OLEH :
KELOMPOK VII
JURUSAN BIOLOGI
2020
KONSERVASI LAHAN TAMBANG
A. Pengertian Pertambangan
Indonesia kaya akan wilayah tambang yang meliputi: tambang pasir di Kepulauan Bangka
Belitung, tambang minyak dan gas alam, tambang batu bara di Pulau Kalimantan, tambang
emas di Papua, tambang batu, tambang aspal, dan tambang mineral lainnya yang menjadikan
tambang salah satu sumber daya alam yang utama di Indonesia. Manfaat pertambangan, yaitu
:
1. Menyediakan lapangan pekerjaan.
a. Rekontruksi tanah
Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi lahan dan
pengelolaan tanah pucuk. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus terlebih
dahulu ditata dengan penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal
bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan
terganggu. Pengembalian bahan galian ke asalnya diupayakan mendekati keadaan aslinya.
Ketebalan penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-
distribusi tanah pucuk
Perataan dan perapihan lahan perlu dilakukan agar tanah atas (topsoil) tetap berada di
posisinya untuk menghindari erosi lebih lanjut.
c. Pengapuran
Pemberian kapur pertanian dan penambahan pupuk fosfor harus dilakukan pada lahan
bekas tambang yang akan dimanfaatkan untuk lahan pertanian tanaman pangan. Dosis dan
jenis bahan kapur dan pupuk yang digunakan dapat disesuaikan dengan ketersediaan yang
ada serta dengan jenis komoditas yang diusahakan. Meskipun kandungan nitrogen dan
kalium berada pada harkat yang lebih tinggi dibandingkan fosfor, penambahan kedua unsur
tersebut juga dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan hara di dalam tanah setelah sebagian
terangkut oleh tanaman pada saat panen. Pengembalian sisa-sisa tanaman ke dalam tanah
dapat mengembalikan unsur hara dan mengurangi jumlah pupuk yang diberikan.
d. Penggemburan Lahan
Penggemburan lahan diperlukan agar tanah menjadi lebih subur. Hal-hal yang perlu
dilakukan pada kegiatan ini adalah: penambahan pupuk, penambahan mikroorganisme.
Jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai tumbuhan penutup tanah, adalah signal
grass (Brachiaria decumbens). Tanaman ini digunakan karena memiliki sifat yang cepat
tumbuh menutupi lahan, dapat berkembang pada daerah yang miskin hara dan dapat
mengontrol erosi (Sheoran, 2010). Dimulai tahun 2005, kombinasi dari beberapa tanaman
yaitu Wynn cassia, Burgundi, jenis Leguminaceae , Crotalaria sp. mulai dipergunakan
sebagai tumbuhan penutup tanah. Leguminaceae dipilih karena dapat menambah N tanah,
tidak berkompetisi dengan tanaman pokok, juga beberapa jenisnya sangat toleran terhadap
tanah miskin (Hadjowigeno, 1995).
Penutupan tanah oleh tumbuhan penutup tanah berkaitan erat dengan kondisi serasah
juga penutupan tajuk. Semakin rapat penutupan tajuk, maka akan semakin rendah persentase
penutupan tanah dan dapat menyebabkan serasah langsung jatuh ke tanah yang memudahkan
untuk terjadinya dekomposisi.
Jurnal EnviroScienteae
Metode :
1. Bahan penelitian: Mikroorganisme untuk bioremediasi: Klebsiella sp. dan
Pseudomonas sp. Tumbuhan fitoremediator merkuri: berupa Cyperus sp., dan
Melastoma sp.
2. Lokasi Penelitian: Aplikasi konsorsium mikroorganisme dan tumbuhan
fitoremediator merkuri dilakukan di daerah Hampalit, Kabupaten Katingan,
Kalimantan Tengah, yang didominasi oleh areal lahan kritis berpasir Bekas
penambangan emas seluas 200 km2.
3. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 kegiatan, yakni:
1) implementasi konsorsium mikroorganisme yang berasosiasi dengan tumbuhan
fitoremediator pada skala pilot di lapangan
2) menguji efektivitas beberapa metode reklamasi lahan berpasir bekas
penambangan emas, yakni menggunakan metode:
a. pengayaan mikroorganisme tanpa seresah
b. Pengayaan mikroorganisme + penambahan seresah (sumber karbon).
Parameter yang diamati berupa: 1) Konsentrasi merkuri pada lokasi perlakuan, 2)
Konsentrasi unsur hara makro dan mikro tanah pada lokasi perlakuan. Analisis data
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran kadar merkuri
menggunakan Merk Shimadzu AA6200. Pengukuran unsur hara tanah dilakukan
menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).
Hasil :
Pembahasan :
Kedua isolat bakteri (Klebsiella sp. dan Pseudomonas sp) mampu mengeliminasi merkuri
pada media cair menggunakan mekanisme berbeda. Kombinasi mekanisme kerja yang terjadi
antara bakteri Pseudomonas sp. dan bakteri Klebsiella sp., sebagai berikut: Pseudomonas sp.
menggunakan reaksi reduksi enzimatis menggunakan enzim merkuri reduktase, yang akan
mengubah Hg2+ terlarut menjadi Hg0 yang volatile, sedangkan Klebsiella sp. mampu
menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) pada kondisi aerobik, sehingga dapat mengendapkan Hg2+
terlarut menjadi HgS yang tidak larut dalam air. Hal ini menyebabkannya dapat dengan mudah
dipisahkan dari larutan.
6 mekanisme utama yang dilakukan oleh tumbuhan untuk proses fitoremediasi, yakni: 1)
Stimulasi bioaktivitas mikroorganisme di areal rhizosfer tanaman; 2) Jaringan tumbuhan dapat
mengeluarkan enzim yang dapat mengendapkan dan mengikat polutanpolutan aromatik; 3)
Enzim-enzim dari tumbuhan dapat mendegradasi senyawasenyawa organik; 4). Akar tanaman
dapat menyerap dan memecahkan senyawasenyawa organik (phytostabilization; in situ
stabilization); 5) Adanya hiperakumulasi dari logam berat atau radioaktif yang terjadi di dalam
jaringan tumbuhan, yang kemudian digunakan untuk proses remediasi tanah ataupun air
(phytoextraction, rhizofiltration). Akar tanaman dapat menyerap kontaminan bersamaan dengan
penyerapan nutrient dan air. Massa kontaminan tidak dirombak, tetapi diendapkan di bagian
trubus dan daun tanaman.
Kesimpulan :
Hasil implementasi perpaduan bioremediasi dan fitoremediasi melalui penelitian ini, tidak saja
mampu untuk mengurangi konsentrasi merkuri di dalam tanah, tetapi sekaligus juga mampu
meningkatkan unsur hara tanah. Hal ini dapat terjadi karena aplikasi mikroorganisme yang
digunakan, memiliki kemampuan untuk proses dekomposisi bahan organik maupun anorganik
yang terdapat di dalam tanah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ardiyanto, A. E. 2009. Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Senyawa Humat, Bahan Organik
dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Koro Benguk (Mucuna prurirens) pada Lahan Bekas
Tambang Batubara Tambang Batulicin Kalimantan Selatan. Skripsi Dept. Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Bandung : IPB Press
Arif, I., 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan
Dunia Pertambangan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Burger, A and C.E. Zipper. 2002. How to restore forests on surfce-mined land. Reclamation
Guidelines for Surface Mined Land in Southwest Virginia. Virginia Cooperative
Extention. Publication 460-123.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Banten, 2020. Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan.
Diakses pada 19 April 2020. https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Kerusakan
%20Lingkungan%20Akibat%20Pertambangan.pdf
Neneng, Liswara., Dewi Saraswati. 2019. Reklamasi lahan kritis bekas penambangan emas
menggunakan metode bioremediasi dan fitoremediasi. Jurnal EnviroScienteae. Vol 15(2)
ISSN hlm 216-225.
Sheoran, V., A.S. Sheoran, and P. Poonia. 2010. Soilreclamation of abandoned mine land by
revegetation: A review. International Journal of Soil, Sediment and Water. Vol. 3 Iss. 2,
Art. 13 ISSN hlm 1940-3259.
Subowo G. 2010. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi
Pasca Tambang Untuk Meperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan dan Hayati Tanah.Jurnal
Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2, Desember 2011. ISSN hlm 1907-0799.