Mahkamah Internasional 3 pada 1951 seperti yang telah dipertimbangkan oleh rancangan
undang-undang sebelumnya yang tidak dijalankan dalam hukum laut Indonesia.
Meskipun Deklarasi Djuanda belum diakui secara internasional, namun oleh pemerintah
Indonesia, deklarasi ini disahkan melalui keputusan Undang-Undang/ Prp No. 4/1960,
bulan Februari 1960. Undang-undang ini kemudian diperkuat dengan Keputusan presiden
no. 103/1963 yang menetapkan seluruh perairan nusantara Indonesia sebagai satu
lingkungan laut yang berada di bawah pengamanan Angkatan laut RI.
Perjuangan ditempuh bangsa Indonesia untuk mendapatkan pengakuan terhadap deklarasi
Djuanda dengan mengikuti konferensi hukum laut yang diadakan oleh PBB dalam
UNCLOS I (United Nations Conference on the Law of Sea), di Jenewa, Swiss pada tahun
1958. Pada tahun 1960 Indonesia mulai mengajukan deklarasi Djuanda di UNCLOS II.
Perjuangan tersebut belum berhasil.
Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan
perairan pedalaman.(pasal 3 Ayat 1)[4]., dalam pembahasan wilayah perairan indonesia akan
dibahas bagaimana zona-zona maritime dalam pengertian hukum laut yang pada prinsipnya
kita harus beranjak dari garis pantai menuju ke arah laut guna memahami berbagai zona dan
1. Perairan Pedalaman
Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari
garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk kedalamannya semua, bagian dari
perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 yaitu Di dalam perairan kepulauan, untuk penetapan batas perairan pedalaman,
BAHAN UTS HK LAUT
Pemerintah Indonesia dapat menarik garis-garis penutup pada mulut sungai, kuala, teluk, anak
a. Laut pedalaman, yaitu bagian laut yang terletak pada sisi darat dari garis penutup, pada sisi
b. perairan darat,yaitu segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah, kecuali
pada mulut sungai perairan darat adalah segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis
2. Laut Teritorial
Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut yang dikukur
dari garis pangkalkepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5[7]. Lebar laut 12
mil ini mengakibatkan beberapa selat menurut hukum klasik termasuk kedalam pengaturan
laut lepas, kini tunduk pada pengaturan hukum laut teritorial; kebebasan berlayar yang dahulu
yang dinikmatidilaut lepas kini tidak diperoleh lagi diselat-selat tersebut. Mengenai hal ini
antar negara-negara yang pantainya berhadapan dan berdampingan: apabila tidak ada
persetujuan yang menyatakan sebaliknya, tidak satu negara pun yang berhak untuk
menetapkan batas laut teritorialnya yang melebihi garis tengah, yaituh suatu garis yang titik-
titik sama jarak dari titik-titik pada garis pangkal yang digunaka untuk mengukur lebar laut
3. Jalur Tambahan
Pada suatu jalur yang lebarnya tidak melebihi 24 mil dari garis pangkal yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorial negara pantai dapat melakukan tindakan untuk
laut teritorialnya dan juga sekaligus dapat menerapkan hukumnya (pasal 33). Dengan
demikian lebar laut tambahan ini juga telah diperluas apabila dibandingkan dengan lebar jalur
Zona ekonomi ekslusif diartikan sebagai suatu daerah diluar laut teritorial yang
lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk
mengukur lebar laut teritorial ( pasal 55 dan 57 ). Menurut pengertian pasal 56, di zona
a. Hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan penglolaan
segala sumber kekayaan alam didasar laut dan tanah dibawahnya serta pada perairan
diatasnya.demikian pula terhadap semua kegiatan yang ditunjukan untuk tujuan eksploitasi
secara ekonomis dari zona tersebut (seperti produksi energy pada air, arus dan angina).
b. Yuridiksi, sebgaimana sebagaiman yang telah yang ditetapkan oleh konvensi ini atas
pendirian dan penggunaan pulau-pulau buatan, riset ilmiah kelautan serta perlindungan
lingkungan laut.
c. Hak-hak dan kewajiban lain sebagaiman yang telah ditetapkan oleh konvensi ini.
5. Landas Kontinen
Yang dimaksud dengan landas kontinen menurut konvensi ini adalah, daerah dasar laut dan
tanah dibawahnya yang berada diluar laut teritorial yang merupakan kelanjutan alamiah dari
BAHAN UTS HK LAUT
daratan sampai kebatas terluar tepian kontinen (continental margin). Atau sampai pada jarak
200 mil laut diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial
apabila sisi terluar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut (pasal76).
6. Kepulauan
Zona ekonomi eksklusif bukanlah satu-satunya perluasan drastis dari hak-hak negara
didalm konvensi : rezim kepulauan baru pun menunjukkan hal yang sama . pasal 46 mengartiakan
suatu kepulauan sebagai kelompok pulau-pulau dan perairan yang menghubungkannya yang saling
berkaitan debgan eratnya, sehingga membentuk kesatuan geografis, ekonomi dan politik atau yang
secra historis telah dianggap demikian. Suatu negara kepulauan adalah negara yang seluruhnya
7. Laut Lepas
Laut lepas diartikan sebagai perairan yang berada diluar batas 200 mil laut zona ekonomi
eksklusif diamana laut lepas dibuka bagi semua negara, baik negara yang berpantai maupun yang
tidak berpantai dan kebebasan laut lepas ini antara lain adalah:
a. Kebebasan berlayar
Dasar smudra dalam yang dikenal dengan istilah kawasan yang diartikan sebagai sebagai
dasar laut dan tanah dibawahnya yang berada diluar batas-batas yuridiksi nasional (pasal 1).
BAHAN UTS HK LAUT
Menurut konvensi ini kawasan dan sumber kekayaan alam didalamnya dinyatakan sebagai
TAMBAHAN
Negara kepulauan merupakan suatu wilayah negara yang memiliki banyak pulau
dankeberagam suku, adat istiadat, dan kebudayan yang berada dalam satu wijayah yaitu
negara itusendiri. negara kepulauan merupakan hasil keputusan dari konvensi perserikatan
bangsa- bangsa yang berarti negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih
kepulauan yang bisa menecakup pulau-pulau lain.
Contoh negara kepulauan:
indonesia.
papua nugini.
jepang.
sri lanka.
madagaskar