BAB I
KETENTUAN UMUM
15. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha 25. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
yang selanjutnya disebut amdal, adalah
pertambangan untuk memperoleh kajian mengenai dampak besar dan
informasi secara terperinci dan teliti penting suatu usaha dan/atau kegiatan
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, yang direncanakan pada lingkungan
kualitas dan sumber daya terukur dari hidup yang diperlukan bagi proses
bahan galian, serta informasi mengenai pengambilan keputusan tentang
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
16. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan
usaha pertambangan untuk memperoleh 26. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
informasi secara rinci seluruh aspek yang sepanjang tahapan usaha pertambangan
berkaitan untuk menentukan kelayakan untuk menata, memulihkan, dan
ekonomis dan teknis usaha pertambangan, memperbaiki kualitas lingkungan dan
termasuk analisis mengenai dampak ekosistem agar dapat berfungsi kembali
lingkungan serta perencanaan sesuai peruntukannya.
27. 38. Menteri adalah menteri yang
Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya menyelenggarakan urusan pemerintahan
disebut pascatambang, adalah kegiatan
di bidang pertambangan mineral dan
terencana, sistematis, dan berlanjut setelah batubara.
akhir sebagian atau seluruh kegiatan
usaha pertambangan untuk memulihkan
fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial BAB II
menurut kondisi lokal di seluruh wilayah ASAS DAN TUJUAN
penambangan.
Pasal 2
28. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha
untuk meningkatkan kemampuan Pertambangan mineral dan/atau batubara
masyarakat, baik secara individual dikelola berasaskan:
maupun kolektif, agar menjadi lebih baik
tingkat kehidupannya. a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
Pertambangan merupakan salah satu jenis PNPB 4. Konstruksi: Setelah diketahui bahwa proyek
karena pertambangan memanfaatkan sumber daya pertambangan layak secara ekonomis teknis dan
alam yang terdapat diatas, di permukaan, dan di lingkungan, maka dilakukan pembangunan
dalam bumi yang dikuasai oleh Negara infrastruktur. Pembangunan infrastruktur biasanya
dilakukan oleh perusahaan konstruksi. Jasa akan
Pasal 103 terutang PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa
konstruksi.
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
pertambangan dan batu bara dengan UU 5. Pertambangan/Eksploitasi: Kegiatan ini
perpajakan biasanya meliputi Land clearing (proses
pembukaan lahan), Pengeboran dan penggalian,
Kegiatan usaha pertambangan mineral dan pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan
batubara yang merupakan kegiatan usaha penjualan. Atas jasa yang dilakukan oleh pihak
pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas ketiga terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.
bumi serta air tanah mempunyai peranan penting
dalam memberikan nilai tambah secara nyata 6. Reklamasi: Adalah proses rehabilitasi
kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan lingkungan yang rusak akibat kegiatan
penambangan. Apabila proses reklamasi dilakukan Pasal 38 UU Kehutanan (1) Penggunaan kawasan
oleh pihak ketiga maka akan terutang PPh Pasal hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
23/26 dan PPN. kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di
dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
Pasal 104 lindung. (2) Penggunaan kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan
pertambangan dan batu bara dengan UU hutan. Pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan
lingkungan hidup yang berdampak penting dan cakupan yang luas
serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan Perpu No. 1 Tahun 2004; Psl 83A: Semua
galian berharga dari lapisan bumi telah perizinan atau perjanjian dibidang pertambangan
berlangsung sejak lama, mekanisasi peralatan di kawsan hutan yang telah ada sebelum
pertambangan telah menyebabkan skala berlakunya UU No. 41 Tahun 1999 tentang
pertambangan semakin membesar. Hal ini kehutanan dinyatakan tetap berlaku sampai
menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan akhirnya izin atau perjanjian yang dimaksud.
dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat
Pasal 106
penting Kegiatan pertambangan, selain
menimbulkan dampak lingkungan, ternyata Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh pertambangan dan batu bara dengan UU
sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan persero
harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World
Bank, 1998):
1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan
kesehatan dipertimbangkan dalam menentukan Persero adalah salah satu Badan Usaha yang
kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif dikelola oleh Negara atau Daerah. Berbeda dengan
kegiatan yang akan dipilih. Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero
yang pertama adalah mencari keuntungan dan
2. Memastikan bahwa pengendalian, penge-lolaan, yang kedua memberi pelayanan kepada umum.
pemantauan serta langkah-langkah perlindungan Modal pendiriannya berasal sebagian atau
telah terintegrasi di dalam desain dan seluruhnya dari kekayaan negara yang dipisahkan
implementasi proyek serta rencana penutupan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh
tambang. direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai
pegawai swasta. Badan usaha ditulis PT < nama
Pasal 105 perusahaan > (Persero). Perusahaan ini tidak
memperoleh fasilitas negara. Jadi dari uraian di
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
atas, ciri-ciri Persero adalah:
pertambangan dan batu bara dengan UU no 41
tahun/1999 tentang kehutanan
Tujuan utamanya mencari laba
(Komersial)
Kegiatan pertambangan yang dilakukan di area Modal sebagian atau seluruhnya berasal
hutan hanya dapat dilaksanakan di hutan: dari kekayaan negara yang dipisahkan
yang berupa saham-saham
1.Lindung
Permasalahan yang di hadapi para petani oleh Semenjak diberlakukannya UU Minerba, usaha
karna ada nya pertambangan: pertambangan tidak lagi dilakukan berdasarkan
Kontrak Karya ataupun PKP2B, melainkan
1) petani yang kini beralih profesi sebagai pekerja berdasar Izin Usaha Pertambangan (“IUP”).
(buruh) tambang, hal ini terjadi karena problem Menurut pasal 1 angka 7 UU Minerba, IUP
kesuburan tanah yang berdampak pada kurangnya adalah izin untuk melaksanakan usaha
hasil pertanian. pertambangan. IUP terdiri atas dua tahap
yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi.
2) petani yang tidak mendapatkan kesempatan IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan
untuk menjadi pekerja di perusahaan tambang untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, dan studi kelayakan (lihat pasal
3) upah yang tidak layak bagi para pekerja; 1 angka 8 UU Minerba). Sedangkan, IUP
Operasi Produksi adalah izin usaha yang
4) perekrutan Tenaga Kerja Asing dan Tenaga
diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Kerja Indonesia (lokal), dll.
Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
Selain apa yang telah disebutkan di atas, ada topik operasi produksi. Kedua IUP tersebut diberikan
reklamasi pasca tambang yang tidak dilakukan setelah perusahaan tersebut memperoleh Wilayah
oleh perusahaan. Reklamasi pasca tambang pada Izin Usaha Pertambangan (WIUP), yaitu wilayah
dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki kondisi yang diberikan kepada pemegang IUP (lihat pasal
tanah setelah aktivitas pertambangan selesai. 6 ayat [4] PP No. 23/2010). Kemudian, di
dalam pasal 8 ayat (3) PP 23/2010 dinyatakan
Sudah sepatutnya pihak pertambangan menjamin bahwa WIUP diperoleh melalui cara lelang.
ekonomi mayarakat yang terkena dampak tambang
terutama dibidang pertanian. Pasal 108
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP b. pertambangan mineral bukan logam;
Eksplorasi batubara dapat diberikan IUP
kepada pihak lain untuk mengusahakan c. pertambangan batuan; dan/atau
mineral lain yang keterdapatannya
berbeda. d. pertambangan batubara.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana
memperoleh WIUP sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib
dalam Pasal 51, Pasal 54, Pasal 57, dan Pasal menyampaikan surat permohonan kepada
60 diatur dengan peraturan pemerintah. bupati/walikota.
b. pengelolaan lingkungan hidup; dan (2) IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diberikan kepada badan usaha
c. pascatambang. yang berbadan hukum Indonesia, baik
berupa badan usaha milik negara, badan
(3) Untuk melaksanakan pengamanan teknis usaha milik daerah, maupun badan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), swasta.
pemerintah kabupaten/kota wajib
mengangkat pejabat fungsional inspektur (3) Badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mendapat
prioritas dalam mendapatkan IUPK.
j. rencana pengembangan dan
(4) Badan usaha swasta sebagaimana pemberdayaan masyarakat di sekitar
dimaksud pada ayat (2) untuk wilayah pertambangan;
mendapatkan IUPK dilaksanakan dengan
cara lelang WIUPK. k. perpajakan;
(1) Setiap pemegang IUPK Eksplorasi dijamin g. jangka waktu tahap kegiatan;
untuk memperoleh IUPK Operasi
Produksi sebagai kelanjutan kegiatan h. penyelesaian masalah pertanahan;
usaha pertambangannya.
lingkungan hidup, termasuk reklamasi
i.
(2) IUPK Operasi Produksi dapat diberikan dan pascatambang;
kepada badan usaha yang berbadan
dana jaminan reklamasi dan jaminan
hukum Indonesia sebagaimana dimaksud j.
pascatambang;
dalam Pasal 75 ayat (3) dan ayat (4) yang
telah mempunyai data hasil kajian studi
k. jangka waktu berlakunya IUPK;
kelayakan.
l. perpanjangan IUPK;
Pasal 78
m. hak dan kewajiban;
IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) huruf a sekurang- n. pengembangan dan pemberdayaan
kurangnya wajib memuat: masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
a. nama perusahaan;
o. perpajakan;
b. luas dan lokasi wilayah;
p. iuran tetap dan iuran produksi serta
c. rencana umum tata ruang;
bagian pendapatan negara/daerah, yang
terdiri atas bagi hasil dari keuntungan
d. jaminan kesungguhan;
bersih sejak berproduksi;
e. modal investasi;
q. penyelesaian perselisihan;
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
g. hak dan kewajiban pemegang IUPK;
s. konservasi mineral atau batubara;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
t. pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta
i. jenis usaha yang diberikan; kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri; operasi produksi pertambangan batubara
diberikan dengan luas paling banyak
u. penerapan kaidah keekonomian dan 15.000 (lima belas ribu) hektare.
keteknikan pertambangan yang baik;
e. jangka waktu IUPK Eksplorasi
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia; pertambangan mineral logam dapat
diberikan paling lama 8 (delapan) tahun.
w. pengelolaan data mineral atau batubara;
f. jangka waktu IUPK Eksplorasi
x. penguasaan, pengembangan dan pertambangan batubara dapat diberikan
penerapan teknologi pertambangan paling lama 7 (tujuh) tahun.
mineral atau batubara; dan
g. jangka waktu IUPK Operasi Produksi
y. divestasi saham. mineral logam atau batubara dapat
diberikan paling lama 20 (dua puluh)
Pasal 80 tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
IUPK tidak dapat digunakan selain yang
dimaksud dalam pemberian IUPK. Pasal 84
a. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
eksplorasi pertambangan mineral logam persyaratan administratif, persyaratan
diberikan dengan luas paling banyak teknis, persyaratan lingkungan, dan
100.000 (seratus ribu) hektare. persyaratan finansial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
b. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan peraturan pemerintah.
operasi produksi pertambangan mineral
logam diberikan dengan luas paling BAB XII
banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) DATA PERTAMBANGAN
hektare.
Pasal 87
c. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan
eksplorasi pertambangan batubara Untuk menunjang penyiapan WP dan
diberikan dengan luas paling banyak pengembangan ilmu pengetahuan dan
50.000 (lima puluh ribu) hektare. teknologi pertambangan, Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya
d. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan dapat menugasi lembaga riset negara
dan/atau daerah untuk melakukan dapat dilakukan setelah melakukan
penyelidikan dan penelitian tentang kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.
pertambangan
(3) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham
Pasal 88 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat dilakukan dengan syarat:
(1) Data yang diperoleh dari kegiatan usaha
pertambangan merupakan data milik a. harus memberitahu kepada Menteri,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah gubernur, atau bupati/walikota sesuai
sesuai dengan kewenangannya. dengan kewenangannya; dan
Pasal 89
BAB XIII
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93