dan
7
Adapun rumah susun yang biasanya tidak berlantai banyak ( sering kali dua
lantai ) yang digunakan untuk penghuni lapisan masyarakat menengah kualitas sarana
perlengkapan rumah yang cukup sering disebut flat, barangkali istilah ini terpengaruh
oleh bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Seperti di daerah Sekip, Yogyakarta,
perumahan yang dibangun pada awal kemerdakaan RI ini disebut flat.Akan tetapi,
istilah flat jarang digunakan lagi melainkan disebut perumahan, sedangkan rumah
susun berlantai banyak diperuntukkan bagi penghuni lapisan masyarakat atas, dengan
berbeda untuk masyarakat kelas atas, menengah, dan bawah. Gejala ini terjadi karena
kesenjangan gaya hidup antara lapisan masyarakat cukup tinggi. Sebab kedua,
dengan istilah rumah susun. Ada gejala pada masa Orde Baru, pemerintah
menggunakan bahasa sebagai ungkapan budaya yang memberi jarak antara status
8
Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 melalui pemenuhan kebutuhan akan perumahan sebagai kebutuhan dasar
pembangunan rumah susun dapat dinikmati secara merata, dan tiap-tiap warga negara
kesenjangan sosial.
Ketiga asas tersebut harus selalu diperhatikan dalam rangka pembangunan rumah
kesejahtraan lahir dan batin seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata, sebagai
salah satu usaha untuk mengisi cita-cita perjuangan bangsa Indonesia bagi
9
Undang Dasar 1945. Salah satu unsur pokok kesejahtraan rakyat adalah terpenuhinya
kebutuhan akan perumahan dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat
unsur aspek-aspek yang luas di bidang kependudukan, dan berkaitan erat dengan
nasional.
secara adil dan merata, serta mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia.
b. Mewujudkan permukiman yang serasi dan seimbang, sesuai dengan pola tata
ruang kota dan daerah serta tata guna tanah yang berdaya guna.
distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal dan arah vertikal yang terbagi
daam satu-satuan yang masing-masing jelas batas-batasnya, ukuran dan luasnya, dan
dapet dimiliki dan dihuni secara terpisah. Selain satuan-satuan yang pembangunanya
terpisah ada bagian bersama bangunan tersebut serta bersama-sama dan tanah
bersama yang diatasnya didirikan rumah susun, yang karena sifatnya dan fungsional
10
harus digunakan dan dinikmati bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.
Hak pemilikan atas satuan rumah susun merupakan kelembagaan hukum baru, yang
secara terpisah.
d. Hak bersama atas tanah, yang semuanya merupakan satu kesatuan yang secara
wewenang pemerintah. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang setingginya
.sebagian unsur unsur tersebut dapat diserahkan kepada pemerintah daerah sesuai
ini mengatur kemungkinan untuk memperoleh kredit konstuksi satuan rumah susun
masyarakat yang berpenghasilan rendah yang ingin memiliki satuan rumah susun.
11
Adapun tujuan pembangunan rumah susun seperti tercantum dalam Pasal 3 UU No
16 Tahun 1985 :
b. Meningkatkan daya daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan
guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan harus sesuai dengan tata ruang
kota dan tata daerah serta tata guna tanah demi keserasian dan keseimbangan.
lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dalam arti rumah susun
bukan hunian.
perkotaan dengan penduduk diatas 1,5 juta jiwa, sehingga akan berdampak pada :
12
3. Peningkatan efisiensi prasarana, sarana, dan utilitas perkotaan ;
menengah-bawah.
a. Kesejahteraan;
b. Keadilan dan Pemerataan;
c. Kenasionalan;
d. Keefisienan dan kemanfaatan;
e. Keterjangkauan dan kemudahan;
f. Kemandirian dan kebersamaan;
g. Kemitraan;
h. Keserasian dan keseimbangan;
i. Keterpaduan;
j. Kesehatan;
k. Kelestarian dan keberlanjutan; dan
l. Keselamatan, Keamanan, Ketertiban, dan Keteraturan.
bagi MBR.
Menigkatkan daya guna dengan hasil sumber daya alam bagi pembangun
13
dikawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan, memberdayakan para pemangku
yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, Aman, Serasi, Teratur,
Asas yang dipergunakan dalam hukum tanah yang berlaku saat ini adalah
asas pemisahan horizontal yang bersumber dari hukum adat. Pada dasarnya ada
pemisahan antara tanah dan bangunann yang berdiri di atasnya. Bahwa hukum yang
berlaku terhadap tanah tidak dengan sendirinya berlaku juga terhadap bangunan yang
berdiri di atasnya
Hak pemilikan atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi juga pemilikan bangunan
ini tidak belaku secara mutlak. Penerapannya dilakukan secara konkret relatif,
artinya bahwa dengan memperhatikan faktor-faktor konkret dan relatif yang meliputi
kasus yang dihadapi selalu ada kemungkinan untuk mengadakan penyimpangan, agar
14
yang berhubungan dengan rumah susun yang tidak bertentangan dengan Undang-
undang ini tetap berlaku selama belum ditetapkan penggantinya berdasarkan Undang-
undang ini dengan kata lain ketiga peraturan menteri dalam Negeri (PMDN) tersebut
masih berlakunya pada saat berlakunya Undang-undang No.16 Tahun 1985 sampai
Namun pada tanggal 27 Maret Tahun 1985 berlaku peraturan kepala badan
Pertanahan Nasional No.4 Tahun 1989 dimana dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa
dengan berlakunya peraturan ini, maka ketentuan dalam peraturan Menteri Dalam
Negeri (PMDN) No.14 Tahun 1975, Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN) No.4
Tahun 1977 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN) No.10 Tahun 1983
dinyatakan tidak berlaku lagi sepanjang yang mengatur mengenai Rumah Susun. Jadi
yang dicabut adalah ketentuan yang mengatur mengenai pemilikan tanah kepunyaan
Tahun 2011 yang mengatur keseluruhan tentang Rumah Susun yang berlaku pada
saat ini.
memang tidak merupakan satu kesatuan dengan tanahnya dalam suasana sekarang ini
mana bangunan-bangunan dibuat dari batu yang berpedoman yang sukar dibongkar
15
horinzontal seharusnya memperhatikan kenyataan itu.Artinya tidak seharusnya
diterapkan secara mutlak terhadap setiap kasus yang dihadapi. Dalam hal ini, maka
kasus demi kasus harus mendapat pertimbangan khusus, untuk menentukan apakah
ketentuan hukum yang berlaku terhadap tanah akan kita perlakukan juga terhadap
bangunan yang ada di atasnya, antara lain dengan mengingat tujuan dan kegunaan
tanah yang diatu dalam PP No.24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah dan
dengan hak pemilikan atas apartemen itu disadari juga pada perkembangan dalam
a. Peraturan menteri dalam negeri Nomor 14 tahun 1975 tentang pendaftaran hak
atas tanah bersama dan pemilikan bagian-bagian bangunan yang ada di atasnya
16
b. Peraturan menteri dalam negeri Nomor 1 tahun 1977 tentang penyelenggaraan
tata usaha pendaftaran tanah mengenai hak atas tanah yang dipunyai bersama
c. Peraturan menteri dalam negeri Nomor 19 tahun 1983 tentang tata cara
permohonan dan pemberian izin penerbitan sertifikat hak atas tanah kepunyaan
bangunan bertingakat.
individual. Hukum kita tidak menganut asas accessie, melainkan apa yang disebut
asas pemisahan horizontal di mana setiap benda yang menurut wujud dan
tujuannya dapat digunakan sebagai satu kesatuan yang yang berdiri sendiri, dapat
dalam negeri (PMDN) Nomor 10 tahun 1975 disebut juga bahan peraturan ini
yang diatur dalam PP No.24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah untuk
17
2. Efesiensi dan Efektivitas: memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal,
semua pihak, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan yang hidup ditengah
masyarakat.
kesejahteraan.
satuan-satuan yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
Tata cara pembuatan dan pengisian akta pemisahan rumah susun diatur dalam
peraturan kepala badan pertanahan nasional Nomor 2 Tahun 1989. Tata cara
rumah susun.
18
B. Akta pemisahan rumah susun berisikan:
19
- Warkah-warkah lainnya yang diperlukan.
Yang dapat menjadi subjek hak pengelolaan adalah badan hukum yang diberikan
hukum Indonesia dan kedudukan di Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh
dalam BAB III Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun
1. Umum
2. Persyaratan teknis
3. Persyaratan administratif
Yang dimana bagian pertama umum dengan kata lain bagian kata lain bagian
umum ini mengatur perencanaan yang harus memuat batas pemilikan individu dan
batas pemilikan bersama atas Rumah Susun yang dibangun, dan persyarataan teknis
diatur dalam pasal 11 sampai dengan pasal 29 Peraturan Pemerintah No.4 Tahun
1988 Tentang Rumah Susun Penulis tidak akan membahas secara terperinci mengenai
ayat (1) Undang-undang No .16 Tahun 1985 dan pasal 1 angka 6 Peraturan
meliputi:
20
a. Perizinan Usaha dari perusahaan Pembangunan Perumahan.
b. Izin Lokasi
c. Izin Mendirikan bangunan.
d. Izin layak huni.
Susun yang mengatur persyaratan rumah susun, diatur pada bagian ketiga persyaratan
1. Persyaratan administratif.
3. Persyaratan ekologis
21
a. Sertifikat hak atas tanah
b. Surat keterangan rencana kabupaten/kota
c. Gambar rencana tapak
d. Gambar rencana arsitektur yang memuat denah tapak, dan potongan rumah susun
yang menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari
sarusun.
e. Gambar rencana struktur beserta perhitunganya
f. Gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda bersama,
tanah bersama.
g. Gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta perlengkapannya.
penetapan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan yang disesuaikan
dengan kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan yang mengacu pada
rencana tata ruang wilayah, ketentuan mengenai koefisien lantai bangunan dan
koefisien dasar bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikecualikan dalam hal
b. kearifan lokal.
Dan Kemudahan.
22
Ketentuan tata bangunan dan keandalan bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Dan yang terakhir persyaratan pembangunan Rumah susun sesuai aturan pasal
23
BAB III
PEMBAHASAN
Selain melalui proses pemikiran yang panjang dan mendalam pada Undang-
peraturan menteri dalam negeri Nomor 14 Tahun 1975, yang memuat ketentuan
bahwa hak atas tanah bersama didaftar oleh kantor pertanahan dalam berupa buku
tanah, sesuai dengan jumlah pemegang hak atas tanah bersama. Dengan demikian,
pada masing-masing pemegang hak atas tanah dapat diberikan sertifikat hak atas
tanah bersama. Apabila diatas tanah bersama terdapat bangunan, maka pada tiap
pemilik bagian bangunan juga dapat diberikan sertifikat hak atas tanah bersama.
refisi oleh peraturan menteri dalam negeri Nomor 4 Tahun 1977, yang memuat
ketentuan bahwa hak atas tanah bersama didaftar oleh kantor pertanahan dalam satu
buku tanah. Berdasarkan buku tanah ini dapat dibuatkan beberapa salinanya, untuk
dilampirkan pada sertifikat hak atas tanah bersama. Ketentuan ini juga
24
mempersyaratkan gambar denah bangunan, yang akan dilampirkan pada sertifikat hak
atas tanah bersama. Sehingga sertifikat hak atas tanah bersama akan terdiri dari:
direfisi oleh peraturan menteri dalam negeri Nomor 10 Tahun 1983, yang memuat
ketentuan tentang: (1) surat keterangan pandaftaran tanah bagi pemilikan tanah
bersama; (2) salinan ijin mendirikan bangunan bagi pembangunan rumah susun; (3)
bangunan dimiliki oleh pemegang hak atas tanah bersama; (4) bangunan telah selesai
dibangun; (5) defisi bangunan bertingkat; (6) salinan gambar denah bagian-bagian
bangunan; (7) salinan gambar denah tiap lantai ; dan (8) pernyataan tertulis mengenai
mengembangkan: (1) substansi pada bagian ketiga angka 1 sampai dengan 4 menjadi
persyaratan permohonan hak milik atas satuan rumah susun; (2) substansi pada
bagian ketiga angka 5 menjadi defenisi rumah susun; (3) substansi pada bagian ketiga
angka 6 dan 7 menjadi gambar denah; dan (4) substansi pada bagian ketiga angka 8
Tahun 1985 tentang rumah susun dalam lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1985 dan
25
kepustakaan hukum Undang-Undang tersebut merupakan Undang-Undang
fungsional dengan kepadatan tinggi, yang lengkap, serasi selaras, dan seimbang
diatas berbagai masalah hukum yang sebelum itu di pertentangkan dan diragukan
pemecahannya dapat jawaban yang pasti. Undang-Undang ini mengatur hal-hal yang
Sampai saat ini ketentuan yang dimaksud yang telah ada ialah peraturan
pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang rumah susun, peraturan kepala badan
pertanahan nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang bentuk dan tata cara pengisian
serta pendaftaran akta pemisahan rumah susun dan peraturan kepala badan
pertanahan nasional Nomor 4 Tahun 1989 tentang bentuk dan tata cara pembuatan
buku tanah serta penerbitan sertifikat hak milik atas satuan rumah susun.
26
Peraturan pemerintah ini mengatur secara keseluruhan apa yang di
berbagai peraturan pemerintah, karena materi yang melandasi pengaturan ini berupa
rangkain kegiatan dalam satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan.
Disamping itu, tugas dan fungsi pemerintahaan yang diatur dalam Undang-
pemukiman dalam arti luas, karena itu pelaksanaan penerapannya tunduk juga pada
aturan-aturan umum yang ada, baik yang berkaitan dengan pembangunann atau
pemilikannya.
Pada dasarnya sistem rumah susun yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
dimaksud dengan rumah susun adalah “bangunan gedung bertingkat yang dibangun
secara fungsional dalam arah horizontal mauapun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan
tanah bersama.
27
Bila di kaitkan Dengan Ketentuan Rumah susun Undang-undang Rumah
Susun pasal 1 No.2 Tahun 2011 menegaskan bahwa, Penyelenggaraan Rumah Susun
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistimatis,
(1) menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera, lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan yang sehat. Tempat
tinggal Merupakan peran strategis dalam pembentukan watak dan keprebadian bangsa
serta sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri
mandiri dan produktif. Oleh karena itu Negara bertanggung jawap untuk menjamin
pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam bentuk rumah yang layak dan terjangkau.
Pemenuhan hak atas Rumah merupakan Masalah Nasional yang dampaknya sangat
Hal ituh dapat dilihat dari masih banyak MBR yang belum dapat menghuni
28
Ketentuan mengenai rumah susun selama ini diatur dengan Undang-Undang Nomor
undang tersebut tidak sesuai dengan perkembangan hukum, kebutuhan setiap Orang
menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau, meningkatkat
Negara dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang terjangkau bagi MBR serta
29
partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan Rumah susun. Undang-undang ini
berasal dari anggaran pendapatan dan belanja Negara Maupun Anggaran Pendapatan
kelembagaan tugas dan wewenang, hak dan kewajipan, pendanaan dan sitem
Hal mendasar yang diatur dalam Undang-undang ini, antara lain, mengenai
jaminan kepastian hukum kepemilikan dan kepenghunian atas Sarusun bagi MBR;
Adanya badan yang menjamin penyediaan Rumah Susun Umun dan Rumah Susun
pelaku pembangunan Rumah Umum dan Rumah Susun Khusus, bantuan dan
30
2. Kedudukan atau status hukum rumah susun
Tentang Rumah Susun. Definisi rumah susun menurut Pasal 1 angka 1 adalah
“bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi
dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
di atas tanah hak milik, hak guna bangunann, hak pakai atas tanah Negara atau hak
susun yang dibangun di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib
menyelesaikan status hak guna bangunannya terlebih dahulu sebelum menjual satuan
Satuan rumah susun dapat dimiliki baik oleh perseorangan maupun badan
hukum yang memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah, dan untuk
perlindungan hukum kepada pemilik hak atas satuan rumah susun, maka sesuai
dengan Pasal 9 ayat (1) sebagai tanda bukti hak milik atas satuan rumah susun
31
Hak milik atas satuan rumah susun dapat beralih dengan cara pewarisan atau
dengan cara pemindahan hak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yang
mana pemindahan hak tersebut dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
peralihan hak yang terjadi karena hukum dengan meninggalnya pewaris, sedangkan
pemindahan hak tersebut dapat dengan jual beli, tukar menukar dan hibah.
Rumah Susun berikut tanah tempat bangunann itu berdiri serta benda lainnya yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijadikan jaminan hutang
dengan dibebani hak tanggungan atau fidusia. Dapat dibebani hak tanggungan apabila
rumah susun tersebut dibangun di atas tanah hak milik atau hak guna bangunan, dan
dibebani fidusia apabila dibangun di atas tanah hak pakai atas tanah Negara. Hal ini
dengan cara jual beli yang pembayarannya dilakukan secara bertahap atau angsuran.
berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan kehidupan sosial dalam rangka
32
Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar setiap manusia.
terbatas, maka pembangunan rumah dibuat bertingkat atau yang kita kenal dengan
rumah susun. Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan
mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang-ruang terbuka kota yang lebih lega
dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk peremajaan kota bagi daerah yang
kumuh.
susun dengan maksud untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh
rakyat Indonesia secara adil dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui pemenuhan kebutuhan akan
perumahan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap warga negara Indonesia dan
keluarganya.
rumah susun dapat dinikmati secara merata, dan tiap-tiap warga negara dapat
33
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan dalam pemanfaatan rumah susun,
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun berisi
satuan rumah susun yang dapat dimiliki secara perseorangan dengan pemilikan
bersama atas benda, bagian dan tanah dan menciptakan badan hukum baru yaitu
tangganya dapat bertindak ke luar dan ke dalam atas nama pemilik satuan rumah
rumah susun;
kredit konstruksi dengan pembebanan hipotik atau fidusia atas tanah beserta
34
Dari uraian tersebut di atas, maka kebijaksanaan umum pembangunan perumahan
diarahkan untuk :
1. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat, secara
berkepribadian Indonesia.
2. mewujudkan pemukiman yang serasi dan seimbang, sesuai dengan pola tata ruang
kota dan tata daerah serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna.
lemah.
sekitarnya, maka satuan rumah susun baru dapat dihuni setelah mendapat izin
kelayakan untuk dihuni dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan sesuai dengan
35
tidak dapat menghindarkan diri atau melepaskan kebutuhannya untuk menggunakan
bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, karena secara keseluruhan
merupakan kebutuhan fungsional yang saling melengkapi, Saat ini Indonesia telah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Definisi rumah susun
menurut Pasal 1 angka 1 adalah “bangunann gedung bertingkat yang dibangun dalam
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama”.
di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak
susun yang dibangun di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib
menyelesaikan status hak guna bangunannya terlebih dahulu sebelum menjual satuan
Satuan rumah susun dapat dimiliki baik oleh perseorangan maupun badan
hukum yang memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah, dan untuk
perlindungan hukum kepada pemilik hak atas satuan rumah susun, maka sesuai
dengan Pasal 9 ayat (1) sebagai tanda bukti hak milik atas satuan rumah susun
36
Hak milik atas satuan rumah susun dapat beralih dengan cara pewarisan atau
dengan cara pemindahan hak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yang
mana pemindahan hak tersebut dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
peralihan hak yang terjadi karena hukum dengan meninggalnya pewaris, sedangkan
pemindahan hak tersebut dapat dengan jual beli, tukar menukar dan hibah.
tanah tempat bangunann itu berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah tersebut dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak
tanggungan atau fidusia. Dapat dibebani hak tanggungan apabila rumah susun
tersebut dibangun di atas tanah hak milik atau hak guna bangunan, dan dibebani
fidusia apabila dibangun di atas tanah hak pakai atas tanah Negara. Hal ini
dengan cara jual beli yang pembayarannya dilakukan secara bertahap atau angsuran.
Satuan rumah susun dapat dihuni setelah mendapat ijin kelayakan untuk
dihuni. Permohonan ijin layal huni harus diajukan oleh penyelenggara pembangunann
rumah susun kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah akan memberikan ijin
layak huni setelah diadakan pemeriksaan dan bila mana pelaksanaan pembangunann
37
pembangunann lainnya telah benar-benar sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
perhimpunan penghuni ini harus disesuaikan dengan luas lingkungan rumah susun,
yang masih terikat dengan adanya hak bersama atas benda bersama dan tanah
bersama. Jika dalam suatu lingkungan tanah bersama terdapat beberapa rumah susun,
perhimpunan penghuni ini berstatus badan hukum yang dapat mewakili para
anggotanya dalam perbuatan hukum, maka untuk menjamin kepastian hak, kewajiban
dalam suatu akta dan disahkan oleh Bupati/Wali kota madya Kepada Daerah Tingkat
II. Khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta pengesahan dilakukan oleh
benar-benar menghuni atau menempati satuan rumah susun, baik atas dasar
38
pemilikan maupun hubungan hukum lainya, seperti sewa menyewa, sewa beli dan
sebagainya.
yang sehat, tertib dan aman, mengatur dan membina kepentingan penghuni serta
a. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang disusun oleh
b. Membina penghuni para penghuni kearah kesadaran hidup bersam yang serasi,
39
f. Menyelenggarakan pembukuan dan administratif keuangan secara terpisah
Rumah Tangga.
berdasarkan asas kekeluargaan oleh dan dari anggota perhimpunan penghuni, melalui
dan Pengawas Pengelolaan. Dan jika dibutuhkan pengurus dapat membentuk Unik
pengawasan Pengelolaan.
dapat menunjuk atau membentuk Badan pengelola rumah susun. Badan pengelola ini
harus dilengkapi dengan unit organisasi, personil dan peralatan yang mampu untuk
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Badan pengelolaan perhimpunan
penghuni harus disahkan sebagai badan hukum dan professional Badan pengelola
dan lingkungannya pada bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.
40
b. Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian bersama,
Adapun hak, kewajiban dan larangan yang harus ditaati oleh penghuni satuan
1. Mematuhi dan melaksanakan peraturan tata tertib dalam rumah susun dan
c. Penghuni di larang:
41
2. Mengubah bentuk dan/ atau menambah bangunan di luar satuan rumah susun
tentang perlindungan konsumen (UUPK) yang memulai efektif berlaku pada 20 April
2000. Apabila dicermati muatan materi UUPK cukup banyak mengatur perilaku
pelaku usaha. Hal ini dapat dipahami mengingat kerugian yang diderita konsumen
barang atau jasa acap kali merupakan akibat perilaku pelaku usaha, sehingga wajar
apabila terdapat tuntutan agar perilaku pelaku usaha tersebut diatur, dan pelanggaran
terhadap peraturan tersebut dikenakan sanksi yang setimpal. Perilaku pelaku usaha
Berkaitan dengan strategi bisnis yang digunakan oleh pelaku usaha pada
berkembang menjadi caveat venditor (waspadalah pelaku usaha) ketika strategi bisnis
disini konsumen harus waspada dalam mengkonsumsi barang dan jasa yang
ditawarka pelaku usaha. Pada masa ini konsumen tidak memiliki banyak peluang
untuk memilih barang atau jasa yang akan dikonsumsinya sesuai denga selera, daya
beli dan kebutuhan. Konsumen lebih banyak dalam posisi didikte oleh produsen.
42
Pola konsumsi masyarakat justru lebih banyak ditentukan oleh pelaku usaha
dan bukan oleh konsumennya sendiri. Seiring dengan perkembangan IPTEK dan
masa yang demikian, pelaku usaha tidak mungkin lagi mempertahankan stategi
bisnisnya yang lama, dengan resiko barang atau jasa yang ditawarkan tidak akan laku
kebutuhan, selera dan daya beli pasar (Market Oriented) pada masa ini pelaku
usahalah yang harus waspada dalam memenuhi barang atau jasa untuk konsumen.
yang kompetitif terutama dari segi mutu, jumlah dan keamanan. Di dalam UUPK
antara lain ditegaskan, pelaku usaha berkewajiban untuk menjamin mutu barang dan
atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Ketentuan tersebut semestinya ditaati dan dilaksanakan oleh para pelaku usaha.
Namun dalam realitasnya banyak pelaku usaha yang kurang atau bahkan tidak
terutama menyangkut mutu, pelayanan serta bentuk transaksi. Hasil temuan Yayasan
43
banyak produk yang tidak memenuhi syarat mutu. Manipulasi mutu banyak dijumpai
pada produk bahan bangunan seperti seng, kunci dan grendel pintu, triplek, besi beton
sebelumnya telah disiapkan oleh pelaku usaha, akibatnya berbagai kasus pembelian
oleh kurang adanya tanggung jawab pengusaha dan juga lemahnya pengawasan
pemerintah. Secara Normatif pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi tersebut dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 19 ayat (1), dan (2)
UUPK).
sebagai akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku
usaha, berhak untuk menuntut tanggung jawab secara perdata kepada pelaku usaha
atas kerugian yang timbul dan secara hukum tata negara/pemerintah. Demikian
44
halnya pada transaksi rumah susun apabila konsumen menderita kerugian sehingga
goods ang servises offered for sale by marketing institution in order to statisfy
setiap penghasil barang dan jasa yang di konsumsi oleh pihak atau orang lain. Kata
Consument (Belanda) oleh para ahli hukum telah disepakati sebagai pemakai terakhir
dari benda dan jasa (Uitenindelijk gebruiker van gorden en diesten) yang diserahkan
45
BAB IV
A. Kesimpulan
begitu terud maju, dengan adanya Undang- Undang yang baru, Undang-Undang
belum mengetahui adanya Undang- Undang yang baru yang telah dibuat oleh
Tahun 2011 Tentang Rumah susun, maka perlindungan Hukum rumah susun
perlindungan Hukum nya bagi penghuni dapat dirasakan oleh penghuni dan juga
pemilik Rumah Susun. Dan berlandaskan dasar hukum yang diberikan Undang-
46
B. Saran
1. Untuk DPR dan Presiden sebagai lembaga pembuat per undang – undangan
status hukumnya dan juga perlindungan hukum nya bagi penghuni dan pemilik
rumah susun agar tidak menimbulkan kekaburan penapsiran yang luas dan
berbeda.
rumah susun dan pemilik rumah susun, tidak begitu terjebak dengan adanya
diberlakukan.
47
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adrian Sutedi, Hukum Rumah Susun & Apartemen, Jakarta Sinar Grafika Off set
2010.
Herman Hermit, Komentar atas Undang-Undang Rumah Susun (UU No.16 Tahun
1985) Dalam Perspektif isu-isu Strategis Periode 2007/2011, Bandung,
Mandar Maju, 2009.
M. Rizal Arif, Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun
Dalam Kerangka Hukum Benda, Bandung.
Urip Santoso, Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah, Prenada Media Grup,
2010.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup edisi
1,cet: Ke-5 Jakarta, 2009, hal.29.
B. Undang -Undang
Undang- Undang R.I. Nomor. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.Citra Umbara
Bandung 2012