Anda di halaman 1dari 20

Mineral dan Batubara;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 dan Pasal 33 ayat (2)


dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

    Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA    
dan
NOMOR 4 TAHUN 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
TENTANG
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA     MEMUTUSKAN:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG


PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I
     
KETENTUAN UMUM

Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang     Pasal 1


terkandung dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia merupakan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
   
kekayaan alam tak terbarukan sebagai dengan:
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
mempunyai peranan penting dalam 1. Pertambangan adalah sebagian atau
memenuhi hajat hidup orang banyak, seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
karena itu pengelolaannya harus dikuasai penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
oleh Negara untuk memberi nilai tambah mineral atau batubara yang meliputi
secara nyata bagi perekonomian nasional     penyelidikan umum, eksplorasi, studi
dalam usaha mencapai kemakmuran dan kelayakan, konstruksi, penambangan,
kesejahteraan rakyat secara berkeadilan; pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta
b. bahwa kegiatan usaha pertambangan kegiatan pascatambang.
mineral dan batubara yang merupakan
kegiatan usaha pertambangan di luar 2. Mineral adalah senyawa anorganik yang
panas bumi, minyak dan gas bumi serta air terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik
    tanah mempunyai peranan penting dalam dan kimia tertentu serta susunan kristal
   
memberikan nilai tambah secara nyata teratur atau gabungannya yang
kepada pertumbuhan ekonomi nasional membentuk batuan, baik dalam bentuk
dan pembangunan daerah secara lepas atau padu.
berkelanjutan;
3. Batubara adalah endapan senyawa
c. bahwa dengan mempertimbangkan     organik karbonan yang terbentuk secara
perkembangan nasional maupun alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.
internasional, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan 4. Pertambangan Mineral adalah
Pokok Pertambangan sudah tidak sesuai pertambangan kumpulan mineral yang
lagi sehingga dibutuhkan perubahan     berupa bijih atau batuan, di luar panas
peraturan perundang-undangan di bidang bumi, minyak dan gas bumi, serta air
    tanah.
pertambangan mineral dan batubara yang
dapat mengelola dan mengusahakan
potensi mineral dan batubara secara 5. Pertambangan Batubara adalah
mandiri, andal, transparan, berdaya saing, pertambangan endapan karbon yang
   
efisien, dan berwawasan lingkungan, guna terdapat di dalam bumi, termasuk
menjamin pembangunan nasional secara bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.
berkelanjutan;
6. Usaha Pertambangan adalah kegiatan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan dalam rangka pengusahaan mineral atau
    sebagaimana dimaksud dalam huruf a,     batubara yang meliputi tahapan kegiatan
huruf b, dan huruf c, perlu membentuk penyelidikan umum, eksplorasi, studi
Undang-Undang tentang Pertambangan kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pascatambang.
pengangkutan dan penjualan, serta
pascatambang. 17. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan
usaha pertambangan yang meliputi
7. Izin Usaha Pertambangan, yang konstruksi, penambangan, pengolahan,
    selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk     pemurnian, termasuk pengangkutan dan
melaksanakan usaha pertambangan. penjualan, serta sarana pengendalian
dampak lingkungan sesuai dengan hasil
8. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang studi kelayakan.
diberikan untuk melakukan tahapan
   
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, 18. Konstruksi adalah kegiatan usaha
clan studi kelayakan. pertambangan untuk melakukan
    pembangunan seluruh fasilitas operasi
9. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha produksi, termasuk pengendalian dampak
yang diberikan setelah selesai pelaksanaan lingkungan.
   
IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan
kegiatan operasi produksi. 19. Penambangan adalah bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk memproduksi
   
10. mineral dan/atau batubara dan mineral
Izin Pertambangan Rakyat, yang ikutannya.
selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk
    melaksanakan usaha pertambangan dalam
20.
wilayah pertambangan rakyat dengan lugs Pengolahan dan Pemurnian adalah
wilayah dan investasi terbatas. kegiatan usaha pertambangan untuk
    meningkatkan mutu mineral dan/atau
11. Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang batubara serta untuk memanfaatkan dan
selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah memperoleh mineral ikutan.
    izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di wilayah izin usaha 21. Pengangkutan adalah kegiatan usaha
pertambangan khusus. pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batubara dari daerah
12.    
IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang tambang dan/atau tempat pengolahan
diberikan untuk melakukan tahapan dan pemurnian sampai tempat
    kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, penyerahan.
dan studi kelayakan di wilayah izin usaha
pertambangan khusus. 22. Penjualan adalah kegiatan usaha
    pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batubara.
13.
IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha
23. Badan Usaha adalah setiap badan hukum
yang diberikan setelah selesai pelaksanaan
IUPK Eksplorasi untuk melakukan yang bergerak di bidang pertambangan
   
tahapan kegiatan operasi produksi di yang didirikan berdasarkan hukum
   
wilayah izin usaha pertambangan khusus. Indonesia dan berkedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
14. Penyelidikan Umum adalah tahapan
kegiatan pertambangan untuk mengetahui 24. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang
        yang berkaitan dengan kegiatan usaha
kondisi geologi regional dan indikasi
adanya mineralisasi. pertambangan.

15. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha 25. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
yang selanjutnya disebut amdal, adalah
pertambangan untuk memperoleh kajian mengenai dampak besar dan
informasi secara terperinci dan teliti penting suatu usaha dan/atau kegiatan
    tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,     yang direncanakan pada lingkungan
kualitas dan sumber daya terukur dari hidup yang diperlukan bagi proses
bahan galian, serta informasi mengenai pengambilan keputusan tentang
lingkungan sosial dan lingkungan hidup. penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
16. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan
usaha pertambangan untuk memperoleh 26. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
informasi secara rinci seluruh aspek yang sepanjang tahapan usaha pertambangan
    berkaitan untuk menentukan kelayakan untuk menata, memulihkan, dan
   
ekonomis dan teknis usaha pertambangan, memperbaiki kualitas lingkungan dan
termasuk analisis mengenai dampak ekosistem agar dapat berfungsi kembali
lingkungan serta perencanaan sesuai peruntukannya.
27. 38. Menteri adalah menteri yang
Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya menyelenggarakan urusan pemerintahan
disebut pascatambang, adalah kegiatan    
di bidang pertambangan mineral dan
terencana, sistematis, dan berlanjut setelah batubara.
akhir sebagian atau seluruh kegiatan
   
usaha pertambangan untuk memulihkan
fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial BAB II
   
menurut kondisi lokal di seluruh wilayah ASAS DAN TUJUAN
penambangan.
    Pasal 2
28. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha
untuk meningkatkan kemampuan Pertambangan mineral dan/atau batubara
   
    masyarakat, baik secara individual dikelola berasaskan:
maupun kolektif, agar menjadi lebih baik
tingkat kehidupannya.     a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;

29. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya


    b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
disebut WP, adalah wilayah yang memiliki
potensi mineral dan/atau batubara dan
    partisipatif, transparansi, dan
tidak terikat dengan batasan administrasi     c.
pemerintahan yang merupakan bagian akuntabilitas;
dari tata ruang nasional.
berkelanjutan dan berwawasan
    d.
30. Wilayah Usaha Pertambangan, yang lingkungan.
selanjutnya disebut WUP, adalah bagian
        Pasal 3
dari WP yang telah memiliki ketersediaan
data, potensi, dan/atau informasi geologi.
Dalam rangka mendukung pembangunan
31. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang     nasional yang berkesinambungan, tujuan
    selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah pengelolaan mineral dan batubara adalah:
yang diberikan kepada pemegang IUP.

32. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang a. menjamin efektivitas pelaksanaan dan


selanjutnya disebut WPR, adalah bagian pengendalian kegiatan usaha
       
dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna,
pertambangan rakyat. berhasil guna, dan berdaya saing;

33. Wilayah Pencadangan Negara, yang b. menjamin manfaat pertambangan mineral


selanjutnya disebut WPN, adalah bagian     dan batubara secara berkelanjutan dan
    berwawasan lingkungan hidup;
dari WP yang dicadangkan untuk
kepentingan strategis nasional.
c. menjamin tersedianya mineral dan
batubara sebagai bahan baku dan/atau
34. Wilayah Usaha Pertambangan Khusus    
sebagai sumber energi untuk kebutuhan
    yang selanjutnya disebut WUPK, adalah
dalam negeri;
bagian dari WPN yang dapat diusahakan.
d. mendukung dan menumbuhkembangkan
35. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus
kemampuan nasional agar lebih mampu
dalam WUPK, yang selanjutnya disebut    
    bersaing di tingkat nasional, regional, dan
WIUPK, adalah wilayah yang diberikan
internasional;
kepada pemegang IUPK.

e. meningkatkan pendapatan masyarakat


36. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya
lokal, daerah, dan negara, serta
disebut Pemerintah, adalah Presiden    
menciptakan lapangan kerja untuk
Republik Indonesia yang memegang
sebesar-besar kesejahteraan rakyat; dan
    kekuasaan Pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik f. menjamin kepastian hukum dalam
Indonesia Tahun 1945.     penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
    37. Pemerintah daerah adalah gubernur,      BAB III
bupati atau walikota, dan perangkat PENGUASAAN MINERAL DAN
daerah sebagai unsur penyelenggaraan BATUBARA
pemerintahan daerah.
    Pasal 4 penetapan standar nasional, pedoman,
      c.
dan kriteria;
(1) Mineral dan batubara sebagai sumber
daya alam yang tak terbarukan d. penetapan sistem perizinan
merupakan kekayaan nasional yang       pertambangan mineral dan batubara
   
dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar nasional;
kesejahteraan rakyat.
e. penetapan WP yang dilakukan setelah
(2) Penguasaan mineral dan batubara oleh berkoordinasi dengan pemerintah
      daerah dan berkonsultasi dengan
negara sebagaimana dimaksud pada ayat Dewan Perwakilan Rakyat Republik
   
(1) diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia;
dan/atau pemerintah daerah.
f. pemberian IUP, pembinaan,
    Pasal 5 penyelesaian konflik masyarakat, dan
pengawasan usaha pertambangan yang
     
(1) Untuk kepentingan nasional, Pemerintah berada pada lintas wilayah provinsi
setelah berkonsultasi dengan Dewan dan/atau wilayah laut lebih dari 12
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (dua belas) mil dari garis pantai;
   
dapat menetapkan kebijakan
pengutamaan mineral dan/atau batubara g. pemberian IUP, pembinaan,
untuk kepentingan dalam negeri. penyelesaian konflik masyarakat, dan
pengawasan usaha pertambangan yang
(2) Kepentingan nasional sebagaimana       lokasi penambangannya berada pada
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan lintas wilayah provinsi dan/atau
   
dengan pengendalian produksi dan wilayah laut lebih dari 12 (dua belas)
ekspor. mil dari garis pantai;

(3) h. pemberian IUP, pembinaan,


Dalam melaksanakan pengendalian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelesaian konflik masyarakat, dan
    Pemerintah mempunyai kewenangan pengawasan usaha pertambangan
untuk menetapkan jumlah produksi tiap-       operasi produksi yang berdampak
tiap komoditas per tahun setiap provinsi. lingkungan langsung lintas provinsi
dan/atau dalam wilayah laut lebih dari
(4) Pemerintah daerah wajib mematuhi 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
ketentuan jumlah yang ditetapkan oleh
    pemberian IUPK Eksplorasi dan IUPK
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada       i.
ayat (3). Operasi Produksi;

j. pengevaluasian IUP Operasi Produksi,


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
yang dikeluarkan oleh pemerintah
pengutamaan mineral dan/atau batubara
daerah, yang telah menimbulkan
untuk kepentingan dalam negeri      
kerusakan lingkungan serta yang tidak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
    menerapkan kaidah pertambangan
pengendalian produksi dan ekspor
yang baik;
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan peraturan k. penetapan kebijakan produksi,
pemerintah.
      pemasaran, pemanfaatan, dan
konservasi;
    BAB IV
l. penetapan kebijakan kerja sama,
KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN       kemitraan, dan pemberdayaan
MINERAL DAN BATUBARA masyarakat;

    Pasal 6 m.perumusan dan penetapan penerimaan


      negara bukan pajak dari hasil usaha
(1) Kewenangan Pemerintah dalam pertambangan mineral dan batubara;
    pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara, antara lain, adalah: n. pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pengelolaan
      pertambangan mineral dan batubara
      a. penetapan kebijakan nasional;
yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah;
      b. pembuatan peraturan perundang-
undangan;
o. pembinaan dan pengawasan penyelesaian konflik masyarakat dan
      penyusunan peraturan daerah di bidang pengawasan usaha pertambangan yang
pertambangan; berdampak lingkungan langsung lintas
kabupaten/kota dan/atau wilayah laut
p. 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua
penginventarisasian, penyelidikan, dan
belas) mil;
penelitian serta eksplorasi dalam rangka
      memperoleh data dan informasi mineral
e. penginventarisasian, penyelidikan dan
dan batubara sebagai bahan
penelitian serta eksplorasi dalam rangka
penyusunan WUP dan WPN;
      memperoleh data dan informasi mineral
dan batubara sesuai dengan
q. pengelolaan informasi geologi, kewenangannya;
informasi potensi sumber daya mineral
      f. pengelolaan informasi geologi,
dan batubara, serta informasi
pertambangan pada tingkat nasional; informasi potensi sumber daya mineral
      dan batubara, serta informasi
pertambangan pada daerah/wilayah
r.
pembinaan dan pengawasan terhadap provinsi;
     
reklamasi lahan pascatambang;
g. penyusunan neraca sumber daya
      mineral dan batubara pada
s.
penyusunan neraca sumber daya daerah/wilayah provinsi;
     
mineral dan batubara tingkat nasional;
h. pengembangan dan peningkatan nilai
      tambah kegiatan usaha pertambangan
t. pengembangan dan peningkatan nilai
tambah kegiatan usaha pertambangan; di provinsi;
     
dan
i. pengembangan dan peningkatan peran
u. peningkatan kemampuan aparatur serta masyarakat dalam usaha
     
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pertambangan dengan memperhatikan
      pemerintah kabupaten/kota dalam kelestarian lingkungan;
penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan. j. pengoordinasian perizinan dan
pengawasan penggunaan bahan
(2) Kewenangan Pemerintah sebagaimana      
peledak di wilayah tambang sesuai
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan kewenangannya;
   
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. k. penyampaian informasi hasil
inventarisasi, penyelidikan umum, dan
     
penelitian serta eksplorasi kepada
   
Pasal 7 Menteri dan bupati/walikota;

(1) Kewenangan pemerintah provinsi dalam l. penyampaian informasi hasil produksi,


    pengelolaan pertambangan mineral dan       penjualan dalam negeri, serta ekspor
batubara, antara lain, adalah: kepada Menteri dan bupati/wahkota;

pembuatan peraturan perundang- m.


      a. pembinaan dan pengawasan terhadap
undangan daerah;      
reklamasi lahan pascatambang; dan
b. pemberian IUP, pembinaan,
penyelesaian konflik masyarakat dan n. peningkatan kemampuan aparatur
pengawasan usaha pertambangan pada pemerintah provinsi dan pemerintah
     
lintas wilayah kabupaten/kota       kabupaten/kota dalam
dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil penyelenggaraan pengelolaan usaha
sampai dengan 12 (dua belas) mil; pertambangan.

c. pemberian IUP, pembinaan, (2) Kewenangan pemerintah provinsi


penyelesaian konflik masyarakat dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pengawasan usaha pertambangan    
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
operasi produksi yang kegiatannya peraturan perundang-undangan.
     
berada pada lintas wilayah
kabupaten/kota dan/atau wilayah laut
4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua     Pasal 8
belas) mil;
    (1) Kewenangan pemerintah kabupaten/kota
      d. pemberian IUP, pembinaan, dalam pengelolaan pertambangan mineral
dan batubara, antara lain, adalah: dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
pembuatan peraturan perundang-
      a.
undangan daerah; BAB V
    WILAYAH PERTAMBANGAN
b. pemberian IUP dan IPR, pembinaan,
penyelesaian konflik masyarakat, dan Bagian Kesatu
pengawasan usaha pertambangan di Umum
     
wilayah kabupaten/kota dan/atau
wilayah laut sampai dengan 4 (empat) Pasal 9
mil;
(1) WP sebagai bagian dari tata ruang
c. pemberian IUP dan IPR, pembinaan, nasional merupakan landasan bagi
penyelesaian konflik masyarakat dan penetapan kegiatan pertambangan.
pengawasan usaha pertambangan
      operasi produksi yang kegiatannya (2) WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada di wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh Pemerintah setelah
dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 berkoordinasi dengan pemerintah daerah
(empat) mil; dan berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
d. penginventarisasian, penyelidikan dan
Pasal 10
penelitian, serta eksplorasi dalam
     
rangka memperoleh data dan informasi Penetapan WP sebagaimana dimaksud dalam
mineral dan batubara; Pasal 9 ayat (2) dilaksanakan:

e. pengelolaan informasi geologi, secara transparan, partisipatif, dan


a.
informasi potensi mineral dan batubara, bertanggung jawab;
     
serta informasi pertambangan pada
wilayah kabupaten/kota; b. secara terpadu dengan memperhatikan
pendapat dari instansi pemerintah terkait,
masyarakat, dan dengan
f. penyusunan neraca sumber daya
mempertimbangkan aspek ekologi,
      mineral dan batubara pada wilayah
ekonomi, dan sosial budaya, serta
kabupaten/kota;
berwawasan lingkungan; dan
g. pengembangan dan pemberdayaan
c. dengan memperhatikan aspirasi daerah.
masyarakat setempat dalam usaha
     
pertambangan dengan memperhatikan   Pasal 11
kelestarian lingkungan;
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
h. pengembangan dan peningkatan nilai melakukan penyelidikan dan penelitian
      tambah dan manfaat kegiatan usaha pertambangan dalam rangka penyiapan WP.
pertambangan secara optimal;
Pasal 12
i. penyampaian informasi hasil
inventarisasi, penyelidikan umum, dan Ketentuan lebih lanjut mengenai batas, luas,
      penelitian, serta eksplorasi dan dan mekanisme penetapan WP sebagaimana
eksploitasi kepada Menteri dan dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal
gubernur; 11 diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 13
j. penyampaian informasi hasil produksi,
      penjualan dalam negeri, serta ekspor WP terdiri atas:
kepada Menteri dan gubernur;
a. WUP;
k.
pembinaan dan pengawasan terhadap
      b. WPR; dan
reklamasi lahan pascatambang; dan
c. WPN.
l. peningkatan kemampuan aparatur
pemerintah kabupaten/kota dalam Bagian Kedua
      Wilayah Usaha Pertambangan
penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan.
Pasal 14
(2)
    Kewenangan pemerintah kabupaten/kota (1) Penetapan WUP dilakukan oleh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah setelah berkoordinasi dengan
pemerintah daerah dan disampaikan WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
secara tertulis kepada Dewan Perwakilan ditetapkan oleh bupati/walikota setelah
Rakyat Republik Indonesia. berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten/kota.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan pemerintah
daerah yang bersangkutan berdasarkan
data dan informasi yang dimiliki
Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 22
Pasal 15
Kriteria untuk menetapkan WPR adalah
Pemerintah dapat melimpahkan sebagian    
sebagai berikut:
kewenangannya dalam penetapan WUP
sebagaimana dimaksud dalam, Pasal 14 ayat a. mempunyai cadangan mineral sekunder
(1) kepada pemerintah provinsi sesuai dengan yang terdapat di sungai dan/atau di
ketentuan peraturan perundang-undangan. antara tepi dan tepi sungai;
Pasal 16 b. mempunyai cadangan primer logam atau
batubara dengan kedalaman maksimal 25
Satu WUP terdiri atas 1 (satu) atau beberapa
(dua puluh lima) meter;
WIUP yang berada pada lintas wilayah
provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota, endapan teras, dataran banjir, dan
dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/ c.
endapan sungai purba;
kota.
d. luas maksimal wilayah pertambangan
Pasal 17 rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;
Luas dan batas WIUP mineral logam dan menyebutkan jenis komoditas yang akan
batubara ditetapkan oleh Pemerintah e.
ditambang; dan/atau
berkoordinasi dengan pemerintah daerah
berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan
Pemerintah. tambang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
Pasal 18
Pasal 23
Kriteria untuk menetapkan 1 (satu) atau
beberapa WIUP dalam 1 (satu) WUP adalah Dalam menetapkan WPR sebagaimana
sebagai berikut: dimaksud dalam Pasal 21, bupati/walikota
berkewajiban melakukan pengumuman
a. letak geografis; mengenai rencana WPR kepada masyarakat
secara terbuka.
b. kaidah konservasi;
Pasal 24
c. daya dukung lindungan lingkungan;
Wilayah atau tempat kegiatan tambang
optimalisasi sumber daya mineral
d. rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum
dan/atau batubara; dan
ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk
ditetapkan sebagai WPR.
e. tingkat kepadatan penduduk.
Pasal 25
Pasal 19
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman,
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
prosedur, dan penetapan WPR sebagaimana
penetapan batas dan luas WIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 diatur
dimaksud dalam Pasal 17 diatur dengan
dengan peraturan pemerintah.
peraturan pemerintah.
Pasal 26
Bagian Ketiga
Wilayah Pertambangan Rakyat
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan
mekanisme penetapan WPR, sebagaimana
Pasal 20
dimaksud dalam Pasal 22 dan Pasal 23 diatur
Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
dalam suatu WPR.
Bagian Keempat
Pasal 21 Wilayah Pencadangan Negara
Pasal 27 WIUPK yang berada pada lintas wilayah
provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota,
(1) Untuk kepentingan strategis nasional, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/
Pemerintah dengan persetujuan Dewan kota.
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dan dengan memperhatikan aspirasi Pasal 31
daerah menetapkan WPN sebagai daerah
yang dicadangkan untuk komoditas Luas dan batas WIUPK mineral logam dan
tertentu dan daerah konservasi dalam batubara ditetapkan oleh Pemerintah
rangka menjaga keseimbangan ekosistem berkoordinasi dengan pemerintah daerah
dan lingkungan. berdasarkan kriteria dan informasi yang
dimiliki oleh Pemerintah.
(2) WPN yang ditetapkan untuk komoditas
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 32
(1) dapat diusahakan sebagian luas
wilayahnya dengan persetujuan Dewan Kriteria untuk menetapkan 1 (satu) atau
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. beberapa WIUPK dalam 1 (satu) WUPK
adalah sebagai berikut:
(3) WPN yang ditetapkan untuk konservasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. letak geografis;
ditentukan batasan waktu dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat b. kaidah konservasi;
Republik Indonesia.
c. daya dukung lindungan lingkungan;
(4) Wilayah yang akan diusahakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan optimalisasi sumber daya mineral
d.
ayat (3) berubah statusnya menjadi dan/atau batubara; dan
WUPK.
e. tingkat kepadatan penduduk.
Pasal 28
 Pasal 33
Perubahan status WPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2), ayat (3), Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dan ayat (4) menjadi WUPK dapat dilakukan penetapan luas dan batas WIUPK
dengan mempertimbangkan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan
Pasal 32 diatur dengan peraturan pemerintah.
pemenuhan bahan baku industri dan
a. BAB VI
energi dalam negeri;
USAHA PERTAMBANGAN
b. sumber devisa negara;
Pasal 34
c. kondisi wilayah didasarkan pada
keterbatasan sarana dan prasarana; (1) Usaha pertambangan dikelompokkan atas:

d. berpotensi untuk dikembangkan sebagai a. pertambangan mineral; dan


pusat pertumbuhan ekonomi;
b. pertambangan batubara.
e. daya dukung lingkungan; dan/atau
(2) Pertambangan mineral sebagaimana
f. penggunaan teknologi tinggi dan modal dimaksud pada ayat (1) huruf a
investasi yang besar. digolongkan atas:

Pasal 29 a. pertambangan mineral radioaktif;

(1) WUPK sebagaimana dimaksud dalam b. pertambangan mineral logam;


Pasal 27 ayat (4) yang akan diusahakan
ditetapkan oleh Pemerintah setelah pertambangan mineral bukan logam;
c.
berkoordinasi dengan pemerintah daerah. dan

(2) Pelaksanaan kegiatan usaha d. pertambangan batuan.


pertambangan di WUPK sebagaimana
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
penetapan suatu komoditas tambang ke
bentuk IUPK.
dalam suatu golongan pertambangan
Pasal 30 mineral sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan peraturan pemerintah.
Satu WUPK terdiri atas 1 (satu) atau beberapa
Pasal 35
(1) IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a wajib
Usaha pertambangan sebagaimana dimaksud memuat ketentuan sekurang-kurangnya:
dalam Pasal 34 dilaksanakan dalam bentuk:
a. nama perusahaan;
a. IUP;
b. lokasi dan luas wilayah;
b. IPR; dan
c. rencana umum tata ruang;
c. IUPK.
d. jaminan kesungguhan;
BAB VII
IZIN USAHA PERTAMBANGAN e. modal investasi;

Bagian Kesatu f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;


umum
g. hak dan kewajiban pemegang IUP;
Pasal 36
jangka waktu berlakunya tahap
h.
(1) IUP terdiri atas dua tahap: kegiatan;

a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan i. jenis usaha yang diberikan;


penyelidikan umum, eksplorasi, dan
studi kelayakan; j. rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan wilayah pertambangan;
konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pengangkutan k. perpajakan;
dan penjualan.
l. penyelesaian perselisihan;
(2) Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang
IUP Operasi Produksi dapat melakukan m.iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
sebagian atau seluruh kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). n. amdal.

Pasal 37 (2) IUP Operasi Produksi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b
IUP diberikan oleh: wajib memuat ketentuan sekurang-
kurangnya:
a. bupati/wahkota apabila WIUP berada di
dalam satu wilayah kabupaten/kota; a. nama perusahaan;

b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas b. luas wilayah;


wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi setelah mendapatkan c. lokasi penambangan;
rekomendasi dari bupati/walikota
setempat sesuai dengan ketentuan d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
peraturan perundang-undangan; dan
e. pengangkutan dan penjualan;
c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas
wilayah provinsi setelah mendapatkan f. modal investasi;
rekomendasi dari gubernur dan
bupati/walikota setempat sesuai dengan g. jangka waktu berlakunya IUP;
ketentuan peraturan perundang-
h. jangka waktu tahap kegiatan;
undangan.
i. penyelesaian masalah pertanahan;
Pasal 38
 lingkungan hidup termasuk reklamasi
IUP diberikan kepada: j.
dan pascatambang;
a. badan usaha;
dana jaminan reklamasi dan
k.
pascatambang;
b. koperasi; dan
l. perpanjangan IUP;
c. perseorangan.
m.hak dan kewajiban pemegang IUP;
Pasal 39
pembangunan daerah secara berkelanjutan.
n. rencana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar Pada umumnya suatu perusahaan yang bergerak
wilayah pertambangan;
dibidang pertambangan mempunyai siklus usaha
sebagai berikut :
o. perpajakan;
1. Penyelidikan umum;
p. penerimaan negara bukan pajak yang
terdiri atas iuran tetap dan iuran 2. Eksplorasi;
produksi;
3. Studi Kelayakan;
q.  penyelesaian perselisihan;
4. Konstruksi;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
5. Pertambangan/Eksploitasi;
s. konservasi mineral atau batubara;
6. Reklamasi
pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi
t. Masing-masing proses tersebut terdapat kewajiban
dalam negeri;
perpajakan yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
u. penerapan kaidah keekonomian dan Berikut diampaikan kewajiban perpajakan masing-
keteknikan pertambangan yang baik; masing siklus:

v. pengembangan tenaga kerja Indonesia; 1. Penyelidikan Umum: Untuk menentukan


potensi mineral pada suatu daerah perlu dilakukan
pengelolaan data mineral atau batubara; pengujian geologis, untuk itu dibutuhkan jasa dari
w.
dan pihak peneliti geologis untuk melakukan
Penelitian.  Atas jasa tersebut terutang PPN dan
x. penguasaan, pengembangan, dan PPh Pasal 23/26 tergantung siapa yang
penerapan teknologi pertambangan melaksanakan.
mineral atau batubara.
2. Eksplorasi: Adalah rangkaian kegiatan
Pasal 102 penelitian, pengujian kandungan mineral,
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang pemetaan wilayah dan kegiatan lainnya yang
pertambangan dan batu bara dengan UU no 20 dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang
tahun/1997 lokasi, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya
serta info lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 
Diperlukan jasa dari pihak ketiga yang akan
terutang PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) menurut pihak yang melaksanakan.
UU No. 20 Tahun 1997 adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari 3. Studi Kelayakan: Dilakukan untuk mendapatkan
penerimaan pajak. Penerimaan dari pemanfaatan informasi kelayakan ekonomis dan teknis
sumber daya alam merupakan salah satu jenis pertambangan dan proses analisis mengenai
PNPB. Sumberdaya alam adalah segala kekayaan dampak lingkungan dan perencanaan pasca
alam yang terdapat diatas, di permukaan, dan di tambang, studi kelayakan tersebut memuat data
dalam bumi yang dikuasai oleh Negara. Seluruh dan keterangan mengenai usaha tambang tersebut.
PNPB wajib disetor langung secepatnya ke Kas Proses ini dilakukan oleh pihak ketiga yang ahli
Negara yang dikelola dalam sistem Anggaran mengenai hal tersebut. Atas jasa pengujian tersebut
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). terutang PPN dan PPh Ps 23.

Pertambangan merupakan salah satu jenis PNPB 4. Konstruksi: Setelah diketahui bahwa proyek
karena pertambangan memanfaatkan sumber daya pertambangan layak secara ekonomis teknis dan
alam yang terdapat diatas, di permukaan, dan di lingkungan, maka dilakukan pembangunan
dalam bumi yang dikuasai oleh Negara infrastruktur.  Pembangunan infrastruktur biasanya
dilakukan oleh perusahaan konstruksi. Jasa akan
Pasal 103 terutang PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa
konstruksi.
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
pertambangan dan batu bara dengan UU 5. Pertambangan/Eksploitasi: Kegiatan ini
perpajakan biasanya meliputi Land clearing (proses
pembukaan lahan), Pengeboran dan penggalian,
Kegiatan usaha pertambangan mineral dan pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan
batubara yang merupakan kegiatan usaha penjualan. Atas jasa yang dilakukan oleh pihak
pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas ketiga terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.
bumi serta air tanah mempunyai peranan penting
dalam memberikan nilai tambah secara nyata 6. Reklamasi: Adalah proses rehabilitasi
kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan lingkungan yang rusak akibat kegiatan
penambangan. Apabila proses reklamasi dilakukan Pasal 38 UU Kehutanan (1) Penggunaan kawasan
oleh pihak ketiga maka akan terutang PPh Pasal hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
23/26 dan PPN. kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di
dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
Pasal 104 lindung. (2) Penggunaan kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan
pertambangan dan batu bara dengan UU hutan. Pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan
lingkungan hidup yang berdampak penting dan cakupan yang luas
serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan  Perpu No. 1 Tahun 2004; Psl 83A: Semua
galian berharga dari lapisan bumi telah perizinan atau perjanjian dibidang pertambangan
berlangsung sejak lama,  mekanisasi peralatan di kawsan hutan yang telah ada sebelum
pertambangan telah menyebabkan skala berlakunya UU No. 41 Tahun 1999 tentang
pertambangan semakin membesar. Hal ini kehutanan dinyatakan tetap berlaku sampai
menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan akhirnya izin atau perjanjian yang dimaksud.
dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat
Pasal 106
penting Kegiatan pertambangan, selain
menimbulkan dampak lingkungan, ternyata Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh pertambangan dan batu bara dengan UU
sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan persero
harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World
Bank, 1998):
1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan
kesehatan dipertimbangkan dalam menentukan Persero adalah salah satu Badan Usaha yang
kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif dikelola oleh Negara atau Daerah. Berbeda dengan
kegiatan yang akan dipilih. Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero
yang pertama adalah mencari keuntungan dan
2. Memastikan bahwa pengendalian, penge-lolaan, yang kedua memberi pelayanan kepada umum.
pemantauan serta langkah-langkah perlindungan Modal pendiriannya berasal sebagian atau
telah  terintegrasi di dalam desain dan seluruhnya dari kekayaan negara yang dipisahkan
implementasi proyek serta rencana penutupan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh
tambang. direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai
pegawai swasta. Badan usaha ditulis PT < nama
Pasal 105 perusahaan > (Persero). Perusahaan ini tidak
memperoleh fasilitas negara. Jadi dari uraian di
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
atas, ciri-ciri Persero adalah:
pertambangan dan batu bara dengan UU no 41
tahun/1999 tentang kehutanan
 Tujuan utamanya mencari laba
(Komersial)

Kegiatan pertambangan yang dilakukan di area  Modal sebagian atau seluruhnya berasal
hutan hanya dapat dilaksanakan di hutan: dari kekayaan negara yang dipisahkan
yang berupa saham-saham
1.Lindung

2.Hutan Produksi  Dipimpin oleh direksi

Kegiatan pertambangan tidak boeh dilakukan di  Pegawainya berstatus sebagai pegawai


wilayah swasta
1.Hutan Konservasi
 Badan usahanya ditulis PT (nama
3.Hutan Suaka Alam perusahaan) (Persero)

4.Hutan Pelestarian Alam  Tidak memperoleh fasilitas negara

5.Taman Buru Hubungan mya dengan pertambangan


ialah untuk menangani secara lebih
6.penelitian dan pengembangan
sentralistis atas bidang logistik dan
7.pendidikan dan latihan pengadaan, pendanaan dan
pembiayaan, pemasaran serta masalah
8.religi dan budaya penelitian dan pengembangan dari
berbagai perusahaan milik negara yang
Hal diatas diatur dalam:
menjadi kewenangannya. badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau badan usaha swasta nasional. Pasal 97
Pasal 107 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP
pertambangan dan batu bara dengan UU
23/2010”) selanjutnya mengatur besaran saham
pertanian
yang harus didivestasi, yaitu sehingga sahamnya
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dimiliki
peserta Indonesia. Jadi, walaupun saat ini investor
Usaha Pertambangan (IUP) meledak di asing Anda diperbolehkan untuk memegang saham
Indonesia setelah UU No. 4 Tahun 2009 tentang sebesar 90%, namun 5 tahun sesudah berproduksi
Pertambangan Mineral dan Batubara terbit. nanti investor tersebut wajib melakukan divestasi
Hadirnya perusahaan tambang ini kemudian sering saham sehingga saham investor asing tersebut
menjadi topik perbincangan semua pihak. Salah menjadi maksimal 80%.
satunya masyarakat yang bekerja di bidang
pertanian  

Permasalahan yang di hadapi para petani oleh Semenjak diberlakukannya UU Minerba, usaha
karna ada nya pertambangan: pertambangan tidak lagi dilakukan berdasarkan
Kontrak Karya ataupun PKP2B, melainkan
1) petani yang kini beralih profesi sebagai pekerja berdasar Izin Usaha Pertambangan (“IUP”).
(buruh) tambang, hal ini terjadi karena problem Menurut pasal 1 angka 7 UU Minerba, IUP
kesuburan tanah yang berdampak pada kurangnya adalah izin untuk melaksanakan usaha
hasil pertanian. pertambangan. IUP terdiri atas dua tahap
yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi.
2) petani yang tidak mendapatkan kesempatan IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan
untuk menjadi pekerja di perusahaan tambang untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, dan studi kelayakan (lihat pasal
3) upah yang tidak layak bagi para pekerja; 1 angka 8 UU Minerba). Sedangkan, IUP
Operasi Produksi adalah izin usaha yang
4) perekrutan Tenaga Kerja Asing dan Tenaga
diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Kerja Indonesia (lokal), dll.
Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
Selain apa yang telah disebutkan di atas, ada topik operasi produksi. Kedua IUP tersebut diberikan
reklamasi pasca tambang yang tidak dilakukan setelah perusahaan tersebut memperoleh Wilayah
oleh perusahaan. Reklamasi pasca tambang pada Izin Usaha Pertambangan (WIUP), yaitu wilayah
dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki kondisi yang diberikan kepada pemegang IUP (lihat pasal
tanah setelah aktivitas pertambangan selesai. 6 ayat [4] PP No. 23/2010). Kemudian, di
dalam pasal 8 ayat (3) PP 23/2010 dinyatakan
Sudah sepatutnya pihak pertambangan menjamin bahwa WIUP diperoleh melalui cara lelang.
ekonomi mayarakat yang terkena dampak tambang
terutama dibidang pertanian. Pasal 108

Pasal 107 Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang


pertambangan dan batu bara dengan UU no 23
Keterkaitan UU no 4 tahun/2009 tentang tahun/2014 tentang pemerintahan daerah
pertambangan dan batu bara dengan UU
penanaman modal Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah membawa
konsekuensi pengambilalihan kewenangan di
bidang pertambangan mineral dan batubara
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang (minerba) oleh Pemerintah Pusat dari Pemerintah
Penanaman Modal (“UUPM”). Menurut pasal 5 Daerah kabupaten/kota yang semula memiliki
ayat (2) UUPM, penanaman modal asing wajib kewenangan untuk memberikan izin usaha
dalam bentuk perseroan terbatas (“PT”). Jadi, pertambangan di wilayahnya.Permasalahan
nantinya bentuk usaha Anda dan investor asing penelitian meliputi dinamika pengaturan
tersebut harus berupa PT. pertambangan minerba di Indonesia, kewenangan
pusat dan daerah di bidang pertambangan minerba
 Kemudian, ada ketentuan divestasi bagi investor dalam perspektif hak menguasai negara, serta
asing di bidang pertambangan. Pasal 112 Undang- implikasi pengambilalihan kewenangan
Undang No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan minerba oleh pusat dari daerah
Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU kabupaten/kota. Penelitian ini merupakan
Minerba”) mengatur bahwa setelah 5 tahun penelitian hukum normatif dengan pendekatan
berproduksi, badan usaha pemegang izin usaha konseptual dan perundangan. Beberapa implikasi
pertambangan yang sahamnya dimiliki oleh asing terdapat pada disharmonisasi antara UU Minerba
wajib melakukan divestasi saham. Divestasi ini 2009 dengan UU Pemda 2014, kewenangan antara
dilakukan pada Pemerintah, pemerintah daerah, pusat dan daerah, hubungan keuangan antara pusat
dan daerah, serta hubungan pengawasan antara golongan a,b,c… yang dilakukan oleh rakyat
pusat dan daerah. setempat yang bertempat tinggal di daerah
bersangkutan dikelola secara kecil-kecilan atau
Keterkaitan hukum pertambangan dengan secara gotong royong dengan alat sederhana untuk
hukum agraria mata pencaharian sendiri.
Apabila tanah yang akan di gunakan itu berstatus
tanah hak milik perusahaan pertambangan itu hrus Pada dasarnya, sumber hukum
memberikan ganti rugi yang layak kepada pemilik pertambangan dibedakan menjadi 2,
tanah, ganti rugi itu tidak hanya terhadap tanah yaitu sumber hukum materil dan
yang bersangkutan tetapi terhadap bnda yang ada sumber hukum formal. Sumber hukum
di atasnya, apabila tanah yang di gunakan adalah materil adalah tempat dari mana materi
tanah berstatus Negara maka perushaan harus hukum itu diambil. Sedangkan sumber
mengajukan permohohan ke BPN agar dapat hukum formal merupakan tempat
dberikan HGB dan HGU. memperoleh kekuatan hukum.
Sumber hukum materil ini merupakan
Asas asas yang terdapat dalam pertambangan faktor yang membantu pembentukan
1. asas manfaat hukum , misalnya hubungan sosial,
2. asa pengusahaan kekuatan politik, situasi sosial
3. asa keselarasan ekonomi, tradisi, hasil penelitian
4. asas partisipatif ilmiah, perkembanagn internasional,
5, asas musyawarah dalam mufakat dan keadaan geografis.

Jenis-Jenis Pertambangan Sedangkan sumber hukum umum yang


Pertambangan adalah suatu proses menggali diakui sebagai sumber hukum formal
cadangan bahan tambang yang berada dalam tanah ialah undang-undang, perjanjian
(insitu) secara sistematik dan terencana, untuk antarnegara, yurisprudensi dan
mendapatkan produk yang memiliki nilai kebiasaan.
ekonomis (berharga) dan dapat dipasarkan. Ilmu
Pertambangan adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian,
penyelidikan, study kelayakan, persiapan Pasal 40
penambangan, penambangan (penggalian),
pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan (1) IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). 36 ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis
Tambang terbuka (surface mining) merupakan satu mineral atau batubara.
dari dua sistem penambangan yang dikenal, yaitu
Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah. (2) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud
dimana segala kegiatan atau aktivitas pada ayat (1) yang menemukan mineral
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat lain di dalam WIUP yang dikelola
permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan diberikan prioritas untuk
langsung dengan udara luar. mengusahakannya.
Penambangan Tertutup adalah suatu proses
pengambilan suatu jenis barang tambang dengan (3) Pemegang IUP yang bermaksud
cara membuat sumur (penambangan vertikal atau mengusahakan mineral l a i n
Shaf Mining) atau terowongan (penambangan s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p ad a a y a t
horizontal atau Slope Mining) ke dalam lapisan- ( 2 ) , w a j i b mengajukan permohonan IUP
lapisan batuan karena lokasi barang tambang jauh bare kepada Menteri, g u b e r n u r , d a n
di dalam perut bumi. bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Tambang Bawah Tanah adalah suatu sistem
penambangan yang mengacu pada metode
(4) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud
pengambilan bahan mineral yang dilakukan
pada ayat (2) dapat menyatakan tidak
dengan membuat terowongan menuju lokasi
berminat untuk mengusahakan
mineral tersebut, dimana seluruh aktivitas mineral lain yang ditemukan tersebut.
penambangan dilakukan dibawah permukaan tanah
dan tidak berhubungan langsung dengan udara (5) Pemegang IUP yang tidak berminat untuk
terbuka. mengusahakan mineral lain yang
Penambangan bawah laut adalah proses ditemukan sebagaimana dimaksud pada
pengambilan mineral yang relatif baru dilakukan ayat (4), wajib menjaga mineral lain
di dasar samudra. Lokasi penambangan samudra tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak
biasanya berada di sekitar kawasan nodul lain.
polimetalik atau celah hidrotermal aktif dan berada
pada kedalaman 1.400 – 3.700 meter di bawah (6) IUP untuk mineral lain sebagaimana
permukaan laut. dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
Pertambangan Rakyat adalah suatu usaha diberikan kepada pihak lain oleh Menteri,
pertambangan bahan-bahan galian dari semua gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. pertambangannya.

Pasal 41 (2) IUP Operasi Produksi dapat diberikan


kepada badan usaha, koperasi, atau
IUP tidak dapat digunakan selain yang perseorangan atas hasil pelelangan WIUP
dimaksud dalam pemberian IUP. mineral logam atau batubara yang telah
mempunyai data hasil kajian studi
Bagian Kedua kelayakan.
IUP Eksplorasi
Pasal 47
Pasal 42
(1) IUP Operasi Produksi untuk
(1) IUP Eksplorasi untuk pertambangan pertambangan mineral logam dapat
mineral logam dapat diberikan dalam diberikan dalam jangka waktu paling lama
jangka waktu paling lama 8 (delapan) 20 (dua puluh) tahun dan dapat
tahun. diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing
10 (sepuluh) tahun.
(2) IUP Eksplorasi untuk pertambangan
mineral bukan logam dapat diberikan (2) IUP Operasi Produksi untuk
paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) pertambangan mineral bukan logam dapat
tahun dan mineral bukan logam jenis diberikan dalam jangka waktu paling lama
tertentu dapat diberikan dalam jangka 10 (sepuluh) tahun dan dapat
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun. diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5
(lima) tahun.
(3) IUP Eksplorasi untuk pertambangan
batuan dapat diberikan dalam jangka (3) IUP Operasi Produksi untuk
waktu paling lama 3 (tiga) tahun. pertambangan mineral bukan logam jenis
tertentu dapat diberikan dalam jangka
(4) IUP Eksplorasi untuk pertambangan waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun
batubara dapat diberikan dalam jangka dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun. masing-masing 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 43 (4) IUP Operasi Produksi untuk


pertambangan batuan dapat diberikan
(1) Dalam hal kegiatan eksplorasi dan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
Eksplorasi yang mendapatkan mineral masing-masing 5 (lima) tahun.
atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP. (5) IUP Operasi Produksi untuk
Pertambangan batubara dapat diberikan
(2) Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin dalam jangka waktu paling lama 20 (dua
menjual mineral atau batubara puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
wajib mengajukan izin sementara untuk tahun.
melakukan pengangkutan dan penjualan.
Pasal 48
Pasal 44
IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
Izin sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (2) diberikan oleh Menteri, a. bupati/walikota apabila lokasi
gubernur, atau bupati/walikota sesuai penambangan, lokasi pengolahan dan
dengan kewenangannya. pemurnian, serta pelabuhan berada di
dalam satu wilayah kabupaten/kota;
Pasal 45
b. gubernur apabila lokasi penambangan,
Mineral atau batubara yang tergali lokasi pengolahan dan pemurnian, serta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 pelabuhan berada di dalam wilayah
dikenai iuran produksi. kabupaten/kota yang berbeda setelah
mendapatkan rekomendasi dari
Bagian Ketiga bupati/walikota setempat sesuai dengan
IUP Operasi Produksi ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
Pasal 46
c. Menteri apabila lokasi penambangan,
(1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin lokasi pengolahan dan pemurnian, serta
untuk memperoleh IUP Operasi Produksi pelabuhan berada di dalam wilayah
sebagai kelanjutan kegiatan usaha provinsi yang berbeda setelah
mendapatkan rekomendasi dari gubernur pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam
dan bupati/walikota setempat sesuai Pasal 37.
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan Pasal 55

Pasal 49 (1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan


logam diberi WIUP dengan luas paling
Ketentuan lebih lanjut mengenai tats cara, sedikit 500 (lima ratus) hektare dan paling
pemberian IUP Eksplorasi sebagaimana banyak 25.000 (dua puluh lima ribu)
dimaksud dalam Pasal 42 dan IUP Operasi hektare.
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 diatur dengan peraturan pemerintah. (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP
Eksplorasi mineral bukan logam dapat
Bagian Keempat diberikan IUP kepada pihak lain untuk
Pertambangan Mineral mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
Paragraf 1
Pertambangan Mineral Radioaktif (3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan setelah
Pasal 50 mempertimbangkan pendapat dari
pemegang IUP pertama.
WUP mineral radioaktif ditetapkan oleh
Pemerintah dan pengusahaannya Pasal 56
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pemegang IUP Operasi Produksi mineral
bukan logam diberi WIUP dengan luas paling
Paragraf 2 banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
Pertambangan Mineral Logam
Paragraf 4
Pasal 51 Pertambangan Batuan

WIUP mineral logam diberikan kepada badan Pasal 57


usaha, koperasi, dan perseorangan dengan
cara  lelang. WIUP batuan diberikan kepada badan usaha,
koperasi, dan perseorangan dengan cara
Pasal 52 permohonan wilayah kepada pemberi izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal  37.
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam
diberi WIUP dengan lugs paling sedikit Pasal 58
5.000 (lima ribu) hektare dan paling
banyak 100.000 (seratus ribu) hektare. (1) Pemegang IUP Eksplorasi batuan diberi
WIUP dengan luas paling sedikit 5 (lima)
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP hektare dan paling banyak 5.000 (lima
Eksplorasi mineral logam dapat diberikan ribu) hektare.
IUP kepada pihak lain untuk
mengusahakan mineral lain yang (2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP
keterdapatannya berbeda. Eksplorasi batuan dapat diberikan IUP
kepada pihak lain untuk mengusahakan
(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud mineral lain yang keterdapatannya
pada ayat (2) dilakukan setelah berbeda.
mempertimbangkan pendapat dari
pemegang IUP pertama. (3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan setelah
Pasal 53 mempertimbangkan pendapat dari
pemegang IUP pertama.
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral
logam diberi WIUP dengan luas paling Pasal 59
banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
Pemegang IUP Operasi Produksi batuan
Paragraf 3 diberi WIUP dengan luas paling banyak 1.000
Pertambangan Mineral Bukan Logam (seribu) hektare.

Pasal 54 Bagian Kelima


Pertambangan Batubara
WIUP mineral bukan logam diberikan kepada
badan usaha, koperasi, dan perseorangan Pasal 60
dengan cara permohonan wilayah kepada
WIUP batubara diberikan kepada badan BAB IX
usaha, koperasi, dan perseorangan dengan IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT
cara lelang.
Pasal 66
Pasal 61
Kegiatan pertambangan rakyat sebagaimana
(1) Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi dimaksud dalam Pasal 20 dikelompokkan
WIUP dengan luas paling sedikit 5.000 sebagai berikut:
(lima ribu) hektare dan paling banyak
50.000 (lima puluh ribu) hektare. a. pertambangan mineral logam;

(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP b. pertambangan mineral bukan logam;
Eksplorasi batubara dapat diberikan IUP
kepada pihak lain untuk mengusahakan c. pertambangan batuan; dan/atau
mineral lain yang keterdapatannya
berbeda. d. pertambangan batubara.

(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud Pasal 67


pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari  (1 Bupati/walikota memberikan IPR
pemegang IUP pertama. ) terutama kepada penduduk setempat, baik
perseorangan maupun kelompok
Pasal 62 masyarakat dan/atau koperasi.

Pemegang IUP Operasi Produksi batubara (2) Bupati/walikota dapat melimpahkan


diberi WIUP dengan luas paling banyak kewenangan pelaksanaan pemberian IPR
15.000 (lima belas ribu) hektare. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada camat sesuai dengan ketentuan
Pasal 63 peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana
memperoleh WIUP sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib
dalam Pasal 51, Pasal 54, Pasal 57, dan Pasal menyampaikan surat permohonan kepada
60 diatur dengan peraturan pemerintah. bupati/walikota.

BAB VIII Pasal 68


PERSYARATAN PERIZINAN USAHA Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang
PERTAMBANGAN (1)
dapat diberikan kepada:
Pasal 64 perseorangan paling banyak 1 (satu)
a.
hektare;
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya berkewajiban b. kelompok masyarakat paling banyak 5
mengumumkan rencana kegiatan usaha (lima) hektare; dan/atau
pertambangan di WIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 serta memberikan koperasi paling banyak 10 (sepuluh)
IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi c.
hektare.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
kepada masyarakat secara terbuka. (2) IPR diberikan untuk jangka waktu paling
lama 5 (lima) tahun dan dapat
Pasal 65 diperpanjang.

(1) Badan usaha, koperasi, dan perseorangan Pasal 69


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51,
Pasal 54, Pasal 57, dan Pasal 60 yang Pemegang IPR berhak:
melakukan usaha pertambangan wajib
memenuhi persyaratan administratif, a. mendapat pembinaan dan pengawasan di
persyaratan teknis, persyaratan bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
lingkungan, dan persyaratan finansial. lingkungan, teknis pertambangan, dan
manajemen dari Pemerintah dan/atau
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemerintah daerah; dan
persyaratan administratif, persyaratan
teknis, persyaratan lingkungan, dan b. mendapat bantuan modal sesuai dengan
persyaratan finansial sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undangan.
peraturan pemerintah.
Pasal 70
tambang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemegang IPR wajib:
(4) Pemerintah kabupaten/kota wajib
a. melakukan kegiatan penambangan paling mencatat hasil produksi dari seluruh
lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR kegiatan usaha pertambangan rakyat yang
diterbitkan; berada dalam wilayahnya dan
melaporkannya secara berkala kepada
b. mematuhi peraturan perundang- Menteri dan gubernur setempat.
undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan, BAB X
pengelolaan lingkungan, dan memenuhi
IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS
standar yang berlaku;
Pasal 74
mengelola lingkungan hidup bersama
c.
pemerintah daerah;
(1) IUPK diberikan oleh Menteri dengan
memperhatikan kepentingan daerah.
membayar iuran tetap dan iuran produksi;
d.
dan
(2) IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral
e. menyampaikan laporan pelaksanaan
logam atau batubara dalam 1 (satu)
kegiatan usaha pertambangan rakyat
WIUPK.
secara berkala kepada pemberi IPR.
(3) Pemegang IUPK sebagaimana dimaksud
Pasal 71
pada ayat (1) yang menemukan mineral
(1) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud lain di dalam WIUPK yang dikelola
dalam Pasal 70, pemegang IPR dalam diberikan prioritas untuk
melakukan kegiatan pertambangan rakyat mengusahakannya.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
(4) Pemegang IUPK yang bermaksud
wajib menaati ketentuan persyaratan
mengusahakan mineral lain sebagaimana
teknis pertambangan.
dimaksud pada ayat (2), wajib
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai mengajukan permohonan IUPK baru
persyaratan teknis pertambangan kepada Menteri.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) Pemegang IUPK sebagaimana dimaksud
diatur dengan peraturan pemerintah.
pada ayat (2) dapat menyatakan tidak
Pasal 72 berminat untuk mengusahakan mineral
lain yang ditemukan tersebut.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberian IPR diatur dengan peraturan (6) Pemegang IUPK yang tidak berminat
daerah kabupaten/kota. untuk mengusahakan mineral lain yang
ditemukan sebagaimana, dimaksud
Pasal 73 padaayat (4), wajib menjaga mineral lain
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak
(1) Pemerintah kabupaten/kota lain.
melaksanakan pembinaan di bidang
pengusahaan, teknologi pertambangan, (7) IUPK untuk mineral lain sebagaimana
serta permodalan dan pemasaran dalam dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
usaha meningkatkan kemampuan usaha diberikan kepada pihak lain oleh Menteri.
pertambangan rakyat.
Pasal 75
(2) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung
jawab terhadap pengamanan teknis pada (1) Pemberian IUPK sebagaimana dimaksud
usaha pertambangan rakyat yang meliputi: dalam Pasal 74 ayat (1) dilakukan
berdasarkan pertimbangan sebagaimana
a. keselamatan dan kesehatan kerja; dimaksud dalam Pasal 28.

b. pengelolaan lingkungan hidup; dan (2) IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diberikan kepada badan usaha
c. pascatambang. yang berbadan hukum Indonesia, baik
berupa badan usaha milik negara, badan
(3) Untuk melaksanakan pengamanan teknis usaha milik daerah, maupun badan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), swasta.
pemerintah kabupaten/kota wajib
mengangkat pejabat fungsional inspektur (3) Badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mendapat
prioritas dalam mendapatkan IUPK.
j. rencana pengembangan dan
(4) Badan usaha swasta sebagaimana pemberdayaan masyarakat di sekitar
dimaksud pada ayat (2) untuk wilayah pertambangan;
mendapatkan IUPK dilaksanakan dengan
cara lelang WIUPK. k. perpajakan;

Pasal 76 penyelesaian perselisihan masalah


l.
pertanahan;
(1) IUPK terdiri atas dua tahap:
m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
a. IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan n. amdal.
studi kelayakan;
Pasal 79
b. IUPK Operasi Produksi meliputi
kegiatan konstruksi, penambangan, IUPK Operasi Produksi sebagaimana
pengolahan dan pemurnian, serta dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) huruf b
pengangkutan dan penjualan. sekurang-kurangnya wajib memuat:

(2) Pemegang IUPK Eksplorasi dan pemegang a. nama perusahaan;


IUPK Operasi Produksi dapat melakukan
sebagian atau seluruh kegiatan b. luas wilayah;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
c. lokasi penambangan;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
memperoleh IUPK sebagaimana dimaksud d. lokasi pengolahan dan pemurnian;
pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah. e. pengangkutan dan penjualan;

Pasal 77 f. modal investasi;

(1) Setiap pemegang IUPK Eksplorasi dijamin g. jangka waktu tahap kegiatan;
untuk memperoleh IUPK Operasi
Produksi sebagai kelanjutan kegiatan h. penyelesaian masalah pertanahan;
usaha pertambangannya.
lingkungan hidup, termasuk reklamasi
i.
(2) IUPK Operasi Produksi dapat diberikan dan pascatambang;
kepada badan usaha yang berbadan
dana jaminan reklamasi dan jaminan
hukum Indonesia sebagaimana dimaksud j.
pascatambang;
dalam Pasal 75 ayat (3) dan ayat (4) yang
telah mempunyai data hasil kajian studi
k. jangka waktu berlakunya IUPK;
kelayakan.
l. perpanjangan IUPK;
Pasal 78
m. hak dan kewajiban;
IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) huruf a sekurang- n. pengembangan dan pemberdayaan
kurangnya wajib memuat: masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
a. nama perusahaan;
o. perpajakan;
b. luas dan lokasi wilayah;
p. iuran tetap dan iuran produksi serta
c. rencana umum tata ruang;
bagian pendapatan negara/daerah, yang
terdiri atas bagi hasil dari keuntungan
d. jaminan kesungguhan;
bersih sejak berproduksi;
e. modal investasi;
q. penyelesaian perselisihan;
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
g. hak dan kewajiban pemegang IUPK;
s. konservasi mineral atau batubara;
h. jangka waktu tahap kegiatan;
t. pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta
i. jenis usaha yang diberikan; kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri; operasi produksi pertambangan batubara
diberikan dengan luas paling banyak
u. penerapan kaidah keekonomian dan 15.000 (lima belas ribu) hektare.
keteknikan pertambangan yang baik;
e. jangka waktu IUPK Eksplorasi
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia; pertambangan mineral logam dapat
diberikan paling lama 8 (delapan) tahun.
w. pengelolaan data mineral atau batubara;
f. jangka waktu IUPK Eksplorasi
x. penguasaan, pengembangan dan pertambangan batubara dapat diberikan
penerapan teknologi pertambangan paling lama 7 (tujuh) tahun.
mineral atau batubara; dan
g. jangka waktu IUPK Operasi Produksi
y. divestasi saham. mineral logam atau batubara dapat
diberikan paling lama 20 (dua puluh)
Pasal 80 tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
IUPK tidak dapat digunakan selain yang
dimaksud dalam pemberian IUPK. Pasal 84

Pasal 81 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


memperoleh WIUPK sebagaimana dimaksud
(1) Dalam hal kegiatan eksplorasi dan dalam Pasal 74 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal
kegiatan studi kelayakan, pemegang IUPK 75 ayat (3) diatur dengan peraturan
Eksplorasi yang mendapatkan mineral pemerintah.
logam atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada Menteri. BAB XI

(2) Pemegang IUPK Eksplorasi yang ingin PERSYARATAN PERIZINAN USAHA


menjual mineral logam atau batubara PERTAMBANGAN KHUSUS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib mengajukan izin sementara untuk Pasal 85
melakukan pengangkutan dan penjualan.
Pemerintah berkewajiban mengumumkan
(3) Izin sementara sebagaimana dimaksud rencana kegiatan usaha pertambangan di
pada ayat (2) diberikan oleh Menteri. WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 serta memberikan IUPK Eksplorasi dan
Pasal 82 IUPK Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 kepada masyarakat
Mineral atau batubara yang tergali secara terbuka.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81
dikenai iuran produksi. Pasal 86

Pasal 83 (1) Badan usaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 75 ayat (2) yang melakukan
Persyaratan luas wilayah dan jangka waktu kegiatan dalam WIUPK wajib memenuhi
sesuai dengan kelompok usaha persyaratan administratif, persyaratan
pertambangan yang berlaku bagi pemegang teknis, persyaratan lingkungan dan
IUPK meliputi: persyaratan finansial.

a. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
eksplorasi pertambangan mineral logam persyaratan administratif, persyaratan
diberikan dengan luas paling banyak teknis, persyaratan lingkungan, dan
100.000 (seratus ribu) hektare. persyaratan finansial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
b. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan peraturan pemerintah.
operasi produksi pertambangan mineral
logam diberikan dengan luas paling BAB XII
banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) DATA PERTAMBANGAN
hektare.
Pasal 87
c. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan
eksplorasi pertambangan batubara Untuk menunjang penyiapan WP dan
diberikan dengan luas paling banyak pengembangan ilmu pengetahuan dan
50.000 (lima puluh ribu) hektare. teknologi pertambangan, Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya
d. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan dapat menugasi lembaga riset negara
dan/atau daerah untuk melakukan dapat dilakukan setelah melakukan
penyelidikan dan penelitian tentang kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.
pertambangan
(3) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham
Pasal 88 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat dilakukan dengan syarat:
(1) Data yang diperoleh dari kegiatan usaha
pertambangan merupakan data milik a. harus memberitahu kepada Menteri,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah       gubernur, atau bupati/walikota sesuai
sesuai dengan kewenangannya. dengan kewenangannya; dan

(2) Data usaha pertambangan yang dimiliki


pemerintah daerah wajib disampaikan
kepada Pemerintah untuk pengelolaan
data pertambangan tingkat nasional.

(3) Pengelolaan data sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 89

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penugasan penyelidikan dan penelitian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan
pengelolaan data sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 88 diatur dengan peraturan
pemerintah.

BAB XIII
HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 90

Pemegang IUP dan IUPK dapat melakukan


sebagian atau seluruh tahapan usaha
pertambangan, baik kegiatan eksplorasi
maupun kegiatan operasi produksi.

Pasal 91

Pemegang IUP dan IUPK dapat


memanfaatkan prasarana dan sarana umum
untuk keperluan pertambangan setelah
memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 92

Pemegang IUP dan IUPK berhak memiliki


mineral, termasuk mineral ikutannya, atau
batubara yang telah diproduksi apabila telah
memenuhi iuran eksplorasi atau iuran
produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif.

Pasal 93

(1) Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh


memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada
pihak lain.

(2) Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau


saham di bursa saham Indonesia hanya

Anda mungkin juga menyukai