Anda di halaman 1dari 9

BAHAN UTS HK LAUT

1. SEJARAH HUKUM LAUT


Tidak semua negara memiliki wilayah laut. Wilayah laut hanya dimiliki oleh negara
yang berbentuk kepulauan atau yang wilayah daratannya berbatasan dengan laut. Wilayah
laut juga merupakan perbatasan suatu negara dengan negara lain dimana penentuan titik
batasnya ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau multilateral untuk menentukan batas
kekuasaan suatu negara sejauh garis batas terluar wilayah lautnya
Dalam sejarah hukum laut, ada 2 asas yang mempengaruhi konsepsi tentang laut
teritorial. Dua asas yang pertama kali dideklarasikan oleh Pontanus ini adalah:
– Res Nullius
Penganut asas Res Nullius berpendapat bahwa tidak ada yang memiliki lautan, karena itu
siapapun dapat memiliki.
– Res Communis
Penganut asas Res Communis berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat dunia,
maka tidak ada negara yang boleh mengklaim atas wilayah laut.
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional, banyak negara yang
memperjuangkan untuk menguasai lautan dengan berbagai alasan dan kepentingan seperti
karantina (terutama terhadap penyakit pes), bea cukai, serta pertahanan dan keamanan.
Doktrin tentang wilayah laut yang paling terkenal adalah:
– Mare Liberum
Doktrin Laut Bebas yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda, Hugo Grotius
(Hugo de Groot). Dalam bukunya yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut
tidak dapat dimiliki oleh negara manapun.
Semua orang dapat dengan bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya yang ada di
laut.
– Mare Clausum
Doktrin Laut Tertutup yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Inggris, John Shelden.
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki.
Shelden menunjuk pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan
mereka seperti Swedia, Rusia, Jerman, Genoa dan Venetina.
olemik yang terjadi antara penganut Mare Liberum dan Mare Clausum kemudian
diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek. Dalam karyanya “De Dominia Maris
BAHAN UTS HK LAUT

Disertasio” dia mengasimilasi wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan


pantai. Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan negara berakhir sampai sejauh
tembakan meriam yang ketika itu hanya mencapai jarak 3 mil laut. Pendapat yang
berkembang diantara ahli hukum klasik akhir Abad ke-XIX ialah salah satu antara Mare
Clausum dan Mare Liberum Hukum perikanan internasional klasik secara rasional yuridis
lebih mendukung gagasan Grotius (Mare Liberum).
REPORT THIS AD
Perseteruan tentang wilayah laut mulai menemukan jalan keluar dengan
terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I dan tahun-tahun permulaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan adanya penambahan lembaga di Perserikatan
Bangsa-Bangsa yaitu International Law Commission, yang bertugas untuk mempersiapkan
pembaharuan dan kodifikasi Hukum Internasional, diadakanlah Konvensi Hukum Laut
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan zona laut, yaitu:
1. Konvensi Hukum Laut I tahun 1958
Konvensi hukum laut yang pertama ini membahas tentang:
– Laut Teritorial dan Zona Tambahan
– Perikanan dan konservasi Sumber Daya Alam hayati dari laut lepas
– Laut lepas
– Landas kontinen
Belum ada ketetapan yang pasti untuk topik-topik yang dibahas. Sehingga, para negara
anggota konvensi sepakat untuk mengadakan Konvensi Hukum Laut ke-II untuk
membahas kelanjutan masalah lebar laut teritorial dan zona perikanan.
2. Konvensi Hukum Laut II tahun 1960
Konvensi lanjutan dari Konvensi Hukum Laut I ini dianggap gagal karena diveto oleh
USSR (Union of Soviets Republics). USSR atau Rusia adalah salah satu dari 5 anggota
tetap Security Council (Dewan Keamanan PBB) selain USA (United States of America),
UK (United Kingdom), FR (French Republic), and PRC (People’s Republic of China).
Security Council adalah badan PBB yang fungsinya memelihara atau mempertahankan
perdamaian dan keamanan internasional. Lima anggota tetap dari Security Council ini
memiliki Hak Veto, yaitu hak untuk memblokir atau menolak keputusan Dewan Keamanan
walaupun ke 14 anggota dewan yang lain menyetujui isi dari
BAHAN UTS HK LAUT

perjanjian yang bersangkutan.


Dalam hal ini, Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memakai Hak Veto
miliknya untuk menolak kesepakatan yang didapat dari Konvensi Hukum Laut II.
3. Konvensi Hukum Laut III tahun 1982
Konvensi yang dimulai pada tahun 1974 di Caracas ini diikuti oleh beberapa negara yang
wilayahnya berupa negara maritim, negara kepulauan, dan negara selat. Jumlah negara
yang berpartisipasi dalam konvensi ini adalah 160 negara dan dibagi dalam beberapa grup
dengan isu masing-masing, yaitu:
a. Grup Negara Pantai
Grup ini terdiri dari 87 anggota dengan membawa isu tentang pertahanan dan keamanan
nasional, Zona Ekonomi Eksklusif (Konservasi SDA hayati dan kontrol SDA non hayati),
serta kontrol terhadap penelitian ilmiah di wilayah laut.
b. Grup Negara Maritim
Grup yang terdiri dari 5 negara ini membawa isu dari negaranya masing-masing tentang
Kebebasan untuk terbang, Hak Lintas Damai (Kebebasan Berlayar), Hak Lintas Transit
(Lintas transit untuk kapal selam melewati selat internasional), Konsep Negara Terapung
(jurisdiksi eksklusif negara bendera kapal), Membatasi kontrol negara pelabuhan dan
negara pantai.
c. Grup Land-Locked States and Geographically-Disadvantages States
Jumlah 55 negara yang ada di grup ini, adalah negara-negara yang tidak memiliki wilayah
laut, atau wilayah lautnya berdampingan dengan wilayah laut negara lain. Termasuk juga,
negara kepulauan dan negara selat.
Selain isu-isu yang dibawa oleh masing-masing negara, ada 5 zona maritim yang
telah ditetapkan dalam konvensi ini:
a. Zona yang berada dibawah kedaulatan penuh suatu negara, yaitu Laut Teritorial, Laut
Pedalaman dan Selat untuk Pelayaran Internasional
b. Zona dengan jurisdiksi khusus dan terbatas bagi suatu negara, yaitu Zona Tambahan
c. Zona dengan jurisdiksi eksklusif untuk pemanfaatan SDA, yaitu Zona Ekonomi
Eksklusif dan Landas Kontinen
d. Zona yang berada dibawah pengaturan hukum internasional khusus, yaitu Dasar Laut
BAHAN UTS HK LAUT

Samudra Dalam dan Tanah dibawahnya (International Sea Bed Area)


e. Zona yang tidak berada dibawah jurisdiksi dari negara manapun, yaitu Laut Lepas
Atas beberapa keputusan yang diambil dalam konvensi ini, semua delegasi setuju
bahwa UNCLOS (United Nations Convention on the Law Of the Sea) adalah One Package
Deal, dan hal tersebut tertera dalam Pasal 309 dan 310 konvensi ini.

2. SEJARAH HUKUM LAUT DI DI INDONESIA


Pada zaman Hindia Belanda, berlaku suatu peraturan yang disebut Ordonansi laut
teritorial, serta lingkungan maritim Indonesia (Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonnantie atau disingkat menjadi TZMKO) yang berlaku sejak tahun 1939. Berdasarkan
ordonansi ini, setiap pulau baik pulau yang berukuran besar maupun pulau yang berukuran
kecil di dalam lingkungan wilayah Hindia Belanda mempunyai laut teritorial sendiri-
sendiri.
Setelah indonesia merdeka
Deklarasi Djuanda
Deklarasi Djuanda merupakan perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan batas wilayah laut, sehingga wilayah Indonesia merupakan suatu
kesatuan yang utuh dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek politik, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. Deklarasi Djuanda pertama kali diucapkan oleh Ir. Djuanda
Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957. Latar belakang Deklarasi Djuanda sendiri
adalah akibat peraturan warisan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai hukum laut
Indonesia yaitu Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnantie 1939 (Staatsblad 1939
No. 422) atau yang biasa disingkat dengan Ordonantie 1939. Ordonantie 1939 menetapkan
bahwa jarak laut teritorial bagi tiap pulau di Nusantara adalah tiga mil.
de untuk mengubah hukum laut Indonesia muncul pertama kali pada tahun 1956. Ide itu
muncul karena adanya desakan dari Departemen Keamanan Republik Indonesia untuk
memperbaharui hukum laut yang lama (ordonantie 1939) karena membahayakan
kepentingan Indonesia.
pada tanggal 1 Agustus 1957, Ir. Djuanda mengangkat Mochtar Kusumaatmadja untuk
mencari dasar hukum guna mengamankan keutuhan wilayah Indonesia. Akhirnya, Mochtar
Kusumaatmadja memberikan ide mengenai "asas archipelago" yang telah ditetapkan oleh
BAHAN UTS HK LAUT

Mahkamah Internasional 3 pada 1951 seperti yang telah dipertimbangkan oleh rancangan
undang-undang sebelumnya yang tidak dijalankan dalam hukum laut Indonesia.
Meskipun Deklarasi Djuanda belum diakui secara internasional, namun oleh pemerintah
Indonesia, deklarasi ini disahkan melalui keputusan Undang-Undang/ Prp No. 4/1960,
bulan Februari 1960. Undang-undang ini kemudian diperkuat dengan Keputusan presiden
no. 103/1963 yang menetapkan seluruh perairan nusantara Indonesia sebagai satu
lingkungan laut yang berada di bawah pengamanan Angkatan laut RI. 
Perjuangan ditempuh bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengakuan terhadap deklarasi
Djuanda dengan mengikuti konferensi hukum laut yang diadakan oleh PBB dalam
UNCLOS I (United Nations Conference on the Law of Sea), di Jenewa, Swiss pada tahun
1958. Pada tahun 1960 Indonesia mulai mengajukan deklarasi Djuanda di UNCLOS II.
Perjuangan tersebut belum berhasil.

3. REZIM HUKUM LAUT

Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan

perairan pedalaman.(pasal 3 Ayat 1)[4]., dalam pembahasan wilayah perairan indonesia akan

dibahas bagaimana zona-zona maritime dalam pengertian hukum laut yang pada prinsipnya

kita harus beranjak dari garis pantai menuju ke arah laut guna memahami berbagai zona dan

batas-batasnya berdasarkan jarak dari pantai[5] yaitu :

1.    Perairan Pedalaman

Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari

garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk kedalamannya semua, bagian dari

perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 yaitu Di dalam perairan kepulauan, untuk penetapan batas perairan pedalaman,
BAHAN UTS HK LAUT

Pemerintah Indonesia dapat menarik garis-garis penutup pada mulut sungai, kuala, teluk, anak

laut, dan pelabuhan. Perairan pedalaman sendiri terdiri atas:

a.       Laut pedalaman, yaitu bagian laut yang terletak pada sisi darat dari garis penutup, pada sisi

laut dari garis air rendah.

b.      perairan darat,yaitu  segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah, kecuali

pada mulut sungai perairan darat adalah segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis

penutup mulut sungai[6].

2.        Laut Teritorial

Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang dikukur

dari garis pangkalkepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5[7]. Lebar laut 12

mil ini mengakibatkan beberapa selat menurut hukum klasik termasuk kedalam pengaturan

laut lepas, kini tunduk pada pengaturan hukum laut teritorial; kebebasan berlayar yang dahulu

yang dinikmatidilaut lepas kini tidak diperoleh lagi diselat-selat tersebut. Mengenai hal ini

konvensi mencantumkanbeberapa ketentuan khusus untuk selat-selat terntentu, dimana hak

lintas damai tidak mencukupi lagi.

Akhirnya konvensi memuat ketentuan-ketentuan untuk penetapan batas laut teritorial

antar negara-negara yang pantainya berhadapan dan berdampingan: apabila tidak ada

persetujuan yang menyatakan sebaliknya, tidak satu negara pun yang berhak untuk

menetapkan batas laut teritorialnya yang melebihi garis tengah, yaituh suatu garis yang titik-

titik sama jarak dari titik-titik pada garis pangkal yang digunaka untuk mengukur lebar laut

teritorial masing-masing negara (Pasal)[8].


BAHAN UTS HK LAUT

3.      Jalur Tambahan

Pada suatu jalur yang lebarnya tidak melebihi 24 mil dari garis pangkal yang digunakan

untuk mengukur lebar laut teritorial   negara pantai dapat melakukan tindakan untuk

mencegah terjadinya pelanggaran terhadap perundang-undangannya pada wilayahnya atau

laut teritorialnya  dan juga sekaligus dapat menerapkan hukumnya (pasal 33). Dengan

demikian lebar laut tambahan ini juga telah diperluas apabila dibandingkan  dengan lebar jalur

tambahan menurut hukum klasik.

4.      Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona ekonomi ekslusif diartikan sebagai suatu daerah diluar laut teritorial  yang

lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk

mengukur lebar laut teritorial  ( pasal 55 dan 57 ). Menurut pengertian pasal 56, di zona

ekonomi eksklusif negara pantai dapat menikmati :

a.       Hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan penglolaan

segala sumber kekayaan alam didasar laut dan tanah dibawahnya serta pada perairan

diatasnya.demikian pula terhadap semua kegiatan yang ditunjukan untuk tujuan eksploitasi

secara ekonomis dari zona tersebut (seperti produksi energy pada air, arus dan angina).

b.      Yuridiksi, sebgaimana sebagaiman yang telah yang ditetapkan oleh konvensi ini atas

pendirian dan penggunaan pulau-pulau buatan, riset ilmiah kelautan serta perlindungan

lingkungan laut.

c.       Hak-hak dan kewajiban lain sebagaiman yang telah ditetapkan oleh konvensi ini.

5.      Landas Kontinen

Yang dimaksud dengan landas kontinen menurut konvensi ini adalah, daerah dasar laut dan

tanah dibawahnya yang berada diluar laut teritorial yang merupakan kelanjutan alamiah dari
BAHAN UTS HK LAUT

daratan sampai kebatas terluar tepian kontinen (continental margin). Atau sampai pada jarak

200 mil laut diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial

apabila sisi terluar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut (pasal76).

6.      Kepulauan

Zona ekonomi eksklusif bukanlah satu-satunya perluasan drastis dari hak-hak negara

didalm konvensi : rezim kepulauan baru pun menunjukkan hal yang sama . pasal 46 mengartiakan

suatu kepulauan sebagai kelompok pulau-pulau dan perairan yang menghubungkannya yang saling

berkaitan debgan eratnya, sehingga membentuk kesatuan geografis, ekonomi dan politik atau yang

secra historis telah dianggap demikian. Suatu negara kepulauan adalah negara yang seluruhnya

terdiri dari satu atau lebih kepualauan.

7.      Laut Lepas

Laut lepas diartikan sebagai perairan yang berada diluar batas 200 mil laut zona ekonomi

eksklusif diamana laut lepas dibuka bagi semua negara, baik negara yang berpantai maupun yang

tidak berpantai dan kebebasan laut lepas ini antara lain adalah:

a.       Kebebasan berlayar

b.      Kebebasan terbang diatasnya

c.       Kebebasan untuk meletakkan kabel dan pipa bawah laut.

d.      Kebebasan untuk mendirikan pulau-pulau buatan dan instalasi-instalasi lainnya.

e.       Kebebasan menangkap ikan dan;

f.       Kebebasan untuk melakukan riset ilmiah.

8.      Dasar Samudra Dalam

Dasar smudra dalam yang dikenal dengan istilah kawasan yang diartikan sebagai sebagai

dasar laut dan tanah dibawahnya yang berada diluar batas-batas yuridiksi nasional (pasal 1).
BAHAN UTS HK LAUT

Menurut konvensi ini  kawasan dan sumber kekayaan alam didalamnya dinyatakan sebagai

warisan bersama seluruh ummat manusia (pasal 36)

TAMBAHAN
Negara kepulauan merupakan suatu wilayah negara yang memiliki banyak pulau
dankeberagam suku, adat istiadat, dan kebudayan yang berada dalam satu wijayah yaitu
negara itusendiri. negara kepulauan merupakan hasil keputusan dari konvensi perserikatan
bangsa- bangsa yang berarti negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih
kepulauan yang bisa menecakup pulau-pulau lain.
Contoh negara kepulauan:
indonesia.
papua nugini.
 jepang.
sri lanka.
madagaskar

Perbedaannya antara lain ialah:


1) Negara maritim mampu memanfaatkan laut yang sudah berada di dalam
kekuasaannyaataupun kewenangannya. Sedangkan negara kepulauan masih belum
mampumemanfaatkannya.
2) Negara maritim terdiri dari wilayah lautan yang menghubungkan pulau-pulau di
dalamnya.Sedangkan negara kepulauan terdiri dari rangkaian pulau-pulau dan daratan yang
terpisah olehlautan.3) Negara maritim mengandalkan Al (Angkatan Laut). Sedangkan
negara kepulauan masihmengandalkan AD (Angkatan Darat), dan lain sebagainya

Anda mungkin juga menyukai